You are on page 1of 3

Observee :

Status Observee : Guru Akuntansi


Teknik Pengumpulan Informasi : Wawancara

Perencanaan Pengajaran Akuntansi

Perencanaan pengajaran merupakan salah satu prosedur awal untuk


menciptakan kegiatan pembelajaran kondusif dan efektif. Perencanaan pengajaran
tidak hanya diterapkan dibidang akuntansi, melainkan juga diterapkan dibidang
pembelajaran lainnya. Secara realita, perencanaan pengajaran tidak akan berjalan
mulus, karena adanya aspek – aspek yang tidak dapat dikontrol. Namun dengan
adanya perencanaan pengajaran, guru atau pendidik memiliki rambu – rambu,
memiliki gambaran tentang apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.

Perencanaan pengajaran bersifat fleksibel, adakalanya guru harus


mempertahankan perencanaan pengajaran awal dan adakalanya guru harus
menyimpang dari pengajaran yang sudah dipersiapkan. Namun guru harus
memaksimalkan kesempatan agar pembelajaran sesuai rencana. Ketimpangan
antara perencanaan dan proses pembelajaran bukanlah hal aneh. Ketimpangan ini
berkaitan dengan pebelajar, pengajar, ataupun estimasi waktu. Semisal adanya
ketidak hadiran salah satu siswa ataupun adanya siswa yang mengacaukan
suasana kelas, maka guru harus melakukan pengkondisisan terlebih dahulu
sebelum melanjutkan proses pembelajaran.

Perencanaan memanglah dibutuhkan, namun instrumen perencanaan


pengajaran tertulis (RPP) tidak selalu dipersiapkan untuk masing – masing
pertemuan. Karena aspek pertama yang dibutuhkan adalah bahan ajar. Bahan ajar
digunakan guru dalam menyampaikan informasi unruk mencapai kompetensi
yang diharapkan. Tidak terwujudnya penerapan instrumen perencanaan tertulis
melibatkan faktor efisiensi, yaitu faktor biaya dan waktu.
Faktor biaya, perencanaan pengajaran tertulis (RPP) dalam satu pertemuan
atau satu kompetensi dasar terdiri dari sekitar ( + ) 20 lembar. Jika terdapat
beberapa kelas dalam satu hari, maka kalkulasikan besaran jumlah lembar dan
biaya yang kita pakai. Faktor waktu, berdasarkan kebijakan kurikulum 2013,
pihak guru harus mengadakan instrumen perencanaan pengajaran secara tertulis.
Seringkali dengan kebijakan ini, para guru terfokus pada penyiapan administratif,
sedangkan bahan ajar (materi) terabaikan. Maka dengan adanya dua faktor
tersebut, pihak sekolah atas konsensus warga sekoklah (guru) menetapkan
bahwasanya “perencanaan pengajaran tertulis tidak harus dipersiapkan setiap hari,
namun harus ada jika diperlukan atau pada periode tertentu yang dikenal periode
supervisi (akhir semester). Diadakannya periode supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah, kepala program, atau guru senior dan dilakukan dengan metode sampling
bersyarat.

Dalam proses pembuatan perencanaan pengajaran, kendala yang harus


diperhatikan adalah objek sasaran dan materi (kompetensi yang akan dicapai).
Semakin tinggi sikap kooperatif siswa dalam pembelajaran, maka akan
mempengaruhi perencanaan yang akan dipersiapkan. Begitu pula dengan materi
yang akan menentukan metode (model) pembelajaran yang akan diterapkan.
Model pembelajaran yang direncanakan dan diterapkan dalam akuntansi adalah
Project Based Learning (penugasan) dan metode ceramah, dengan akumulasi
30%:70%. Memaksimalkan penugasan merupakan fokus utama, karena gaya
belajar yang diterapkan adalah gaya belajar kinestetik.

Dalam proses kegiatan inti, hal yang biasa dilakukan dalam pengajaran
akuntansi adalah penyampaian materi, penugasan I, pengelompokan, dan
penugasan II. Penyampaian materi, guru menyampaikan konsep materi dan
memberikan stimulus pada siswa tentang apa yang dihadapi secukupnya.
Penugasan I, guru memberikan soal dan harus dilakukan secara mandiri oleh
siswa untuk menggambarkan tingkat pemahaman terhadap materi dan menjadi
acuan dalam proses kegiatan selanjutnya. Penilaian penugasan I tidak menjadi
acuan sebagai penopang nilai siswa di raport. Pengelompokkan, guru
mengkategorikan masing – masing siswa pada tingkat upper, medium, dan lower
dan membentuk kelompok diskusi dengan proporsi yang seimbang antar
kelompok. Penugasan II, guru memberikan tugas pada setiap kelompok atau
individu dan menilai kemampuan masing – masing siswa. Penialaian pada
penugasan II menjadi acuan untuk menunjang nilai raport siswa dan menjadi
acuan untuk melakukan pembelajaran remidial.

Pembelajaran remidial adalah kegiatan yang dilakukan guru kepada siswa


yang masih membutuhkan pendalaman materi untuk mencapai tingkat kompetensi
atas materi tertentu. Pembelajaran remidial bisa dilakukan dengan pengulangan
materi secara kelompok atau individu di waktu pembelajaran berlangsung atau
diluar waktu pembelajaran.

Penialaian kemampuan siswa diukur ditingkat kemapuan ranah kognitif,


afektif, dan psikomotor. Penilaian diranah afektif sulit dilakukan, karena adanya
subjektifitas penilaia objek yang dinilai. Hal inilah masih menjadi dilema, karena
harus ada acuan (indikator) penialaian yang baku. Instrumen yang efektif
diterapkan adalah penilaian guru terhadap siswa dan penilaian timbal balik dari
siswa di akhir semester.

You might also like