Professional Documents
Culture Documents
Distek Polos
Distek Polos
10. Gramasi
Berat penimbangan
100𝑐𝑚 × 100𝑐𝑚
Berat kain/m2 = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (10 × 10)
10𝑐𝑚 ×10𝑐𝑚
Berat perhitungan
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 ( )×100𝑐𝑚×100𝑐𝑚 100
𝑐𝑚
Berat lusi/pakan = ×
100𝑐𝑚×𝑁𝑚 100−(𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖/𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛)
1 96 54
2 106 55
3 98 54
4 104 55
5 105 54
Ʃ 509 272
𝑥 101,8 54,4
1 10 10,1
2 10 10
3 10 10
4 10 10,1
5 10,1 10
6 10,1 10
7 10 10,1
8 10 10,1
9 10 10
10 10 10
Ʃ 100,2 100,4
𝑥 10.02 10,04
Gambar anyaman
(anyaman polos)
Kain sampel
2. Nomor benang
Lusi
1,002
Nm =0,016 = 62,625 Nm
1000
Tex =62,625 = 15,97 Tex
9000
Td = = 143,71 Td
62,625
Ne1 = 0.59 × 62,625 = 36,94 Ne1
pakan
1,004
Nm =0,0175 = 57,37 Nm
1000
Tex =57,37 = 17,43 Tex
9000
Td = 57,37 = 156,87 Td
Ne1 = 0.59 × 57,37 = 33,84 Ne1
3. Gramasi
Penimbangan
100𝑐𝑚 × 100𝑐𝑚 𝑔
Berat kain/m2 = × 0,91 = 91 ⁄𝑚2
10𝑐𝑚 ×10𝑐𝑚
Berat perhitungan
Lusi
101,8⁄
2,54×100𝑐𝑚×100𝑐𝑚 100
Berat lusi = ×
100𝑐𝑚×62,625 100−0,2
= 64,12 g
Pakan
54,4⁄
2,54×100𝑐𝑚×100𝑐𝑚 100
Berat pakan = ×
100𝑐𝑚×57,37 100−0,39
= 37,48 g
Dari hasil praktikum dekomposisi kain yang telah dilakukan, kain sample
yang diberikan terlihat memiliki ciri silangan yang banyak. Ditandai dengan benang
lusi naik satu dan turun satu sehingga memiliki kekuatan yg paling kuat diantara jenis
anyaman dasar kain tenun lainya dan memiliki rapot paling sedikit, melalui ciri-ciri
tersebut kain sample merupakan kain anyaman dasar polos. Adapun yang beberapa
hal yang harus diperhatikan saat praktikum:
Pada saat menentukan arah lusi dan pakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Arah lusi keaarah panjang kain, dapat dilihat dari kerapatan benang lebih rapat
dibandingkan pakan, jika ditrawang terdapat garis-garis lurus. Sedangkan untuk arah
pakan kearah lebar kain, lebih banyak puntiran dibandingkan lusi, terdapat pinggiran
kain.
Saat memotong kain dengan ukuran 10×10cm, lebihkan dari garis 0,5-1cm
kemudian tiras dan gunting sampai didapatkan kain dengan ukuran 10×10cm. Hal ini
dilakukan agar saat pemotongan sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Saat melakukan penimbangan pastikan neraca dalam keadaan nol. Dan saat
melakukan penimbangan benang, pastikan membaca angka sejajar dengan mata,
agar didapatkan hasil yang akurat.
Saat mengukur panjang benang jangan terlalu diberi tarikan, cukup diluruskan saja.
Karena jika terlalu diberi tarikan benang akan putus.
1. % Uji mengkeret
% uji mengkeret didapatkan dari pengukuran panjang 10 helai lusi/pakan, pada saat
pengukuran panjang, benang yg telah ditiras tersebut akan lebih panjang
dibandingkan ketika masih saling menyilang membentuk kain. Usahakan jangan
ditarik ketika dilakukan pengukuran karena akan menimbulkan kekeliruan data
,cukup meluruskan saja benang dan diusahakan serileks mungkin. Dalam praktikum
didapatkan hasil mengkeret lusi 0,2% dan mengkeret pakan 0,39 % . Mengkeret
pakan lebih besar dibandingkan mengkeret lusi karena benang pakan lebih banyak
mengalami penyilangan, dan membuat pengukuran panjang pakan lebih panjang
dibandingkan lusi sehingga mengkeret pakan pun akan lebih besar dibanding
mengkeret lusi .
2. Nomor benang
Ada 2 sistem penomoran benang langsung (direct) dan tidak langsung (indirect),
penomoran benang lansung menyatakan bahwa makin tinggi nomor,makin kasar
benangnya dan begitu sebaliknya, sedangkan nomor tidak langsung menyatakan
bahwa semakin tinggi nomor makin halus benangnya. Dalam praktikum didapatkan
nomor benang pakan Ne1: 33,84 , Nm: 57,37 ,Tex: 17,43 ,Td: 156,87 dan nomor
benang lusi Ne1: 36,94 , Nm: 62,625 ,Tex: 15,97 ,Td: 143,71 .
3. Berat dan selisih
Melalui penimbangan kain sample 10×10cm didapatkan hasil 91 g/m2dan melalui
perhitungan secara matematis didapatkan hasil selisih berat sebesar 10,43 % ini
menunjukan bahwa hasil penimbangan dan perhitungan kurang efesien. Selisih berat
yang dapat dikatakan efisien yaitu dengan rentan 0-5%. Selisih berat tersebut dapat
menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat dilakukan dengan lebih teliti lagi
dalam mengukur berat kain, berat benang, tetal kain dan panjang benang.
Pada praktikum ini, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengamatan, yaitu:
1. Adanya keterbatasan daya penglihatan mata pada saat menentukan tetal kain
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan dan membaca alat.
3. Kurang teliti saat menggunting kain
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan. Kain sampel
termasuk anyaman polos, dan memiliki nilai kontruksi kain meliputi:
Nilai mengkeret lusi 0,2% dan mengkeret pakan 0,39%
Nilai nomor benang
Nm lusi : 62,625 ; Nm pakan: 57,37
Ne1 lusi : 36,94 ; Ne1 pakan: 33,84
Tex lusi: 15,97 ; tex pakan : 17,43
Td lusi : 143,71 ; Td pakan : 156,87
Selisih berat penimbangan sebesar 10,43%