Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi dalam bidang geologi sangat menarik untuk diteliti
dan dianalisa, baik untuk yang bernilai ekonomis maupun untuk keperluan
menelitinya. Hal ini disebabkan karna pulau sulawesi merupakan daerah yang
geologi itu sendiri maupun sebagai data awal untuk berbagai kebutuhan
Hasanuddin.
1
lingkungan pengendapan yang antinya akan mengarah pada pembuatan kolom
stratigrafi.
efisiensinya hasil yang diperoleh berikut penggunaan waktu dan biaya yang tidak
tepat. Maka pada penelitian ini hanya membahas masalah mengenai urut-urutan
stratigrafidari daerah toraja yang terdiri dari umur satuan, tebal, struktur sedimen,
Kegiatan kuliah lapangan ini dilakukan selama 2 (dua) hari tepatnya pada
tanggal 20-21 April 2018. Daerah Rantepao Kabupaten Toraja sampai perbatasan
Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 330 km sebelah utara Kota Makassar
Penelitian secara geografis terletak pada 1190 45’ 00”-1190 49’ 08” BT dan 30 30’
mobil, dimana membutuhkan waktu sekitar 9 jam dari Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan.
2
Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian
3
1.5 Manfaat Penelitian
Peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian antara lain, peta,
kompas, gps, kantong sample, spidol, alat tulis menulis, palu geologi, buku
Secara umum daerah penelitian dan sekitarnya telah di teliti oleh peneliti
daerah Tanatoraja.
3. DURI dan SUDJATMIKO (1974), membuat peta geologi lembar majene dan
4
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Daerah Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo terbentuk oleh
Lembar ini adalah Batuan Malihan (TR w) yang terdiri dari sekis, genes, filit
dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat disamakan dengan Kompleks Wana di
Lembar Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dan Kapur dan tertindih
takselaras oleh Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun oleh filit, kuarsit,
berwarna merah alau ungu. Formasi ini mempunyai Anggota Rantepao (Tetr)
yang terdiri dari batugamping numulit berumur Eosen Tengah Eosen Akhir.
oleh Batuan Gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri dari batuan gunungapi,
Anggota Batugamping (Tomc), tertindih selaras oleh Formasi Riu (Tmr) yang
terdiri dari batugamping dan napal. Formasi Riu berumur Miosen Awal -
Miosen Tengah, tertindih takselaras oleh Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan
Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi Sekala terdiri dari grewake, batupasir hijau,
napal dan batugamping bersisipan tuf dan lava bersusunan andesit-basal; berumur
5
Miosen Tengah - Pliosen; berhubungan men-jemari dengan Batuan Gunungapi
Talaya. Batuan Gunungapi Talaya terdiri dari breksi, lava dan tuf yang
Pemerian Satuan
Qpbt TUF BARUPU : Tuf, putih hingga kelabu muda, mengandung biotit
diduga Plistosen dan tebalnya sekitar 300 m. Nama satuan ini pertamakali
yang menunjukkan umur Plistosen. Tebal satuan sekitar 300 m, dan kemungkinan
sampai menengah seperti granit, granodiorit, diorit, senit, monzonit kuarsa den
6
kesebandingan dengan granit di Lembar Pasangkayu yang berumur 3,35 juta
trakit dan andesit; batuapung, batupasir tufaan, konglomerat dan breksi tufaan;
menghasilkan umur 4,25 dan 4,95 juta tahun (S.D. Obradovich, dalam
Sukamto,1982).
1982), batupasir semakin menguasai dan berselingan dengan batulanau, tuf, napal,
terumbu, tebalnya kurang dari 100 m, dijumpai menumpangi atau sebagai lensa
pada bagian atas Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv). umurya sekitar Mio-
7
Pliosen. dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batuan serupa dan seumur
Formasi Tacipi.
sampai andesit, sebagian lava bantal; breksi andesit piroksin, breksi andsit trakit;
di Lembar Mamuju formasi ini dikuasai oleh napal dan batugamping dengan
sisipan tuf, batupasir dan konglomerat, serta disebut Formasi Mamuju (Ratman
Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993) formasi ini juga disusun oleh batupasir
hijau, napal dan lava bantal, dan sebagian batuan bercirikan endapan turbidit.
8
lingkungan pengendapan laut dangkal. Di Lembar Mamuju (Ratman dan
sebagai endapan darat hingga delta dan laut dangkal. Fosil foraminifera
meter.
Simandjuntak, drr. (1991) berumur Paleosen. Tebal satuan tidak kurang dari
500 m.
9
pengendapannya laut dangkal. Formasi ini menindih tidak selaras Formasi
1993).
lemah - sedang; terdiri atas serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit dan breksi
Sulawesi Barat (Sukamto, 1975 b, lihat gambar). Mendala ini dicirikan oleh
berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat
jaman Kapur, yaitu, saat Mendala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat
Gaologi Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsug hingga Miosen Tengah, saat
10
kedua mendala tersebut bersatu. Pada akhir Miosen - Tengah sampai Pliosen
terjadi pengendapan sedimen molasa secara tak selaras di atas seluruh mendala
lipatan dengan sumbu berarah baratlaut - tenggara, serta sesar naik dengan bidang
sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan
BATUAN SEDIMEN
Batusabak, berwarna kelabu kehitaman sampai hitam, berlapis baik dengan tebal
berwarna putih kehijauan; berlapis baik dengan tebal 1 sampai 3 cm; mampat.
putih kelabu sampai kecoklatan; berlapis baik dengan tebal dan beberapa cm
sampai 25 cm; terutama tersusun dan kuarsa dan lempung; perdaunan searah
dengan bidang 49 perlapisan. Pualam, berwarna putih kelabu, berbutir halus dan
mampat. Batuan ini hanya tersingkap di daerah hulu S. Mariri sebelah timur
Galumpang.
dengan tebal dan beberapa cm sampai 20 cm. Batuan ini mengandung fosil
11
Globotruncana formicata formicata PLUMMER, Gbobotruncana stuartiformis
tertulis, 1985). Satuan ini diterobos oleh Granit Mamasa dan Granit Kambuno,
tertindih takselaras oleh Formasi Toraja dan batuan yang lebih muda lainnya.
Sebarannya terdapat di bagian tengah, selatan dan timurlaut Lembar, serta sedikit
dan ke Lembar Malili di timur. Tebalnya lebih dan 1.000 m. Singkapan batusabak
disertai cebakan bijih sulfida tembaga, besi, seng dan sedikit emas. Tebal unit
lapisan tipis resin dalam batulempung. Umumnya berlapis baik, dengan tebal
tegak. Secara keseluruhan, satuan ini mempunyai warna yang khas yaitu merah
12
sampai membundar benar; terdiri dari 90% - 95% kuarsa dan sisanya adalah
baik, beberapa lapisan membentuk lapisan bersusun dengan tebal berkisar dan 2
cm sampai 15 cm. Komponen utamanya terdiri dari kuarsa dan sedikit batuan
sedimen malih, dengan perekat atau massa dasar pasir kuarsa. Serpih, berwarna
kelabu kecoklatan; pasiran; mudah hancur; berlapis baik dengan tebal dan 2 cm
Batulanau, berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; mudah hancur; agak
lapuk berwarna merah kecoklatan. Batuan ini disisipi oleh lapisan tipis napal,
berwarna putih; cukup keras; tak berfosil. Umumnya terdapat pada bagian bawah
formasi.
agak lunak dan mengandung sedikit kerikil batuan sedimen malih yang
membundar tanggung. Batuan ini setempat disisipi lapisan tipis (2 cm) resin. Di
daerah sentuhan dengan tubuh granit, batuan ini menjadi sangat keras.
berlapis baik dengan tebal 2 sampai 10 cm; terdapat sebagai sisipan; lapukannya
13
Pelatispira orbitoides PROVALE, Amphistegina sp., Fabiania sp., Discocyclina
dan di bagian tengah Lembar, yaitu di daerah S. Hau dan S. Karataun. Tebalnya
diperkirakan lebih dari 1.000 m. Formasi ini mempunyai Anggota Rantepao yang
Miosen. Satuan ini pertama kali dikenal sebagai Formasi Serpih Tembaga
(de Koning Knif, 1914). Nama Formasi Tonja dimunculkan oleh Djuri dan
Sudjatmiko (1974) yang dibagi atas dua bagian yaitu batuan sedimen (serpih,
berwarna putih sampai coklat muda berlapis baik, setempat tergeruskan sehingga
fosil numulit tampak mengkilat dan menjadi terpipihkan searah bidang lapisan.
14
Quinqueloculina sp., Asterocyclina sp., ekinoid, koral dan ganggang yang
Anggota Rantepao dan Formasi Toraja tertindih takselaras oleh satuan batuan
Satuan ini tersingkap di bagian Tenggara Lembar, yaitu di daerah Rantepao, dan
Satuan ini pertama kali dikenal sebagai satuan Batugamping Formasi Toraja
(Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Nama Anggota Rantepao adalah nama baru yang
berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 25 cm. Satuan ini di banyak
Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Oligosen Akhir-Miosen Awal (P-2 1) atau
15
Satuan ini tersingkap baik, terutama di daerah aliran S. Lamasi sebelah
Napal, berwarna putih sampai coklat muda dan kelabu; tebal dan beberapa cm
sampai 1 m; berlapis baik dengan lapisan hampir mendatar agak keras; dan
sampai lunak; berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 15 cm;
dan tuf. Batulempung dan tuf, berwarna putih coklat agak lunak;
Rantepao dan menerus ke Lembar Majene dan Palopo di bagian selatan dan timur.
Formasi ini tertindih takselaras oleh Formasi Sekala. Satuan ini diduga menindih
16
Tebalnya diperkirakan 500 m - 700 m. Nama Formasi ini adalah nama baru
Lembar Majene dan bagian barat Palopo disebut satuan napal (Djuri dan
Sudjatmiko, 1974).
Tatanan Stratigrafi
Lembar Malili termasuk Mendala Geologi Sulawesi Timur dan Mendala Geologi
Sulawesi Barat, dengan batas Sesar Palu Koro yang membujur hampir utara-
selatan. Mendala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi menjadi dua lajur (Telt):
lajur batuah malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari
dan Neogen, intrusi Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang diendapkan di
Di Mendala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang
serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal. Umurnya belum
dapat dipastikan, tetapi diperkirakan sama dengan ofiolit di lengan timur Sulawesi
Pompangeo yang terdiri dari berbagai jenis sekis hijau di antaranya sekis mika,
17
atau pualam dan setempat breksi. Umurnya diduga tidak lebih tua dari Kapur. Di
atas ofiolit diendapkan tak selaras Formasi Matano: bagian atas berupa
sedangkan bagian bawah terdiri dari rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit
yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosilnya Formasi ini
BATUAN SEDIMEN
Batusabak, hitam sampai kelabu kehitaman padat dan keras, tebal lapisan
antara 10-20 m. Filit, merah kecoklatan; belahan berkembang baik dan persekisan
y
sudah tampak agak keras dan kompak.
p
Wake, kelabu kehijauan sampai kelabu; padat, keras; berukuran sedang;
gunungapi, hornblenda dan felspar; berlapis baik dengan tebal lapisan sekitar
60 cm. Perarian sejajar berkembang baik; kontak atas dan bawah lapisan sangat
jelas. Kuarsit, hijau cerah sampai merah keputihan; padat, sangat keras; berlapis
Batugamping, hitam; padat, menghablur dan sangat keras; berlapis baik dengan
berbutir halus padat dan keras. Konglomerat, kelabu; bersifat padat, dengan
18
komponen andesit dan batupasir, berukuran 2- 5 cm, kemas terbuka, perekat
batupasir. Rijang, putih sampai merah; padat, pejal, sangat keras; berfosi
radiolaria. Fosil untuk penentuan umur batuan tidak ditemukan, tetapi Brouwer
tenggara lembar, menemukan fosil yang berumur Kapur. Himpunan batuan dan
flysch yang diendapkan di pinggiran benua yang aktif Tanah Sunda (Sundaland).
Palopo sampai anak sungai Rongkong. Tebal satuan ini diperkirakan melebihi
1000 m, di atasnya tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Toraja dan batuan
Lembar Majene Palopo (Djuri & Sudjatmiko, 1974) di tenggara lembar peta.
konglomerat. Serpih, merah tua sampai merah hati; padat dan keras;
perlapisan cukup baik dengan tebal lapisan antara 5-30 cm; memperlihatkan
kehitaman; berupa batugamping koral, padat dan sangat keras, tidak berlapis;
sampai membulat tanggung; berlapis baik, tebal tiap lapisan antara 3 - 15 cm.
membulat, terekat oleh batupasir kasar dan berkemas terbuka Formasi Toraja
19
dengan sisipan konglomerat. Fosil foraminifera besar yang ditemukan dalam
20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
baik berupa data geomorfologi, stratigrafi (litologi), dan data struktur geologi.
Pada tahab ini dilakukan persiapan administrasi berupa perisinan baik dari
munyangkut peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian seperti peta
dengan skala 1:25.000, kompas geologi, dab alat-alat lainnya yang diperlukan
(MS) yaitu melakukan pengukuran detail pada setiap ketebalan perlapisan batuan
dari suatu lintasan yang di lalui dengan pencatatan berupa nomor stasiun dari
21
Pengukuran pada stasiun 1 dan 2 dilakukan dua arah yang berlawanan
didasarkan dari perkiraan umur batuan tertua ke muda, kedudukan dari perlapisan
batuan serta kondisi singkapan yang panjang dan waktu pengambilan data yang
terbatas.
Pada tahab ini semua data yang telah diamati dilapangan diolah dalam
yang dijumpai pada daerah penelitian yang digunakan untuk penentuan umur
22
3.2. Tahap Penyusun Laporan
komplikasi data yang dituangkan dalam bentuk tulisan yaitu Laporan Lapangan.
PERSIAPAN
PENELITIAN LAPANGAN
PENGOLAHAN DATA
PENYUSUNAN LAPORAN
LAPORAN
23