You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena yang terjadi dalam bidang geologi sangat menarik untuk diteliti

dan dianalisa, baik untuk yang bernilai ekonomis maupun untuk keperluan

keilmuan dan pengembangan wilayah. Penelitian di bidang geologi memerlukan

kemampuan mengananlisis dan menginterpretasi untuk mengetahuai proses awal

tatanan geologi dengan memperhatikan kondisi geomorfologi, struktur geologi

untuk meggambarkan sejarah geologi suatu daerah.

Kondisi geologi sulawesi telah banyak menarik perhatikan geologi untuk

menelitinya. Hal ini disebabkan karna pulau sulawesi merupakan daerah yang

banyak dipengaruhi oleh pertemuan beberapa lempeng tektonik.

Dalam rangka menyiapkan informasi geologi baik untuk kebutuhan ilmu

geologi itu sendiri maupun sebagai data awal untuk berbagai kebutuhan

pembangunan, maka harus dilakukan penelitian geologi meliputi analisis

stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi daerah penelitan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu kelulusan kuliah

analisis stratigrafi Pada Program Magister Geologi Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin.

Dengan tujuan untuk mengetahui struktur yangterdiri dari umur satuan,

kolom litologi, tebal, struktur sedimen, pemerian, kandungan mikrofosil serta

1
lingkungan pengendapan yang antinya akan mengarah pada pembuatan kolom

stratigrafi.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat akann dapat meluasnya pembahasan yang mengarah pada tidak

efisiensinya hasil yang diperoleh berikut penggunaan waktu dan biaya yang tidak

tepat. Maka pada penelitian ini hanya membahas masalah mengenai urut-urutan

stratigrafidari daerah toraja yang terdiri dari umur satuan, tebal, struktur sedimen,

kolom litologi, pemerian, kandungan mikrofosil serta lingkungan pengendapan

yang antinya akan mengarah pada pembuatan kolom stratigrafi.

1.4 Letak Waktu dan Kesampaian Daerah

Kegiatan kuliah lapangan ini dilakukan selama 2 (dua) hari tepatnya pada

tanggal 20-21 April 2018. Daerah Rantepao Kabupaten Toraja sampai perbatasan

Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar 330 km sebelah utara Kota Makassar

dan 35 km sebelah utara Makale (ibukota Kabupaten Tana Toraja). Lokasi

Penelitian secara geografis terletak pada 1190 45’ 00”-1190 49’ 08” BT dan 30 30’

00” – 30 34’ 00” LS dari Greenwich pada skala peta 1:25.000.

Daerah Rantepao Toraja Utara ini dapat dijangkau dengan menggunakan

mobil, dimana membutuhkan waktu sekitar 9 jam dari Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan.

2
Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian

3
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian adalah:

1. Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian.

2. Mengetahui sejarah geologi daerah penelitian.

3. Sebagai acuan pengembangan lokasi penelitian.

1.6 Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian antara lain, peta,

kompas, gps, kantong sample, spidol, alat tulis menulis, palu geologi, buku

cacatan lapangan, clipboard, larutan HCL, dll.

1.7 Peneliti Terdahulu

Secara umum daerah penelitian dan sekitarnya telah di teliti oleh peneliti

terdahulu, antara lain:

1. DE KONING KNIJFF (1914), menyelidiki Formasi Serpih Tembaga di

daerah Tanatoraja.

2. BROWER (1929), menyelidiki hubungan antara formasi serpih tembaga dan

batu gamping eosen dikaki gunung latimojong bagian barat.

3. DURI dan SUDJATMIKO (1974), membuat peta geologi lembar majene dan

bagian barat palopo, Sulawesi Selatan dengan skala 1 :250.000

4. RAB SUKAMTO (1982), menerbitkan peta geologi lembar pangkajene dan

watampone bagian barat.

4
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Tatanan Stratigrafi

Daerah Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo terbentuk oleh

beraneka macam batuan seperti, batuan sedimen, malihan, gunungapi dan

terobosan. Umurnya berkisar dari Mesozoikum sampai Kuarter. Satuan tertua di

Lembar ini adalah Batuan Malihan (TR w) yang terdiri dari sekis, genes, filit

dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat disamakan dengan Kompleks Wana di

Lembar Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dan Kapur dan tertindih

takselaras oleh Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun oleh filit, kuarsit,

batulempung malih dan pualam, berumur Kapur.

Satuan berikutnya adalah Formasi Toraja (Tet) terdiri dari batupasir

kuarsa, konglomerat kuarsa, kuarsit, serpih dan batulempung yang umumnya

berwarna merah alau ungu. Formasi ini mempunyai Anggota Rantepao (Tetr)

yang terdiri dari batugamping numulit berumur Eosen Tengah Eosen Akhir.

Formasi Toraja menindih takselaras Formasi Latimojong, dan tertindih takselaras

oleh Batuan Gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri dari batuan gunungapi,

sedimen gunungapi dan batugamping yang berumur Oligo-Miosen atau

Oligosen Akhir - Miosen Awal. Batuan gunungapi ini mempunyai

Anggota Batugamping (Tomc), tertindih selaras oleh Formasi Riu (Tmr) yang

terdiri dari batugamping dan napal. Formasi Riu berumur Miosen Awal -

Miosen Tengah, tertindih takselaras oleh Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan

Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi Sekala terdiri dari grewake, batupasir hijau,

napal dan batugamping bersisipan tuf dan lava bersusunan andesit-basal; berumur

5
Miosen Tengah - Pliosen; berhubungan men-jemari dengan Batuan Gunungapi

Talaya. Batuan Gunungapi Talaya terdiri dari breksi, lava dan tuf yang

bersusunan andesit-basal dan mempunyai Anggota Tuf Beropa (Tmb). Batuan

Gununapi Talaya menjemari dengan Batuan Gunungapi Adang (Tma) yang

terutama bersusunan leusit basalt.

Pemerian Satuan

Qa ALUVIUM : Lempung lanau, pasir, dan kerikil

Qpbt TUF BARUPU : Tuf, putih hingga kelabu muda, mengandung biotit

dan batuapung, bersusunan dasit; setempat dijumpai breksi, batuapung Umurnya

diduga Plistosen dan tebalnya sekitar 300 m. Nama satuan ini pertamakali

digunakan oleh Abendanon (1915).

Qphs ENDAPAN ANTAR GUNUNG : Konglomerat mengandung komponen

granit, batupasir tufaan, batulanau dan serpih, setempat mengandung fosil

moluaka; termampatkan lemah.

Qpps NAPAL PAMBAUANG : Napal tufa, serpih napalan meagandung nodul,

batupasir tufaan, dan lensa-lensa konglomerat; mengandung fosil foraminifera

yang menunjukkan umur Plistosen. Tebal satuan sekitar 300 m, dan kemungkinan

terendapkan di lingkungan laut dangkal.

Tmpi BATUAN TEROBOSAN : Umumnya batuan beku bersusunan asam

sampai menengah seperti granit, granodiorit, diorit, senit, monzonit kuarsa den

riolit; setempat dijumpai gabro di G. Pangi. Singkapan terbeser di daerah G.

Paroreang yang menerus sampai daerah G. Gandadiwata di Lembar Mamuju

(Ratman dan Atmawinata, 1993). Umumya diduga Pliosen karena menerobos

Batuan Gunungapi Walimbong yang berumur Mio-Pliosen, serta berdasarkan

6
kesebandingan dengan granit di Lembar Pasangkayu yang berumur 3,35 juta

tahun (Sukamto, I975a).

Tppv BATUAN GUMINGAPI PAREPARE : Breksi gunungapi berkomponen

trakit dan andesit; batuapung, batupasir tufaan, konglomerat dan breksi tufaan;

diterobos oleh, retas-retas trakit-andesit. Umur satuan adalah Pliosen

berdasarkan penarikhan radiometri pada trakit dan tufa di Parepare yang

menghasilkan umur 4,25 dan 4,95 juta tahun (S.D. Obradovich, dalam

Sukamto,1982).

Tppl ANGGOTA LAVA BATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : Lava trakit,

kelabu muda hingga putih, berkekar-tiang.

Tmpm FORMASI MAPI : Batupasir tufan, batulanau, batulempung, batugamping

pasiran dan kanglomerat. Berdasarkan kandungan fosil foraminiferanya umur

formasi ini Miosen Tengah - Pliosen. Formasi ini tersingkap di daerah S.

Mapi, tebalnya sekitar 100 m.

Tpw FORMASI WALANAE : Konglametat, sedikit batupasir glaokonit dan

serpih; mengandung kokuina, moluska dan foraminifera yang menunjukkan umur

Pliosen, sedang lingkungan pengendapannya darat hingga laut dangkal. Ke arah

Selatan, di Lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat (Sukamto.

1982), batupasir semakin menguasai dan berselingan dengan batulanau, tuf, napal,

konglomerat dan batugamping. Batugamping di Tacipi disebut Anggota Tacipi.

Tebal formasi tidak kurang dari 1700 m.

Tpl ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI WALANAE : Batugamping

terumbu, tebalnya kurang dari 100 m, dijumpai menumpangi atau sebagai lensa

pada bagian atas Batuan Gunungapi Walimbong (Tmpv). umurya sekitar Mio-

7
Pliosen. dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batuan serupa dan seumur

di Lembar Pangkajene dan bagian barat Watampone (Sukamto, 1982) disebut

Anggota Tacipi Formasi Walanae, di Lembar Enrekang (Sukido. 1997) disebut

Formasi Tacipi.

Tmpv BATUAN GUNUNGAPI WALIMBONG : Lava berausunsn basal

sampai andesit, sebagian lava bantal; breksi andesit piroksin, breksi andsit trakit;

mengandung feldspatoid di beberspa tempat; diendapkan di lingkungan laut.

diduga berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan Formasi Sekala yang

berumur Miosen Tengah - Pliosen; tebalnya ratusan meter.

Tmm FORMASI MANDAR : Batupasair, batulanau dan serpih, berlapis baik,

mengandung lensa lignit, mengandung foraminifera berumur Miosen Akhir, tebal

mencapai 400 m, mungkin diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai deltaik;

di Lembar Mamuju formasi ini dikuasai oleh napal dan batugamping dengan

sisipan tuf, batupasir dan konglomerat, serta disebut Formasi Mamuju (Ratman

dan Atmawinata, 1993).

Tmps FORMASI SEKALA : Batupasir, konglomerat, serpih, tuf, sisipan lava

andesit – basalan,; mengandung foraminifera berumur Miosen Tengah – Pliosen

dengan lingkungan pengendapan laut dangkal; tebalnya sekitar 500 m. Di Lembar

Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993) formasi ini juga disusun oleh batupasir

hijau, napal dan lava bantal, dan sebagian batuan bercirikan endapan turbidit.

Tomd FORMASI DATE : Napal diselingi batulanau gampingan dan

batupasir gampingan; tebal endapan mencapai 500 - 1000 m; kandungan

foraminifera menunjukkan umur Oligosen Tengah - Miosen Tengah dengan

8
lingkungan pengendapan laut dangkal. Di Lembar Mamuju (Ratman dan

Atmawinata. 1993) formasi ini disebut Formasi Rio.

Tomm FORMASI MAKALE : Batugamping terumbu, terbentuk di laut 40

dangkal. Umurnya diduga Miosen Awal - Miosen Tengah.

Tms PORMASI SALOWAJO : Napal dan batugamping yang tersisip, setempat

mengandung batupasir gampingan berwarna abu-abu biru sampai hitam,

konglomerat dan breksi, Foraminifera umurnya berjangka dari Miosen Awal

hingga Miosen Tengah termuda.

Tml FORMASI LOKA : Batuan epiklastik gunungapi terdiri dari batupasir

andesitan batulanau, konglomeerat dan breksi. Berlapis hingga masif terutama

sebagai endapan darat hingga delta dan laut dangkal. Fosil foraminifera

menunjukkan umur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Tebalnya mencapai ratusan

meter.

Tolv BATUAN GUNUNGAPI LAMASI : Lava andesit, basal, breksi

gunungapi, batupasir dan batulanau; setempat mengandung feldspatoid; umumnya

terkloritkan dan terkersikan; umurnya diduga Oligosen karena menindih Formasi

Toraja (Tets) yang berumur Eosen, sedang Formasi Toraja menurut

Simandjuntak, drr. (1991) berumur Paleosen. Tebal satuan tidak kurang dari

500 m.

Tets FORMAS1 TORAJA : Serpih coklat kemerahan, serpih napalan kelabu,

batugamping, batupasir kuarsa, konglomerat, batugamping, dan setempat

batubara. Tebal formasi diduga tidak kurang dan 1000 m.

Fosil foraminifera besar pada batugamping menunjukkan umur Eosen - Miosen

(Budiman, 1981. dalam Simandjuntak, drr., 1993). Sedang lingkungan

9
pengendapannya laut dangkal. Formasi ini menindih tidak selaras Formasi

Latimojong dan ditindih tidak selaras oleh Batuan Gunungapi Lamasi.

Tetl ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI TORAJA : Batugamping kelabu

hingga putih, bebeepa lensa-lensa besar, mengandung numulites berumur Eosen

dengan lingkungan pengendapan laut dangkal, tebalnya sekitar 500 m; di Lembar

Mamuju disebut Anggota Rantepao Formasi Toraja (Ratman dan Atmawinata,

1993).

Kls FORMASI LATIMOJONG : Secara umum formasi ini mengalami pemalihan

lemah - sedang; terdiri atas serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit dan breksi

terkersikkan; diterobos oleh batuan beku menengah sampai basa; di Lembar

Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993) juga dijumpai batulempung

mengandung fosil Globotruncana berumur Kapur Akhir, dengan lingkungan

pengendapan laut dalam. Tabal formasi lebih dari 1000 m.

2.2 Tektonika Dan Struktur

Lembar Majene dan bagian barat Palopo terletak di Mendala Geologi

Sulawesi Barat (Sukamto, 1975 b, lihat gambar). Mendala ini dicirikan oleh

batuan sedimen laut dalam berumur Kapur - Paleogen yang kemudian

berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan akhirnya gunungapi darat

di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur Miosen-Pliosen juga

mencirikan mendale ini. Sejarah tektoniknya dapat diuraikan mulai dari

jaman Kapur, yaitu, saat Mendala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat

mengikuti gerakan tunjaman landai ke barat di bagian timur Mendala

Gaologi Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsug hingga Miosen Tengah, saat

10
kedua mendala tersebut bersatu. Pada akhir Miosen - Tengah sampai Pliosen

terjadi pengendapan sedimen molasa secara tak selaras di atas seluruh mendala

geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan di Mendala Geologi

Sulawesi Barat, Pada Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi tercenangga. Didaerah

pemetaan, percenanggaan ini diduga telah mengakibatkan terbentuknya

lipatan dengan sumbu berarah baratlaut - tenggara, serta sesar naik dengan bidang

sesar miring ke timur. Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan

membentuk bentangalam seperti sekarang ini.

BATUAN SEDIMEN

Kls FORMASI LATIMOJONG : batusabak, kuarsit, filit, batupasir kuarsa

malih, batulanau malih dan pualam; setempat batulempung gampingan.

Batusabak, berwarna kelabu kehitaman sampai hitam, berlapis baik dengan tebal

dan 2 cm sampai 10 cm; mampat; setempat mengandung urat kuarsa. Kuarsit,

berwarna putih kehijauan; berlapis baik dengan tebal 1 sampai 3 cm; mampat.

Filit, berwarna merah kecoklatan perdaunan searah dengan bidang

perlapisan. Batupasir kuarsa malih dan batulempung malih, umumnya berwarna

putih kelabu sampai kecoklatan; berlapis baik dengan tebal dan beberapa cm

sampai 25 cm; terutama tersusun dan kuarsa dan lempung; perdaunan searah

dengan bidang 49 perlapisan. Pualam, berwarna putih kelabu, berbutir halus dan

mampat. Batuan ini hanya tersingkap di daerah hulu S. Mariri sebelah timur

Galumpang.

Batulempung gampingan, berwarna kelabu muda, cukup keras; berlapis

dengan tebal dan beberapa cm sampai 20 cm. Batuan ini mengandung fosil

11
Globotruncana formicata formicata PLUMMER, Gbobotruncana stuartiformis

DOLBIER, Globotruncana sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Kapur

Akhir dengan lingkungan pengendapan laut dalam (Purnamaningsih, hubungan

tertulis, 1985). Satuan ini diterobos oleh Granit Mamasa dan Granit Kambuno,

tertindih takselaras oleh Formasi Toraja dan batuan yang lebih muda lainnya.

Sebarannya terdapat di bagian tengah, selatan dan timurlaut Lembar, serta sedikit

di bagian timur. Di bagian timurlaut, menerus ke Lembar Pasangkayu di utara,

dan ke Lembar Malili di timur. Tebalnya lebih dan 1.000 m. Singkapan batusabak

di S. Karataun daerah Galumpang banyak mengandung urat kuarsa yang

disertai cebakan bijih sulfida tembaga, besi, seng dan sedikit emas. Tebal unit

kuarsa beraneka dan beberapa cm sampai 50 cm. Nama Formasi Latimojong

pertama kali digunakan oleh Brouwer (1934) dengan lokasi tipenya di

Pegunungan Latimojong, Lembar Majene. (Djuri dan Sudjatmiko, 1979).

Tet FORMASI TORAJA perselingan batupasir kuarsa, serpih dan

batulanau, ber sisipa konglomerat kuarsa, batulempung karbonat, batugamping,

napal, batupasir hijau, batupasir gampingan dan batubara, setempat dengan

lapisan tipis resin dalam batulempung. Umumnya berlapis baik, dengan tebal

lapisan berkisar dan beberapa cm sampai lebih dari 1 m. Setempat berstruktur

perarian sejajar, lapisan bersusun dan silang-siur.

Satuan ini umumnya terlipat, setempat mempunyai kemiringan hampir

tegak. Secara keseluruhan, satuan ini mempunyai warna yang khas yaitu merah

kecoklatan sampai ungu, dan beberapa berwarna kelabu kehitaman.

Batupasir kuarsa, berwarna putih-kelabu muda, coklat kemerahan sampai ungu;

berukuran sedang sampai kasar; terpilah baik, butiran membundar tanggung

12
sampai membundar benar; terdiri dari 90% - 95% kuarsa dan sisanya adalah

kepingan mineral rutil dan zirkon; berperekat kuarsa halus.

50 Konglomerat kuarsa, berwarna putih kelabu; sangat pejal; ukuran butir

dari 5 mm sampai 3 cm, membundar tanggung sampai membundar baik, terpilah

baik, beberapa lapisan membentuk lapisan bersusun dengan tebal berkisar dan 2

cm sampai 15 cm. Komponen utamanya terdiri dari kuarsa dan sedikit batuan

sedimen malih, dengan perekat atau massa dasar pasir kuarsa. Serpih, berwarna

kelabu kecoklatan; pasiran; mudah hancur; berlapis baik dengan tebal dan 2 cm

sampai 1 m, setempat bersisipan batugamping kelabu yang keras setebal 1 sampai

5 cm dan tak berfosil.

Batubara umumnya terdapat sebagai sisipan dalam batupasir kuarsa,

tebalnya 40 - 75 cm, tersingkap di utara Tamalea dan sebelah barat Galumpang.

Batulanau, berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; mudah hancur; agak

gampingan; berlapis baik dengan tebal dari 2 cm sampai 15 cm; yang

lapuk berwarna merah kecoklatan. Batuan ini disisipi oleh lapisan tipis napal,

berwarna putih; cukup keras; tak berfosil. Umumnya terdapat pada bagian bawah

formasi.

Batulempung karbonan, berwarna kelabu tua sampai coklat kemerahan;

agak lunak dan mengandung sedikit kerikil batuan sedimen malih yang

membundar tanggung. Batuan ini setempat disisipi lapisan tipis (2 cm) resin. Di

daerah sentuhan dengan tubuh granit, batuan ini menjadi sangat keras.

Batugamping bioklastika, berwarna putih kehijauan sampai kelabu; pejal;

berlapis baik dengan tebal 2 sampai 10 cm; terdapat sebagai sisipan; lapukannya

berwarna merah. Fosil yang ditemukan dalam batugamping bioklastika adalah

13
Pelatispira orbitoides PROVALE, Amphistegina sp., Fabiania sp., Discocyclina

sp., Asterocyclina sp., Nummulites sp., Globorotalia gulbrooki BOLLI dan

Operculina sp. Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Eosen Tengah-Eosen

Akhir (Sudiyono, hubungan tertulis, 1985). Lingkungan pengendapannya adalah

laut dangkal sampai darat.

Formasi ini tersebar di sudut tenggara Lembar, yaitu di daerah Rantepao

dan di bagian tengah Lembar, yaitu di daerah S. Hau dan S. Karataun. Tebalnya

diperkirakan lebih dari 1.000 m. Formasi ini mempunyai Anggota Rantepao yang

berhubungan menjemari. Formasi Toraja diduga menindih takselaras Formasi

Latimojong dan tertindih takselaras oleh satuan batuan gunungapi Oligosen -

Miosen. Satuan ini pertama kali dikenal sebagai Formasi Serpih Tembaga

(de Koning Knif, 1914). Nama Formasi Tonja dimunculkan oleh Djuri dan

Sudjatmiko (1974) yang dibagi atas dua bagian yaitu batuan sedimen (serpih,

batugamping, batupasir kuarsa, dan konglomerat kuarsa) dan batugamping.

Dalam laporan ini batugampingnya disebut Anggota Rantepao. Nama Formasi

ini berasal dari daerah Toraja yang merupakan lokasi tipenya.

Tetr ANGGOTA RANTEPAO, FORMASI TORAJA : batugamping numulit

dan batugamping terhablur ulang, sebagian tergerus. Batugamping numulit,

berwarna putih sampai coklat muda berlapis baik, setempat tergeruskan sehingga

fosil numulit tampak mengkilat dan menjadi terpipihkan searah bidang lapisan.

Batugamping terhablur ulang, berwarna putih kelabu sampai coklat terang;

sebagian berlapis; setempat berkepingan. Selain Nummulit sp., batuan ini

mengandung pula fosil Discocyclina sp., Pelatispira sp., Ascocyclina sp.,

14
Quinqueloculina sp., Asterocyclina sp., ekinoid, koral dan ganggang yang

menunjukkan umur Eosen dengan lingkungan pengendapannya laut dangkal

(Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985).

Batugamping numulit ini sebagian berupa lensa di dalam Formasi Toraja.

Anggota Rantepao dan Formasi Toraja tertindih takselaras oleh satuan batuan

gunungapi Oligosen-Miosen dan diduga menindih takselaras Formasi Latimojong.

Satuan ini tersingkap di bagian Tenggara Lembar, yaitu di daerah Rantepao, dan

sedikit di bagian tengah Lembar, yaitu di dekat Galumpang. Tebalnya ± 500 m.

Satuan ini pertama kali dikenal sebagai satuan Batugamping Formasi Toraja

(Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Nama Anggota Rantepao adalah nama baru yang

diusulkan, lokasi tipenya terdapat di sekitar Rantepao.

Tomc ANGGOTA BATUGAMPING, BATUAN GUNUNGAPI LAMASI;

batugamping dan napal. Batugamping, berwarna putih; pejal; terhablur ulang;

miskin fosil; sebagian berupa terumbu. Napal, berwarna kelabu kecoklatan;

berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 25 cm. Satuan ini di banyak

tempat merupakan lensa di dalam Batuan Gunungapi Lamasi (Toml). Napal

ini mengandung fosil Globigerina angulisuturalis BOLLI Catapsydrax dissimilis

CUSHMAN dan BERMUDEZ, Globorotalia cf G. seakensis LEROY,

Globorotaloides suteri BOLLI, dan Globigerina cf, G. selli BORzETU.

Kumpulan fosil ini menunjukkan umur Oligosen Akhir-Miosen Awal (P-2 1) atau

bagian bawah N4, diendapkan dalam lingkungan litoral sampai neritik

(Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985).

15
Satuan ini tersingkap baik, terutama di daerah aliran S. Lamasi sebelah

utara Rantepao, berhubungan menjemari dengan seri batuan gunungapi

Oligosen Miosen (Tomc). Tebalnya diduga 100 m.

Tmr FORMASI RIU; napal, batugamping, serpih, batupasir gampingan

bersisipan batulempung dan tuf.

Napal, berwarna putih sampai coklat muda dan kelabu; tebal dan beberapa cm

sampai 1 m; berlapis baik dengan lapisan hampir mendatar agak keras; dan

banyak mengandung fosil.

Batugamping pasiran, berwarna putih sampai coklat muda; sebagian

berlapis; setempat terhablurkan; beberapa berupa terumbu. Serpih, berwarna

kelabu; tebal lapisan mencapai 1 m lebih; bersisipan batugamping pasiran setebal

5 cm sampai 20 cm. Batupasir gampingan, berwarna kelabu kecoklatan agak keras

sampai lunak; berlapis baik dengan tebal dari beberapa cm sampai 15 cm;

biasanya berselingan dengan batulempung, bersisipan batugamping pasiran

dan tuf. Batulempung dan tuf, berwarna putih coklat agak lunak;

umumnya merupakan sisipan tipis di dalam batugamping pasiran dan sedikit

dalam serpih. Formasi ini mengandung fosil, di antaranya adalah: Lepidocyclina

martini SCHLUMBERGER, Lepidocyclina omphalus TAN SIN HOK,

Mioqypsina sp., dan Heterostegina sp., yang menunjukkan umur Miosen

Awal-Miosen Tengah dan berlingkungan pengendapan laut dangkal

(Purnamaningsih, hubungan tertulis, 1985). Sebarannya terutama di sekitar

Rantepao dan menerus ke Lembar Majene dan Palopo di bagian selatan dan timur.

Formasi ini tertindih takselaras oleh Formasi Sekala. Satuan ini diduga menindih

selaras Batuan Gunungapi Lamasi dan menindih takselaras Formasi Toraja.

16
Tebalnya diperkirakan 500 m - 700 m. Nama Formasi ini adalah nama baru

yang diusulkan dan singkapan terbaik terdapat di S. Riu. Satuan ini di

Lembar Majene dan bagian barat Palopo disebut satuan napal (Djuri dan

Sudjatmiko, 1974).

2.3 Stratigrafi Regional

Tatanan Stratigrafi

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional

Lembar Malili termasuk Mendala Geologi Sulawesi Timur dan Mendala Geologi

Sulawesi Barat, dengan batas Sesar Palu Koro yang membujur hampir utara-

selatan. Mendala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi menjadi dua lajur (Telt):

lajur batuah malihan dan lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari

batuan ultramafik dan batuan sedimen petagos Mesozoikum.

Mendala Geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen

dan Neogen, intrusi Neogen dan sedimen flysch Mesozoikum yang diendapkan di

pinggiran benua (Paparan Sunda).

Di Mendala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang

terdiri dari ultramafik termasuk harzburgit, dunit, piroksenit, wehrlit dan

serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal. Umurnya belum

dapat dipastikan, tetapi diperkirakan sama dengan ofiolit di lengan timur Sulawesi

yang berumur Kapur – Awal Tersier (Simandjuntak, 1986).

Di bagian barat mendala ini terdapat lajur metamorfik, komplek

Pompangeo yang terdiri dari berbagai jenis sekis hijau di antaranya sekis mika,

sekis hornblenda, sekis glaukofan, filit, batusabak, batugamping terdaunkan

17
atau pualam dan setempat breksi. Umurnya diduga tidak lebih tua dari Kapur. Di

atas ofiolit diendapkan tak selaras Formasi Matano: bagian atas berupa

batugamping kalsilutit, rijang radiolaria, argilit dan batulempung napalan,

sedangkan bagian bawah terdiri dari rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit

yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosilnya Formasi ini

menunjukkan umur Kapur.

Mendala Geologi Sulawesi Barat

BATUAN SEDIMEN

Kls FORMASI LATIMOJONG : perselingan batusabak, filit, wake, kuarsit,

batugamping dan batulanau dengan sisipan konglomerat dan rijang, umumnya

termalih sangat lemah.

Batusabak, hitam sampai kelabu kehitaman padat dan keras, tebal lapisan

antara 10-20 m. Filit, merah kecoklatan; belahan berkembang baik dan persekisan
y
sudah tampak agak keras dan kompak.
p
Wake, kelabu kehijauan sampai kelabu; padat, keras; berukuran sedang;

(fragmen) membulat sampai membulat tanggung, terdiri atas rombakan batuan

gunungapi, hornblenda dan felspar; berlapis baik dengan tebal lapisan sekitar

60 cm. Perarian sejajar berkembang baik; kontak atas dan bawah lapisan sangat

jelas. Kuarsit, hijau cerah sampai merah keputihan; padat, sangat keras; berlapis

baik; tebal lapisan sampai 1 m.

Batugamping, hitam; padat, menghablur dan sangat keras; berlapis baik dengan

tebal lapisan 30 - 50 cm. Batulanau, kelabu sampai kelabu kemerahan; perarian;

berbutir halus padat dan keras. Konglomerat, kelabu; bersifat padat, dengan

18
komponen andesit dan batupasir, berukuran 2- 5 cm, kemas terbuka, perekat

batupasir. Rijang, putih sampai merah; padat, pejal, sangat keras; berfosi

radiolaria. Fosil untuk penentuan umur batuan tidak ditemukan, tetapi Brouwer

(1934) di Pegunungan Latimojong dan Reyzer (1920) di Babakan di bagian

tenggara lembar, menemukan fosil yang berumur Kapur. Himpunan batuan dan

struktur sedimen memperlihatkan bahwa Formasi Latimojong adalah endapan

flysch yang diendapkan di pinggiran benua yang aktif Tanah Sunda (Sundaland).

Formasi Latimojong melampar di pojok baratdaya daerah penyelidikan, mulai dan

Palopo sampai anak sungai Rongkong. Tebal satuan ini diperkirakan melebihi

1000 m, di atasnya tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Toraja dan batuan

gunungapi Lamasi. Satuan ini merupakan kelanjutan dan Formasi Latimojong di

Lembar Majene Palopo (Djuri & Sudjatmiko, 1974) di tenggara lembar peta.

Tets FORMASI TORAJA : serpih, batugamping dan batupasir dengan sisipan

konglomerat. Serpih, merah tua sampai merah hati; padat dan keras;

perlapisan cukup baik dengan tebal lapisan antara 5-30 cm; memperlihatkan

“reticulate cleavage”. Batugamping, putih kekuningan sampai kelabu

kehitaman; berupa batugamping koral, padat dan sangat keras, tidak berlapis;

tebal mencapai 50 m. Batupasir, kelabu kehijauan sampai coklat; padat, keras,

berkomponen kepingan batuan, kuarsa dan felspar berbutir sedang, membulat

sampai membulat tanggung; berlapis baik, tebal tiap lapisan antara 3 - 15 cm.

Konglomerat, kelabu kehitaman; padat dan keras, berkomponen kuarsit,

kuarsaan baturijang; berukuran 0,5-3 cm, membulat tanggung sampai

membulat, terekat oleh batupasir kasar dan berkemas terbuka Formasi Toraja

didominasi oleh serpih, batugamping dan batupasir berselingan dengan serpih,

19
dengan sisipan konglomerat. Fosil foraminifera besar yang ditemukan dalam

batugamping: Muniditcs sp, Discocyclina Sp, Bordis S Lepidocyclina sp.

Operculina sp, Cydoclypcus sp dan Miogypsina sp menunjukkan umur

Eosen-Miosen (Budiman, 1981). Satuan ini diendapkan pada lingkungan dangkal

sampai air payau.

20
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

pemetaan geologi permukaan yang menggunakan peta dasar berskala 1:10.000

dengan pengamatan langsung pengambilan dilapangan yang meliputi data geologi

baik berupa data geomorfologi, stratigrafi (litologi), dan data struktur geologi.

3.1.1. Tahap Pesiapan

Pada tahab ini dilakukan persiapan administrasi berupa perisinan baik dari

pihak universitas hasanuddin maupun pemerintah daerah serta persiapan teknis

munyangkut peralatan dan bahan yang digunakan selama penelitian seperti peta

dengan skala 1:25.000, kompas geologi, dab alat-alat lainnya yang diperlukan

dalam kegiatan penelitian tersebut.

Dalam tahab ini juga dilakukan studi literatur untuk memperoleh

gambaran umum mengenai daerah penelitian yang selanjutnya digunakan sebagai

pedoman dalam penyusunan laporan.

3.1.2. Tahap Pengumpulan Data

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode measuring section

(MS) yaitu melakukan pengukuran detail pada setiap ketebalan perlapisan batuan

dari suatu lintasan yang di lalui dengan pencatatan berupa nomor stasiun dari

ketebalan stasiun, tebal, arah kemiringan perlapisan, struktur sedimen, kandungan

fosil, lithologi, pemerian dan keterangan.

21
Pengukuran pada stasiun 1 dan 2 dilakukan dua arah yang berlawanan

didasarkan dari perkiraan umur batuan tertua ke muda, kedudukan dari perlapisan

batuan serta kondisi singkapan yang panjang dan waktu pengambilan data yang

terbatas.

3.1.3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahab ini semua data yang telah diamati dilapangan diolah dalam

bentuk kolom lithologi sementara yang selanjutnya dibuat ke dalam kolom

stratigrafi untuk dianalisa dan diinterpretasikan.

3.1.4. Tahap Analisa Data

Tahap analisa laboratorium merupakan kegiatan yang dilakukan setelah

kembali dari lokasi penelitian yang meliputi berupa analisa yaitu:

1. Analisa stratigrafi dimaksud untuk mengetahui kandungan fosil dari batuan

yang dijumpai pada daerah penelitian yang digunakan untuk penentuan umur

relatif dan lingkungan pengendapan.

2. Analisa struktur geologi, dilakukan untuk mengetahui jenis struktur yang

bekerja pada daerah penelitian sehingga dapat diketahui mekanisme struktur

pada daerah penelitian.

3. Analisa geomorfologi dilakukan untuk mengelompokkan satuan-satuan

bentang alam berdasarkan data-data geomorfologi, penetuan jenis dan pola

pengaliran sungai serta daerah penelitian.

22
3.2. Tahap Penyusun Laporan

Tahap ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian penelitian berupa

komplikasi data yang dituangkan dalam bentuk tulisan yaitu Laporan Lapangan.

SKEMA TAHAPAN PENYUSUNAN LAPORAN

PERSIAPAN

ADMINISTRATIF STUDI PUSTAKA

PENELITIAN LAPANGAN

PENGOLAHAN DATA

PENYUSUNAN LAPORAN

LAPORAN

Gambar 3.1 Skema Tahapan Penyusunan Laporan.

23

You might also like