You are on page 1of 14

Tinjauan pustaka

PERKEMBANGAN TERKINI DALAM DIAGNOSIS


DAN PENATALAKSANAAN IRRITABEL BOWEL SYNDROME

I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa

Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/ RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRACT

UPDATE IN DIAGNOSIS AND TREATMENT IRRITABEL BOWEL SYNDROME

Irritable bowel syndrome (IBS) is a common gastrointestinal (GI) motility and sensory disorder that is
characterized by abdominal pain/discomfort, bloating and altered bowel habit. The disease accounts for huge
costs for both patients and health-care systems and worsens significantly patients’ quality of life. Diagnosis is
based on the identification of symptoms according to Manning, Rome I and Rome II criteria and the most recent
Rome III criteria and exclusion of alarm indicators. The treatment of IBS is centred on an excellent doctor–
patient relationship along with drugs targeting the predominant symptom, especially during exacerbations. This
review aim to explain new ctriteria to diagnose IBS and to conduct a systematic evidence-based review of
pharmacological therapies currently used, or in clinical development, for the treatment of IBS

Keywords: irritabel bowel syndrome, diagnosis, treatment

PENDAHULUAN Irritabel bowel syndrome merupakan


penyakit yang sangat sering ditemukan. Perkiraan
Irritabel bowel syndrome (IBS) merupakan yang tepat prevalensi IBS sangat sulit, karena
kelainan fungsional saluran cerna yang sering hampir 70% dari orang dengan gejala IBS tidak
terjadi yang ditandai dengan nyeri perut, rasa tidak mendatangi tempat pelayanan kesehatan.2
nyaman diperut dan perubahan pola buang air besar Prevalensi IBS berdasarkan studi populasi antara
(BAB).1 Sebagai gejala tambahan pada nyeri perut, 10-26% di negara barat.1 Prevalensi IBS secara pasti
diare atau konstipasi, gejala khas lain meliputi perut sulit ditentukan karena berbedanya definisi dan
kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi kriteria klinis yang digunakan untuk menentukan
atau strining dan perasaan evakuasi kotoran tidak sindrom ini.3 Dari hasil penelitian Hillila dan
lengkap.2 Farkkila4 didapatkan prevalensi IBS berdasarkan
kriteria manning 2, manning 3, Rome I, Rome II

240 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


berturutan adalah 16,2%, 9,7%, 5,6%, dan 5,1%. DEFINISI
Disini tampak bahwa prevalensi IBS menurut
kriteria Rome II lebih rendah dari kriteria manning. Menurut sistem klasifikasi Rome, IBS
Penelitian lain oleh Hungin5 di 8 negara ditandai dengan adanya determinan fisiologi yang
eropa mendapakan prevalensi IBS sebesar 11,5% multipel, yang berperanan pada gejala dari IBS dan
(6,2-12%). Sedangkan dari penelitian epidemiologi bukan merupakan satu penyakit yang tunggal. IBS
di Birmingham pada 8386 pasien, didapatkan didefinisikan sebagai kelompok kelainan fungsional
prevalensi IBS 10,9% (6,6% laki-laki dan 14% dari saluran cerna dimana adanya rasa tidak nyaman
perempuan), dengan profil gejala yang ditandai atau nyeri perut dihubungkan dengan defekasi atau
dengan diare 25,4%, konstipasi 24,1% dan gejala perubahan pada pola defekasi, dan dengan
bergantian diare dan konstipasi 46,7%.6 gambaran kelainan pada defekasi.8
Irritabel bowel syndrome pada umumnya
dianggap sebagai penyakitnya wanita, berdasarkan
temuan pada sampel dimana wanita 3-4 kali lebih PATOGENESIS IBS
sering dari laki-laki pada seting klinis, dan
diperkirakan 2:1 pada komunitas masyarakat. Patogenesis IBS belum diketahui dengan
Alasan kenapa wanita lebih sering mengalami IBS baik, telah diusulkan adanya peranan kelainan
tidak diketahui.7 aktivitas motoris dan sensoris usus, disfungsi saraf
Irritabel bowel syndrome merupakan pusat, gangguan psikologis, stress, dan faktor
diagnosis tersering pada klinik gantroenterologi, luminal pada pathogenesis dari IBS.9 Tidak ada
yang mencapai 50% dari seluruh konsultasi.2 Pasien mekanisme fisiologi khusus sebagai karakter dari
memiliki dampak ekonomi yang signifikan pada IBS, setidaknya ada 3 faktor yang saling
pelayanan kesehatan dengan meningkatnya berhubungan yang mempengaruhi gejala dengan
konsultasi untuk penyakit yang ringan, kadang berbagai tingkat pada masing-masing individu
sampai berobat ke poliklinik kebidanan maupun dengan IBS, yaitu:8
bedah, dilakukan tindakan bedah yang tidak tepat, 1. Perubahan reaktivitas usus (motilitas, sekresi)
dan ketidakhadiran di tempat kerja.7 Sampai 40% dalam respon terhadap rangsangan lumen
pasien IBS menunjukkan penghindaran dari (seperti makanan, distensi usus, inflamasi,
aktivitas sosial, mulai dari menghindari makanan faktor bakteri) atau provokasi lingkungan
sampai menghindari kerja dan aktivitas yang (stress psikososial), yang mengakibatkan
membuang-buang waktu. Pasien melaporkan gejala diare dan atau konstipasi.
kualitas hidup yang lebih jelek, yang dapat memiliki 2. Hipersensitivitas usus dengan peningkatan
dampak pada persepsi beratnya kondisi mereka. persepsi visceral dan nyeri.
Karena besarnya masalah yang ditimbulkan oleh 3. Disregulasi aksis otak-usus, mungkin
IBS maka berikut akan dibahas mengenai diagnosis berhubungan dengan reaktivitas stress yang
dan penatalaksanaan dari IBS berdasarkan bukti- lebih besar dan perubahan persepsi dan atau
bukti klinis. modulasi dari signal aferen visceral.

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
241
Disregulasi aksis otak-usus mungkin juga spinalis, daerah yang kaya dengan neurotrasmiter
memegang peranan pada subgroup pasien seperti katekolamin dan serotonin. Secara sentral
dengan inflamasi usus dan adanya factor imun mungkin ada perbedaan pada cara otak memodulasi
setelah infeksi atau inflamasi dari usus. signal aferen dari neuron kornu dorsalis melalui
jalur ascending. Dari sebuah penelitian didapatkan
Perubahan motilitas usus, hipersensitivitas visceral, adanya kelainan sentral primer dari proses nyeri
factor psikologis, ketidakseimbangan neurotrans- visceral. Beberapa penulis menyatakan bahwa
mitter, dan infeksi telah diusulkan memainkan kewaspadaan yang berlebihan lebih bertanggung
peranan dalam perkembangan dari IBS.10 jawab dari pada hipersensitivitas visceral murni
untuk ambang nyeri yang rendah pada pasien IBS.10
Perubahan motilitas usus
Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada Faktor psikososial
kontraktilitas kolon dan usus halus telah diketahui Stress psikologis dapat merubah fungsi
pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan motor pada usus halus dan kolon, baik pada orang
makanan dapat merubah kontraktilitas kolon. normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien
Motilitas abnormal dari usus halus selama puasa, pada pusat rujukan memiliki gejala psikiatri seperti
seperti kehilangan dari komplek motor penggerak somatisasi, depresi, dan cemas. Dan pasien dengan
dan adanya kontraksi yang mengelompok dan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala ini. Ada
memanjang, kontraksi yang diperbanyak, ditemukan atau tidaknya riwayat abuse pada masa anak-anak
pada pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan
kontraksi yang berlebihan pada makanan tinggi beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Ini telah
lemak. Nyeri lebih sering dihubungkan dengan diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat
aktivitas motor yang ireguler dari usus halus.10 mempengaruhi sistem saraf pusat dan memberikan
predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang
Hipersensitivitas visceral berlebihan.10
Penelitian dengan distensi balon pada
rektosigmoid dan ileum menunjukkan bahwa pasien Ketidakseimbangan neurotransmitter
dengan IBS mengalami nyeri dan kembung saat Penelitian saat ini menunjukkan bahwa
volume balon dan tekanan lebih rendah dari yang neurotransmitter dilibatkan pada patogenesis IBS.
menimbulkan nyeri pada kontrol. Fenomena yang Lima persen serotonin berlokasi di susunan saraf
disebut sebagai hipersensitivitas visceral. Salah pusat, 95% di saluran gastrointestinal dalam sel
satu penjelasan yang mungkin adalah sensitivitas enterokromafin, saraf, sel mast, dan sel otot polos.
dari reseptor pada viscus dirubah melalui perekrutan Saat dilepas oleh sel enterokromafin, serotonin
silence nociseptor pada respon terhadap iskemia, merangsang serat saraf aferen vagus ekstrinsik dan
distensi, kandungan intraluminal, infeksi, atau factor serat saraf aferen enterik intrinsik. Mengakibatkan
psikiatri. Mungkin ada peningkatan perangsangan respon fisiologis sebagai reflek sekresi usus dan
dari neuron di bagian kornu dorsalis medulla

242 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


peristaltik dan gejala seperti mual, muntah, nyeri Serotonin
perut, dan kembung.10 Saluran cerna mengandung sebagian besar
Bukti awal menunjukkan pasien IBS dari serotonin (5-HT) pada tubuh manusia, sekitar
memiliki peningkatan kadar serotonin pada plasma 90% dari amine bioaktif ini terdapat pada sel
dan kolon rektosigmoid. Neurotransmitter lain yang enterokromafin. Serotonin memegang peranan
memiliki peranan penting pada kelainan fungsional penting dalam mengatur sekresi, motilitas dan
saluran cerna meliputi calcitonin gene–related keadaan sensori pada saluran cerna melaui aktivasi
peptide, acetylcholine, substance P, pituitary dari sejumlah reseptor yang tersebar luas pada saraf
adenylate cyclase–activating polypeptide, nitric usus dan eferen sensoris. Sel enterosit mengakhiri
oxide, and vasoactive intestinal peptide. efek dari serotonin dengan membuangnya dari
Neurotransmitter ini menyediakan hubungan tidak ruangan interstitial melaui aksi dari re-uptake
hanya antara kontraktilitas usus dan sensitivitas serotonin transporter (SERT). Sehingga merubah
visceral, tapi juga antara sistem saraf usus dan kandungan dan pelepasan, ekspresi dari reseptor
sistem saraf pusat.10 atau perubahan pada ekspresi SERT/ aktivitas dapat
berperanan pada fungsi sensimotor pada IBS.
Infeksi dan inflamasi Beberapa perubahah telah dilaporkan pada fungsi
Sitokin inflamasi mukosa dapat serotonin pada IBS. Yang dapat menunjukkan
mengaktivasi sensitisasi perifer atau hipermotilitas. penggunaan rasional dan efikasi dari target terapi
Gwee dkk.11 melaporkan pasien dengan enteritis serotonin pada IBS.12
infeksi, adanya hipokondriasis dan kehidupan penuh
stress pada saat infeksi akut memprediksi Faktor genetik
berkembangnya IBS kemudian. Ditemukan adanya Data menunjukkan mungkin ada komponen
bukti yang menunjukkan bahwa beberapa pasien genetik pada IBS meliputi: pengelompokan IBS
IBS memiliki peningkatan jumlah sel inflamasi pada keluarga, frekuensi 2 kali meningkat pada
pada mukosa kolon dan ileum. Adanya episode kembar monozigot jika dibandingkan dengan
enteritis infeksi sebelumnya, faktor genetik, alergi dizigot. Adanya polimorpisme gen yang
makanan yang tidak terdiagnosis, dan perubahan mengendalikan down regulation dari inflamasi
pada mikroflora bakteri dapat berperanan pada (seperti IL-10 dsn TGF 1) dan SERT. Ini
terjadinya proses inflamasi derajat rendah. Inflamasi tampaknya bahwa faktor genetik sendiri tidak
dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal merupakan penyebab, tapi berinteraksi paling
dan mengaktivasi sistem sensori visceral meskipun mungkin dengan faktor lingkungan untuk
jika respon inflamasi yang minimal. Kelainan pada melengkapi penampakan fenotip dari penyakit.
interaksi neuroimun dapat berperanan pada Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
perubahan fisiologi dan hipersensitivitas memperjelas keterlibatan faktor genetik pada IBS.12
gastrointestinal yang mendasari IBS.11 Sampai saat ini belum ada model konsep tunggal
yang dapat menjelaskan semua kasus dari IBS.10

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
243
GAMBARAN KLINIS sering sudah cukup, tapi LED yang normal tidak
secara definitif menyingkirkan IBD.15
Diagnosis berdasarkan pada interpretasi Diagnosis dari IBS berasarkan atas kriteria
yang hati-hati pada hubungan sesaat dari nyeri/rasa gejala, mempertimbangan demografi pasien (umur,
tidak nyaman, pola buang air besar dan karakteristik jenis kelamian, dan ras) dan menyingkirkan
kotoran. Nyeri atau rasa tidak nyaman berhubungan penyakit organik.15 Melalui anamnesis riwayat
dengan defekasi tampaknya berasal dari usus, secara spesifik menyingkirkan gejala alarm (red
dimana jika nyeri dihubungkan dengan latihan, flag) seperti penurunan berat badan, perdarahan per
pergerakan, buang air kecil atau menstruasi rektal, gejala nokturnal, riwayat keluarga dengan
biasanya berasal dari sebab yang berbeda. Demam, kanker, pemakaian antibiotik dan onset gejala
perdarahan saluran cerna, penurunan berat badan, setelah umur 50 tahun. Dari hasil penelitian
anemia, massa di perut dan tanda alarm yang lain didapatkan bahwa red flag dapat berguna dalam
atau tanda yang bukan karena IBS dapat menyertai identifikasi pasien yang memerlukan pemeriksaan
IBS.13 diagnosis tambahan, tapi jika red flag dan kriteria
Diperlukan sedikit pemeriksaan untuk Rome digabungkan tidak akan memperbaiki
pasien dengan gejalan khas IBS dan tidak ada tanda sensitivitas bahkan akan mengakibatkan kehilangan
alarm, tidak perlu Pemeriksaan yang mahal dan beberapa pasien dengan diagnosis IBS.16
berbahaya. Pemeriksaan berdasarkan pada umur, Pemeriksaan dan penyelidikan yang terfokus
lamanya dan beratnya gejala, faktor psikososial, diperlukan untuk menyingkirkan kelainan organik.
gejala alarm, dan riwayat keluarga dengan penyakit Ini meliputi pemeriksaan darah lengkap, LED,
saluran cerna. Pemeriksaan meliputi kolonoskopi biokimia darah dan pemeriksaan mikrobiologi
untuk menyingkirkan inflamasi, tumor, atau dengan pemeriksan telur, kista dan parasit pada
melanosis kolon karena pemakaian laksatif yang kotoran. Sigmoidoskopi fleksibel atau rigid
teratur. Pemeriksaan feses untuk darah samar, seharusnya dikerjakan setelah konsultasi awal,
leukosit, atau telur dan parasit yang di daerah dengan biopsi setiap kelainan makroskopis.
endemik diindikasikan, tapi biopsi rutin pada Pemeriksaan kolonoskopi lebih lanjut diindikasikan
rektum dan USG abdomen tidak dikerjakan. pada mereka yang lebih dari 45 tahun atau dengan
Penemuan divertikulosis tidak merubah diagnosis riwayat keluarga kanker atau polip kolorektal. USG,
IBS.13 CT dan biopsi rektum mungkin tidak maningkatkan
temuan diagnosis. Tapi jika diare yang tidak nyeri
DIAGNOSIS merupakan gambaran predominan biopsi seharusnya
dikerjakan untuk menyingkirkan kolitis
Konsep lama bahwa IBS ditegakkan secara mikroskopis. Pemeriksaan fungsi tiroid akan
eksklusi saat ini tidak berlaku lagi. Pemeriksaan menunjukkan sekitar 6% mengalami kelainan.
dilakukan seminimal mungkin dan dapat digunakan Antigliadin dan endomisial antibodi telah
untuk mengeksklusi diagnosis alternatif. ditunjukkan bermanfaat untuk identifikasi penyakit
Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah celiac pada 5% pasien dengan diagnosis IBS yang

244 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


dikirim ke pusat pelayanan sekunder. Pemeriksaan 1. Membaik dengan defekasi
lebih jauh seharusnya difokuskan pada gejala yang 2. Onset dihubungkan dengan perubahan pada
predominan. Pemeriksaan khusus seperti anorektal frekuensi kotoran
manometri, defecating proctogram dan colonic 3. Onset dihubungkan dengan perubahan pada
transit study dapat dipertimbangkan pada pasien bentuk (penampakan) dari kotoran.
dengan konstipasi. Lactose hydrogen breath test, Kriteria terpenuhi selama 3 bulan terakhir dengan
duodenal biopsi dan aspirasi, dan pemeriksaan usus onset gejala setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis.
halus atau Te scan sel darah putih diindikasikan Rasa tidak nyaman berarti sensasi yang tidak
pada mereka yang dengan diare atau nyeri atau menyenangkan yang tidak dijelaskan sebagai nyeri.
gambaran lain yang mengindikasikan adanya Dalam patofisiologi penelitian dan uji klinis,
penyakit radang usus kronis.15 frekuensi nyeri/ rasa tidak nyaman setidaknya 2 hari
seminggu selama evaluasi skrining untuk subjek
yang dapat diikutsertakan.
KRITERIA DIAGNOSIS Gejala penunjang yang tidak masuk dalam
kriteria diagnosis meliputi kelaianan pada frekuensi
Tidak ada tes diagnosis yang khusus, kotoran (< 3 kali per minggu atau > 3 kali per hari),
diagnosis ditegakkan secara klinis. Pendekatan kelainan bentuk kotoran (kotoran keras atau kotoran
klinis ini kemudian dipakai guideline dengan encer/berair), defekasi strining, urgency, juga
berdasarkan kriteria diagnosis. Saat ini ada beberapa perasaan tidak tuntas saat buang air besar,
kriteria diagnosis untuk IBS diantaranya kriteria mengeluarkan mukus dan perut kembung.13
Manning, Rome I, Rome II, dan Rome III. Sebuah
penelitian untuk mengevaluasi akurasi dari kriteria
Rome I, mendapatkan sensitivitas sebesar 65%,
spesifisitas 100% dan nilai prediktif positif 98%
dalam membedakan IBS dan peyakit organik.17
Kriteria IBS terbaru adalah menurut kriteria
Rome III yang dipublikasikan pada tahun 2006.
Menurut Rome III, IBS merupakan kelainan usus
fungsional dimana nyeri perut atau rasa tidak
nyaman dihubungkan dengan defekasi atau
perubahan pada pola defekasi, dan dengan
gambaran kelainan defekasi.

Kriteria diagnosis IBS13


Nyeri perut atau rasa tidak nyaman setidaknya 3 Gambar 1. Empat kemungkinan subtipe IBS berdasarkan
hari per bulan dalam 3 bulan terakhir dihubungkan bentuk feses yang dominan13
dengan 2 atau lebih hal berikut:

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
245
Menurut kriteria Rome III, pengelompokkan merupakan hal penting dalam penatalaksanaan
subtipe dari IBS disederhanakan berdasarkan pada IBS.13
bentuk dari feses pasien. Bentuk feses
diklasifikasikan berdasarkan ’The Bristol Stool Terapi non farmakologi
Form Scale’. Subtipe dari IBS dibedakan menjadi 4 Terapi kognisi-perilaku, psikoterapi standar
seperti pada table berikut dan hipnoterapi mungkin dapat membantu pasien
IBS tertentu. Terapi kognitif-perilaku mingguan
Tabel 1. Subtipe IBS berdasarkan pola kotoran yang selama 12 minggu lebih baik dari sesi edukasi
dominan13 mingguan, tapi pada pasien depresi tidak ada
respon, kualitas hidup membaik tapi nyeri tidak.
Hipnoterapi merupakan terapi psikologis yang
paling banyak dievaluasi, dapat menormalkan
sensasi rektum, dan 12 sesi hipnoterapi
menguntungkan kualitas hidup, kecemasan, dan
depresi pada pasien yang refrakter (kecuali laki-laki
dengan IBS dan diare), dan keuntungan dapat
Tabel 2. Skala Bristol stool form13 berlangsung >5 tahun. Namun uji klinis dari terapi
psikologis tidak bisa dilakukan buta ganda, dan
terapinya memerlukan banyak waktu, biaya dan
kadang tidak tersedia.13

Terapi farmakologi
Terapi diarahkan sesuai dengan gejala yang
dominan. Kemampuanya berubah secara alamiah
dan adanya interaksi yang kompleks antara sistem
PENATALAKSANAAN saraf sentral dan enterik membatasi efektivitas dari
terapi spesifik.
Penatalaksanaan tergantung pada keyakinan Loperamid dapat mencegah diare jika
dari diagnosis dan penjelasan kenapa gejala terjadi. diminum sebelum makan atau aktivitas yang dapat
Edukasi tentang prilaku gaya hidup, jaminan bahwa pencetuskan gejala. Konstipasi mulai ditangani
gejala yang terjadi bukan karena kanker yang dengan diet serat tambahan. Jika respon tidak
mengancam nyawa, dan penegasan hubungan terapi memuaskan, analog serat mungkin dapat
merupakan hal penting, dan pasien memiliki membantu.13
harapan yang besar pada keuntungan dari Berbagai macam relaksan otot polos masih
modifikasi gaya hidup dibandingkan dengan obat- dipertanyakan keuntungannya dalam menangani
obatan. Konseling, interaksi individu atau kelompok nyeri, hasil penelitian masih meninggalkan
keraguan pada efikasinya.13 Namun dari hasil studi

246 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


meta-analisis yang dilakukan oleh Poynard dkk18 yang dipublikasikan membandingkan alosetron dan
mendapatkan bahwa pemakaian relaksan otot tegaserod dengan antidiare konvensional dan
seperti cimetropium bromide, hyoscine butyl laksatif belum ada, dan interpretasi nilai NNT yang
bromide, mebeverine, otilium bromide, pinaverium dihitung dari penelitan sebelumnya, dilemahkan
bromide dan trimebutine memberikan keuntungan oleh kurangnya uji klinis.13
dibandingkan dengan placebo dengan rasio odd
2,13, P < 0,001 (95% CI:1,77±2,58) dan tidak ada Tabel 3. Kemungkinan obat untuk gejala yang
perbedaan yang bermakna pada kejadian yang tidak dominan dari IBS13
diinginkan.
Terapi dengan obat antidepresan pada dosis
rendah mungkin lebih menguntungkan daripada
dosis antidrepesan jika tidak ada komorbiditas
psikiatri mayor. Paroxetine memperbaiki komponen
fisik dari kualitas hidup pasien IBS berat dan lebih
efektif dari diet tinggi serat dalam memperbaiki
status global. Efek terapeutik yang sempit dari
antidepresan membatasi penggunaan pada pasien
dengan IBS derajat sedang dan berat.13
Alosetron, antagonis reseptor serotonin 5-
HT3 selektif, dapat mengurangi nyeri, urgensi,
frekuensi BAB dan meningkatkan status global
pada wanita dengan diare dan IBS. Berdasarkan
penelitian, NNT adalah 7. Iskemik kolitis dan
obstipasi yang berat menyebabkan penghentian
terapi dengan obat ini, tapi kemudian diperkenalkan
kembali hanya di amerika serikat dengan akses yang Penelitan pendahuluan dengan probiotik
terbatas dan program manajemen risiko. Obat ini memberikan hasil yang menjanjikan. Saggioro
efektif dan aman dalam uji klinis 48 minggu.13 mendapatkan adanya perbaikan yang bermakna dari
Penelitian tegaserod yang didesain dengan keluhan nyeri dan skor total dari karakteristik IBS
baik, yang merupakan agonis reseptor 5-HT4 parsial pada pemberian probiotik Lactobacillus plantarum
menemukan obat ini dapat memperbaiki status dan Bifidobacterium breve dibandingkan dengan
secara keseluruhan, frekuensi dan bentuk kotoran, plasebo.19 Sebuah penelitian acak terkontrol buta
kemudahan dalam evakuasi kotoran, dan perut ganda menggunakan Lactobacillus sp. dan
kembung pada wanita IBS dan konstipasi. Pada 8 Bifidobacterium sp. yang dilakukkan oleh Kim dkk,
penelitian, NNT untuk dosis harian 12 mg dan 4 mg mendapatkan adanya perbedaan yang bermakna
adalah 14 dan 20. Dan efektif dalam pengobatan pada penurunan skor gas pada perut serta
kembali sebagaimana dengan terapi awal. Penelitian

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
247
perlambatan waktu transit kolon tanpa perubahan Pemakaian antispasmodik untuk penanganan
fungsi usus pada pasien IBS dan perut kembung.19 IBS
Penelitian lain oleh Niedzielin dkk.20 dengan
desain acak buta ganda terkontrol yang Bukti klinis untuk antispasmodik
menggunakan lactobacillus plantrum 299V yang Ada tiga golongan obat yaitu muscle
diberikan selama 4 minggu mendapatkan perbaikan relaxant yang bekerja langsung pada otot polos
gejala IBS 95% pada kelompok perlakuan meliputi papaverine-like agent dan mabaverine.
dibandingkan dengan 15% pada kelompok plasebo. Obat anti kolinergik meliputi dicyclomine,
Small bowel bacterial overgrowth, yang hyosamine, cimetropium bromide, otilonium
didiagnosis dengan lactulose hydrogen breath testing bromide, octylonium bromide dan prifinium
dicurigai sebagai penyebab dari IBS tapi masih bromide, sedangkan obat untuk penghambat jalur
diperdebatkan, dan antibiotik hanya memberikan efek calcium meliputi pinaverium bromide.21
menguntungkan yang sesaat dan risiko infeksi Dari review American collage of
Clostridium difficile, reaksi alergi, resistensi antimikroba Gastroentrology (ACG), disimpulkan bahwa tidak
dan gejala fungsional kronis.13 cukup data untuk membuat rekomendasi tentang
efektivitas dari obat antispasmodik yang tersedia di
Evidence-base terapi pada IBS USA. Ada 12 penelitian RCT dimana 9 RCT
Level I: Bukti dari RCT dengan kualitas menunjukkan perbaikan yang bermakna dari nyeri
tinggi (skor kualitas >10) yang perut dibandingkan dengan placebo. Dan hanya 3
mencapai statistik signifikan penelitian yang melaporkan adanya perbaikan yang
untuk end point primer, dengan bermakna pada fungsi usus dibandingkan placebo.21
jumlah sampel yang cukup dan Kesimpulan, bukti level II menunjukkan
desain yang sesuai. antispasmodik memperbaiki nyeri perut. Dan
kurangnya bukti yang menunjang adanya perbaikan
Level II Bukti dari RCT dengan kualitas pada gejala global dari IBS. Review Cochrane
rendah (skor kualitas 1-5)-sedang menyimpulkan meskipun adanya bukti yang lemah
(skor kulaitas 6-10) yang gagal untuk keuntungan pemakaian antispasmodik untuk
untuk mencapai end point primer nyeri perut dan gejala global. Meta-analisis tahun
yang signifikan , dan atau 1994 menyimpulkan antispasmodik efektif pada
memiliki jumlah sampel yang IBS. Namun data dari meta-analisis ini harus
tidak cukup dan atau desain diinterpretasikan secara hati-hati karena adanya
penelitian yang terbatas. heterogenitas data dari sumber yang berbeda-beda,
sampel yang kecil, dan kualitas yang rendah dari
disain RCT yang dianalisis.21

248 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


Pemakaian laksatif untuk penanganan IBS Pemakaian obat antidiare untuk penanganan
Jenis laksatif yang tersedia ada 4 yaitu IBS
bulking agent, laksatif osmotik, laksatif stimulan,
dan laksatif surfaktan. Bukti klinis untuk obat antidiare
Loperamid merupakan opiate sintetik,
Bukti klinis dari bulking agent merupakan satu-satunya obat antidiare yang telah
Obat ini digunakan untuk mempercepat diteliti pada IBS. Loperamid yang menurunkan
transit colon dan oro-anal pada pasien dengan IBS transit time usus, dikatakan efektif dalam
predominan konstipasi. Review ACG pada 13 RCT, menurunkan frekuensi BAB dan memperbaiki
menyimpulkan bahwa meskipun bulking agent konsistensi kotoran pada semua penelitian,
efektif dalam menangani konstipasi, obat ini tidak meskipun tidak ada perbaikan pada gejala global
efektif dalam memperbaiki gejala global dari IBS dari IBS dibandingkan dengan placebo, dan tidak
dengan predominan konstipasi dan gejala individual memperbaiki nyeri perut dan distensi.21,22
dari IBS seperti nyeri perut/tidak nyaman dan Lacteal fort merupakan antidiare yang
kembung. Dari meta-analisis tahun 2004, yang mengandung strain lactobasilus acidophilus yang
mengekslusikan trial kualitas rendah, mendapatkan digunakan untuk mengobati diare infeksi akut.
tidak ada bukti bahwa serat memperbaiki gejala Tidak ada perbaikan yang bermakna pada gejala
global dari IBS.21 IBS dibandingkan placebo.21
Bukti klinis dari laksatif yang lain (osmotic, Kesimpulan, Tidak ada bukti yang
stimulant, surfaktan) mendukung efikasi antidiare seperti Loperamid
Kurangnya data yang berbasiskan bukti pada untuk mengobati gejala global dari IBS, dan tidak
efikasi dari laksatif dalam mengobati IBS dan tidak ada bukti Loperamid memperbaiki nyeri perut/ tidak
ada RCT dilakukan. Lebih jauh tidak ada data nyaman. Bukti level II yang ada menunjukkan
keamanan yang tersedia pada penggunaan dari Loperamid efektif untuk pengobatan diare pada
laksatif pada pasien IBS.21 pasien IBS.21
Kesimpulan, tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa laksatif atau bulking agent Penggunaan antagonis reseptor D2 untuk
efektif untuk mengobati gejala global IBS. Bukti penanganan IBS
level II menunjukkan bulking agent memiliki
keuntungan dalam mengobati konstipasi pada IBS, Bukti klinis untuk antagonis reseptor D2
tapi tidak ada RCT yang menilai laksatif osmotik, Obat seperti domperidon dan metoklopramid
stimulan, dan surfaktan pada IBS.21 merupakan antagonis reseptor D2 dan berperan
dalam merangsang transit dari GI (prokinetik). Ada
tiga RCT untuk domperidon, satu RCT
menunjukkan tidak ada efek dari domperidon pada
IBS, satu RCT menunjukkan perbaikan pada
distensi perut, dan RCT yang ketiga melaporkan

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
249
domperidon memperbaiki perut kembung dan nyeri Penggunaan obat serotonergik untuk
perut dibandingkan placebo. Tidak ada RCT untuk penanganan IBS
metoklopramid yang dikerjakan.22 Kesimpulan,
bukti level II yang tersedia tidak cukup untuk Bukti klinis untuk agonis reseptor 5-HT4
mendukung efikasi obat ini untuk pengobatan IBS.21 Tegaserod merupakan obat promotilitas
untuk konstipasi pada IBS. Sekitar 9 RCT dan 1
Penggunaan antidepresan untuk penanganan meta-analisis menujukkan tegaserod secara
IBS bermakna memperbaiki gejala global dari IBS dan
gejala individual seperti nyeri perut/tidak nyaman
Bukti klinis untuk antidepresan dan konstipasi.21 Namun sayangnya tegaserod saat
Peningkatan pada hipersensitivitas visceral ini sudah ditarik dari pasaran karena adanya potensi
yang dihubungkan dengan IBS telah mengarahkan efek samping pada kardiovaskular.
pada penggunaan obat seperti tri cyclic Prucalopride, menunjukkan peningkatan dari
antidepressan (TCA) (doxepin, desipramine, transit kolon pada pasien konstipasi. Obat ini
amitriptiline, trimipramine) yang dapat mengurangi menunjukkan efikasi pada RCT pasien dengan
nosisepsi. Serotonin selective re-uptake inhibitor konstipasi. Namun penelitian pada IBS belum ada.21
(SSRI) seperti paroxetine, juga telah diteliti dan
digunakan untuk mengobati IBS. Review dari ACG Bukti klinis dari antagonis reseptor 5-HT3
menyimpulkan adanya keterbatasan bukti bahwa Ondansetron, memperlambat transit GI dan
TCA dapat menurunkan nyeri perut, dan kurangnya menurunkan rasa tidak nyaman selama distensi dari
data yang menunjang efek pada perbaikan gejala kolon. Ondansetron memperbaiki konsistensi
global dari IBS. RCT pada amitriptilin kotoran dan mengurangi frekuensi BAB
21
menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan dibandingkan placebo.
placebo dalam memperbaiki gejala global IBS, Alosetron, ada 4 uji klinis dengan kualitas
mengurangi nyeri perut, dan meningkatkan yang sangat baik yang menunjukkan perbaikan yang
kepuasan saat BAB.21 bermakna pada nyeri perut/ rasa tidak nyaman atau
Kesimpulan, meskipun ada bukti level II urgensi dibandingkan placebo. Namun hanya 1 RCT
bahwa TCA memiliki keuntungan dalam mengobati yang menilai perbaikan gejala global yang
nyeri perut dihubungkan dengn IBS, tapi tidak ada menunjukkan hasil yang bermakna pada alosetron.
data yang jelas yang menunjang efikasi dari TCA Sebuah meta-analisis dari 6 RCT menyimpulkan
dalam memperbaiki gejala global dari IBS. Karena bahwa alosetron memiliki dampak positif pada
potensi adanya efek samping yang berat, maka TCA gejala global dari IBS dan nyeri perut/ tidak nyaman
seharusnya dicadangkan untuk pasien dengan gejala pada pasien IBS perempuan yang tidak mengalami
yang berat.21 konstipasi dibandingkan placebo. Penelitian pada
cilansetron menunjukkan perbaikan pada nyeri
perut/ tidak nyaman dan perbaikan dari pola buang
air besar dalam 3 dan 6 bulan.21

250 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


Bukti klinis campuran antagonis reseptor 5-HT3/ Bukti klinis level II tidak mendukung efikasi
agonis 5-HT4 dari Ondansetron, agonis 5-HT3. Diperlukan data
Cisapride dan renzapride merupakan obat lebih lanjut untuk cilansetron (antagonis 5-HT3),
yang termasuk golongan campuran antagonis sebelum menilai efikasi dan tolerabilitasnya.21
reseptor 5-HT3/agonis 5-HT4. Empat RCT Cisapride telah ditarik dari pasaran karena
menunjukkan perbaikan pada konstipasi, nyeri potensi efek samping yang serius yaitu disritmia
perut, dan distensi perut yang bermakna ventricular dan 125 kematian. Renzapride saat ini
dibandingkan plasebo. Penelitian lain menunjukkan sedang dalam pengembangan.21
penurunan pada beratnya konstipasi.21
Tiga RCT renzapride telah dipublikasikan. Penggunaan terapi perilaku untuk penanganan
Satu RCT menunjukkan tidak ada perbaikan yang IBS
bermakna pada gejala IBS, satu CRT menunjukkan Depresi dan cemas telah dilaporkan pada
meningkatnya frekuensi BAB dan perbaikan pada beberapa pasien IBS. Meskipun kelainan psikologis
konsistensi kotoran. Sedangkan RCT yang ketiga bukan merupakan penyebab dari gejala IBS, terapi
menunjukkan peningkatan pada waktu transit kolon perilaku dapat membantu pasien untuk mengontrol
pada pasien IBS dengan konstipasi, tapi tidak ada gejalanya. Ada 16 RCT yang mengkombinasikan
perbaikan pada gejala dan fungsi usus.21 terapi perilaku yang berbeda-beda. Pada sebagian
Publikasi terakhir dari Geaorge dkk.23 besar penelitian, sebagian besar pasien memiliki
mendapatkan bahwa penelitian ini memastikan efek kelainan psikologis. Sebelas penelitian melaporkan
prokinetik gastrointestinal dari renzapride, dan data perbaikan pada gejala individual dari IBS,
menunjukkan bahwa adanya potensi efek yang sedangkan 5 penelitian tidak. Review ACG
menguntungkan pada nyeri perut/tidak nyaman pada menyimpulkan bahwa sebagian besar penelitian
wanita dengan IBS predominan konstipasi. menunjukkan bahwa gejala individual dari IBS
Kesimpulan, ada bukti klinis level I yang membaik dengan terapi perilaku (relaksasi,
menunjukkan tegaserod efektif dan ditoleransi hipnoterapi, terapi kognisi, psikoterapi), yang
dengan baik untuk pengobatan IBS dengan berkaitan dengan perbaikan pada gejala psikologis
konstipasi. Ada bukti klinis level I yang pada sebagian besar penelitian. Kesimpulan, ada
menunjukkan bahwa Alosetron merupakan terapi bukti level II, bahwa terapi perilaku tertentu dapat
efektif untuk IBS dengan diare. Penggunaan memperbaiki gejala individual dari IBS begitu pula
alosetron dikaitkan dengan efek samping yang dengan gejala psikologis.21
signifikan meliputi konstipasi yang berat dan kolitis
iskemik, sehingga obat ini ditarik tahun 2000. Dan Penggunaan terapi lain untuk penanganan IBS
sejak 2002 obat ini tersedia kembali tapi dengan Beberapa obat yang pernah diteliti seperti
pengawasan yang ketat untuk digunakan pada naloxone (antagonis reseptor mu), fedotozine
wanita dengan IBS diare yang berat yang gagal (kappa opioid antagonis), clonidine (alpha-2
berespon terhadap terapi konvensional.21 agonist), neomycin, colpermin (peppermint oil),

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
251
chinese herbal medicine, lactobacillus plantarum DAFTAR RUJUKAN
dan beidellitic montmorillonite.21 1. Drossman DA, Whitehead WE, Camilleri M.
Irritable bowel syndrome: a technical review for
Tabel 4. Rangkuman bukti klinis dari efikasi terapi practice guideline development.
pada IBS21 Gastroenterology 1997;112:2120-37.
Terapi Temuan
2. Andresen V, Baumgart DC.Role of probiotics in
Antispasmodik Bukti level II tidak menunjang adanya the treatment of irritable Bowel syndrome:
perbaikan dari gejala global dari IBS potential mechanisms and current clinical
Terbatasnya bukti untuk perbaikan dari
nyeri perut atau rasa tidak nyaman evidence. International Journal of Probiotics and
Prebiotics 2006;1:11-8.
Laksatif Bukti level II untuk perbaikan dari
konstipasi dengan serat, tapi tidak ada 3. Camilleri M, Heading RC, Thompson WG.
bukti sebagai indikasi perbaikan dari Consensus report: clinical perspectives,
gejala global dari IBS. mechanisms, diagnosis and management of
Tidak ada bukti untuk menunjang
irritable bowel syndrome. Aliment Pharmacol
penggunaan tipe agen laksatif lain
pada IBS Ther 2002;16:1407-30.
4. Hillila MT, Fa¨ Rkkila MA. Prevalence of
Antagonis reseptor Tidak ada bukti yang menunjang
D2 pengunaannya pada IBS irritable bowel syndrome according to different
diagnostic criteria in a non-selected adult
Anti depresan Bukti level II untuk mendukung population Aliment Pharmacol Ther
perbaikan dari nyeri perut / tidak
nyaman dengan TCA. 2004;20:339-45.
Tidak cukup bukti untuk perbaikan 5. Hungin PS, Whorwell PJ, Tack J, Mearin F. The
dari gejala global IBS
Tidak cukup bukti untuk mendukung prevalence, patterns and impact of irritable
efikasi dari SSRI bowel syndrome: an international survey of
40,000 subjects. Aliment Pharmacol Ther
Terapi perilaku Bukti level II menunjukkan beberapa
tingkat perbaikan dari individu dengan
2003;17:643-50.
gejala IBS 6. Wilson S, Roberts L, Roalfe A, Bridge P, Singh
S. Prevalence of irritable bowel syndrome: a
Agen serotonergik Bukti level I (Alosetron, Tegaserod)
Bukti level II (Ondansetron) community survey. British Journal of General
Diperlukan data lebih lanjut Practice 2004;54:495-502
(Cilansetron, Renzapride)
7. De Giorgio R, Barbara G, Stanghellini V,
Cremon C, Salvioli B, De Ponti F, Corinaldesi
R. Diagnosis and therapy of irritable bowel
syndrome. Aliment Pharmacol Ther
2004;20(Suppl 2):10-22.
8. AGA. American Gastroenterological
Association Medical Position Statement:
irritable bowel syndrome. Gastroenterology
2002;23:2105-7

252 J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007


9. Owyang C. Irritable bowel syndrome. In: to diagnosis. Aliment Pharmacol Ther 2004;19:
Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, HauserSL, 1235-45.
Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison’s 18. Poynard T, Regimbeau C, Benhamou Y. Meta-
Principle of Internal Medicine.16th ed. New analysis of smooth muscle relaxants in the
York: McGraw Hill; 2005.p.1789-93 treatment of irritable bowel syndrome. Aliment
10. Horwitz BJ, Fisher RS. Current concept: the Pharmacol Ther 2001;15:355-61.
irritable bowel syndrome. N Engl J Med 19. Kim HJ, Vazquez Roque MI, Camilleri M,
2001;344(24):1846-50 Stephens D, Burton DD, Baxter K, Thomforde
11. Barbara G, De Giorgio R, Stanghellini V, G, Zinsmeister AR. A randomized controlled
Cremon C, Corinaldesi R. A role for trial of a probiotic combination VSL# 3 and
inflammation in irritable bowel syndrome. Gut placebo in irritable bowel syndrome with
2002;51:41-44 bloating. Neurogastroenterology & Motility
12. Barbara G, De Giorgio R, Stanghellini V, 2005;17:687-96.
Cremon C, Salvioli B, Corinaldesi R. New 20. Niedzielin K, Kordecki H, Birkenfeld B. A
pathophysiological mechanisms in irritable controlled, double-blind, randomized study on
bowel syndrome. Aliment Pharmacol Ther the efficacy of lactobacillus plantarum 299V in
2004;20(Suppl 2):1-9. patients with irritable bowel syndrome. Eur J
13. Longstreth GF, Thompson WG, Chey WD, Gastroenterol Hepatol 2001;13(10):A1143-7.
Houghton LA, Mearin F, Spiller RC. Functional 21. Tack J, Fried M, Houghton LA, Spicak J,
bowel disorders. Gastroenterology Fisher G.Systematic review: the efficacy of
2006;130:1480-91. treatments for irritable bowel syndrome – a
14. Agrawal A, Whorwell PJ. Irritable bowel European perspective. Aliment Pharmacol Ther
syndrome: diagnosis and Management. BMJ 2006;24:183-205
2006;332;280-3. 22. Camilleri M. Review article: clinical evidence to
15. Gunn MC, Cavin AA, Mansfield JC. support current therapies of irritable bowel
Management of irritable bowel syndrome. syndrome. Aliment Pharmacol Ther
Postgrad Med J 2003;79;154-8. 1999;13(Suppl. 2): 48-53.
16. Whitehead WE, Palsson OS, Feld AD, Levy RL, 23. George AM, Meyers NL, Hickling RI. Clinical
Von Korff M, Turner MJ, Drossman DA. Utility trial: renzapride therapy for constipation-
of red flag symptom exclusions in the diagnosis predominant irritable bowel syndrome –
of irritable bowel syndrome. Aliment Pharmacol multicentre, randomized, placebocontrolled,
Ther 2006;24:137-46. double-blind study in primary healthcare setting.
Aliment Pharmacol Ther 2001;27:830-7.
17. Cash BD, Chey WD. Review article: irritable
bowel syndrome – an evidence-based approach

Perkembangan Terkini dalam Diagnosis dan Penatalaksanaan Irritabel Bowel Syndrome


I Ketut Mariadi, I Dewa Nyoman Wibawa
253

You might also like