Professional Documents
Culture Documents
Tugas Sosiologi
Tugas Sosiologi
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya
saya dapat menyelesaiakan makalah penelitian tentang “Pengaruh kenakalan remaja
terhadap lingkungan di Musi II Palembang”. Meskipun banyak hambatan yang saya
alami dalam proses pelaksanaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya tepat pada
waktunya.
Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan membantu saya dalam pelaksanaanya. saya juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah penelitian ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada pihak-pihak dari hasil
penelitian ini. Karena itu saya berharap semoga mekalah penelitian ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan makalh penelitian ini. Saya berharap semoga
makalh penelitian ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
C. Hipotesis ..............................................................................................................6
1
BAB III METODE PENELITIAN
E. Kesimpulan ...........................................................................................................12
F. Saran .....................................................................................................................12
Lampiran .......................................................................................................................14
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa
melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual
melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan
diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar
sosial (sosialisasi). Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai
tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi
dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak
berhasilan dalam memahami ilmu sosial atau kesalahan dalam berinteraksi sosial
tersebut dapat mengubah beberapa hal.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan
menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan
lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan
yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah
perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan
kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, . Penelitian
inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di Musi II Palembang tampak ciri-ciri
yang menyebabkan kenakalan remaja tersebut terjadi. Seto Mulyadi menganggap bahwa
seorang remaja belajar untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan
interaksi cenderung rusak, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk
3
belajar tentang teknik dan melanggar norma masyarakat yang pada gilirannya akan
memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.
Mengenai alasan penelitian, yaitu perilaku remaja sebagai masalah sosial yang
bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai
sumber masalah. Dikatakan bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup
dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada
umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai
sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi
lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di
dalam masyarakat yang tidak peduli bersosial, seringkali yang terjadi ketidak pastian
dan lemahnya kekuatan menjalankan norma sosial, akibatnya penyimpangan kenakalan
remaja dianggap biasa dan wajar karena tidak diberikan sanksi tegas terhadap pelaku
yang melanggar norma sosial tersebut.
Secara Teoritis:
Secara Praktis
4
BAB II
Kajian Pustaka
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono
(1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial.
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8,
dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang
bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku
dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan
hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang
dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam
tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar
5
nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.
Keberfungsian social. Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai
oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga
dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi
penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap
individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan
dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya,
menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya.
6
BAB III
Metode Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan arah
mengenai informasi permasalahan inti yang ada dalam suatu penelitian.
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan atau
biasa sering disebut dengan masa labil, yang rata – rata berusia 16 – 17tahun.
2. Lokasi Penelitian
Sample adalah objek penelitian yang dipilih dan ditetapkan untuk diteliti lebih jauh
sesuai dengan kebutuhan peneliti.
C. Teknik Sampling
D. Pendekatan Penelitian
Dalam melakuhkan penelitian ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan
secara kualitatif dan kuantitatif. Jika data yang diperoleh dalam penelitian di sajikan
dalam bentuk uraian kata – kata atau kalimat, maka pendekatan yang digunakan adalah
kualitatif. Namun, apabila data yang digunakan berbentuk angka – angka dan cara
pengolohanya menggunakan analisis statistik, maka pendekatan yang digunakan adalah
bentuk kuantitatif.
7
E. Teknik pengumpulan data secara Kuantitatif
Teknik pengumpulan data secara Kuantitatif adalah penelitian yang datanya berbentuk
angka – angka dan hasil dari penelitian juga berupa angka sebagai jawaban pasti.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi
dan persentase tanggapan mereka.
8
BAB IV
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah remaja di sekitar lingkunga Musi II, melalui instrument penelitian angket
yaitu faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.
9
Berdasarkan definisi tersebut maka indikator kenakalan remaja
yaitu : bentuk kenakalan-kenakalan remaja seperti berikut : (1)
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, (2)
Kenakalan yang menimbulkan korban materi, (3) Kenakalan sosial
yang tidak menimbulkan koban di pihak orang lain, (4) Kenakalan
yang melawan status.
3) Membuat Kisi-Kisi
10
Tabel 2. Kategori Jawaban Pernyataan
Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4
`Dari jumlah total 20 responden, peneliti dapat mencapai angka maksimal yaitu 20
responden. Angka tersebut adalah angka maksimal yang dapat diperoleh oleh
peneliti.
11
Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4
4.6 Kesimpulan
Dari penelitian dan kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas XII SMA Islam Az-zahrah tidak melakukan
penyimpangan sosial kenakalan remaja, hal itu dapat ditunjukkan dengan total
12
skor yang didapat dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Pengaruh
kenakalan remaja di kehidupan sehari-hari diantaranya adalah ketidakmampuan
remaja untuk beradaptasi dilingkungan sekitarnya, adanya kekerasan yang
terjadi dilingkungan keluarga remaja tersebut, buruknya perilaku orang-orang
disekitar remaja tersebut.
4.7 Saran
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi
sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab
itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan
mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori
yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di
kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi
tersebut mempunyai karakteristik tertentu. Ada baiknya pula, para orangtua
melakukan pengawasan yang bijaksana terhadap anak-anak mereka yang sedang
menginjak masa remaja agar tidak melakukan penyimpangan sosial berupa
kenakalan remaja.
13
LAMPIRAN
1. Kuesioner
14
berkaitan dengan masalah seks
Meninggalkan sekolah pada saat jam
14.
pelajaran berlangsung tanpa ijin
Pergi tanpa pamit terpaksa saya lakukan
15.
karena orang tua acuh tak acuh
Terhadap mata pelajaran yang kurang
16. disenangi dilarang meninggalkan tanpa
seijin guru
Kalau saya bermasalah di rumah tidak
17.
sepantasnya meninggalkan rumah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak
18.
dibenarkan membantah orang tua
Saya membolos sekolah apabila banyak
19.
masalah
Saya absen masuk sekolah karena malas
20.
bertemu guru
2. Foto
15
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.upi.edu/16016/3/S_IND_1102456_Chapter3.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/289/7/BAB%20IV.pdf
16