You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya
saya dapat menyelesaiakan makalah penelitian tentang “Pengaruh kenakalan remaja
terhadap lingkungan di Musi II Palembang”. Meskipun banyak hambatan yang saya
alami dalam proses pelaksanaannya, tapi saya berhasil menyelesaikannya tepat pada
waktunya.

Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan membantu saya dalam pelaksanaanya. saya juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah penelitian ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada pihak-pihak dari hasil
penelitian ini. Karena itu saya berharap semoga mekalah penelitian ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan makalh penelitian ini. Saya berharap semoga
makalh penelitian ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................2

Daftar Isi .......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................4

B. Pembatasan Masalah ............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori yang mendasari yang relevan ......................................................................5

B. Ringkasan dan Kerangka Berfikir Peneliti .........................................................6

C. Hipotesis ..............................................................................................................6

1
BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ..................................................................................................7

B. Objek Penelitian ...................................................................................................7

C. Teknik Sampling ..................................................................................................7

D. Pendekatan Penelitian ...........................................................................................7

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................8

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Validitas Instrumen Peneliti .................................................................................9

B. Penyajian data ......................................................................................................9

C. Pengolahan Data ..................................................................................................10

D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................11

E. Kesimpulan ...........................................................................................................12

F. Saran .....................................................................................................................12

Daftar Pustaka ..............................................................................................................13

Lampiran .......................................................................................................................14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kenakalan remaja dalam masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku


menyimpang. Dalam perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma
social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah
karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus
ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya


perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena
remaja kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang
menyimpang yang disengaja, bukan karena remaha tidak mengetahui aturan. Hal yang
mudah untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Hal
ini disebabkan karena pada dasarnya remaja pasti mengalami dorongan untuk
melanggar pada situasi tertentu, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan
diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa
melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual
melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan
diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar
sosial (sosialisasi). Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai
tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi
dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak
berhasilan dalam memahami ilmu sosial atau kesalahan dalam berinteraksi sosial
tersebut dapat mengubah beberapa hal.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan
menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan
lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan
yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah
perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan
kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, . Penelitian
inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di Musi II Palembang tampak ciri-ciri
yang menyebabkan kenakalan remaja tersebut terjadi. Seto Mulyadi menganggap bahwa
seorang remaja belajar untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan
interaksi cenderung rusak, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk

3
belajar tentang teknik dan melanggar norma masyarakat yang pada gilirannya akan
memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.

Mengenai alasan penelitian, yaitu perilaku remaja sebagai masalah sosial yang
bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai
sumber masalah. Dikatakan bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup
dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada
umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai
sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi
lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di
dalam masyarakat yang tidak peduli bersosial, seringkali yang terjadi ketidak pastian
dan lemahnya kekuatan menjalankan norma sosial, akibatnya penyimpangan kenakalan
remaja dianggap biasa dan wajar karena tidak diberikan sanksi tegas terhadap pelaku
yang melanggar norma sosial tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh kenakalan remaja terhadap perilaku remaja sehari-hari


dilingkungan sekitar ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada pengaruh kenakalan remaja terhadap perilaku remaja


sehari- hari dilingkungan sekitar.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara Teoritis:

Untuk memperkaya dan mengenmbangkan ilmu pengetahuan dalam bidang soiologi


terkait perilaku remaja

Secara Praktis

Dengan mengetahui perilaku pernyimpangan remaja di daerah Musi II bisa diambil


solusi untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja.

4
BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Penelitian Yang Relevan

Penelitian Vivie, dengan judul “Perilaku Menyimpang di Kalimantan Remaja


di Kelurahan Pandang, Kecamatan Amurang Timur”. Adapun hasil penelirian
menunjukkan. (1) kebanyakan remaja yang tidak melakukan perilaku menyimpang yaitu
remaja yang tidak dapat perhatian dan kasih sayang dari orangtua. (2) jenis kenakalan
anti sosial seperti balapan iar, minum-minuman keras, mencuri, dan berjudi. (3) faktor
pergeseran budaya dan sikap individualitas juga berprengaruh hal ini tercermin karena
masyarakat mulai meninggalkan budanyanya sendiri.

Penelitian Fatimah Siti, dengan judul “Faktor faktor Penyebab Kenakalan


Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul”. Adapun
hasil penelitian. (1) lemahnya pertahanan diri pada remaja itu sendiri karena masih
terpengaruh oleh ajakan teman yang tidak baik. (2) banyaknya pengaruh teman yang
buruk membuat remaja mengikutinya. (3) faktor dari dirinya sendiri karena adanya
kemauan untuk melakukan hal tersebut.

2.2 Kajian Teori

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono
(1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial.
Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah
masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8,
dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang
bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku
dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan
hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang
dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam
tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran
dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar

5
nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam
penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah


dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73).
Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap
sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method”
dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin
menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh
perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut
terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat
yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Keberfungsian social. Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai
oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga
dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi
penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap
individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan
dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya,
menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan,


serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya,
dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif dan adaptif bagi
sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota
keluarganya.

6
BAB III

Metode Penelitian

A. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan arah
mengenai informasi permasalahan inti yang ada dalam suatu penelitian.

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan atau
biasa sering disebut dengan masa labil, yang rata – rata berusia 16 – 17tahun.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan Musi II hanya diambil beberapa orang saja

B. Obyek Penelitian (Sample)

Sample adalah objek penelitian yang dipilih dan ditetapkan untuk diteliti lebih jauh
sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Tujuan penentuan sample adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek


penelitian, memelalui pengamatan dari populasi. Suatu metode pengambilan sample
yang ideal mempenyuai sifat – sifat sebagai berikit.

C. Teknik Sampling

Penggunaan teknik sampling saya pilih karena mempunyai kelebihan diantaranya


yaaitu.

1. Sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.


2. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
penelitian.
3. Dapat menentukan presisi ( perbedaan hasil yang dapat dari contoh/sample )
dari hasil penelitian dengan jalan mencari penyimpangan baku dari data yang
diperoleh.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin.

D. Pendekatan Penelitian

Dalam melakuhkan penelitian ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan
secara kualitatif dan kuantitatif. Jika data yang diperoleh dalam penelitian di sajikan
dalam bentuk uraian kata – kata atau kalimat, maka pendekatan yang digunakan adalah
kualitatif. Namun, apabila data yang digunakan berbentuk angka – angka dan cara
pengolohanya menggunakan analisis statistik, maka pendekatan yang digunakan adalah
bentuk kuantitatif.

7
E. Teknik pengumpulan data secara Kuantitatif

Teknik pengumpulan data secara Kuantitatif adalah penelitian yang datanya berbentuk
angka – angka dan hasil dari penelitian juga berupa angka sebagai jawaban pasti.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses
pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi
dan persentase tanggapan mereka.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah remaja di sekitar lingkunga Musi II, melalui instrument penelitian angket
yaitu faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.

Pada saat data untuk melakukan penelitian telah terkumpul, selanjutnya


dilakukan pembuatan instrumen penelitian berupa kuesioner. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian, menyusun
instrumen penelitian yang berupa kuesioner yang lalu disampaikan kepada
responden. Responden yang dipercaya untuk memberikan penilaian pada
penelitian ini berjumlah 20 responden yang berasal dari sampel penelitian yang
adalah anak remaja umur 16-17 tahun. Kemudian dilakukan uji validitas dan
reliabilitas instrumen, untuk mengetahui apakah data yang didapat valid atau
tidak.

Pekerjaan terakhir adalah perhitungan statistik dan pelaporan hasil.


Data hasil angket yang telah diperoleh dari responden kemudian ditabulasi ke
dalam tabel yang dapat dideskripsikan semua nilai dan jumlah dari data respon.
Tabulasi data ini dibuat untuk mempermudah perhitungan statistik berikutnya,
yaitu guna mengetahui nilai kecenderungan. Menurut Suharsimi Arikunto
(2013:209), pembuatan instrumen ini memulai prosedur atau tata cara sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Dalam perencanaan angket, hal yang pertama dilakukan yaitu
mendefinisikan kenakalan remaja, kemudian menjabarkan definisi kenakalan
remaja menjadi indikator atau faktor-faktor. Dari kedua hal tersebut barulah
dibuat kisi-kisi untuk menyusun angket seperti berikut :
a. Kenakalan Remaja
1) Definisi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
2) Menjabarkan Definisi menjadi Indikator

9
Berdasarkan definisi tersebut maka indikator kenakalan remaja
yaitu : bentuk kenakalan-kenakalan remaja seperti berikut : (1)
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, (2)
Kenakalan yang menimbulkan korban materi, (3) Kenakalan sosial
yang tidak menimbulkan koban di pihak orang lain, (4) Kenakalan
yang melawan status.
3) Membuat Kisi-Kisi

Sesuai dengan indikator kenakalan remaja kemudian dibuat kisi-


kisi sebagai berikut :

No. Indikator Nomor Item Jumlah


Kenakalan yang menimbulkan
1 1,3,4,5 4
korban fisik pada orang lain
Kenakalan yang menimbulkan
2 6,7,8,9,10 5
korban materi
Kenakalan sosial yang tidak
11,12,13,14
3 menimbulkan koban di pihak 4
orang lain
Kenakalan yang melawan 2,15,16,17,18,19,
4 7
status 20
Jumlah Item 20

4) Sistem Skoring Hasil


Untuk mengungkap data tentang kenakalan remaja, peneliti
menggunakan angket dengan pernyataan yang menggunakan 4
alternatif jawaban. Setiap indikator dari data dikumpulkan terlebih
dahulu, diklasifikasikan dan diberi skor sebagai berikut :

10
Tabel 2. Kategori Jawaban Pernyataan

Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4

4.2 Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan pengisian kuesioner dilakukan pada hari minggu guna tidak
mengganggu remaja beraktivitas . Responden diminta untuk mengisi kuesioner
dengan cara men-checklist jawaban pada kolom yang dianggap sesuai.
Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan soal sebanyak 20 item.

`Dari jumlah total 20 responden, peneliti dapat mencapai angka maksimal yaitu 20
responden. Angka tersebut adalah angka maksimal yang dapat diperoleh oleh
peneliti.

4.3 Pengujian Instrumen Penelitian


Pengujian instrumen merupakan bagian penting dari penelitian ini.
Dengan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data,
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Jadi instrument
yang telah teruji validitas dan reabilitasnya akan menjadi penentu syarat
mutlak untu k mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.

4.4 Hasil Penelitian


Untuk memberikan deskripsi ketercapaian presentase berdasarkan
perolehan skor responden di banding dengan skor ideal, maka skor akan
diinterpretasikan melalui interval sebagai berikut:

11
Pernyataan Skor
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 4

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase perolehan skor


dari item soal yang telah di jawab responden sebagai berikut:

TOTAL JAWABAN SKOR


NO. PERTANYAAN
RESPONDEN TOTAL
4 × 9=
1 STS 11
36
3×5=
2 TS 5
15
2×1=
3 S 1
2
1×3=
4 SS 3
3
Jumlah 20 54

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan hasil penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran dan
hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Dari hasil penyebaran angket responden
terbagi dalam empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju. Secara umum, berdasarkan skor yang diperoleh responden yang
sudah
+ mengisi kuesioner, responden memiliki masalah pada semua indicator yang
ada namun frekuensinya berbeda-beda, hal ini dapat terlihat dari berbagai
indikasi yang telah ditanyakan kepada responden. Setelah dilakukan perhitungan
pada aspek internal, dapat disimpulkan bahwa indikator yang memiliki nilai
tertinggi adalah sangat tidak setuju dengan perolehan skor total sebesar 36 dari
54 total skor dari semua indikator.

4.6 Kesimpulan
Dari penelitian dan kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas XII SMA Islam Az-zahrah tidak melakukan
penyimpangan sosial kenakalan remaja, hal itu dapat ditunjukkan dengan total

12
skor yang didapat dari kuesioner yang telah dijawab oleh responden. Pengaruh
kenakalan remaja di kehidupan sehari-hari diantaranya adalah ketidakmampuan
remaja untuk beradaptasi dilingkungan sekitarnya, adanya kekerasan yang
terjadi dilingkungan keluarga remaja tersebut, buruknya perilaku orang-orang
disekitar remaja tersebut.

4.7 Saran
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi
sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab
itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan
mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori
yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di
kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi
tersebut mempunyai karakteristik tertentu. Ada baiknya pula, para orangtua
melakukan pengawasan yang bijaksana terhadap anak-anak mereka yang sedang
menginjak masa remaja agar tidak melakukan penyimpangan sosial berupa
kenakalan remaja.

13
LAMPIRAN

1. Kuesioner

SOAL: Kenakalan Remaja


No. Pernyataan SS S TS STS
Dalam kehidupan sehari-hari anak
1.
dilarang berkelahi
Anak dilarang memaksakan kehendak
2.
kepada orang tua
Saat sekarang ini tindakan remaja tidak
3.
dibenarkan menjurus kejahatan/kriminal
Diperlukan penyuluhan terhadap remaja
4. untuk menghindari perkelahian antar
sekolah
Dengan adanya permasalahan, remaja
5. tidak dibenarkan menyelesaikan dengan
pembunuhan
Saya mengambil barang-barang orang lain
6.
tanpa ijin yang punya
Saya mengembalikan barang pinjaman
7.
teman sekelas
Anak remaja dilarang mengadakan coret-
8.
coret
Tidak sepantasnya anak remaja melakukan
9.
tindakan sebagai pencopet
Demi rasa kesetiakawanan saya ikut
10.
merusak barang orang lain
Dalam menghadapi masalah berat saya
11.
cenderung minum obat terlarang
Karena butuh uang saya menyalurkan atau
12.
menjual obat terlarang kepada orang lain
13. Remaja perlu diberikan penyuluhan

14
berkaitan dengan masalah seks
Meninggalkan sekolah pada saat jam
14.
pelajaran berlangsung tanpa ijin
Pergi tanpa pamit terpaksa saya lakukan
15.
karena orang tua acuh tak acuh
Terhadap mata pelajaran yang kurang
16. disenangi dilarang meninggalkan tanpa
seijin guru
Kalau saya bermasalah di rumah tidak
17.
sepantasnya meninggalkan rumah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak
18.
dibenarkan membantah orang tua
Saya membolos sekolah apabila banyak
19.
masalah
Saya absen masuk sekolah karena malas
20.
bertemu guru

2. Foto

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.upi.edu/16016/3/S_IND_1102456_Chapter3.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/289/7/BAB%20IV.pdf

16

You might also like