Professional Documents
Culture Documents
Tambahan Bahan Bacaan - Modul 2018
Tambahan Bahan Bacaan - Modul 2018
Pasal 10
PKHI berkewajiban:
a. melaksanakan tugas dan kewenangan sesuai dengan
kontrak kerja;
b. memakai pakaian seragam selama bertugas;
c. melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya sampai
berakhirnya masa pelaksanaan tugas;
d. menjaga nama baik institusi, pribadi, bangsa dan negara; dan
e. membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Menteri
Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji.
1
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji
Pasal 11
PKHI dilarang menjadi penyerta suami/isteri, orang tua dan/atau
mertua baik sebagai PKHI maupun sebagai jemaah haji.
Pasal 12
PKHI yang melanggar ketentuan pelaksanaan tugas dapat
dikenakan sanki berupa :
• peringatan lisan, peringatan tertulis, penghentian tugas,
• pemulangan, dan/atau tindakan administratif lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan
• perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja.
2
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji
3
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji
4
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji
5
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
Pokok Bahasan 3
Mers CoV
MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan
September 2012 di Arab Saudi. MERS-CoV merupakan virus jenis
baru dari kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda
dengan virus SARS pada tahun 2003. Gejalanya adalah demam,
batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-14
hari. Virus MERSCoV dapat menular antar manusia secara terbatas,
dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia di komunitas
yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat secara
langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk
atau bersin, maupun tidak langsung : melalui kontak dengan benda
yang terkontaminasi virus. Pemerintah terus mensosialisasikan upaya
pencegahan penularan, diantaranya dengan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dengan cuci tangan pakai pada para jamaah haji
Inang (virus MERS) pada hewan, khususnya unta, karena itu
menghimbau jemaah tak berfoto dengan unta, jemaah perlu
menghindari kontak langsung dengan unta baik di peternakan
maupun persewaan. Juga tidak mengonsumsi produk berkaitan
dengan unta. Susu dan urine misalnya. Belum ada kasus penularan
virus dari manusia ke manusia. Sejauh ini hanya dari unta yang
terjangkit ke manusia.
Psikosis
Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya karena
tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berubah baik di
6
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
7
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
Demensia
Adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat,
menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan
pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya
kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang
lansia di atas 65 tahun. Penderita demensia umumnya mengalami
gejala sesuai dengan penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan
psikologis sebagai gejala yang utama.
Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif meliputi:
Hilang ingatan
8
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
Kesulitan berkomunikasi
Kesulitan berbahasa dan betutur kata
Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu
Konsentrasi menurun
Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan
Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh
Merasa bingung.
9
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
Pendahuluan
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier, yang artinya menyusun
atau memilah. Seiring perkembangan zaman, triase ini berkembang
menjadi suatu sistem pengambilan keputusan yang kompleks dalam
rangka menentukan derajat keparahan pasien, pasien mana yang
berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan atau berpotensi
mengalami perburukan bila tidak mendapatkan penanganan medis,
dan pasien mana yang aman menunggu, sehingga penanganan
pasien akan menjadi lebih baik.
Klasifikasi derajat keparahan menggunakan sistem ABC approach
dan syndromic approach. ABC approach merupakan pendekatan
kegawatdaruratan menggunakan sistem Airway (Jalan Nafas),
Breathing (Pernafasan), dan Circulation (Sirkulasi), sedangkan
syndromic approach merupakam sistem yang menggunakan
penilaian kondisi pasien berdasarkan kumpulan tanda dan gejala
yang ada pada pasien, seperti keadaan nyeri dada pada kondisi
infark miokard akut, sesak nafas pada peyakit serangan asma akut,
dan penurunan kesadaran.seperti serangan stroke akut.
Kegiatan triase ini sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
baik di dalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit, termasuk saat
bertugas sebagai tenaga kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi.
Untuk itu diperlukan kemampuan triase yang baik pada setiap
petugas kesehatan haji Indonesia, sehingga pelayanan kesehatan
terhadap jamaah haji terutama untuk kasus gawat darurat dapat
terlaksana dengan baik.
10
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
Klasifikasi Triase
Terdapat berbagai Klasifiksi Triase yang sudah di terapkan di
berbagai negara, seperti Triase Australia (Australia Triage
System/ATS), Triase Kanada (Canadian Triage Acquity
System/CTAS), Triase Amerika Serikat (Emergency Severity Index),
dan Triase yang diterapkan di berbagai negara Eropa (Manchester
Triage Scale). Beberapa sistem triase tersebut mempunyai
kesamaan yaitu lima tingkat klasifikasi .(TABEL 1)
TABEL 1
ESI MTS CTAS ATS
Level 1 Merah Resusitasi Segera Mengancam
Nyawa
Level 2 Oranye Emergensi Mengancam Nyawa
Level 3 Kuning Urgen Potensi Mengancam
Nyawa
Level 4 Hijau Semi Urgen Segera
Level 5 Biru Tidak Segera Tidak Segera
11
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
TABEL 2
KRITERIA DESKRIPSI
Merah Pasien dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera
12
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
TATALAKSANA
Dalam melaksanakan sistem triase di Kloter, petugas kesehatan haji
Indonesia harus mempunyai kemampuan dalam mengenal dan
menilai setiap kondisi gawat darurat terhadap jamaah sakit.
Keterampilan dasar seperti Bantuan Hidup Dasar (BHD), Advanced
Cardiac Life Support (ACLS), maupun Advanced Trauma Life
Support (ATLS) wajib dimiliki oleh setiap petugas kesehatan haji
Indonesia. Keterampilan dasar tersebut digunakan dalam melakukan
stabilisasi jamaah yang mengalami kegawat daruratan selama di
Kloter untuk selanjutnya dilakukan rujukan baik ke Klinik Kesehatan
Haji Indonesia (KKHI) maupun ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
Terdapat beberapa panduan klasifikasi triase sesuai kondisi jemaah
dalam keadaan gawat darurat, namun kemampuan klinis petugas
kesehatan tetap menjadi faktor utama sebagai pengambil keputusan
(Decision Maker) dalam menggolongkan keadaan jemaah ke dalam
kategori MERAH, KUNING, atau HIJAU.
Berikut ini adalah panduan berbagai kondisi gawat darurat yang
dapat di kategorikan termasuk sebagai kasus merah, kuning, maupun
hijau.
1. Merah
Kondisi yang mengancam nyawa atau berisiko mengancam
nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan segera,
termasuk didalamnya kondisi yang mempunyai periode terapi
efektif (Gold Period) seperti kondisi infark miokard akut
ataupun stroke iskemik akut.
Deskripsi kasus yang termasuk dalam kategori diatas :
Henti nafas dan Henti Jantung
13
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
2. Kuning
Kondisi tidak kritis namun mempunyai potensi berbahaya dan
mengancam nyawa atau dapat menambah keparahan bila
tatalaksan tidak dilakukan secara cepat, termasuk dalam
kondisi ini adalah penyakit yang membutuhkan pemeriksaan
yang kompleks dan membutuhkan konsultasi dari berbagai
spesialisasi terkait.
Deskripsi kasus yang termasuk dalam kategori diatas :
Hipertensi berat
Nyeri berat
Sindrom Geriatri
Kondisi Paska Kejang
Demam pada pasien imunokompromise (pasien AIDS,
ataupun pada pasien Geriatri)
Kondisi dehidrasi berat seperti muntah yang terus
menerus, ataupun pada keadaan diare persisten
dengan dehidrasi berat
14
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
15
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan
Mekanisme Rujukan
Kondisi gawat darurat seringkali terjadi pada jamaah haji selama
pelaksanaan ibadah haji, keadaan ini menyebabkan diperlukannya
rujukan dan evakusi jemaah haji ke sarana kesehatan dengan
fasilitas yang lebih baik. Pertolongan pertama menjadi hal utama
yang harus dilakukan untuk stabilisasi jamaah sakit, beberapa
pasien perlu dilakukan evakuasi dan rujukan dengan cara yang
benar. Tenaga kesehatan harus mengetahui cara evakuasi dan
rujukan yang benar agar tidak menyebabkan perburukan kondisi
pasien.
Keadaan gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik di kloter,
KKHI, terminal, tempat umum, tempat ibadah atau saat ARMINA,
rujukan dapat dilakukan sesuai dengan derajat keparahan jamaah
haji sakit (Sistem Triase) menuju KKHI ataupun RSAS. Terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukakn sebelum melakukan rujukan :
Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding sehingga dapat ditentukan tempat rujukan.
Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
Dokumentasikan semua terapi yang sudah diberikan saat
merujuk.
Untuk kasus gawat darurat yang perlu di rujuk harus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
Koordinasi dengan Tim Gerak Cepat (TGC) yang berada di
sekitar tempat terjadi kegawatdaruratan.
Persiapan dokumen: Surat Rujukan, DAPIH A, Buku Kesehatan
Jamaah Haji.
16
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
POKOK BAHASAN 5
KOMUNIKASI PERSUATIF
Komunikasi persuasif ini merupakan jenis komunikasi yang memiliki
tujuan untuk memberikan pengaruh kepada komunikan dari
komunikator terhadap kepercayaan, sikap, hingga perilaku
komunikan. Di mana komunikasi ini akan memberikan dampak yang
membuat komunikan ini bertindak sesuai dengan apa yang diminta
oleh sang komunikator.
Di dalam sebuah komunikasi pasti melibatkan dua atau lebih individu
dalam berinteraksi informasi. Sehingga akan ada sikap-sikap individu
yang berbeda-beda dengan berbagai komponen. Ketiga komponen
itu di antaranya:
1. Kognitif- Individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang
diperkenalkan.
2. Afektif- Individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak
suka pada objek.
3. Konatif- Perilaku ini sudah sampai tahap hingga individu
melakukan sesuatu tindakan terhadap objek.
17
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
18
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
19
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
20
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
21
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
22
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
23
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji
Referensi:
24
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
POKOK BAHASAN
Jejaring Kerja Pelayanan Kesehatan Haji
Ka. Daker
KLOTER
ROMBONGAN
REGU
25
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
Kloter sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah haji
dalam melaksanakan prosesi ibadah terdiri dari :
26
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
4. Petugas RSAS
27
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
ibadah haji. Oleh karena itu tim ini bukan hanya sebagai “kelompok
terbang” semata, melainkan harus memiliki keterikatan dan interaksi
yang harmonis agar dapat memacu terjadinya perubahan dari
“kelompok” menjadi “tim kerja efektif”. Keterikatan dan interaksi yang
harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir
(way of Thinking), pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola
tindak (way of Action) (Prajudi Atmosoedirdjo : 1989).
28
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
baiknya kita gunakan “tujuh resep habits” yang perlu dimiliki oleh
individu yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi seperti yang
diutarakan oleh Steven Covey (1997) yaitu :
(1) Pro aktif,
(2) Mendahulukan yang utama,
(3) Selalu memulai dengan tujuan akhir,
(4) Pendekatan menang-menang,
(5) Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti oleh orang-
orang lain,
(6) Selalu menciptakan sinergi, keterpaduan dan kebersamaan serta,
(7) Selalu mengasah dan mengembangkan diri baik fisik, sosial
maupun nilai-nilai.
Dari ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya Tim adalah
pendekatan menang-menang (win-win), mengerti orang lain dan
selalu bersinergi. Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu
manusia perlu melaksanakan kegiatan bersama secara efektif
sehingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif, oleh karena itu
diperlukan sebuah Tim yang efektif. Mengapa ada Tim yang mampu
bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila
berbicara tentang Tim, maka ada Tim yang dapat mencapai suatu
prestasi yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa
hari saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha bersama secara
optimal untuk menciptakan Tim yang dinamis.
Tim Dinamis adalah Tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi
dengan memanfaatkan segala energi yang ada dalam Tim tersebut
untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan Tim yang
penuh dengan rasa percaya diri, Tim yang para anggotanya
29
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
30
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
31
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja
32