You are on page 1of 32

Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji

Etika Pelayanan Petugas Kesehatan Haji


Permenkes No. 25 Tahun 2013 tentang Pedoman Rekrutmen PKHI
Pasal 3
Penyelenggaraan Rekrutmen PKHI bertujuan memperoleh PKHI
yang:
• berkompeten, berpengalaman,
• berdedikasi tinggi, bertanggung jawab,
• berperilaku mulia (akhlaqul karimah),
• berintegritas, memiliki mental yang baik
• dengan dukungan fisik yang prima,
• serta mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
ketentuan yang berlaku
• dalam rangka pelayanan, pembinaan, dan perlindungan kesehatan
kepada jemaah haji.

Pasal 10
PKHI berkewajiban:
a. melaksanakan tugas dan kewenangan sesuai dengan
kontrak kerja;
b. memakai pakaian seragam selama bertugas;
c. melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya sampai
berakhirnya masa pelaksanaan tugas;
d. menjaga nama baik institusi, pribadi, bangsa dan negara; dan
e. membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Menteri
Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji.

1
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji

Pasal 11
PKHI dilarang menjadi penyerta suami/isteri, orang tua dan/atau
mertua baik sebagai PKHI maupun sebagai jemaah haji.

Pasal 12
PKHI yang melanggar ketentuan pelaksanaan tugas dapat
dikenakan sanki berupa :
• peringatan lisan, peringatan tertulis, penghentian tugas,
• pemulangan, dan/atau tindakan administratif lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan
• perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan yang tercantum
dalam kontrak kerja.

Etika Petugas Kesehatan haji terhadap Jemaah haji


1. Memberikan Pelayanan sebaik-baiknya sebagai Petugas
Dalam memberikan pelayanan kepada Jemaah, jadikan setiap
kegiatan melayani Jemaah haji adalah tugas mulia yang balasannya
hanya Allah yang akan memberikan sebaik-baiknya balasan.
Sehingga tugas pelayanan tersebut dilakukan dengan sebaik
mungkin, penuh keikhlasan dan ketulusan, menerapkan etika dan
akhlak Islam, sehingga memberikan kepuasan bagi jemaah. Rasakan
setiap kali kebaikan dan kesempatan melayani jemaah itu adalah
kesempatan yang paling terindah yang Allah berikan untuk beramal,
karena saat itu anda sedang berada di tanah suci, tempat doa
dikabulkan, sedang melayani para tamu-tamu-Nya dengan pahala
dan juga dosa ataupun kelalaiannya akan dibalas segera.

2
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji

2. Menerapkan sopan santun kepada para tamu-tamu Allah.


Saat anda sedang bertugas melayani jemaah, selalu hadirkan
dalam ingatan anda, dalam pikiran dan benak anda bahwa yang anda
layani adalah tamu-tamu istimewa, tamunya Sang Raja Pemilik
semesta alam, Allah SWT, sehingga bersikap sopan santun dalam
memberikan pelayanan, senantiasa menerapkan etika pelayanan
dengan berfokus pada kepuasan jemaah haji. Jika mereka suka dan
ridha dengan pelayanan anda, maka Sang Pemilik Hajat Allah SWT
pun insya Allah akan ridho kepada upaya pelayanan anda tersebut.
Ingat dan selalu camkan bahwa anda adalah PETUGAS Kesehatan
yang melayani jemaah haji. Allah memanggil anda ke Baitullah, ke
rumahNya sebagai petugas. Tiket Anda ke Baitullah Adalah tiket
sebagai petugas pelayan tamu-tamu-Nya bukan sebagai jemaah haji
yang diberikan tambahan tugas memberikan pelayanan kesehatan.
Etika Umum yang berlaku :
• Senyum
Dalam kondisi apapun, petugas kesehatan harus senantiasa
tersenyum, bermuka manis dihadapan jemaah haji dalam
memberikan pelayanan. Senyum merupakan sedekah yang paling
mudah dan juga dapat memberikan efek terapi kepada jemaah.
Beberapa penelitian sudah membuktikan tentang efek senyuman
terhadap kesehatan. Senyum yang diberikan dapat sampai ke
dalam hati dan memberikan dampak itu haruslah senyuman yang
tulus yang terpancar dari hati dan sorot mata, terlihat dari kontraksi
otot zygomaticus dan orbicularis oculi. Senyum merupakan Bahasa
komunikasi non verbal yang paling mudah ditangkap oleh orang
lain dari diri kita. Kesan pertama jemaah atas diri anda sebagai
petugas kloter terlihat dari raut wajah anda.

3
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji

• Salam → "Assalamu'alaikum Bu Maryam. Memberikan salam


kepada jemaah dapat menguatkan hubungan dengan jemaah
tersebut, dan banyak keutaamaan yang diberikan kepada orang
yang terdahulu memberikan salam. Salam bukan hanya sekedar
memberi salam tetapi adalah doa yang kita berikan kepada jemaah
haji kita agar mereka selamat diberikan rahmat dan keberkahan
dari Allah SWT.
• Sapa → "Ibu Maryam dari kloter JKG 24 ya? Perkenalkan Bu, saya
Dokter Endang, yang bertugas di kloter Ibu..." Memberikan sapa
kepada jemaah merupakan upaya aktif untuk membangun
hubungan dan ikatan dengan jemaah tersebut.
Dalam menyapa dan bertutur kata serta berperilaku hendaklah
mengedepankan sopan santun yang dapat terlihat dari bahasa
verbal (kata-kata) dan non verbal (bahasa tubuh, tanda pengenal,
seragam).
• Menepati aturan Allah dalam bergaul dengan jemaah haji dengan
menjaga nama baik, nama diri, unit kerja, keluarga serta bangsa
dan negara selama bertugas di tanah suci.

3. Mengutamakan tugasnya daripada kepentingan pribadi


Amanah sebagai petugas ini tantangannya luar biasa besar,
pahalanya pun juga besar disisi Allah jika anda dapat melaksanakan
dengan amanah. Komitmen melayani jemaah dengan memberikan
pelayanan prima saat bertugas sebagai TKHI harus dilaksanakan
karena anda telah menandatangani kontrak kerja dengan
Kementerian Kesehatan sehingga dalam tugas ini anda harus
mengutamakan tugas pelayanan kepada jemaah haji dari

4
Materi Inti 1 Etika Pelayanan Kesehatan Haji

kepentingan pribadi. Jangan sekali-kali Anda mengutamakan


kepentingan pribadi/individu daripada kepentingan jemaah.
Kepentingan jemaah harus diutamakan dan dinomorsatukan. Ingat,
tugas mulia Anda adalah sebagai pelayan tamu-tamu Allah di tanah
suci, yang kesempatan ini mungkin tidak akan terulang kembali,
jangan sia-siakan, berlomba-lombalah dalam kebaikan termasuk
kepada rekan satu tim anda untuk memberikan pelayanan terhadap
jemaah. Mungkin jemaah yang meminta pelayanan anda saat itu
tidak akan meminta bantuan anda lagi karena mungkin kecewa
dengan pelayanan anda atau (maaf semoga ini tidak terjadi di kloter
anda) telah berpulang menghadap Allah SWT. Jika seperti ini, apa
yang akan anda pertanggung jawabkan nanti saat ia menuntut di
akhirat dihadapan Allah “ Ya Allah, petugas kesehatan yang melayani
kami saat haji tidak amanah menjalankan tugasnya. Berikanlah
keadilanmu Ya Allah…” Apa jawaban yang akan anda berikan nanti
jika Allah pertanyakan amanah sebagai petugas TKHI nanti
dihadapan-Nya. Semoga kita menjadi petugas yang amanah
melayani dhuyufurrahman.

“Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk (MENCARI


KERIDHAAN) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam menempuh)
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. al- ‘Ankabuut: 69)

5
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

Pokok Bahasan 3
Mers CoV
MERS CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan
September 2012 di Arab Saudi. MERS-CoV merupakan virus jenis
baru dari kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda
dengan virus SARS pada tahun 2003. Gejalanya adalah demam,
batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-14
hari. Virus MERSCoV dapat menular antar manusia secara terbatas,
dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia di komunitas
yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat secara
langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk
atau bersin, maupun tidak langsung : melalui kontak dengan benda
yang terkontaminasi virus. Pemerintah terus mensosialisasikan upaya
pencegahan penularan, diantaranya dengan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dengan cuci tangan pakai pada para jamaah haji
Inang (virus MERS) pada hewan, khususnya unta, karena itu
menghimbau jemaah tak berfoto dengan unta, jemaah perlu
menghindari kontak langsung dengan unta baik di peternakan
maupun persewaan. Juga tidak mengonsumsi produk berkaitan
dengan unta. Susu dan urine misalnya. Belum ada kasus penularan
virus dari manusia ke manusia. Sejauh ini hanya dari unta yang
terjangkit ke manusia.

Psikosis
Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya karena
tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berubah baik di

6
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih luas, Jumlah


jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya akan
meningkat saat pelaksanan Wukuf di Arafah sampai Mabit di Mina
yaitu mencapai 40 sampai 50 orang. Bahkan secara statistik
jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil, atau bisa 320 sampai 480
jamaah, sampai pelaksanaan haji selesai. Hidup satu kamar dengan
cara hidup yang berbeda seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan
suasana tidur yang berubah membuat jamaah ada mengalami stres
dan depresi, bagi jamaah yang mudah stres diperlukan kesiapan
obat-obatan sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama
jamaah untuk membuat dirinya merasa nyaman secara teori
penyesuaian seseorang terhadap lingkungan perlu waktu tiga bulan,
namun jamaah dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam
beberapa hari.
Penyebab gangguan jiwa ini tidak hanya disebabkan oleh satu faktor
saja tetapi multifaktorial seperti biologis, psikologis, sosial dan
kultural, sehingga penanganan yang dilakukan juga harus holistik
mencakup kesemua faktor diatas. Faktor biologis yang paling sering
terjadi adalah dehidrasi karena kondisi cuaca panas di Madinah yang
cukup ektstrim dengan kelembaban yang rendah. Hal ini dapat
menyebabkan jamaah mengalami masalah fisik dan psikis seperti
gelisah dll. Selain itu masalah sosial dan kultural dari masing-masing
jamaah yang berbeda daerah dan negara menyebabkan beberapa
jamaah mengalami kesulitan dalam hal penyesuaian dengan
lingkungan baru dan dengan jumlah orang yang sangat ramai
sehingga mengalami kebingungan dan kecemasan. Masalah
gangguan jiwa diatas membutuhkan penanganan yang cukup jeli dari
petugas kesehatan yang ada. Pendekatan yang baik untuk menjalin

7
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

rasa percaya dari pasien sangat penting sehingga pasien merasa


diperhatikan oleh petugas. Pemenuhan kebutuhan dasar pasien
seperti makan, minum, BAB dan BAK merupakan hal yang sangat
penting karena penyebab gangguan jiwa bisa saja disebabkan oleh
faktor fisik tadi selain penanganan secara keperawatan maupun
secara medik.
Selain itu, dehidrasi bisa menjadi pemicu gangguan jiwa sehingga
disarankan jamaah jangan sampai menjalankan aktifitas fisik melebihi
kemampuannya, kambuhnya sejumlah penyakit di usia tua bisa
disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi termasuk penyakit pikun,
sehingga banyak ditemukan beberapa jamaah lanjut usia hilang
karena lupa jalan pulang ke tempat tinggalnya.
Gejala yang sering timbul pada jamaah haji yang mengalami
gangguan jiwa di tanah suci adalah berupa emosi yang tak wajar,
kebingungan, depresi dan kadang muncul dorongan bunuh diri,
berbicara tak beraturan, mengalami delusi dan ilusi serta halusinasi.

Demensia
Adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat,
menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan
pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya
kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang
lansia di atas 65 tahun. Penderita demensia umumnya mengalami
gejala sesuai dengan penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan
psikologis sebagai gejala yang utama.
Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif meliputi:
 Hilang ingatan

8
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

 Kesulitan berkomunikasi
 Kesulitan berbahasa dan betutur kata
 Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu
 Konsentrasi menurun
 Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan
 Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh
 Merasa bingung.

Sedangkan gejala yang dirasakan dari segi psikologis meliputi:


 Depresi
 Gelisah
 Perubahan perilaku dan emosi
 Merasa ketakutan (paranoid)
 Agitasi
 Halusinasi.

Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan


seperti kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan
kemih, penurunan nafsu makan, hingga kesulitan menelan. Pada
jamaah haji indonesia yang sebagaian besar adalah lanjut usia,
banyak sekali kasus demensia ditemukan dengan gejala terbanyak
adalah bingung, hilang ingatan sampai depresi yang akan
mengganggu proses ibadah mereka selama prosesi haji

9
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

Sistem Triase dan Rujukan di Kloter

Pendahuluan
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier, yang artinya menyusun
atau memilah. Seiring perkembangan zaman, triase ini berkembang
menjadi suatu sistem pengambilan keputusan yang kompleks dalam
rangka menentukan derajat keparahan pasien, pasien mana yang
berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan atau berpotensi
mengalami perburukan bila tidak mendapatkan penanganan medis,
dan pasien mana yang aman menunggu, sehingga penanganan
pasien akan menjadi lebih baik.
Klasifikasi derajat keparahan menggunakan sistem ABC approach
dan syndromic approach. ABC approach merupakan pendekatan
kegawatdaruratan menggunakan sistem Airway (Jalan Nafas),
Breathing (Pernafasan), dan Circulation (Sirkulasi), sedangkan
syndromic approach merupakam sistem yang menggunakan
penilaian kondisi pasien berdasarkan kumpulan tanda dan gejala
yang ada pada pasien, seperti keadaan nyeri dada pada kondisi
infark miokard akut, sesak nafas pada peyakit serangan asma akut,
dan penurunan kesadaran.seperti serangan stroke akut.
Kegiatan triase ini sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat
baik di dalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit, termasuk saat
bertugas sebagai tenaga kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi.
Untuk itu diperlukan kemampuan triase yang baik pada setiap
petugas kesehatan haji Indonesia, sehingga pelayanan kesehatan
terhadap jamaah haji terutama untuk kasus gawat darurat dapat
terlaksana dengan baik.

10
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

Klasifikasi Triase
Terdapat berbagai Klasifiksi Triase yang sudah di terapkan di
berbagai negara, seperti Triase Australia (Australia Triage
System/ATS), Triase Kanada (Canadian Triage Acquity
System/CTAS), Triase Amerika Serikat (Emergency Severity Index),
dan Triase yang diterapkan di berbagai negara Eropa (Manchester
Triage Scale). Beberapa sistem triase tersebut mempunyai
kesamaan yaitu lima tingkat klasifikasi .(TABEL 1)
TABEL 1
ESI MTS CTAS ATS
Level 1 Merah Resusitasi Segera Mengancam
Nyawa
Level 2 Oranye Emergensi Mengancam Nyawa
Level 3 Kuning Urgen Potensi Mengancam
Nyawa
Level 4 Hijau Semi Urgen Segera
Level 5 Biru Tidak Segera Tidak Segera

Sistem Triase ini sangat berkaitan dengan sumberdaya yang terdapat


di unit gawat darurat atau tempat yang menggunkan sistem tersebut.
Di Indonesia belum ada kesepakatan tentang metode apa yang
digunakan di Rumah Sakit di Indonesia, namun secara empiris sistem
triase yang digunakan di beberapa rumah sakit Indonesia
mengadopsi sistem triase bencana, yaitu sistem yang menggunakan
empat klasifikasi yaitu merah, kuning, hijau, dan hitam. (TABEL 2)

11
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

TABEL 2
KRITERIA DESKRIPSI
Merah Pasien dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan segera

Pasien dalam kondisi tidak kritis namun membutuhkan pertolongan


Kuning
segera
Pasien dalam kondisi tidak kritis dan membutuhkan pertolongan
Hijau
tidak segera
Hitam Meninggal

Metode triase yang digunakan selama penugasan di Kloter oleh


tenaga kesehatan haji Indonesia menggunakan sistem Triase
Bencana yang di modifikasi dengan menggunakan beberapa sistem
triase lainnya. Klasifikasi triase yang digunakan TKHI selama di Arab
Saudi menggunakan tiga klasifikasi yaitu klasifikasi Merah, Kuning,
dan Hijau (TABEL 3). Pengetahuan tentang klasifikasi ini diperlukan
selama penugasan di Arab Saudi sehingga tatalaksana jamaah haji
sakit dapat lebih efektif dan efesien terutama pada keadaan gawat
maupun darurat.
TABEL 3
KRITERIA DESKRIPSI TINDAK LANJUT
Pasien dalam kondisi kritis dan Rujuk Rumah Sakit Arab
Merah membutuhkan pertolongan segera Saudi
Pasien dalam kondisi tidak kritis Rujuk Klinik Kesehatan Haji
Kuning namun membutuhkan pertolongan Indonesia
segera
Pasien dalam kondisi tidak kritis Observasi dan tatalaksana di
Hijau dan membutuhkan pertolongan Kloter
tidak segera

12
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

TATALAKSANA
Dalam melaksanakan sistem triase di Kloter, petugas kesehatan haji
Indonesia harus mempunyai kemampuan dalam mengenal dan
menilai setiap kondisi gawat darurat terhadap jamaah sakit.
Keterampilan dasar seperti Bantuan Hidup Dasar (BHD), Advanced
Cardiac Life Support (ACLS), maupun Advanced Trauma Life
Support (ATLS) wajib dimiliki oleh setiap petugas kesehatan haji
Indonesia. Keterampilan dasar tersebut digunakan dalam melakukan
stabilisasi jamaah yang mengalami kegawat daruratan selama di
Kloter untuk selanjutnya dilakukan rujukan baik ke Klinik Kesehatan
Haji Indonesia (KKHI) maupun ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
Terdapat beberapa panduan klasifikasi triase sesuai kondisi jemaah
dalam keadaan gawat darurat, namun kemampuan klinis petugas
kesehatan tetap menjadi faktor utama sebagai pengambil keputusan
(Decision Maker) dalam menggolongkan keadaan jemaah ke dalam
kategori MERAH, KUNING, atau HIJAU.
Berikut ini adalah panduan berbagai kondisi gawat darurat yang
dapat di kategorikan termasuk sebagai kasus merah, kuning, maupun
hijau.
1. Merah
Kondisi yang mengancam nyawa atau berisiko mengancam
nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan segera,
termasuk didalamnya kondisi yang mempunyai periode terapi
efektif (Gold Period) seperti kondisi infark miokard akut
ataupun stroke iskemik akut.
Deskripsi kasus yang termasuk dalam kategori diatas :
 Henti nafas dan Henti Jantung

13
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

 Sumbatan jalan nafas karena benda asing maupun


sumbatan akibat respon inflamasi yang sangat berat
 Gangguan sirkulasi berat (syok) yang sulit tertangani
oleh sebab apapun, ditandai dengan akral dingin,
denyut nadi < 50 kali permenit atau lebih dari 150 kali
permenit
 Sesak nafas berat yang sulit tertangani
 Penurunan kesadaran
 Kejang berkelanjutan
 Nyeri dada tipikal

2. Kuning
Kondisi tidak kritis namun mempunyai potensi berbahaya dan
mengancam nyawa atau dapat menambah keparahan bila
tatalaksan tidak dilakukan secara cepat, termasuk dalam
kondisi ini adalah penyakit yang membutuhkan pemeriksaan
yang kompleks dan membutuhkan konsultasi dari berbagai
spesialisasi terkait.
Deskripsi kasus yang termasuk dalam kategori diatas :
 Hipertensi berat
 Nyeri berat
 Sindrom Geriatri
 Kondisi Paska Kejang
 Demam pada pasien imunokompromise (pasien AIDS,
ataupun pada pasien Geriatri)
 Kondisi dehidrasi berat seperti muntah yang terus
menerus, ataupun pada keadaan diare persisten
dengan dehidrasi berat

14
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

 Trauma ekstremitas yang menimbulkan deformitas


ataupun nyeri berat
 Gangguan perilaku yang mengancam baik diri sendiri
maupun orang lain
3. Hijau
Kondisi yang tidak segera, yaitu kondisi kronik ataupun akut
yang tidak memberat bila tatalaksana tidak segera diberikan.
Deskripsi klinis yang termasuk dalam kondisi diatas :
 Nyeri ringan
 Diare tanpa dehidrasi ataupun dehidrasi ringan
 Trauma atau luka minor
 Pasien kronis psikiatri tanpa adanya gejala akut
 Kondisi infeksi ringan
 Pasien kronis yang tidak mengalami fase akut seperti
hipertensi dan diabetes melitus

Klasifikasi diatas diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan haji


Indonesia dalam mengklasifikasikan kondisi jamaah haji sehingga
prioritas tatalaksana jamaah haji sakit dapat berjalan dengan efektif
dan efesien. Klasifikasi tersebut dilakukan berdasarkan sumberdaya
yang ada pada tempat masing-masing sehingga keputusan klinis
tetap berada pada petugas kesehatan di Kloter tersebut. Proses
konsultasi juga harus tetap berjalan kepada konsultan spesialis
terkait yang berada di tingkat sektor ataupun KKHI agar sistem triase
ini dpat berjalan dengan tepat.

15
Materi Inti 3 Pelayanan Medik dan Asuhan Keperawatan

Mekanisme Rujukan
Kondisi gawat darurat seringkali terjadi pada jamaah haji selama
pelaksanaan ibadah haji, keadaan ini menyebabkan diperlukannya
rujukan dan evakusi jemaah haji ke sarana kesehatan dengan
fasilitas yang lebih baik. Pertolongan pertama menjadi hal utama
yang harus dilakukan untuk stabilisasi jamaah sakit, beberapa
pasien perlu dilakukan evakuasi dan rujukan dengan cara yang
benar. Tenaga kesehatan harus mengetahui cara evakuasi dan
rujukan yang benar agar tidak menyebabkan perburukan kondisi
pasien.
Keadaan gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik di kloter,
KKHI, terminal, tempat umum, tempat ibadah atau saat ARMINA,
rujukan dapat dilakukan sesuai dengan derajat keparahan jamaah
haji sakit (Sistem Triase) menuju KKHI ataupun RSAS. Terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukakn sebelum melakukan rujukan :
 Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan
diagnosa banding sehingga dapat ditentukan tempat rujukan.
 Memberikan pertolongan pertama sesuai kasus berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO).
 Dokumentasikan semua terapi yang sudah diberikan saat
merujuk.
 Untuk kasus gawat darurat yang perlu di rujuk harus didampingi
petugas medis/paramedis yang kompeten dibidangnya dan
mengetahui kondisi pasien.
 Koordinasi dengan Tim Gerak Cepat (TGC) yang berada di
sekitar tempat terjadi kegawatdaruratan.
 Persiapan dokumen: Surat Rujukan, DAPIH A, Buku Kesehatan
Jamaah Haji.

16
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

POKOK BAHASAN 5
KOMUNIKASI PERSUATIF
Komunikasi persuasif ini merupakan jenis komunikasi yang memiliki
tujuan untuk memberikan pengaruh kepada komunikan dari
komunikator terhadap kepercayaan, sikap, hingga perilaku
komunikan. Di mana komunikasi ini akan memberikan dampak yang
membuat komunikan ini bertindak sesuai dengan apa yang diminta
oleh sang komunikator.
Di dalam sebuah komunikasi pasti melibatkan dua atau lebih individu
dalam berinteraksi informasi. Sehingga akan ada sikap-sikap individu
yang berbeda-beda dengan berbagai komponen. Ketiga komponen
itu di antaranya:
1. Kognitif- Individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang
diperkenalkan.
2. Afektif- Individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak
suka pada objek.
3. Konatif- Perilaku ini sudah sampai tahap hingga individu
melakukan sesuatu tindakan terhadap objek.

Terkadang kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang


dipercayainya dapat memberikan dampak sikap pada diri mereka.
Sehingga dapat mempengaruhi perilaku atau tindakan mereka
terhadap sesuatu. Dengan kata lain, mengubah pengetahuan
seseorang tentang sesuatu yang dipercayainya dapat mengubah
perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan
konatif yang memiliki keterkaitan yang tidak selalu berlaku lurus atau
langsung.

17
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

Contohnya seperti kalimat di bawah ini.


“Didi tahu (kognitif) kalau motor Ninja R itu motor yang mahal. Ia juga
suka (afektif) melihat bentuk motor tersebut ketika berjalan.
Namun, Didi tidak akan membeli motor tersebut (konatif), karena ia
belum punya uang.”

A. Definisi Komunikasi Persuasif


Ada beberapa definisi komunikasi persuasive menurut bebrapa ahli,
diantaranya :
1. Kenneth E. Anderson (1972:218), menyatakan bahwa komunikasi
persuasif merupakan proses komunikasi antar individu.
Komunikasi tersebut terjadi di mana komunikator mengunakan
simbol-simbol untuk mempengaruhi pikiran si penerima sebagai
dengan sendirinya, komunikator dapat merubah tingkah laku dan
perbuatan audiens.
2. Erwin P. Betinghaus dalam bukunya yang berjudul “Persuasif
Communication” tahun 1973, halaman 10. Di sana dijelaskan
bahwa komunikasi persuasif ini dapat mempengaruhi pemikiran
dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara pembicara
dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi
tingkah laku pendengar melalui perantara pendengaran dan
penglihatan.
3. Lain halnya dalam buku yang ‘Komunikasi Antarmanusia’ yang
dijelaskan oleh De Vito. De Vito menyatakan bahwa komunikasi
persuasif merupakan komunikasi bertujuan untuk menengahkan
pembicaraan yang sifatnya memperkuat. Kemudian, memberikan
ilustrasi dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi,
tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan

18
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

perilaku, sehingga penggunaan fakta, pendapat dan himbauan


motivasional harus bersifat memperkuat tujuan persuasifnya. Dari
penjelasan tersebut, De Vito mengemukakan terdapat dua macam
tujuan atau tindakan yang ingin dicapai dalam melakukan
komunikasi persuasif. Tujuan tersebut dapat berupa untuk
mengubah sikap atau perilaku receiver atau untuk memotivasi
perilaku receiver.

B. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif


Komunikasi persuasif akan dapat terbentuk dengan baik, jika
terdapat unsur-unsur seperti yang akan dipaparkan di sini.
Aristoteles pernah berpendapat bahwa komunikasi itu dibangun
oleh tiga unsur yang fundamental (persuader/komunikator). Tiga
unsur tersebut bersifat sebagai sumber komunikasi, materi
pembicaraan yang dihasilkannya (pesan), dan orang
yang mendengarkannya (komunikan). Persuader merupakan orang
atau individu yang menyampaikan pesan di mana pesan tersebut
memberikan pengaruh sikap, pendapat, hingga perilaku orang lain
secara verbal maupun non verbal. Dalam komunikasi persuasif,
peran seorang komunikator sangatlah penting dan
berpengaruh. Sehingga, ia harus memiliki nilai performa yang
tinggi. Seorang komunikator yang memiliki nilai performa
yang tinggi dapat dicirikan dari kesiapan, kesungguhan, ketulusan,
kepercayaan, ketenangan, keramahan hingga kesederhanaannya
dalam menyampaikan pesan.
Komunikan merupakan individu yang menjadi tujuan pesan itu
disampaikan oleh komunikator baik secara verbal maupun non
verbal. Kepribadian pada seorang komunikan juga mampu

19
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

memberikan pengaruh terhadap penerimaan


pesan, bahkan persepsi dan pengalaman juga mampu
mempengaruhi.

C. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif


Di dalam komunikasi persuasif, terdapat beberapa ruang lingkup
yang di antaranya sebagai berikut:
1. Komunikator/Sumber pesan atau informasi.
2. Content of the communication/pesan yang disampaikan. Pesan
yang disampikan ini bisa berupa:
 Motivating Appeals (pesan yang mendorong, membangun,
dan memotivasi).
 Organization of persuasive arguments (pesan yang
mengandung argumen atau opini).
3. Audience Predispositions/komunikan atau individu yang
menerima pesan.
 Group conformity motives/penerima pesan bisa berupa grup
atau organisasi.
 Individual personality factors/penerima pesan sebagai
individu.
4. Media sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan
pesan.
5. Responses, yang merupakan tangapan dari seorang komunikan
terhadap pesan yang disampaikan.
6. Konteks situasional. Ruang lingkup inilah yang merupakan
suasana atu situasi yang ada ketika pesan disampaikan.

20
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

D. Bentuk-Bentuk Komunikasi Persuasif


Terdapat beberapa bentuk komunikasi persuasif, diantaranya:
1. Iklan,
Di dalam iklan, komunikasi persuasif sering kali komunikasi jenis
ini dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasaran. Karena,
iklan sendiri merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan
merupakan bagian kecil dari aktivitas promosi yang lebih luas.
Iklan inilah yang menggunakan komunikasi persuasif sebagai
bahasa mengajak para calon pelanggan untuk menggunakan
produknya.
2. Dakwah,
Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan seperti
layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang untuk
berjalan ke jalan yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan
bahasa persuasif yang dapat membuat orang yang mendengar
pesan tersebut menjadi ikut pengaruh dalam bahasa dan kata-kata
yang disampaikan. Aktivtas inilah yang kerap kali dilupakan kalau
menggunakan persuasif tapi bukan dogmatis.
3. Pamflet,
Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara verbal
yang berbentuk tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke dalam
kategori iklan. Namun, pada umumnya di jaman sekarang menjadi
paradigma dalam bentuk audio visual. Di dalam pamflet pastinya
berunsur iklan yang bersifat mengajak, sehingga pamflet
merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif.

21
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif


Segala sesuatu pasti ada sebab-musababnya. Sama halnya
komunikasi persuasif yang memiliki penyebabnya. Penyebabnya
ini yang dinamakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi.
Komunikasi persuasif yang berhasil diterapkan, pasti memiliki
beberapa faktor. Dan faktor-faktor itu di antaranya :
1. Seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi
merupakan seorang komunikator yang mempunyai pengetahuan
tentang apa yang disampaikannya. Sehingga pesan akan
tersampaikan secara jelas dan teratur.
2. Pesan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh seorang
komunikan yang sebenarnya belum dipahami sama sekali
olehnya. Baca juga:
3. Pengaruh lingkungan pun juga dapat mempengaruhi berhasil
atau tidaknya kegiatan komunikasi persuasfi ini. Karena,
pengaruh lingkungan akan memberikan atmosfir yang mana
atmosfir tersebut dapat mempengaruhi pola pikir seseorang,
yaitu seorang komunikan.
4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan. Itu sebabnya,
pesan harus masuk di akal atau logika yang benar.

F. Tujuan Komunikasi Persuasif


Segala sesuatu, pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Tujuan
inilah nantinya yang digunakan sebagai target suatu kegiatan.
Sehingga terbentuklah perencanaan untuk menuju tujuan tersebut.
Sebenarnya, komunikasi persuasif ini merupakan bentuk teknik
dalam berkomunikasi. Sehingga, tujuan adanya komunikasi
persuasif ini di antaranya :

22
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

1. Perubahan sikap (attitude change), komunikasi persuasif ini


diharapkan dapat mengubah pola pikir yang mana pola pikir ini
membuat komunikan mengubah sikapnya terhadap pesan apa
yang diterimanya.
2. Perubahan pendapat (opinion change), seorang komunikan
pastinya memiliki pendapat atau anggapan yang berbeda dari
seorang komunikator. Sehingga, perlu adanya komunikasi
persuasif ini sebagai alat mengubahnya pola pikir komunikan
yang membuat komunikan ini mengikuti pendapat atau
anggapan yang disampaikan oleh seorang komunikator.
3. Perubahan perilaku (behavior change), perubahan sikap ini
sebenarnya masuk ke dalam kategori perubahan sikap. Namun,
perilaku ini merupakan suatu dampak dari sikap. Ketika sikap
berubah, maka perilaku pada seseorang atau komunikan pun
juga ikut berubah mengikuti pola pikir dari pesan yang ia terima.
4. Perubahan sosial (sosial change). Perubahan sosial inilah yang
merupakan salah satu dampak dari adanya bahasa yang
persuasif. Komunikator yang berbahasa persuasif akan
membawa perubahan dalam lingkungan masyarakat, pola pikir,
hingga perilaku masayarakat. Hal ini dapat ditemukan pada
seorang Lurah yang menyampaikan informasi persuasif agar
masyarakat desa mengikuti program pemerintah. Dengan
adanya bahasa yang persuasif yang bersifat mengajak ini, dapat
mampu mengubah pola pikir masyarakat desa untuk mengikuti
program pemerintah yang disampaikan seorang Lurah sebagai
komunikator.

23
Materi Inti 4 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan Haji

G. Manfaat Mempelajari Komunikasi Persuasif


Dengan kita mempelajari komunikasi persuasif ini, membuat kita
mampu memberikan pengaruh pola pikir individu yang sedang
berbicara dengan kita. Maka dari itu, seorang komunikan yang
sedang berbicara dengan seorang komunikator yang
menggunakan teknik komunikasi persuasif ini akan lebih
cenderung mengikuti pola pemikiran apa yang disampaikan oleh
komunikator ini. Sehingga, seorang komunikator ini mampu dan
berhasil mengajak seorang komunikan untuk mengikuti apa yang
ia sampaikan atau apa yang ia harapkan sebelumnya.

Referensi:

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-persuasif diunduh tgl 29


jan 2018

24
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

POKOK BAHASAN
Jejaring Kerja Pelayanan Kesehatan Haji

Komponen Jejaring Kerja Pelayanan Haji di Kelompok Terbang


(Kloter)

Tim Pelayanan Haji di kloter merupakan bagian dari Pelayanan Haji


secara keseluruhan, secara skema dapat digambarkan sebagai
berikut:

Ka. Daker

Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan Bidang Pelayanan


Bimb. Ibadah Umum Kesehatan

Seksi Seksi Apt& Seksi


YanKes Alkes San-Sur
SEKTOR

Seksi Seksi Sub Si Kes


Yanum YanBimDah BP Sektor
Apt. Sektr
Sansur Sktr

KLOTER

TPHI TPIH TKHI

ROMBONGAN

REGU

25
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

Kloter sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah haji
dalam melaksanakan prosesi ibadah terdiri dari :

1. Jamaah Haji (Karu dan Karom).


Tenaga ini terdiri dari :
a Ka Rom (Ketua Rombongan)
Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu
untuk menjadi pemimpin setiap 45 - 50 jamaah dalam
melaksanakan prosesi ibadahnya.
b Ka Ru (Ketua Regu)
Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu
menjadi pemimpin setiap 10 jamaah dalam melaksanakan
prosesi ibadahnya yang dikoordinasikan dengan Ka Rom

2. Petugas Haji di Kloter (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD, TPIHD dan


TKHD)
a TPHI (Tenaga Pemandu Haji Indonesia)
Tenaga ini direkrut oleh Kementerian Agama dengan tugas
pokok melayani kebutuhan jamaah haji di kloter selama
melaksanakan prosesi ibadah, sekaligus sebagai ketua kloter.
b TPIHI (Tenaga Pembimbing Ibadah Haji Indonesia)
Tenaga ini direkrut oleh Kementerian Agama dengan tugas
pokok melayani kebutuhan jamaah haji di kloter selama
melaksanakan prosesi ibadah.
c TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia)
Tenaga ini terdiri dari dokter dan perawat yang direkrut oleh
Kementrian Kesehatan cq Pusat Kesehatan Haji dengan

26
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

tugas memberikan pelayanan bidang kesehatan semenjak


dari embarkasi hingga debarkasi.
d Petugas Haji Daerah :
Tenaga ini terdiri dari : TPHD (Tenaga Pemandu Haji daerah),
TPIHD (Tenaga Pembimbing Ibadah Haji Daerah) dan TKHD
(Tenaga Kesehatan Haji Daerah). Tenaga-tenaga ini direkrut
oleh pemerintah daerah setempat untuk membantu
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh Jemaah haji di
kloter.

3. Petugas PPIH Kesehatan (TPP, TGC. TKR dan TPK)


a TPP (Tim Promotif preventif)
b TGC (Tim Gerak Cepat)
c TKR (Tim Kuratif Rehabilitatif)
d TPK (Tenaga Pendukung Kesehatan)

4. Petugas RSAS

5. Petugas PPIH Embarkasi/Debarkasi.

6. Purser (Koordinator awak Pesawat)

Keberhasilan organisasi kloter ini sangat ditentukan oleh kerjasama


diantara anggota tim kloter dan antara tim kloter dengan jejaring kerja
pelayanan jamaah haji secara keseluruhan. Dalam tim kloter sebagai
suatu tim kerja yang melayani 300 – 400 orang jamaah haji dituntut
untuk bertanggung jawab secara penuh melalui peran dan fungsi :
membina, melindungi dan menghantar jamaah haji selama prosesi

27
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

ibadah haji. Oleh karena itu tim ini bukan hanya sebagai “kelompok
terbang” semata, melainkan harus memiliki keterikatan dan interaksi
yang harmonis agar dapat memacu terjadinya perubahan dari
“kelompok” menjadi “tim kerja efektif”. Keterikatan dan interaksi yang
harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir
(way of Thinking), pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola
tindak (way of Action) (Prajudi Atmosoedirdjo : 1989).

Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi


serta pola tindak, akan memudahkan terjadinya titik temu berbagai
keinginan dan interest tugas sektor/ kementerian masing-masing
kedalam tujuan bersama (common goal), yakni terlayaninya
kebutuhan jamaah akan rasa aman, nyaman, dan kesehatan secara
optimal.
Masalah paling rawan dalam organisasi tim kloter adalah apabila
keinginan dan interest individu petugas dalam organisasi tim kloter
saling menganggap dirinya yang paling berkuasa terhadap suatu
persoalan yang muncul atau sebaliknya justru lepas tanggung jawab
ketika terjadi permasalahan. Jika hal ini terjadi maka sebenarnya
secara fakta petugas kloter hanyalah kumpulan beberapa orang yang
masing-masing mempunyai otoritas untuk mempertahankan
kekuasaan sektor/ kementerian masing-masing. Dengan demikian
tujuan diadakannya Tim Petugas pendamping Kloter menjadi sia-sia
belaka, karena jamaah haji tidak akan mendapat pelayanan
sebagaimana mestinya. Bahkan lebih jauh yang akan terjadi adalah
tiada hari tanpa protes jamaah sebagai bentuk manifestasi rasa
kekecewaannya terhadap pelayanan petugas dan hal ini sangat
merugikan citra bersama. Untuk mengantisipasi kejadian di atas ada

28
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

baiknya kita gunakan “tujuh resep habits” yang perlu dimiliki oleh
individu yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi seperti yang
diutarakan oleh Steven Covey (1997) yaitu :
(1) Pro aktif,
(2) Mendahulukan yang utama,
(3) Selalu memulai dengan tujuan akhir,
(4) Pendekatan menang-menang,
(5) Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti oleh orang-
orang lain,
(6) Selalu menciptakan sinergi, keterpaduan dan kebersamaan serta,
(7) Selalu mengasah dan mengembangkan diri baik fisik, sosial
maupun nilai-nilai.
Dari ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya Tim adalah
pendekatan menang-menang (win-win), mengerti orang lain dan
selalu bersinergi. Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu
manusia perlu melaksanakan kegiatan bersama secara efektif
sehingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif, oleh karena itu
diperlukan sebuah Tim yang efektif. Mengapa ada Tim yang mampu
bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila
berbicara tentang Tim, maka ada Tim yang dapat mencapai suatu
prestasi yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa
hari saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha bersama secara
optimal untuk menciptakan Tim yang dinamis.

Tim Dinamis adalah Tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi
dengan memanfaatkan segala energi yang ada dalam Tim tersebut
untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan Tim yang
penuh dengan rasa percaya diri, Tim yang para anggotanya

29
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

menyadari kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan


yang telah ditetapkan bersama. Untuk mencapai tim dinamis seperti
yang diuraikan di atas maka sebaiknya setiap anggota hendaknya
menyadari dan memahami akan manfaat tim dinamis seperti berikut:

a. Beroperasi secara kreatif


Dalam pelaksanaan kerja Tim Pelayanan Haji memerlukan daya
kreatif dan dinamis untuk menghadapi tugas di Arab Saudi dengan
memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara
berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak boleh takut
menghadapi kegagalan-kegagalan dan harus selalu mencari-cari
peluang untuk mengimplementasikan kreatifitas untuk menghadapi
tantangan sebagai akibat dari kebijakan pemerintah setempat yang
selalu berubah-ubah.
b. Memfokuskan pada hasil
Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui kemampuan
jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota Tim
secara terus menerus memenuhi komitmen waktu, anggaran,
produktivitas dan mutu. "Produktivitas Optimum" merupakan tujuan
bersama
c. Memperjelas peran dan tanggung jawab
Peran dan tanggung jawab anggota Tim jelas. Setiap anggota Tim
mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya, dan
mengetahui dengan jelas peran temannya dalam Tim. Tim yang
dinamis selalu memperbaharui peran dan tanggungjawab
anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan
teknologi.

30
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

d. Diorganisasikan dengan baik .


Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,
menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan jelas,
Tim juga menginventarisir jenis ketrampilan yang dimiliki oleh para
anggota Timnya.
e. Dibangun diatas kekuatan individu
Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga pimpinan Tim
memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota Timnya.
Pimpinan Tim sangat memperhatikan bagaimana memberdayakan
Timnya, sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan
kompetensi masing–masing anggota Tim.
f. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain Dalam Tim
yang dinamis kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya.
Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak. Setiap anggota Tim
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi Pimpinan Tim
manakala dibutuhkan
g. Mengembangkan iklim Tim
Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara antusias
bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi kelompok
yang tinggi (bersinergi).
h. Menyelesaikan ketidak sepakatan
Perbedaan persepsi dan ketidak sepakatan akan terjadi dalam
setiap Tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan
suatu wahana untuk pembelajaran hal-hal yang lebih positif.
Segala konflik akan diselesaikan dengan pendekatan secara
terbuka dengan teknik kolaborasi.
i. Berkomunikasi secara terbuka Pembicaraannya secara “asertif”
yakni bicara yang lugas, jujur tetapi tidak melukai pihak lain.

31
Materi Inti 5 Pengembangan Jejaring Kerja

Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan menerima


saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi dilakukan
secara timbal balik dan selalu berpikir untuk kepentingan bersama.
j. Membuat keputusan secara obyektif
Dalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang
proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus. Setiap anggota
kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota
kelompok bebas mengutarakan pendapat dan ideidenya dan
mendukung rencana yang telah ditetapkan.
k. Mengevaluasi efektifitasnya sendiri
Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk
melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana salama ini.
Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan
manajemen proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka bisa
segera memecahkannya sebelum berkembang menjadi
permasalahan yang serius

32

You might also like