You are on page 1of 3

Judul : “Hubungan Perilaku Gay dengan Kejadian HIV”.

Nama : Laylatul Muawanah

Npm : 51114013

Latar Belakang

Virus imunodifisiensi manusia (bahasa Inggris: human immunodeficiency virus;HIV )


adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang manusia dan
menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi. Tanpa pengobatan, seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah
terinfeksi, tergantung tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan
menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Penyaluran virus HIV bisa melalui
penyaluran Semen (reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh
sel-sel penting yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T
pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.

Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS)
memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan HIV/AIDS. Pasien baru
meningkat 47 persen sejak 2005. Kematian akibat AIDS di Indonesia masih tinggi, karena hanya
8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat antiretroviral
(ARV).[3] Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV terbanyak yaitu
sebanyak 640.000 orang, setelah China dan India, karena ketiga negara ini memiliki jumlah
penduduk yang banyak. Hanya saja prevalensi di Indonesia hanya 0,43 persen atau masih di
bawah tingkat epidemi sebesar satu persen.

Kasus HIV/AIDS di Batam kian mengkhawatirkan. Setiap tahun jumlahnya terus


meningkat. Yang mencengangkan, penderitanya didominasi para pria penyuka sesama jenis alias
gay. Celakanya, bak fenomena gunung es, jumlah kasus yang sesungguhnya dipastikan jauh
lebih besar dari data yang ada.

Yang tak kalah memprihatinkan adalah, perilaku sodom ini di Batam ternyata
penyumbang angka besar penularan HIV-AIDS. Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat, jumlah
gay yang memeriksakan diri ke klinik Voluntary Counseling Test (VCT) di Batam tahun 2016
ada 386 orang. Dari jumlah itu, 194 orang atau 50 persennya positif HIV.

Jika dibandingkan dengan wanita penjaja seks (WPS) di tahun yang sama, dari 935 orang
yang memeriksakan kesehatan, hanya 90 orang positif HIV. Begitupun dengan pasangan risiko
tinggi, dari 435 orang yang memeriksakan diri di 2016, hanya 89 yang positif HIV.
Bandingkan juga dengan pelanggan pekerja seks (PPS) dari 820 orang yang mengikuti
pemeriksaan, hanya 170 orang positif HIV. Kalangan lain-lain dari 7.179 orang, positif HIV
hanya 127 orang. Masih lebih tinggi yang positif HIV dari kalangan gay.

Begitupun jika dibandingkan dengan kalangan waria. Dari 386 yang tes kesehatan di
2016, ada 16 orang yang positif HIV. Warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari 557 yang ikut
tes, hanya 9 yang positif HIV.

Pengguna narkoba lewat jarum suntik (Injecting Drug User/IDU) yang terinfeksi HIV
malah kecil. Dari 10 orang yang memeriksakan diri hanya satu yang positif HIV.

Kondisi serupa juga terjadi di 2017. Data Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan
AIDS Kota Batam menyebutkan, penularan HIV/AIDS dari kalangan laki-laki penyuka sesama
jenis juga mendominasi.

Januari hingga September saja, dari 271 gay yang memeriksakan diri di VCT, baik di
rumah sakit maupun fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lanjutan, hampir separoh (129
orang) atau 47,6 persen positif HIV.

Sementara waria yang melakukan tes dari 60 orang, 12 positif HIV. Wanita penjaja seks
(PSK) dari 1.280 yang tes, 41 positif HIV. Pelanggan penjaja seks dari 721 yang dites, 91 positif
HIV, kalangan lain-lain dari 4.960 yang dites, 52 positif HIV. Pasangan risiko tinggi dari 403
yang diperiksa, 47 positif HIV. Warga binaan pemasyarakatan 71 yang dites, tidak ada yang
positif HIV.

“Penularan dari hubungan sesama lelaki memang paling tinggi,” ujar Kepala Dinas
Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi.

Angka tersebut masih lebih kecil dari kondisi riil di lapangan. Sebab, masih banyak lelaki
suka lelaki yang enggan memeriksakan diri karena takut identitasnya terungkap. Masih banyak
juga yang merasa dirinya aman-aman saja, meski pernah melakukan hubungan sesama jenis.

Karenanya, ia meminta masyarakat Batam untuk menjauhi perilaku homoseksual itu.


Selain dilarang agama, eprilaku itu juga sangat berisiko pada penularan HIV/AIDS. “Berperilaku
normal dan setia pada pasangan sah,” ujar Didi.

Konselor HIV/AIDS yang sudah lebih dari 21 tahun menangani pasien dengan kasus
HIV/AIDS (ODHA), dr Francisca L Tanzil, juga membenarkan kalau tren penularan HIV/AIDS
beberapa tahun terakhir lebih banyak pada lelaki penyuka sesama lelaki.

“ODHA di Batam saat ini memang mayoritas dari kalangan gay, menyusul ibu rumah
tangga, lalu anak di bawah umur,” ungkap dokter yang akrab disapa Sisca, saat ditemui di Klinik
Konseling dan Testing HIV Kasper, Pavilium Anyelir, Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK)
Batam. (Batampos.com)
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melihat
“Hubungan Perilaku Gay dengan Kejadian HIV” untuk di teliti lebih lanjut.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Ns. Lisastri Syahrias, S.Kep, M.Kes) (Ns. Angga Putri, S.Kep, M.Biomed)

You might also like