You are on page 1of 6

Ujian Akhir Semester (Ganjil) Tahun Akademik 2017/2018

Program Studi : Magister Ilmu Administrasi


Mata Kuliah : Teori Pengambilan Keputusan
Dosen : Dr. T. Herry Rachmatsyah, MM, M.Si,

1. Cara pemimpin yang efektif dalam mengatasi konflik dalam pembuatan keputusan
yang melibatkan kelompok
Pengambilan keputusan dengan kondisi konflik terjadi apabila alternatif keputusan yang
harus dipilih atau diambil berasal dari pertentangan atau persaingan dari dua atau lebih
pengambil keputusan. Suatu keputusan diambil dalam kondisi konflek apabila yang dihadapi
bukan situasi tetapi pihak-pihak lain yang memiliki dalam keputusan yang hendak diambil.
Saah satu teori yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan kondisi konflik.
Menururt Dimiyati (1992), teori permainan (game theory) adalah bagian dari ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan pada saat ada dua pihak atau lebih
berada dalam kondisi persaingan atau konflik. Menurut Ayu (1996), game theory merupakan
suatu pendekatan matematis untuk merumuskan situasi persaingan dan konflik antara
berbagai kepentingan. Game theorymelibatkan dua atau lebih pengambil keputusan atau yang
disebut pemain. Setiap pemain dalam game theory mempunyai keinginan untuk menang.
Tujuan teori ini adalah menganalisa proses pengambilan keputusan dari persaingan yang
berbeda-beda dan melibatkan dua atau lebih pemain/kepentingan. Kegunaan dari teori
permainan adalah metodologi yang disediakan untuk menstruktur dan menganalisa masalah
pemilihan strategi. Menggunakan teori permainan, maka langkah pertama adalah
menentukan secara explicit pemain, strategi yang ada, dan juga menentukan preferensi serta
reaksi dari setiap pemain.
Terdapat dua jenis strategi permainan yang dapat digunakan pada game theory, yaitu pure
strategy (setiap pemain mempergunakan strategi tunggal) dan mixed strategy (setiap pemain
menggunakan campuran dari berbagai strategi yang berbeda-beda). Pure strategy digunakan
untuk jenis permainan yang hasil optimalnya mempunyai saddle point (semacam titik
keseimbangan antara nilai permainan kedua pemain). Sedangkan mixed strategy digunakan
untuk mencari solusi optimal dari kasus game theory yang tidak mempunyai saddle point.
Dalam teori permainan, lawan disebut sebagai pemain (player). Setiap pemain memiliki
sejumlah pilihan, yang terhingga atau tak terhingga, yang disebut strategi. Hasil (outcomes
atau payoff) dari sebuah permainan diringkas sebagai fungsi dari strategi yang berbeda-beda
dari setiap pemain. Sebuah permainan dengan dua pemain, dimana keuntungan satu pemain
sama dengan kerugian pemain lainnya, dikenal sebagai permainan jumlah-nol-dua-orang
(two-person zero-sum game). Dalam permainan seperti ini, hasil dapat dinyatakan dalam
bentuk hasil untuk salah satu pemain. Sebuah matriks dipergunakan untuk meringkaskan
hasil kepada pemain yang strateginya dinyatakan dalam baris-baris matriks yang
bersangkutan.
Pemecahan optimal untuk permainan jumlah-nol-dua-orang kemungkinan mengharuskan
setiap pemain untuk memainkan strategi murni (pure strategy) atau gabungan dari beberapa
strategi murni yang disebut sebagai strategi campuran (mixed strategy)
Pemecahan optimal dikatakan dicapai jika tidak ada satupun pemain akan memperoleh
manfaat dari perubahan strateginya. Dalam kasus ini, permainan tersebut dikatakan stabil.
Strategi campuran (mixed strategy) digunakan apabila tidak ditemukan saddle point. Kriteria
pemecahan masalah yang digunakan adalah kriteria minimaks-maksimin.
2. Alasan Konformitas (pemikiran kelompok) yang berlebihan harus dicegah
Sampai tingkat tertentu konformitas diperlukan dalam penyelesaian tugas kelompok tetapi
konformitas yang berlebihan merupakan hal yang harus dicegah. Berlindung di balik
konformitas biasanya mengakibatkan pengambilan keputusan yang cacat. Ciri-cirinya adalah:
a. Pengkajian alternatif yang tidak matang.
b. Pengkajian berbagai sasaran yang tidak mantap.
c. Kegagalan meneliti resiko yang dihadapi sebagai konsekuensi dari suatu keputusan.
d. Informasi yang tidak memenuhi persyaratan obyektif.
e. Pandangan yang bias dalam memanfaatkan informasi yang tersedia.
f. Kegagalan mengkaji ulang berbagai alternatif yang dihasilkan oleh kajian sebelumnya.
g. Ketidakmampuan kelompok menyusun rencana darurat jika rencana yang ditetapkan
tidak dapat dilakukan.
Konformitas cenderung menghasilkan berbagai hal negatif seperti:
a. ptimisme yang berlebihan.
b. Cara berpikir yang sloganistis.
c. Menekan atau menyembunyikan kekurangan kelompok.
d. Ketergantungan pada rasionalisasi kolektif.
e. Kecenderungan membuat suatu alternatif tertentu seolah-olah menjadi alternatif yang
paling menarik padahal berbagai alternatif lain tidak dikaji secara matang.
Langkah-Langkah yang harus diambil pemimpin kelompok agar konformitas dapat
ditempatkan secara wajar dan proporsional
a. Tidak mengutarakan preferensi pribadinya baik yang menyangkut metode dan prosedur
kerja kelompok maupun tentang bentuk keputusan yang akan diambil kelompok.
b. Memberikan prioritas tinggi kepada mereka yang akan mengemukakan keberatan dan
keragu-raguan.
c. Memberikan kesempatan bagi mereka yang mendukung dan menentang untuk
mengemukakan pandangan masing-masing dalam mengevaluasi berbagai alternatif.
d. Membagi kelompok menjadi beberapa subkelompok dalam menghadapi situasi
problematik yang kompleks. Masing-masing kelompok diberi dua jenis tugas. Pertama,
semua subkelompok membicarakan hal yang sama. Kedua, masing-masing subkelompok
hanya membahas segi-segi tertentu dari situasi problematik yang dihadapi.
e. Menyediakan waktu yang cukup untuk mempelajari tindakan yang mungkin diambil oleh
kelompok atau pihak lain yang mungkin berpengaruh pada keputusan yang akan diambil
oleh kelompok yang bersangkutan.
f. Mengadakan pertemuan lanjutan untuk menghilangkan kekhawatiran atau keragu-raguan
yang mungkin masih ada di kalangan anggota kelompok.
g. Bersedia mengundang orang lain, misalnya tenaga ahli, yang bukan anggota kelompok
untuk memberikan pandangan yang tidak memihak tentang langkah yang hendak
ditempuh dan keputusan yang hendak diambil.
h. Masing-masing anggota kelompok meminta pendapat orang lain yang dihormatinya
untuk memberikan reaksi terhadap langkah yang hendak ditempuh dan menyampaikan
hasil pembicaraan itu kepada kelompok.
i. Organisasi membiasakan diri membentuk kelompok independen secara teratur yang
setiap kali dipimpin oleh orang yang berbeda dengan tugas menangani hal yang sama.
j. Segera membubarkan kelompok setelah kelompok tersebut menyelesaikan tugasnya
untuk mencegah kelompok tersebut menjadi demikian kuatnya sehingga ketergantungan
padanya oleh organisasi tidak dapat dielakkan.
3. Pengertian kelompok nominal
Kelompok nominal adalah sekumpulan orang yang ditugaskan secara sendiri-sendiri untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dengan tingkat interaksi yang minim dalam pertemuan
yang tidak sering terjadi.
Manfaat pembentukannya
a. Tidak diperlukan keterampilan khusus untuk memimpin kelompok.
b. Tidak menghadapi banyak perdebatan.
c. Evaluasi dan komentar yang panjang lebar dapat dielakkan.
d. Kecenderungan timbulnya dominasi oleh orang-orang tertentu dapat dihilangkan.
e. Adanya toleransi dalam menerima ide-ide orang lain dan pendapat minoritas.
f. Tingkat partisipasi yang sama di kalangan para anggota dapat ditumbuhkan.
g. Upaya pengembangan berbagai ide berlangsung dengan efektif.
h. Perdebatan tentang istilah-istilah tertentu dapat dihindari.
i. Mudah menumbuhkan rasa kebersamaan dalam menghadapi resiko yang mungkin timbul.
j. Setiap anggota diberi waktu dan kesempatan yang memadai untuk memikirkan dengan
tenang berbagai segi permasalahan yang dihadapi dan mencatat hasil-hasil pemikirannya
secara akurat. Ketegangan yang mungkin timbul justru mendorong keterlibatan,
komitmen, dan kreativitas para anggota.
k. Para anggota kelompok memiliki rasa tanggung-jawab yang besar untuk meraih
keberhasilan kelompok.
l. Penyampaian pendapat secara tertulis biasanya lebih jelas daripada secara lisan.
m. Tercegahnya penghentian pencarian alternatif secara tergesa-gesa.
4. Proses konsultasi dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar organisasi harus
dilakukan.
Cara melibatkan orang/pihak lain dalam proses konsultasi ini
a. Konsultasi yang bersifat memberitahukan.
b. Konsultasi yang bersifat memerlukan dukungan orang lain baik dalam bentuk persetujuan
maupun pelaksanaannya.
c. Konsultasi untuk memancing reaksi orang lain.
d. Konsultasi yang bersifat meminta pertimbangan orang lain.
e. Konsultasi dengan partisipasi aktif pihak lain.
f. Konsultasi dengan penekanan kuat pada pendapat orang lain.
g. Konsultasi yang bersifat pendelegasian.
Apabila seorang seorang pengambil keputusan melakukan terlalu banyak melakukan
konsultasi, proses pengambilan keputusan dapat menjadi sangat lamban.
5. Seorang manajer dapat mengalami stres bukan saja pada waktu mengambil keputusan tetapi
juga pada waktu mengambil berbagai langkah dalam proses pengambilan keputusan.
Cara mengatasi stres yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
a. Buat daftar prioritas
b. Mengembangkan strategi
c. Mengambil tindakan
d. Jalin komunikasi yang baik
e. Beristirahat sejenak dan kembali fokus
f. Bersiap untuk hal tidak terduga
g. Selesaikan dengan segera
h. Belajar dari kesalahan
i. Pengamatan teliti
6. Analisis keputusan mempunyai tugas menciptakan berbagai model pengambilan keputusan
sehingga manajer pengambil keputusan dapat lebih memahami implikasi dari keputusan yang
akan diambil. Persyaratan agar analisis dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik

Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk
dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses
berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
• Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada
relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
• Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-
unsur itu.
• Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel.
Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
• Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang
kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan
tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman.
Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam
pengambilan keputusan.
Jika para analis membuat model, mereka biasanya melakukan hal itu supaya dapat
menetapkan tindakan yang paling tepat dalam situasi tertentu. Kemudian digunakan untuk
memberikan saran bagi pembuat keputusan. Dengan demikian pada hakikatnya model itu
merupakan pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar
dapat mengatasi masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini sendiri
dibuat dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat. Di samping itu,
model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu sendiri.
Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian
asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang
pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi
bagi computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri
pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan
kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan
pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau
permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang
jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan
yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya
dibuatkan model.
7. Perbedaan antara sistem informasi manajemen dan sistem pendukung keputusan
Sistem informasi management atau management information system merupakan penerapan
sistem informasi dalam suatu organisasi untuk menghasilkan output-an sebagai proses untuk
memecahkan masalah untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan management.
Sistem Pendukung Keputusan adalah sistem yang menyediakan informasi untuk
mememcahkan masalah maupun kemampuan komunikasi dan juga memecahkan masalah
semi struktur.
Perbedaan Sistem Informasi Manajemen dengan Sistem Pendukung Keputusan adalah
bahwa Sistem Informasi Manajemen menghasilkan informasi yang bersifat rutin dan
terprogram, sedangkan Sistem Pendukung Keputusan dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan yang spesifik.
8. Setelah keputusan diambil, berbagai pihak harus tetap diyakinkan bahwa keputusan tersebut
merupakan keputusan yang tepat.
Para pihak yang harus diyakinkan
a. Manajemen puncak agar sumberdaya dan dana organisasi secara memadai dapat
dikerahkan untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil.
b. Para manajer setingkat karena keputusan yang diambil tidak hanya akan berpengaruh
pada satuan organisasi tempat keputusan diambil tetapi juga satuan-satuan organisasi
yang lain.
c. Serikat pekerja yang jika tidak mendukung akan menimbulkan berbagai rintangan dalam
pelaksanaannya.
d. Para bawahan agar ada keyakinan yang kuat pada diri mereka sehingga mereka akan
mengerahkan segala kemampuan demi keberhasilan pelaksanaan.
Di samping itu ada pihak-pihak tertentu di luar organisasi juga harus diyakinkan yaitu:
a. Konsumen pemakai produk yang dihasilkan.
b. Pemilik modal.
c. Pemasok bahan mentah atau bahan baku.
d. Penyalur baik pada tingkat grosir maupun eceran.
e. Instansi pemerintah yang tugas fungsionalnya terkait.
9. Pedoman yang harus diikuti agar pelaksanaan/implementasi keputusan menjadi lebih
efektif dan efisien
Menurut J. Salusu (1996: 409) pelaksanaan adalah “Seperangkat kegiatan yang dilakukan
menyusul satu keputusan. Dapat juga dikatakan sebagai operasionalisasi dari berbagai
aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu”. Dalam upaya mencapai suatu sasaran,
diperlukan serangkaian aktivitas dalam organisasi. Oleh karena itu, implementasi atau
pelaksanaan dapat juga dikatakan sebagai operasionalisasi dari bermacam-macam aktivitas.
Pendapat lain tentang pengertian pelaksanaan dikemukakan oleh Riant Nugroho (2004:158)
yang mengemukakan bahwa “Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya”.
Pelaksanaan/implementasi kebijakan merupakan tahapan paling rumit dalam suatu
organisasi, oleh karena itu diperlukan skenario, agar memiliki arah dan pedoman yang jelas.

You might also like