You are on page 1of 6

KEEFEKTIFAN Trichoderma harzianum DAN Trichoderma virens UNTUK

MENGENDALIKAN Rhizoctonia solani Kühn PADA BIBIT CABAI (Capsicum annum L.)

The Effectivity of Trichoderma harzianum and Trichoderma virens to Control


Rhizoctonia solani Kühn on Seed of Capsicum annum L.

Tjut Chamzurni 1), Hartati Oktarina1), Khalidah Hanum2)


1)
Staf Pengajar Program Studi Agtoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
2)
Mahasiswa Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Trichoderma sp. telah dipertimbangkan para peneliti sebagai suatu alternatif dalam penggunaan
fungisida tradisional yang efektif di bidang pertanian konvensional yang tidak meninggalkan residu baik
pada tanaman maupun tanah. Penelitian ini akan menentukan efektifitas T. harzianum dan T. virens
dalam mengendalikan R. solani pada perkecambahan C. annum. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh sejak Maret sampai Juni 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan menggunakan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah: Kontrol, dosis T. harzianum
-1 -1 -1
30 g tanaman , dosis T. harzianum 45 g tanaman , dosis T. virens 30 g tanaman , dosis T. virens 45 g
-1 -1
tanaman , dosis T. harzianum 15 g + T. virens 15 g tanaman , dan dosis T. harzianum 22,5 g + T. virens
-1
22,5 g tanaman . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis T. harzianum 22,5 g + T. virens 22,5 g
-1
tanaman adalah paling efektif mengendalikan R. solani dengan rata-rata benih yang tumbuh dan tinggi
tanaman, masing-masing 75% and 9,25 cm.

ABSTRACT

Trichoderma sp. has been considered by researchers as an effective alternative to the use of
traditional fungicides in conventional agriculture because it leaves no residue both on plant and soil. This
work determined the affectivity of T. harzianum and T. virens to control R. solani on seedling of C.
annum. The experiment was carried out at Plant Disease Laboratorium and Experiment Field Faculty of
Agriculture, Syiah Kuala University from March to June 2011. The experiment was arranged in the
randomized complete design using 7 treatments and 4 replications. The treatments were; Control,
-1 -1 -1
dosage of T. harzianum 30 g plant , dosage of T. harzianum 45 g plant , dosage of T. virens 30 g plant ,
-1 -1
dosage of T. virens 45 g plant , dosage of T. harzianum 15 g + T. virens 15 g plant , dosage of T.
-1
harzianum 22,5 g + T. virens 22,5 g plant . The result showed that dosage of T. harzianum 22,5 g + T.
-1
virens 22,5 g plant is the most efectif to control R. solani with averages of emergent seed and plat
height, 75% and 9.25 cm, respectively.

PENDAHULUAN dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya disebabkan oleh Organisme
Cabai merah (Capsicum annum L.) Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu opt
merupakan salah satu jenis sayuran yang yang kerap merusak pertanaman cabai
bernilai ekonomi tinggi dan cocok Indonesia adalah R. solani.
dibudidayakan di daerah tropis seperti R. solani merupakan patogen tular tanah
Indonesia. Menurut Rukmana (1996) yang menyerang cabai baik pada masa
potensi hasil cabai merah mencapai 12 ton pembibitan maupun ketika sudah pindah
ha-1, namun dari data pada tahun 2011 tanam. Pengendalian terhadap patogen ini
produksi cabai merah Indonesia hanya 1,4 biasanya dilakukan dengan cara kultur
ton-1 (Badan Pusat Statistik Republik teknis maupun dengan menggunakan fungi-
Indonesia 2011). Rendahnya produksi cabai sida sintetik yang berbahan aktif kaptan,

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 12


propineb, dan mankozeb (Komisi Pestisida pengaruh yang positif terhadap persentase
2001). Akan tetapi, penggunaan fungisida perkecambahan benih, masa inkubasi,
sintetik secara terus menerus dan tidak panjang lesion yang terbentuk pada
bijaksana dapat membahayakan organisme pangkal batang dan bobot kering biji
bukan sasaran yang bermanfaat bagi tanaman-1. Dosis T. virens sebanyak 300 g
pertanian, lingkungan, dan keberadaan polibag-1 (volume 10 kg) mempengaruhi
manusia (Walker & Stachecki 2002). rata-rata persentase perkecambahan benih
Penggunaan fungisida sintetik dalam jangka mencapai 84,38%, rata-rata masa inkubasi
waktu yang panjang dapat menyebabkan 8 hari, rata-rata panjang lesion yang
terjadinya perkembangan populasi resisten terbentuk pada pangkal batang kedelai
(Wood 1997). Menghadapi hal tersebut, sebesar 1,35 cm dan bobot kering biji
sejalan dengan konsep pengendalian ter- tanaman-1 sebesar 24,13 g polibag-1.
padu yang tidak semata-mata mengandal- Berdasarkan penelitian yang dilakukan
kan pengendalian dengan menggunakan oleh Selian (2010), perlu dilakukan
bahan kimia sintetik, maka alternatif penelitian untuk mengetahui dosis yang
pengendalian perlu terus dicari dan paling efektif untuk mengendalikan R.
dikembangkan. solani pada bibit cabai.
Dewasa ini pemanfaatan cendawan
antagonis menjadi pilihan pengendalian METODE PENELITIAN
alternatif karena metode ini dianggap aman
baik bagi pengguna, konsumen, dan Penelitian ini dilaksanakan di Laborato-
lingkungan. Cendawan antagonis yang telah rium Penyakit Tumbuhan dan Kebun
banyak dimanfaatkan sebagai pengendali Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
hayati adalah Trichoderma sp. Biakan jamur Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, sejak
Trichoderma dalam media aplikatif seperti bulan Maret sampai dengan Juni 2011.
dedak dapat diberikan ke areal pertanaman Bahan-bahan yang digunakan adalah
dan bersifat sebagai biodekomposer serta isolat T. harzianum, T. virens, dan R. solani
sebagai biofungisida. Trichoderma juga koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan
mempunyai mekanisme biokontrol sangat Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala,
efektif dalam menekan perkembangan pupuk bokhasi, benih cabai merah, tanah
patogen diantaranya mikoparasitisme, steril, Potato Dextrose Agar (PDA), dedak,
antibiosis, dan kompetisi. aquadest, alkohol 70%, dan polibag volume
T.harzianum dan T. virens telah 1 kg.
diketahui dapat mengendalikan Metode yang digunakan adalah metode
Plasmodiophora brassicae, Fusarium eksperimen dengan menggunakan Ran-
oxysporum, Phytium ultimum, P. cangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial
aphanidermatum, Rhizopus oryzae (Elad et yang terdiri dari 7 perlakuan dan 4 ulangan
al. 1980, Djatmiko 1997, Hadiwiyono 1999, sehingga terdapat 28 unit percobaan.
Suwahyono 2000, Wahyudi & Nugroho Susunan perlakuan tersebut terdiri dari:
2000, Wahyudi & Suwahyono 2000, Howel kontrol (A), pemberian T. harzianum 30 g
2003). Hasil penelitian Misni et al. (2004) tanaman-1 (B), pemberian T. harzianum 45 g
menunjukkan bahwa T. harzianum dapat tanaman-1 (C), pemberian T. virens 30 g
menekan perkembangan penyakit layu F. tanaman-1 (D), pemberian T. virens 45 g
oxysporum f.sp. lycopersici (Sacc.) pada tanaman-1 (E), pemberian T. harzianum 15 g
tanaman tomat sebesar 80% dan dapat + T. virens 15 g tanaman-1 (F), pemberian T.
mempertahankan persentase bunga menja- harzianum 22,5 g + T. virens 22,5 g
di buah sebesar 71,47% serta meningkat- tanaman-1 (G). Pengolahan data dengan
kan produksi tanaman. Penelitian terbaru menggunakan analisis ragam dan dilanjut-
yang dilakukan oleh Selian (2010) menun- kan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
jukkan bahwa dosis T. virens member pada taraf 0,05.

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 13


Perbanyakan Cendawan Antagonis T. atau sesuai keadaan cuaca. Penyiangan
harzianum dan T. virens gulma juga dilakukan untuk menghindari
T. harzianum dan T. virens dimurnikan persiangan dengan tanaman uji.
pada media PDA kemudian diinokulasikan
pada media dedak steril dengan meng- Pengamatan
gunakan cook borer ukuran 5 mm. Media Pengamatan utama dilakukan terhadap
yang telah diinokulasi diinkubasi selama 30 masa inkubasi dan persentase benih. Masa
hari pada suhu kamar. inkubasi diamati setiap hari sejak 8 hari
setelah inokulasi patogen (1 HST) sampai
Perbanyakan R. solani menunjukkan gejala. Serangan ditandai
Hifa R. solani dimurnikan pada media dengan adanya hifa patogen yang tampak
PDA dengan menggunakan jarum ose. seperti sarang laba-laba disekitar pangkal
Media PDA yang telah diinokulasi di- batang tanaman.
inkubasi di dalam inkubator selama 2 Sedangkan persentase benih
minggu. Reisolasi dilakukan apabila terjadi berkecambah dihitung pada 10 Hari Setelah
kontaminasi oleh organisme lain yang tidak Tanam (HST) dengan menggunakan rumus:
diinginkan.

Penyiapan Media Tanam Dimana :


Media tanam yang digunakan adalah P = Persentase benih berkecambah
tanah lapisan atas (top soil) yang telah a = Jumlah benih yang tumbuh
disterilkan, selanjutnya dicampur dengan b = Jumlah benih yang diamati
pupuk bokhasi 50 g dan dimasukkan ke Tinggi tanaman diamati sebagai
dalam polibag yang berukuran 1 kg tiap- pengamatan penunjang. Pengukuran tinggi
tiap polibag. tanaman dilakukan pada 14, 21, dan 28
HST. Pengukuran dimulai dari permukaan
Inokulasi R. solani tanah sampai ke pucuk apikal tanaman.
Miselium R. solani yang telah dibiakkan
di dalam media PDA dibagi menjadi 8 HASIL DAN PEMBAHASAN
bagian. Setiap bagian diinokulasi per unit
percobaan dengan cara diletakkan di Masa Inkubasi
bawah permukaan media tanam ± 5 cm. Masa inkubasi diamati setiap hari
Inokulasi R. solani dilakukan satu hari setelah 8 hari sejak inokulasi R. solani ke
sebelum inokulasi agen antagonis. dalam media semai sampai menunjukkan
gejala serangan. Pada percobaan yang telah
Inokulasi Cendawan Antagonis T. dilakukan gejala serangan hanya terlihat
harzianum dan T. virens. pada perlakuan control yakni pada 14 HIS.
T. harzianum dan T. virens yang telah Sedangkan pada perlakuan lainnya gejala
berumur 30 hari pada media dedak serangan R. solani tidak terlihat hingga
diaplikasi satu minggu sebelum tanam akhir pengamatan. Diduga dosis T.
dengan cara dibenamkan kedalam tanah. harzianum dan T. virens yang semakin
tinggi mampu menghambat perkembangan
Penanaman dan Pemeliharaan R. solani melalui mekanisme antagonisme
Tujuh hari setelah aplikasi T. harzianum berupa kompetisi, antibiosis, dan
dan T. virens 10 benih cabai ditanam mikoparasit. Weindling (1932) dalam Selian
langsung pada polibag untuk pengamatan (2010) adalah orang yang pertama
persentase benih berkecambah. Setelah melaporkan T. harzianum sebagai miko-
pembibitan berumur 7 hari hanya satu parasit pada R. solani dan S. rolfsii.
tanaman yang ditinggalkan pada setiap Weindling menggambarkan T. harzianum
polibag. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari melilit hifanya pada hifa R. solani kemudian

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 14


masuk dan tumbuh di dalam hifa R. solani. mengkolonisasi dan tumbuh berasosiasi
Hal ini menyebabkan hifa R. solani menjadi dengan baik pada perakaran tanaman,
lisis dan keluar sehingga hifa menjadi serta secara signifikan meningkatkan
kosong (Gambar 1). pertumbuhan dan perkembangan tanaman
T. virens yang merupakan mikoparasit (Castro et al. 2009). Pada berbegai
bertindak sebagai kompetitor yang baik eksperimen, Trichoderma sp. juga dapat
dalam memperebutkan nutrisi, oksigen dan meningkatkan pertumbuhan perakaran,
ruang (Harwitz, 2003). Sesuai dengan melindungi dari patogen tulat tanah
pendapat Cook & Baker (1983) dalam maupun tular air (Lestari et al. 2007).
Selian (2010) menyatakan bahwa kompetisi Selain itu T. virens juga memproduksi Zat
antara dua atau lebih mikroorganisme Pengatur Tumbuh (ZPT) berupa Indole
dapat terjadi jika menggunakan media dan Acetic Acid (IAA) yaitu salah satu jenis
membutuhkan lingkungan yang sama. T hormone yangdapat memacu pertumbuhan
virens menghasilkan antibiotik berupa tanaman dengan meningkatkan laju
gliotoksin yang dapat menghambat pertumbuhan akar, seperti pemanjangan
pertumbuhan cendawan dan bakteri, serta akar primer serta perbanyakan akar lateral
gliovirin dan viridiol yang bersifat dan akar adventif yang merupakan suatu
fungistatik (Hanson & Howell 2004). keuntungan bagi kecambah dalam mening-
katkan kemampuannya untuk lebih mere-
kat pada tanah, menyerap air, serta nutrisi
dari lingkungan sehingga tanaman tersebut
dapat bertahan (Tarabily et al. 2003 dalam
Selian, 2010). Penelitian mengenai mikroba
pengahsil IAA telah banyak dilakukan
terutama pada Azospirillum brasilence
dalam gandum, IAA berpengaruh terhadap
perkembangan akar gandum dan dapat
memperbaiki produktivitas tanaman
melalui stimulasi hormone (Lestari et al.
2007). Pada perlakuan kontrol dan
perlakuan D persentase perkecambahan
Hifa Trichoderma sp. melilit tubuh R. solani benih lebih rendah, hal ini disebabkan pada
Sumber : Chet et al. (2004) kontrol tidak adanya agen antagonis yang
menghambat pertumbuhan patogen,
Persentase Benih Berkecambah sehingga patogen lebih leluasa menekan
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa perkecambahan benih, sedangkan pada
pemberian agen antagonis, T. harzianum perlakuan B jumlah antagonis yang
dan T. virens, berpengaruh terhadap diintroduksi masih rendah dan kemampuan
persentasi perkecambahan benih cabai T. harzianum dalam menekan serangan
(Gambar. 2). Benih cabai pada semua lebih rendah dari perlakuan D.
perlakuan berkecambah pada 10 HST.
Persentase perkecambahan benih tertinggi Tinggi Tanaman
terdapat pada perlakuan G dan diikuti oleh Hasil pengamatan terhadap tinggi
perlakuan E. Hal ini diduga dosis T. tanaman pada 14, 21, dan 28 HST
harzianum dan T. virens yang diintroduksi menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (A)
ke dalam tanah semakin tinggi, sehingga merupakan tanaman terendah dibanding-
pertumbuhan R. solani semakin terhambat. kan dengan perlakuan lainnya sedangkan
T. harzianum dan T. virens adalah perlakuan G merupakan tanaman tertinggi.
kompetitor ruang tumbuh yang sangat baik, Sebagaimana dijelaskan oleh Harvey (2000)
pertumbuhannya yang sangat cepat dapat dalam Nederhoff (2001), Trichoderma spp.

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 15


Dapat memperbaiki vigor tanaman dan 57:25-39. dalam DJ. W. Legowo. (ed.).
merangsang penyerapan nutrisi ketika Pengaruh Penggunaan Bahan Organik
populasi melimpah pada perakaran tanam- dan Cendawan Antagonis Trichoderma
an. Pada berbagai penelitian diketahui T. spp. terhadap Penyakit Akar Bengkak
harzianum dapat meningkatkan pertum- (Plasmodiophora brassicae Worr.)
buhan akar, melindungi dari patogen tular Djatmiko, H.A. 1997. Efektivitas
tanah maupun tular air. Pada tanaman Trichoderma harzianum terhadap
timun yang diinokulasi T. harzianum Penekanan Akar Gada pada Caisin. Hlm.
diketahui adanya peningkatan pertum- 157-164. Prosiding Kongres Nasional XIV
buhan akar dan bobot segar dua kali dan Seminar Ilmiah Perhimpunan
dibandingankan dengan kontrol (Nederhoff, Fitopatologi Indonesia. Palembang.
2001). Sedangkan T. virens menghasilkan Elad, Y., I. Chet, & J. Katan. 1980.
enzim yang dapat merusak dindingsel Trichoderma harzianum: A Biocontrol
patogen sehingga mengakibatkan kematian Effective Againt Sclerotium rolfsii and
dan menghambat perkembangan populasi Rhizoctonia oryzae. J. Phytopatho-
cendawan patogen (Dennis & Websteer logy,70: .119-121.
1971). Hadiwiyono. 1999. Jamur Akar Gada
(Plammodiaphora brassicae Wor.) pada
SIMPULAN DAN SARAN Tanaman Cruciferae : Uji Toleransi Inang
dan Pengendaliannya secara Hayati
Pengaplikasian T. harzianum dan T. dengan Trichoderma sp. Hlm. 365-370.
virens secara bersamaan dengan dosis 45 g Prosiding Kongres Nasional XV dan
merupakan dosis yang paling efektif untuk Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopato-
mengendalikan R. solani dengan rata-rata logi Indonesia. Purwokerto.
perkecambahan benih sebesar 75% dan Hanson, L.E., C.R. Howell. 2004. Elicitors of
rata-rata tinggi tanaman 9,25 cm. Plant Defense Responses Elisator Respon
Perlu diadakan uji lanjut keefektifan T. Biocontrol Strains of Trichoderma virens.
harzianum dan T. virens setelah Phytopathology. 94(2): Fitopatologi.
pemindahan tanaman bibit cabai ke 94(2): 171-176.
lapangan. Harwitz, A. 2003. TmKA, A Mitogen-
Activated Protein Kinase of Trichoderma
DAFTAR PUSTAKA virens, is Involved in Biocontrol
Properties and Repression of Conidiation
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, in the Dark. http://ec.asm.org/ content/
2011. Produksi Sayuran di Indonesia. abstract/2/3/446. Diakses 14 Juli 2011.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php Howell, C.R. 2003. Mechanisms Emplyoded
?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&nota by Trichoderma Spesies in the Biological
b=20. Diakses 4 Juni 2011. Control of Plant Disease; The History and
Castro, O.R.H.A., Cornejo, C.L., Rodrigues, Evolution of Control Biologis Current
M.,J. & Bucio, L. 2009. The Role of Concepts. Plant Dis. 87:4-10.
Microbia Signals in Plant Growth and Komisi Pestisida. 2001. Pestisida untuk
Development. Plant Signaling and Pertanian dan Kehutanan. Departement
Behaviour. 4:8, 701-712. Pertanian. Jakarta. 318 hlm.
Chet, I., A. Viterbo, & M. Shoresh. 2004. Lestari, P., D.N. Susilowati, & E.I. Riyanti.
Plant Biocontrol by Trichoderma spp.. 2007. Pengaruh Hormon Asam Indol
Department of Biological Chemistry. Asetat yang dihasilkan oleh Azospirillum
Dennis, C., & J. Webster. 1971. Antagonistic sp. terhadap Perkembangan Akar Padi. J.
Properties of Spesies-Group of Agro Biogen 3(2): 66-71.
Trichoderma I. Production of Non Misni, M., Martosudiro, & T. Hadiastono.
Volatile Antibiotic. Trans. Br. Mycol. Soc 2004. Trichoderma harzianum (Rifai)

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 16


sebagai Antagonis Fusarium oxysporum pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.
(Schlecht) f.sp. lycopersici (Sacc.) Merr.)
Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Wahyudi, P., N.B. Nugroho. 2000. Uji
Tomat. Antagonistik Trichoderma viridae dan
Nederhoff, E. 2001. Biological Control of Trichoderma harzianum terhadap Jamur
Root Disease-Especially whit Patogen Fusarium oxysporum.
Trichoderma. Crop House. Pathogen Wahyudi, P., U. Sowahyono. 2000.
Control in Soilless Cultures. Ltd, New Pengendalian Jamur Akar Putih
Zealand. Published in the Grower. pp.24- (Rigidoporus lignosus) pada Tanaman
25. Alpukat dengan Biofungisida
Rukmana, R. 1996. Cabai Hibrida Sistem Trichoderma harzianum.
Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. Walker, E.D., and J.A. Stachecki. 2002. Pest
Selian, R.D. 2010. Efektivitas Dosis dan Management for Small Animals a
Waktu Aplikasi Trichoderma virens Training Manual for Commercial
terhadap Serangan Sclerotium rolfsii Pesticide Applicatorrs and Registered
pada Kedelai. Skripsi S1. Jurusan Hama Technicians. Michigan State University
dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Extension. Michigan. Hlm 140.
Pertanian Universitas Syiah Kuala. Wood, H.A. 1997. Risk and Safety of
Darussalam. Banda Aceh (tidak Insecticides: Chemicals vs. Natural and
dipublikasikan). Recombinat Viral Pesticides. Biosafety
Suwahyono, U. 2000. Antagonisme Journal 3:1-9. www.weizmann.ac.il/.../
Trichoderma harzianum terhadap Jamur sciact_microbe.html. Diakses 30 agustus
Pythium sp. sebagai Pengendali Hayati 2005.

Jurnal Agrista Vol. 17 No. 1, 2013 17

You might also like