You are on page 1of 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan taufik serta hidayahnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “ Asuhan Keperawatan Dengan LEUKEMIA
Pada Anak “.

Selawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti kita
rasakan saat ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Keperawatan Anak I yaitu Ibu Ns. Eka
Roza Wijaya,S.Kep., sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan sesuai
harapan.

Penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentunya banyak kesalahan dan kekurangan. Maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca,
untuk perbaiki tugas selanjutnya.

MATARAM, 25 Februari 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. DEFINISI
leukimai adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan kematian. (hasan et all, 1997)
pengertian leukimia adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel yang
membentuk sel darah dalam sumsum tulang. Pada orang dengan kondisi normal, sel-sel
darah putih akan berkembang secara normal dan teratur di saat tubuh membutuhkannya
untuk memberantas infeksi yang muncul.secara sederhana, Sedangkan pada penderita
kanker darah atau leukemia, sumsum tulang akan memproduksi sel-sel darah putih yang
tidak normal (abnormal) yang jumlahnya berlebihan serta tidak dapat berfungsi dengan
baik. Produksi sel darah putih yang berlebihan karena serangan kanker darah atau
leukemia dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya penumpukan dalam sumsum
tulang sehingga sel-sel darah yang sehat akan menjadi tersumbat.
leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu:
1. Leukemia akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran ke organ – organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan
klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6
bulan.
a. Leukemia limfositik akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukimia dengan karakteristik adanya ploriferasi
dan akumulasi sel – sel patologis dari system limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran organ dalam ) dan kegagalan organ : LLA lebih sering
ditemukan pada anak –anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Insiden LLA
akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh
kegagalan dari sum – sum tulang.
b. Leukiamia mielositik akut ( LMA)

3
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel system hematopoetik yang
akan berdiferensiasi ke seua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi. Lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%)
dibandingkan anak-anak (15). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa
1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA
fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

2. Leukemia kronik
Leukemia kronik merupakn suatu penyakit yang ditandi proliferasi neoplastik dari
salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi
a. Leukemia limfositik kronis (LLK )
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (JARANG PADA
LIMFOSIT T). perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi
progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK
cendrung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia
50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b. Leukimio granulositik/mielositik kronik (LGK/LMK):
LGK/ LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan sel mieloisd (seri granulosit) yang relatinf matang.
LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang
dewasa usia pertengahan (40-50). Abnormalitas genetic yang dinamakan
kromosom Philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian
besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang
disebut fase krisis blastik yaitu prosuksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya
berupa mieloblasit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah
yang amat kuat.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (sibuae, 2009)

4
1. Faktor genetic : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell
Leukimia-Lhymphoma Virus / HLTV)
2. Radiasi
3. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
5. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom.
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penginaran (radiasi) dan bahan kimia
tertentu (misalnya benzena) dan pamakaian obat anti kanker,meningkatkan resiko
terjadinya penyakit leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu
(misalnya sindrom down dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
(smeltzer ,2002)
1. Leukemia limfositik akut
Gejala klini LLA sangat bervariasi.umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia ( mudah lelah, letargia, pusing,
sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri
tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur.
2. Leukemia mielositik akut
Gejalam utama adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 1000
ribu/mm3) biasanya mengenai gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolism yaituhiperurisemia
dan hipoglikemia.
3. Leukemia limfositik kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejal. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat

5
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan penurunan kemampuan
latihan dan olah raga. Demam, keringat malam dan infeksi simakin parah sejalan
dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia granulositik/mielositik kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase ekselarisi dn fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan lipa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, patekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. Darah tepi : adanya pensitopenia, limmfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik
untuk leukemia
2. Sum-sum tulang: dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system lain
gerdesak (apabila skunder). (ilmu kesehatan anak:145)
3. Pemeriksaan lain
a. Biopsy limpa
b. Kimia darah
c. Cairan cerebrospinal
d. Sitogenik.
E. PENATALAKSANAAN
1. kemoterapi
a. Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang
digunakan untuk semua orang.
b. Kemoterapi pada penderita LMA
1) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit.

6
2) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindakan lanjut dari fase induksi.
Kemoaterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan pengobatan modern, angka
remisi 50-75%, tetapi angka rta-rata hidup masih 2 tahun dan yang dpat hidup
lebih dari 5 tahun hanya 10%
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus diteteapkan karena menentukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu system penderajatan yang dipkai ialah klasifikasi RAI:
1) Stadium 0 : limfositosis darah tepid an sumsum tulang
2) Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
3) Stadium II : limfositosis dan splenomegali / hepatomegali
4) Stadium III: limfositosis dan anemia ( Hb < 11 gr /dll)
5) Stadium IV: limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan / tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LKK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
komvensional, terutama untuk mengedalikan gejala. Pengobatan tidak
diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.
Pada stadium I/II, pengamatan atu kemotrapi adalah pengobatan biasa. Pada
stdium III atau IV diberikan kemotrapi intensif. Angka ketahanan hidup rata –
rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun.
Pasien dengan stadium 0 atau 1 dapat bertahan hipup rata-rata 10 tahun.
Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan
hidup kurang dari 2 tahun.
d. Kemoterapi dada penderita LGK/LMK
1) Fase kronik
busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu menahan
pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.

7
2) Fase akselerasi
Sama dengan terapileukimia akut, tetai respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
3. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
karna dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum
tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfuse trombosit untuk mengatasi perdarahan
dan antibiotic untuk mengatasi infeksi.
F. PATOFISIOLOGI
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia
jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen
individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti
pada benda asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari
berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh
(kulit disebut juga antigen jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah
ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga
dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik
dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini
sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif
membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel
ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.

Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk


hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia
dan mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow
failure, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali,
katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.

8
G. PATWAY
Faktor pencetus : Sel neoplasma
berploriferasi
- Genetic - kelainan kromosom
didalam sumsum
- Radiasi - infeksi virus
- Obat-obatan - paparan bahan kimia
tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

Pertumbuhan berlebih
Mill sirkulasi darah Mill system limfatik

Pembesaran hati dan limpa Nodus limfe Kebutuhan nutrisi


meningkat
Hepatosplenomegali limfedenopati
Hipermrtbolisme

Penekanan ruang abdomen Peningkatan tekanan


intra abdomen Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
Sel normal diganti oleh sel kebutuhan tubuh
kanker Gangguan rasa nyaman
nyeri
Ketidakseimbangan
Depresi produksi sumsum
Suplai oksigen ke jaringan perfusi jaringan
tulang
inadekuat perifer

Penurunan eritrosit Anemia Resiko perdarahan

Penurunan trombosit trombositopenia Kecendrungan


perdarahan

Penurunan fungsi leukosit Daya tahan tubuh me


resiko infeksi

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang

Tulang lunak dan lemah Stimulasi saraf c


(nociceptor)
Fraktur fisiologis
Gangguan rasa
Kerusakan mobilitas nyamannyeri

9
H. DIAGNOSA YANG AKAN MUNCUL
1. Ketidak seimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplay darah ke perifer
(anemia)
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d berdasarkan perubahan
poliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
3. Resiko perdarahan
4. Resiko infeksi
5. Nyeri akut b.d ifiltrasi leukosit jaringan sistemik
Kerusakan mobilitas fisik b.d kontraktur, kerusakan integritas struktur tulang
penurunan kekuatan otot (depresisumsumtulang).

10
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit
2. Kaji adanya tanda-tanda anemia:
a. Pucat
b. Kelemahan
c. Sesak
d. Nafas cepat
3. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
a. Demam
b. Infeksi
4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
a. Ptechiae
b. Purpura
c. Perdarahan membran mukosa
5. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
6. Kaji adanya pembesaran testis
7. Kaji adanya:
a. Hematuria
b. Hipertensi
c. Gagal ginjal
d. Inflamasi disekitar rectal
e. Nyeri

B. ANALISA DATA
1. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :

11
a. Lelah
b. Letargi
c. Pusing
d. Sesak
e. Nyeri dada
f. Napas sesak
g. Priapismus
h. Hilangnya nafsu makan
i. Demam
j. Merasa cepat kenyang
k. Waktu ycng cukup lama
l. Nyeri Tulang dan Persendian.
2. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pembengkakan Kelenjar Lympa
b. Anemia
c. Perdarahan
d. Gusi berdarah
e. Adanya benjolan tiap lipatan
f. Ditemukan sel-sel muda

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

12
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut (Wong,D.L: 2004)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1) Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2) Intervensi:
a). Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi

13
c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


1) Tujuan:
Terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2) Intervensi:
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi

14
d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah


trombosit
1) Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2) Intervensi:
a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasiona: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
1) Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Intervensi:
a) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
15
b) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
c) Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
e) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi.

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek


samping agen kemoterapi
1) Tujuan:
pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Intervensi:
a) Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera
b) Hindari mengukur suhu oral
Rasional: untuk mencegah trauma
c) Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
d) Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
e) Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
f) Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

16
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
g) Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
h) Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i) Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
j) Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan
gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat
mengeringkan mukosa
k) Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l) Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
1) Tujuan:
pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Intervensi:
a) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
b) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas

17
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
e) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


1) Tujuan:
pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
2) Intervensi:
a) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
atau keefektifan intervensi
b) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
c) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian
atau obat
d) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
e) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

18
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi,
1) Tujuan:
pasien mempertahankan integritas kulit
2) Intervensi:
a) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b) Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f) Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
g) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Imobilitas Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan
1) Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2) Intervensi:
a) Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan
warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut

19
b) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
c) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
d) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
e) Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia
1) Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau
terapi
2) Intervensi:
a) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
b) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
c) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
d) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak
sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis

20
e) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
f) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
1) Tujuan:
pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
2) Intervensi:
a) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas
perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien
dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya
b) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
c) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
d) Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang
dialami

21
DAFTAR PUSTAKA

https://mencegahpenyakit.com/definisi-dan-pengertian-kanker-darah-atau-leukemia/

22

You might also like