Professional Documents
Culture Documents
Lap Res Eks 2
Lap Res Eks 2
EKSPERIMEN 2
RESISTOR SERI DAN PARALEL
I. Tujuan
Mengembangkan hubungan antara resistansi total dan resistor individu
ketika mereka dihubungkan secara seri atau paralel .
Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri,
seperti pada gambar 1.2.4, adalah
Berikut ini adalah persamaan untuk menghitung Rtotal dengan resistor yang
dirangkai seri :
2. Resistor Paralel
1 1 1 1
= + 𝑅 + ⋯ + 𝑅 ………………………. (1.2.2)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅1 2 𝑛
Jumlah kebalikan hambatan total rangkaian paralel sama dengan jumlah dari
kebalikan hambatan tiap- tiap komponen (resistor).
IV. Cara Kerja
1. Siapkan Percobaan dengan Baru mengulangi langkah yang sama dari
langkah 1 sampai langkah 4 pada Percobaan 1.
Untuk koneksi board paralel:
2. Konfigurasi "Hukum Ω " sebagaimana tercantum pada tabel di bawah.
Isi kolom "resistansi terukur" dengan nilai baru yang diperoleh dari
multimeter digital. Volt-dan ammeter di papan regular tidak perlu
digunakan.
S1 on Tidak ada R1 10 Ω
Jumper yang
Saklar Resistor Arus
Diperlukan
R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.3 Ω
Seri
VI. Analisa Data Hasil Percobaan
1.6.1 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Tabel 1.2.7 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Jumper yang
Saklar Resistor Resistor Terukur
Diperlukan
S1 on Tidak ada R1 10 Ω
S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 Paralel 5Ω
ON
Jadi :
1 1 1 2
= + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 10 10
10
𝑅𝑡𝑜𝑡 = =5Ω
2
𝑅2,3 = 𝑅2 + 𝑅3
= 10 + 10
= 20 𝛺
Untuk mencari Rtot :
1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 = +
𝑅1 𝑅2,3
1 1
= +
10 20
2+1 3
= =
20 20
20
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 6,67 𝛺
3
2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian paralel secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.8 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel Secara Teori
Jumper yang
Saklar Resistor Resistansi Perhitungan
Diperlukan
S1 ON Tidak ada R1 10 Ω
S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 Paralel 5Ω
ON
Tabel 1.2.9 Perbandingan Resistansi pada Rangkaian Paralel Hasil Pengukuran dan Teori
S1 ON Tidak ada R1 10 Ω 10 Ω
S1, S2 R1, R2
Kedua ujung R3 5Ω 5Ω
ON Paralel
R1 dan
S1, S2 Jumper
(R2+R3) 6,8 Ω 6.67 Ω
ON dihilangkan
Paralel
a. Untuk R1
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
│% Kesalahan │ = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
10 − 10
= 𝑥 100 %
10
=0%
S1 ON Tidak ada R1 10 Ω 10 Ω 0%
S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 5Ω 5Ω 0%
ON
R1 dan
Jumper
S2 ON (R2+R3) 6,8 Ω 6.67 Ω 1,94 %
dihilangkan
Paralel
6. Analisa Grafik
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan.
1.6.2 Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V
Tabel 1.2.11 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V
Jumper yang
Saklar Resistor Arus
Diperlukan
R1 dan R2
S1, S2 ON R3 0,95 A
Paralel
R1 dan
S1, S2 ON Tidak Ada 0,75 A
(R2+R3) Paralel
Secara teori, perhitungan nilai arus yang mengalir pada rangkaian paralel
dengan tegangan input sebesar 5 Volt adalah sebagai berikut :
1 1 1
R1||R2 = 𝑅𝑡𝑜𝑡 = +
𝑅1 𝑅2
Jadi :
1 1 1 2
= + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 10 10
10
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 5Ω
2
Diketahui V = 5 Volt
5
𝐼= =1𝐴
5
Jadi arus teori sebesar 1 A
b. R1 dan (R2 + R3) Paralel
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅2 + 𝑅3 = 20 𝛺
1 1 1
= +
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅1 𝑅2 + 𝑅3
1 1 1 2 1 3
= + = + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 20 20 20 20
20
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 6.67 𝑜ℎ𝑚
3
V 5V
I= = = 0.75 A
R 6.67 Ω
Jadi arus teori sebesar 0.75 A
2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian paralel secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.12 Hasil Perhitungan Nilai Arus pada Rangkaian Paralel secara Teori dengan Vin =5V
Jumper yang
Saklar Resistor Arus secara Teori
Diperlukan
Tabel 1.2.13 Perbandingan Nilai Arus pada Rangkaian Paralel Secara Teori dan Pengukuran untuk
Tegangan 5V
=5%
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
0,75 -0,75
= x 100 %
0,75
=0%
Tabel 1.2.14 Persentase Kesalahan Pengukuran Arus pada Rangkaian Paralel untuk Vin = 5V
S1, S2 R1 dan R2
R3 0.95 A 1A 5%
ON Paralel
R1 dan
S1, S2
Tidak Ada (R2+R3) 0.75 A 0.75 A 0%
ON
Paralel
6. Analisa Grafik
Gambar 1.2.8 Grafik Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Resistansi Secara Teori
Rangkaian Paralel
Dari grafik di atas dapat disimpulkan cara pengukuran arus saat praktikum
sudah tepat , sehingga menunjukkan hasil pengukuran yang tepat pula. Sesuai
hukum ohm, dimana besarnya arus berbanding lurus dengan tegangan dan
berbanding terbalik dengan resistansi maka semakin kecil resistansi, semakin
besar arus yang mengalir. Hal ini dapat dilihat pada kondisi 1 untuk R1 dan R2
paralel yang menghasilkan resistansi 5 ohm. Arus yang mengalir pada resistansi
tersebut secara teori adalah 1 A dan secara praktik adalah 0,95 A. Sedangkan
untuk R1 dan (R2+R3) paralel yang menghasilkan resistansi 6.67 ohm, arus yang
mengalir secara teori adalah 0.75 A dan secara praktik adalah 0,75 A. Dapat
dilihat pada grafik di atas , hubungan tersebut menghasilkan grafik menurun.
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan.
1.6.3 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri
Tabel 1.2.15 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri
Jumper yang Titik Resistansi
Saklar Resistor
Diperlukan Pengukuran Terukur
R1 dan R2
S1 ON R3 Terminal a-f 20,3 Ω
Seri
R1, R2, R3
S1 ON Tidak Ada Terminal a-f 30,7 Ω
Seri
𝑅1,2,3 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
= 10 + 10 + 10
= 30 𝛺
2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian seri secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.16 Hasil perhitungan Resistansi pada Rangkaian Seri secara Teori
Jumper yang Resistor yang Titik Resistansi
Saklar Diperlukan Dihubungkan Pengukuran secara teori
Jumper Resistansi
Resistor yang Titik
Saklar yang
Dihubungkan Pengukuran
Diperlukan Pengukuran Teori
S1
R3 R1 dan R2 Seri Terminal a-f 20,3 Ω 20 Ω
ON
S2
Tidak Ada R1, R2, R3 seri Terminal a-f 30,7 Ω 30 Ω
ON
R1 dan Terminal
S1 ON R3 20,3 Ω 20 Ω 1,5 %
R2 Seri a-f
6. Analisa Grafik
Gambar 1.2.9 Resistansi Hasil Pengukuran dan Resistansi Secara Teori pada Rangkain Seri
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran berdasarkan tabel diatas adalah pada kondisi 1 untuk R1 dan
R2 seri memiliki persentase kesalahan 1,5% sedangkan pada kondisi 2 untuk
R1,R2,R3 seri memiliki persentase kesalahan 2,3%.
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan karena adanya beberapa faktor seperti faktor suhu dalam ruangan yang
menyebabkan kurang presisinya alat ukur, alat yang digunakan sudah tua, dan
kesalahan pada praktikan saat mengukur .
R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0,3 Ω
Seri
2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai arus pada rangkaian seri dengan Vin = 10V secara
teori dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.20 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Jumper yang
Saklar Resistor Arus Teori
Diperlukan
R1 dan R2
S2 ON Kedua Ujung R3 0.5 Ω
Seri
R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.33 Ω
Seri
3. Tabel Perbandingan Perhitungan dengan Percobaan
Perbandingan nilai arus pada rangkaian seri hasil pengukuran dengan teori
untuk Vin = 10V dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.21 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
0.5 − 0.5
= 𝑥 100 %
0.5
=0%
b. Untuk R1, R2, dan R3 Seri
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
0, ,33 − 0,3
= 𝑥 100 %
0,33
= 9,09 %
5. Tabel Persentase Kesalahan
Besarnya persentase kesalahan pengukuran arus pada rangkaian seri untuk
Vin = 10V dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2.22 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Persentase
Jumper yang Arus Terukur
Saklar Resistor Kesalahan
Diperlukan (%)
Percobaan Teori
Kedua Ujung R1 dan R2
S2 ON 0.5 Ω 0.5 Ω 0%
R3 Seri
R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.3 Ω 0.33 Ω 9,09 %
Seri
6. Analisa Grafik