You are on page 1of 24

BAB I

EKSPERIMEN 2
RESISTOR SERI DAN PARALEL

I. Tujuan
Mengembangkan hubungan antara resistansi total dan resistor individu
ketika mereka dihubungkan secara seri atau paralel .

II. Alat yang Dipergunakan


1. Board mount rack BR - 3
2. Papan Percobaan NO – 01 Hukum Ω
3. DC power supply 0-10 V, 2A max.
4. Multimeter digital.
5. Kabel koneksi.

III. Dasar Teori


1.3.1 Rangkaian Seri dan Paralel
Rangkaian Seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara
sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.
Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet
(paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel.
Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input
komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain
tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian
listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang diperlukan
lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan
tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu
komponen dicabut atau rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi
sebagaimana mestinya. Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel
disebut rangkaian seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran atau
rangkaian kombinasi).
Sebuah bola lampu terhubung ke 100V 60 Hz satuan arus listrik. Ketika
bola lampu kedua ditambahkan ke satuan yang sama , bola lampu kedua adalah
secara paralel dengan bola lampu pertama. Oleh karena itu, arus listrik pada
saluran akan meningkat kali dua. Untuk sumber 100V, ini sama dengan
menyatakan bahwa resistansi beban berkurang dengan ½ kali.
Jika resistor dimasukkan secara seri dengan bola lampu , resistor akan
membatasi jumlah arus yang mengalir melalui bola lampu. Peningkatan resistensi
akan mengurangi arus dan membuat redup lampu. Sebuah contoh dari rangkaian
paralel ditunjukkan pada gambar 1.2.1, dan bahwa dari rangkaian seri ditunjukkan
pada gambar 1.2.2. Asumsikan bahwa resistor pada gambar 1.2.1 sebuah R1 pada
gambar 1.2.2 adalah tahanan dari lampu.

Gambar 1.2.1 Rangkaian Paralel

Total resistensi RT pada gambar 1.2.1 diperoleh sebagai berikut.


R1 x R2 = 100x100
RT = 50 Ὠ
R1 + R2 = 100x100

Gambar 1.2.2 Rangkaian Seri


Pada gambar 1.2.2, ketika R2 diatur ke 100 Ω , resistansi total :
RT = R1 + R2 = 100 +100 = 200 Ω

Secara umum, untuk n - resistor yang dihubungkan secara paralel seperti


pada gambar 1.2.3, total resistansi adalah,

Gambar 1.2.3 Hubungan Paralel n-Resistor

Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri,
seperti pada gambar 1.2.4, adalah

Gambar 1.2.4 Hubungan Seri n-Resistor

1.3.2 Resistor Seri Paralel


1. Resistor Seri

Gambar 1.2.5 Resistor Rangkaian Seri

Berikut ini adalah persamaan untuk menghitung Rtotal dengan resistor yang
dirangkai seri :

Rtotal = R1 + R2 + … + Rn…….…………….. (1.2.1)


Jumlah hambatan total rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan tiap-
tiap komponen (resistor).

2. Resistor Paralel

Gambar 1.2.6 Resistor Rangkaian Paralel

Berikut adalah persamaan untuk menghitung Rtotal dengan resistor yang


dirangkai paralel :

1 1 1 1
= + 𝑅 + ⋯ + 𝑅 ………………………. (1.2.2)
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅1 2 𝑛

Jumlah kebalikan hambatan total rangkaian paralel sama dengan jumlah dari
kebalikan hambatan tiap- tiap komponen (resistor).
IV. Cara Kerja
1. Siapkan Percobaan dengan Baru mengulangi langkah yang sama dari
langkah 1 sampai langkah 4 pada Percobaan 1.
Untuk koneksi board paralel:
2. Konfigurasi "Hukum Ω " sebagaimana tercantum pada tabel di bawah.
Isi kolom "resistansi terukur" dengan nilai baru yang diperoleh dari
multimeter digital. Volt-dan ammeter di papan regular tidak perlu
digunakan.

Tabel 1.2.1 Resistansi Terukur


Saklar Jumper yang Resistor yang Yang terukur
diperlukan dihubungkan resistansi

S1 on Tidak ada R1 10 Ω

S1, S2 on Kedua ujung R3 R1, R2 paralel

S1, S2 on Jumper dihilangkan R1 dan (R2 +R3)


secara paralel

3. Buktikan pengukuran di atas dengan menghubungkan volt - dan


amperemeter seperti yang ditunjukkan oleh garis putus-putus pada
Gambar 1-2, dan dengan menggunakan hukum Ω dan nilai yang diukur
dari tegangan dan arus.
Gunakan tegangan input 50 DC.

Tabel 1.2.2 Arus Terukur


Switch Jumper Yang Resistor Yang Arus Yang
Diperlukan Dihubungkan Akan Diukur

S1,S2 on Kedua ujung R3 Dua 10Ὠ secara


paralel
S1,S2 on Jumper Dihilangkan 10 dan 20Ω secara
paralel
V. Data Hasil Percobaan
1.5.1 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Tabel 1.2.3 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Jumper yang
Saklar Resistor Resistor Terukur
Diperlukan
S1 ON Tidak ada R1 10 Ω

S1, S2 ON Kedua ujung R3 R1, R2 Paralel 5Ω

S1, S2 ON Jumper dihilangkan R1 dan (R2+R3) Paralel 6,8 Ω

1.5.2 Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V


Tabel 1.2.4 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V

Jumper yang
Saklar Resistor Arus
Diperlukan

S1, S2 ON R3 R1 dan R2 Paralel 0.95 A

S1, S2 ON Tidak Ada R1 dan (R2+R3) Paralel 0.75 A

1.5.3 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri


Tabel 1.2.5 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri
Jumper yang Titik Resistansi
Saklar Resistor
Diperlukan Pengukuran Terukur

S1 ON R3 R1 dan R2 Seri Terminal a-f 20,3 Ω

S1 ON Tidak Ada R1, R2, R3 Seri Terminal a-f 30,7 Ω

1.5.4 Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)


Tabel 1.2.6 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Jumper yang Arus
Saklar Resistor
Diperlukan Terukur
R1 dan R2
S2 ON Kedua Ujung R3 0.5 Ω
Seri

R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.3 Ω
Seri
VI. Analisa Data Hasil Percobaan
1.6.1 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Tabel 1.2.7 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel
Jumper yang
Saklar Resistor Resistor Terukur
Diperlukan

S1 on Tidak ada R1 10 Ω

S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 Paralel 5Ω
ON

S1, S2 R1 dan (R2+R3)


Jumper dihilangkan 6,8 Ω
ON Paralel

1. Perhitungan Secara Teori


a. Untuk R1
Diketahui besarnya nilai R1 adalah 10 Ω. Jadi, secara teori, besarnya nilai R1
pada rangkaian adalah 10 Ω .

b. Untuk R1 dan R2 Paralel


Diketahui besarnya nilai R1 adalah 10 Ω dan besar nilai R2 adalah 10 Ω.
Jadi untuk mencari Rtotal adalah sebagai berikut :
1 1 1
R1||R2 = 𝑅𝑡𝑜𝑡 = + ……………………….. (1.2.3)
𝑅1 𝑅2

Jadi :
1 1 1 2
= + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 10 10

10
𝑅𝑡𝑜𝑡 = =5Ω
2

c. Untuk R1 dan (R2 + R3) Paralel


Diketahui besarnya nilai R1 adalah 10 Ω , nilai R2 adalah 10 Ω dan nilai R3
adalah 10 Ω. Jadi untuk mencari Rtotal adalah sebagai berikut :

𝑅2,3 = 𝑅2 + 𝑅3
= 10 + 10
= 20 𝛺
Untuk mencari Rtot :
1 1
𝑅𝑡𝑜𝑡 = +
𝑅1 𝑅2,3

1 1
= +
10 20
2+1 3
= =
20 20
20
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 6,67 𝛺
3

2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian paralel secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2.8 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Paralel Secara Teori

Jumper yang
Saklar Resistor Resistansi Perhitungan
Diperlukan

S1 ON Tidak ada R1 10 Ω

S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 Paralel 5Ω
ON

S1, S2 Jumper R1 dan (R2+R3)


6.67Ω
ON dihilangkan Paralel
3. Tabel Perbandingan Perhitungan dengan Percobaan
Perbandingan nilai resistansi pada rangkaian paralel hasil pengukuran
dengan teori dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2.9 Perbandingan Resistansi pada Rangkaian Paralel Hasil Pengukuran dan Teori

Resistansi yang Diukur


Jumper yang
Saklar Resistor
Diperlukan
Pengukuran Teori

S1 ON Tidak ada R1 10 Ω 10 Ω

S1, S2 R1, R2
Kedua ujung R3 5Ω 5Ω
ON Paralel

R1 dan
S1, S2 Jumper
(R2+R3) 6,8 Ω 6.67 Ω
ON dihilangkan
Paralel

4. Perhitungan Persentase Kesalahan

Perhitungan persentase kesalahan dari pengukuran resistansi pada rangkaian


paralel untuk Vin = 5V sebagai berikut :

a. Untuk R1
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
│% Kesalahan │ = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
10 − 10
= 𝑥 100 %
10
=0%

b. Untuk R1 dan R2 Paralel


𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
│% Kesalahan │ = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
5 − 5
= 𝑥 100 %
5
=0%
c. Untuk R1 dan (R2 + R3) Paralel
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
│% Kesalahan │ = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
6,67 – 6,8
= 𝑥 100 %
6,67
= 1,94 %

5. Tabel Persentase Kesalahan


Besarnya persentase kesalahan pengukuran resistansi pada rangkaian paralel
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2.10 Persentase Kesalahan Pengukuran Resistansi pada Rangkaian Paralel

Resistansi Terukur Persentase


Jumper yang
Saklar Resistor Kesalahan
Diperlukan
Pengukuran Teori
(%)

S1 ON Tidak ada R1 10 Ω 10 Ω 0%

S1, S2
Kedua ujung R3 R1, R2 5Ω 5Ω 0%
ON

R1 dan
Jumper
S2 ON (R2+R3) 6,8 Ω 6.67 Ω 1,94 %
dihilangkan
Paralel
6. Analisa Grafik

Gambar 1.2.7 Grafik Perbandingan Resistansi Hasil Pengukuran dan Teori

Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran


terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran terbesar berdasarkan tabel diatas adalah pada kondisi 3 untuk
R1 dan (R2+R3) paralel dengan persentase kesalahan 1,94%.

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan.
1.6.2 Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V
Tabel 1.2.11 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Paralel Tegangan 5V
Jumper yang
Saklar Resistor Arus
Diperlukan

R1 dan R2
S1, S2 ON R3 0,95 A
Paralel

R1 dan
S1, S2 ON Tidak Ada 0,75 A
(R2+R3) Paralel

1. Perhitungan Secara Teori


Rumus untuk mencari Arus adalah :
V
I= …………………..…………… (1.2.4)
R

Secara teori, perhitungan nilai arus yang mengalir pada rangkaian paralel
dengan tegangan input sebesar 5 Volt adalah sebagai berikut :

a. Untuk R1 dan R2 Paralel

1 1 1
R1||R2 = 𝑅𝑡𝑜𝑡 = +
𝑅1 𝑅2

Jadi :

1 1 1 2
= + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 10 10

10
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 5Ω
2
Diketahui V = 5 Volt
5
𝐼= =1𝐴
5
Jadi arus teori sebesar 1 A
b. R1 dan (R2 + R3) Paralel
𝑅𝑡𝑜𝑡 = 𝑅2 + 𝑅3 = 20 𝛺
1 1 1
= +
𝑅𝑡𝑜𝑡 𝑅1 𝑅2 + 𝑅3
1 1 1 2 1 3
= + = + =
𝑅𝑡𝑜𝑡 10 20 20 20 20
20
𝑅𝑡𝑜𝑡 = = 6.67 𝑜ℎ𝑚
3
V 5V
I= = = 0.75 A
R 6.67 Ω
Jadi arus teori sebesar 0.75 A

2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian paralel secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2.12 Hasil Perhitungan Nilai Arus pada Rangkaian Paralel secara Teori dengan Vin =5V
Jumper yang
Saklar Resistor Arus secara Teori
Diperlukan

S1, S2 ON R3 R1 dan R2 Paralel 1A

S1, S2 ON Tidak Ada R1 dan (R2+R3) Paralel 0.75 A

3. Tabel Perbandingan Perhitungan dengan Percobaan


Perbandingan nilai arus pada rangkaian paralel hasil pengukuran dengan teori
untuk Tegangan 5V dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2.13 Perbandingan Nilai Arus pada Rangkaian Paralel Secara Teori dan Pengukuran untuk
Tegangan 5V

Jumper yang Arus yang Terukur


Saklar Resistor
Diperlukan
Pengukuran Teori
S1, S2 ON R3 R1 dan R2 Paralel 0.95 A 1A
R1 dan (R2+R3)
S1, S2 ON Tidak Ada 0.75 A 0.75 A
Paralel
4. Perhitungan Persentase Kesalahan
Perhitungan persentase kesalahan dari pengukuran arus pada rangkaian
paralel untuk tegangan 5V sebagai berikut :
a. R1 dan R2 Paralel
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
1 -0,95
= x 100 %
1

=5%

b. R1 dan (R2 + R3) Paralel

𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
0,75 -0,75
= x 100 %
0,75

=0%

5. Tabel Persentase Kesalahan


Besarnya persentase kesalahan pengukuran arus pada rangkaian paralel
untuk tegangan 5V dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2.14 Persentase Kesalahan Pengukuran Arus pada Rangkaian Paralel untuk Vin = 5V

Arus yang Terukur Persentase


Jumper yang
Saklar Resistor Kesalahan
Diperlukan
Pengukuran Teori
(%)

S1, S2 R1 dan R2
R3 0.95 A 1A 5%
ON Paralel

R1 dan
S1, S2
Tidak Ada (R2+R3) 0.75 A 0.75 A 0%
ON
Paralel
6. Analisa Grafik

Gambar 1.2.8 Grafik Perbandingan Arus Hasil Pengukuran dan Resistansi Secara Teori
Rangkaian Paralel

Dari grafik di atas dapat disimpulkan cara pengukuran arus saat praktikum
sudah tepat , sehingga menunjukkan hasil pengukuran yang tepat pula. Sesuai
hukum ohm, dimana besarnya arus berbanding lurus dengan tegangan dan
berbanding terbalik dengan resistansi maka semakin kecil resistansi, semakin
besar arus yang mengalir. Hal ini dapat dilihat pada kondisi 1 untuk R1 dan R2
paralel yang menghasilkan resistansi 5 ohm. Arus yang mengalir pada resistansi
tersebut secara teori adalah 1 A dan secara praktik adalah 0,95 A. Sedangkan
untuk R1 dan (R2+R3) paralel yang menghasilkan resistansi 6.67 ohm, arus yang
mengalir secara teori adalah 0.75 A dan secara praktik adalah 0,75 A. Dapat
dilihat pada grafik di atas , hubungan tersebut menghasilkan grafik menurun.

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan.
1.6.3 Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri
Tabel 1.2.15 Hasil Pengukuran Resistansi dari Rangkaian Seri
Jumper yang Titik Resistansi
Saklar Resistor
Diperlukan Pengukuran Terukur

R1 dan R2
S1 ON R3 Terminal a-f 20,3 Ω
Seri

R1, R2, R3
S1 ON Tidak Ada Terminal a-f 30,7 Ω
Seri

1. Perhitungan Secara Teori


Perhitungan nilai resistansi pada rangakaian seri sebagai berikut :
a. R1 dan R2 Seri
Untuk perhitungan R1 dan R2 menjadi seri, maka terminal yang digunakan
sebagai resistan meter adalah terminal a dan f. Maka yang diserikan hanya R 1 dan
R2. Jadi :
𝑅1,2 = 𝑅1 + 𝑅2
= 10 + 10
= 20 𝛺

b. R1, R2 dan R3 Seri


Untuk perhitungan R1, R2 dan R3 menjadi seri, maka terminal yang
digunakan sebagai resistan meter adalah terminal a dan f, Maka yang diseri-kan
hanya R1, R2 dan R3. Jadi :

𝑅1,2,3 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3

= 10 + 10 + 10

= 30 𝛺
2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai resistansi pada rangkaian seri secara teori dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.16 Hasil perhitungan Resistansi pada Rangkaian Seri secara Teori
Jumper yang Resistor yang Titik Resistansi
Saklar Diperlukan Dihubungkan Pengukuran secara teori

S1 ON R3 R1 dan R2 Seri Terminal a-f 20 Ω

S2 ON Tidak Ada R1, R2, R3 Seri Terminal a-f 30 Ω

3. Tabel Perbandingan Perhitungan dengan Percobaan


Perbandingan nilai resistansi pada rangkaian seri hasil pengukuran dengan
teori dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.17 Perbandingan Resistansi pada Rangkaian Seri Hasil Pengukuran dan Teori

Jumper Resistansi
Resistor yang Titik
Saklar yang
Dihubungkan Pengukuran
Diperlukan Pengukuran Teori

S1
R3 R1 dan R2 Seri Terminal a-f 20,3 Ω 20 Ω
ON

S2
Tidak Ada R1, R2, R3 seri Terminal a-f 30,7 Ω 30 Ω
ON

4. Perhitungan Persentase Kesalahan


Perhitungan persentase kesalahan dari pengukuran resistansi pada rangkaian
seri sebagai berikut :

a. Untuk R1 dan R2 Seri


𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
20 − 20,3
= 𝑥 100 %
20
= 1,5 %
b. Untuk R1, R2, dan R3 Seri
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
30 − 30,7
= 𝑥 100 %
30
= 2,3 %

5. Tabel Persentase Kesalahan


Besarnya persentase kesalahan pengukuran resistansi pada rangkaian seri
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2.18 Persentase Kesalahan Pengukuran Resistansi pada Rangkaian Seri
Persentase
Titik Resistansi
Saklar Jumper Resistor Kesalahan
Pengukuran
Pengukuran Teori (%)

R1 dan Terminal
S1 ON R3 20,3 Ω 20 Ω 1,5 %
R2 Seri a-f

Tidak R1, R2 dan Terminal


S2 ON 30,7 Ω 30 Ω 2,3 %
Ada R3 seri a-f

6. Analisa Grafik

Gambar 1.2.9 Resistansi Hasil Pengukuran dan Resistansi Secara Teori pada Rangkain Seri
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran berdasarkan tabel diatas adalah pada kondisi 1 untuk R1 dan
R2 seri memiliki persentase kesalahan 1,5% sedangkan pada kondisi 2 untuk
R1,R2,R3 seri memiliki persentase kesalahan 2,3%.

7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran
terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran ini disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang
digunakan karena adanya beberapa faktor seperti faktor suhu dalam ruangan yang
menyebabkan kurang presisinya alat ukur, alat yang digunakan sudah tua, dan
kesalahan pada praktikan saat mengukur .

1.6.4 Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)


Tabel 1.2.19 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Jumper yang Arus
Saklar Resistor
Diperlukan Terukur
R1 dan R2
S2 ON Kedua Ujung 0.5 Ω
Seri

R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0,3 Ω
Seri

1. Perhitungan Secara Teori


Perhitungan nilai arus pada rangakaian seri dengan Vin = 10 V adalah
sebagai berikut :
a. R1 dan R2 Seri
Untuk perhitungan R1 dan R2 menjadi seri, maka terminal yang digunakan
sebagai resistan meter adalah terminal a dan f. Maka yang diserikan hanya R 1 dan
R2. Jadi :
𝑅1,2 = 𝑅1 + 𝑅2
= 10 + 10
= 20 𝛺
𝑉
𝐼=
𝑅
10
= = 0.5 𝛺
20

b. R1, R2 dan R3 Seri


Untuk perhitungan R1, R2 dan R3 menjadi seri, maka terminal yang
digunakan sebagai resistan meter adalah terminal a dan f, Maka yang diseri-kan
hanya R1, R2 dan R3. Jadi :
𝑅1,2,3 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
= 10 + 10 + 10
= 30 𝛺
𝑉
𝐼=
𝑅
10
= = 0.33 𝛺
30

2. Tabel Perhitungan
Hasil perhitungan nilai arus pada rangkaian seri dengan Vin = 10V secara
teori dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.20 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Jumper yang
Saklar Resistor Arus Teori
Diperlukan
R1 dan R2
S2 ON Kedua Ujung R3 0.5 Ω
Seri

R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.33 Ω
Seri
3. Tabel Perbandingan Perhitungan dengan Percobaan
Perbandingan nilai arus pada rangkaian seri hasil pengukuran dengan teori
untuk Vin = 10V dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2.21 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)

Jumper yang Arus Terukur


Saklar Resistor
Diperlukan
Percobaan Teori
Kedua Ujung
S2 ON R1 dan R2 Seri 0.5 Ω 0.5 Ω
R3

S2 ON Tidak Ada R1, R2, R3 Seri 0.3 Ω 0.33Ω

4. Perhitungan Persentase Kesalahan


Perhitungan persentase kesalahan dari pengukuran arus pada rangkaian seri
untuk Vin = 10V sebagai berikut :

a. Untuk R1 dan R2 Seri


𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖

0.5 − 0.5
= 𝑥 100 %
0.5
=0%
b. Untuk R1, R2, dan R3 Seri
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Kesalahan = 𝑥 100 %
𝑇𝑒𝑜𝑟𝑖
0, ,33 − 0,3
= 𝑥 100 %
0,33
= 9,09 %
5. Tabel Persentase Kesalahan
Besarnya persentase kesalahan pengukuran arus pada rangkaian seri untuk
Vin = 10V dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2.22 Hasil Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)
Persentase
Jumper yang Arus Terukur
Saklar Resistor Kesalahan
Diperlukan (%)
Percobaan Teori
Kedua Ujung R1 dan R2
S2 ON 0.5 Ω 0.5 Ω 0%
R3 Seri

R1, R2, R3
S2 ON Tidak Ada 0.3 Ω 0.33 Ω 9,09 %
Seri

6. Analisa Grafik

Gambar 1.2.10 Pengukuran Arus dari Rangkaian Seri (Vin = 10 V)

Berdasarkan hasil perhitungan secara teori maupun hasil pengukuran


terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori
maupun pengukuran berdasarkan tabel diatas adalah pada kondisi 1 untuk R1 dan
R2 seri memiliki persentase kesalahan 0 % sedangkan pada kondisi 2 untuk
R1,R2,R3 seri memiliki persentase kesalahan 9,09 %.
7. Kesimpulan
Pada grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai arus percobaan dengan
teori sedikit berbeda. Itu dikarenakan adanya kesalahan dalam pengukuran karena
adanya beberapa faktor seperti faktor suhu dalam ruangan yang menyebabkan
kurang presisinya alat ukur, alat yang digunakan sudah tua, dan kesalahan pada
praktikan saat mengukur .
VII. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan serta analisis data tersebut dapat di
simpulkan beberapa hal yaitu:

1. Dalam penggukuran resitansi paralel, berdasarkan dari hasil perhitungan


secara teori maupun hasil pengukuran terhadap perbedaan hasil yang tidak
terlalu signifikan. Perbedaan hasil antara teori maupun pengukuran ini
disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang digunakan.
2. Dalam penggukuran resitansi seri hasil perhitungan secar teori maupun
hasil pengukuran terdapat perbedaan hasil yang tidak terlalu signifikan.
Perbedaan hasil antara teori maupun pengukuran, pengukuran ini
disebabkan karena kurang presisinya alat ukur yang digunakan. Sedangkan
pada perhitungan arus secara teori maupun hasil pengukuran terdapat
perbedaan cukup besar. Hal ini di sebabkan karena kurang presisinya alat
ukur yang digunakan.

You might also like