You are on page 1of 20

ACARA 1

SANITASI PEKERJA

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan
dicemari oleh mikroorganisme. Pencemaran ini dapat berasal dari udara, peralatan
yang digunakan selama pengolahan, ruangan, maupun dari pekerja yang menangani
proses pengolahan sehingga kondisi sanitasi dalam pengolahan juga ditentukan oleh
kondisi kebersihan pekerja. Salah satu sumber kontaminasi yang paling dalam
industri pangan adalah manusia atau pekerja yang menangani pengolahan pangan.
Mikroba patogen yang ada pada pekerja dapat menyebabkan ganguan kesehatan
bagi manusia yang mengkonsumsi makanan yang diproduksinya.
Salah satu sumber kontaminasi makanan yang potensial adalah dari pekerja
karena kandungan mikroorganisme patogen dari manusia dapat menimbulkan
penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kondisi sanitasi pekerja dalam
pengolahan bahan pangan sangat perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya
kontaminan pada makanan. Kontaminasi yang berasal dari pekerja dapat melalui
tangan, kaki, rambut, mulut, kulit, maupun pakaian kotor yang dipakai pekerja
selama proses pengolahan bahan pangan. Manusia yang sehat merupakan sumber
potensial untuk mikroba seperti Salmonella, Staphylococcus aureus dan
Stafilokoki. Sanitasi dalam pengolahan pangan juga di tentukan oleh tingkat
kebersihan dan kesehatan pekerja yang melakukan pengolahan.
Jenis mikroorganisme yang biasanya mengkontaminasi rambut adalah
kapang. Bakteri jenis kaliforni biasanya banyak terdapat pada tangan pekerja.
Sedangkan bakteri pembentuk spora dan Staphylococcus banyak dijumpai pada
kulit pekerja. Uji sanitasi pekerja yang akan dilakukan pada praktikum ini adalah
uji kebersihan tangan dan uji kontaminasi rambut. Kebersihan dan higienitas harus
menjadi prioritas suatu produsen makanan. Oleh karena itu, praktikum sanitasi
pekerja pengolahan ini sangat penting di lakukan untuk membuat pengetahuan
bagaimana sanitasi pekerja yang baik.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat sanitasi
pekerja pengolahan pangan khususnya sanitasi tangan dan rambut serta untuk
mengetahui daya antiseptic sabun.
TINJAUAN PUSTAKA

Sanitasi pangan adalah semua tindakan yang dilakukan untuk mencegah


tercemarnya makanan selama penanganan, pengolahan, penyimpanan dan
distribusi. Sanitasi pangan bertujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui
pengurangan ataupun penghilangan cemaran dalam bahan makanan. Bagi industri,
sanitasi juga dapat mengurangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kebusukan
atau complain konsumen karena adanya bahan-bahan yang tidak seharusnya ada
dalam makanan. Program sanitasi pada pengolahan makanan dijabarkan kedalam
suatu prosedur-prosedur standar yang dikenal sebagai SSOP (Standard Sanitation
Operation Procedure) (Hariyadi, 2009).
Makanan dibutuhkan manusia untuk melangsungkan hidup dan melakukan
berbagai aktivitas. Makanan tidak hanya di tuntut cukup dari segi jumlah zat gizi,
tetapi juga harus aman dikonsumsi. Apabila aspek keamanan tidak diperhatikan,
maka makanan dapat menjadi sumber penyakit atau kematian bagi manusia.
Keamanan pangan di Indonesia dapat menempati posisi yang penting bagi
kesehatan dan pembanguanan. Salah satu faktor penting yang mendukung
terciptanya keamanan pangan adalah kondisi sanitasi dan hygiene dari pekerja.
Praktek sanitasi hygiene pekerja yang kurang baik dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan konsumen, seperti keracunan makanan maupun penyakit yang
ditularkan melalui makanan (Giyarto,2014 )
Sanitasi dan hygiene pekerja sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini
disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan
cemaran. Jadi program sanitasi dan hygiene pekerja adalah hal yang mutlak.
Sanitasi pekerja meliputi kesehatan kerja, kebersihan tubuh pekerja sampai
kebersihan semua perlengkpan yang digunakan oleh pekerja. Hygiene pekerja yang
menangani makanan sangat penting peranannya dalam mencegah perpindahan
penyakit ke dalam bahan makanan. Persyaratan bagi pekerja yang penting
adalah:(1) Kesehatan yang baik; untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi
tempat penyimpanan bakteri patogen. (2)Kebersihan; untuk mengurangi
kemungknan penyebaran bakteri oleh pekerja. (3) Kemauan untuk mengerti tentang
sanitasi; merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan dengan efektif
(Jenie, 2009).
Pangan yang tercemar bakteri dapat menimbulkan gangguan kesehatan
berupa penyakit, keracunan, bahkan kematian pada individu yang peka. Penelitian
dilakukan untuk menentukan sumber-sumber Escherichia coli dan Salmonella sp.
Yang dicurigai sebagai asal kontaminasi bakteri tersebut pada dangke. Jenis
penelitian adalah survey dengan pendekatan studi crossectional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kontaminasi E.coli pada dangke dapat berasal dari tangan
pekerja dan tempurung kelapa, sedangkan kontaminasi salmonella sp. dapat berasal
dari tempurung kelapa. Daun pisang pembungkus belum dapat ditetapkan sebagai
sumber kontaminasi bakteri pada dangke (Halta, 2014)
Kebersihan tangan karyawan perlu dijaga setiap saat. Tangan harus dicuci
dengan sabun untuk menghilangkan bakteri yang ada sebab tangan merupakan
jembatan yang memindahkan bakteri kepada makanan. Dengan demikian maka: 1)
Selama bekerja didapur karyawan tidak diperkenankan mengenakan arloji, cincin,
dan perhiasan lainnya yang dapat berfungsi sebagai tempat bersembunyi dan dan
berkembangbiaknya baketeri. 2) Tidak diperbolehkan meraba-raba hidung, rambut,
bagian tubuh lainnya selama memegang makanan. 3) Tidak diperbolehkan merokok
selama bekerja di dapur, karena tangan akan memudahkan masuknya bakteri dari
mulut ke makanan. 4) Tangan yang terluka harus dibalut dengan pembalut luka
yang sudah steril dan dilarang menyentuh makanan (Yulianto, 2015).
PELAKSANAA PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at 29 September 2017 di
Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
A.Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gunting, pinset,
cawan petri, lampu spiritus, kertas label dan incubator.
B.Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Medium
Plate Count Agar (PCA), Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA),
Modium Potato Dextrose Agar (PDA), Medium Nutrient Agar (NA), Sabun
biasa merk LUX, Sabun antiseptic merk SLEEK, Handsanitizer Merk DETOL
dan Alkohol.
Prosedur Kerja
A. Uji Kebersihan Tangan (Tanpa Cuci Tangan)
Tangan tanpa dicuci

Media EMBA dan PCA Ditempelkan 3 jari 5 menit


mikroorganisme

Dibuat duplo

Diinkubasi selama 48 jam, suhu 37oC

B. Uji Daya Antiseptik

Perlakuan
Media EMBA dan PCA Ditempatkan 3 jari selama 5 menit
mikroorganisme

Dibuat duplo

Ditempatkan 3 jari selama 5 menit

C. Uji Kontaminasi Rambut

Rambut

Media EMBA dan PCA Dipotong 2 cm


mikroorganisme

Media NA dan PDA diletakan


PDAPCmikroorganism
e
Ditumbuhkan duplo

Diinkubasi selama 48 jam, suhu 37oC


HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan (Tidak Cuci Tangan)
Medium
Kelompok PCA EMBA
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈) ∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈)
U1 U2 U1 U2
16 16 114 65 0 0 0
17 5 73 39 0 39 19,5
18 31 3 17 3 2 2,5
19 3 21 12 0 0 0
20 TBUD 12 1 1 1
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji Daya Antiseptik
Medium
Kelompok Perlakuan PCA ∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈) EMBA ∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈)
U1 U2 U1 U2
16 Cuci
tangan air 73 98 85,5 1 1 1
mengalir
17 Alkohol 12 66 39 0 0 0
18 Lux 24 14 19 0 0 0
19 Sleek 24 23 23,5 0 0 0
20 Dethol 28 13 20,5 0 0 0
Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Uji Kontaminan dari Rambut
Medium
Kelompok PDA NA
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈) ∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝐶𝐹𝑈)
U1 U2 U1 U2
16 1 0 0,5 15 65 40
17 4 28 16 4 28 16
18 0 0 0 4 5 4,5
19 0 3 1,5 4 5 4,5
20 1 2 1,5 4 12 8

Hasil Perhitungan
1. Hasil Perhitungan Uji Kebersihan Tangan (Tanpa cuci tangan)
a. Kelompok 16
 Medium plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
16+14
= 2

= 65 CFU
 Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
= 2

= 0 CFU
b. Kelompok 17
 Medium Plate Count Agar (PCA)

𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
5+73
= 2

= 39 CFU
 Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+30
=
2
= 19,5 CFU
c. Kelompok 18
 Medium Plote Count Agar (PCA)
U1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
31+3
=
2
= 17 CFU
 Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
3+2
=
2
=2.5 CFU

 Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)


𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
d. Kelompok 19
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
13+21
=
2
= 17 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
e. Kelompok 20
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
𝑇𝐵𝑈𝐷+2
=
2
=
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
1+1
=
2
= 1 CFU
2. Hasil Perhitungan Uji Daya Antiseptik
a. Cuci tangan air mengalir (Kelompok 16)
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
73+98
=
2
= 85,5 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
1+1
=
2
= 1 CFU
b. Tangan dibersihkan alkohol (kelompok 17)
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
12+66
=
2
= 39 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
c. Tangan dibersihkan sabun biasa (Lux) (kelompok 18)
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
24+14
=
2
= 19 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
d. Tangan dibersihkan antiseptik (Sleek) (kelompok 19)
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
24+23
=
2
= 23,5 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
e. Tangan dibersihkan Handsanitizer (Detol) (kelompok 20)
 Medium Plate Count Agar (PCA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
28+13
=
2
= 20,3 CFU
 Medium Eosia Methylene Blue Agar (EMBA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
3. Hasil Perhitungan Uji Kontaminasi dari Rambut
a.Kelompok 16
 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
1+0
=
2
=0,5 CFU
 Medium Nutrient Agar (NA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
15+65
= 2

=40 CFU
b.Kelompok 18
 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
 Medium Nutrient Agar (NA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
4+28
=
2
=16 CFU
c. Kelompok 18
 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+0
=
2
= 0 CFU
 Medium Nutrient Agar (NA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
4+5
=
2
=4,5 CFU
d. Kelompok 19
 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
0+3
=
2
= 1,5 CFU
 Medium Nutrient Agar (NA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
4+5
=
2
=4,5 CFU
e. Kelompok 20
 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
1+2
=
2
= 1,5 CFU
 Medium Nutrient Agar (NA)
𝑈1 + 𝑈2
∑ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 =
2
4+12
=
2
= 8 CFU
PEMBAHASAN

Sanitasi pangan adalah hal terpenting dalam sanitasi karena merupakan


suatu usaha pencegahan berbagai penyakit yang menitikberatkan prosesnya kepada
usaha-usaha peningkatan kesehatan pangan manusia. Pangan yang tidak dikelola
dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan
keracunan. Faktor yang sangat mempengaruhi hygiene dan sanitasi
penyelenggaraan makanan adalah seperti pekerja yang menangani makanan sedang
sakit, kurangnya tindakan hygiene pekerja atau cara menyiapkan makanan yang
tidak memenuhi syarat sanitasi (Siagian, 2012). Sumber kontaminasi yang berasal
dari pekerjaan dapat melalui tangan, kaki, rambut, kulit, kuku, saluran pernafasan
maupun pakaian yang kotor atau tidak terawat dapat menyebabkan kontaminasi
pada bahan pangan yang diolahnya.
Mikroorganisme yang terdapat pada pekerja dapat menyebabkan penyakit
bagi orang-orang yang mengkonsumsi makanan yang diproduksinya.
Mikroorganisme yang terdapat pada kulit terbagi menjadi flora transien dan flora
residen . Flora transien adalah flora yang diisolasi dari kulit tetapi tidak menetap
di kulit. Biasanya flora ini dapat ditemukan di telapak tangan dan ibu jari. Contoh
flora transien yang bersifat pathogen adalah Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Clostridium perfringens, Giarda lamblia, virus Norwalk dan hepatitis A. Flora
transien dapat dihilangkan atau mati dengan cuci tangan, sedangkan flora residen
yang sering dijumpai di bawah kuku sulit dihilangkan. Flora residen akan selalu
ada dan bertahan hidup, apalagi jika tempat tersebut memiliki lingkungan yang
mendukung pertumbuhan mikroba. Pencucian dan mandi tidak mengurangi secara
nyata jumlah flora residen. Mikroorganisme yang termasuk dalam kelompok
residen terutama mencakup Micrococcus luteus dan Staphylococcus epidermis.
Sedangkan mikroorganisme yang biasanya mengontaminasi rambut adalah kapang
sehingga saat bekerja perlu menggunakan tutup kepala dan mencuci tangan dan
rambut secara berkala (Rukmana, 2011).
Plate Count Agar merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme
yang umum digunakan untuk menghitung jumalh bakteri total yang terdapat pada
setiap sampel, seperti makanan, produk susu, air limbah dan sampel-sampel
lainnya. Media PCA biasanya mengandung 0,5% tryptose, 0,25% ekstrak ragi,
0,1% glukosa, 1,5% agar-agar. Medium Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
adalah hasil modifikasi dari Levine M. (1918-1921) yang digunakan untuk
diferensiasi Esceherichia coli dan Enterobacteria atrogenes, untuk identifikasi
cepat dari Candida albicans, dan untuk identifikasi Stophylocaccus keagulase
positif. Media yang sudah dirumuskan secara spesifik oleh APHA (American
Public Association)(1970-1922). Media ini dibuat dan dirumuskan dengan tujuan
untuk mendeteksi dan membedakan mikroorganisme dari kelompok bakteri
coliform. Media Dotanto Destore Agar (PDA) merupakan salah satu media yang
baikm digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa
cendawan/ fungi, bakteri maupun sel makhluk hidup. Media PDA merupakan jenis
media biakkan dan memiliki bentuk/konsistensi padat (solid). Media PDA
berfungsi sebagai media kapang (jamur) dan khamir.Selain itu PDA di gunakan
untuk enumerasi yeast dan kakang dalam suatu sample atau produk makanan.
Nutrient Agar (NA) adalah medium umum untuk uji air dan produk dayri. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari ekstrak beef, peptron, dan agar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji kebersihan tangan (tanpa cuci
tangan) pertumbuhan mikroorganisme terbanyak pada medium PCA adalah uji
kebersihan tangan pada kelompok 16 yaitu sebanyak 65 CFU sebagian pada
medium EMBA pertumbuhan mikroorganisme terbanyak adalah pada kelompok 17
yaitu sebanyak 195 CFU. Selanjutya pada hasil pengamatan uji kebersihan tangan
menggunakan antiseptic, setiap kelompok mencuci tangan dengan antiseptic yang
berbeda-beda. Untuk kelompok 16 mencuci dengan air mengalir, setelah dilakukan
pengujian pertumbuhan mikroorganisme pada medium PCA yaitu 83,5 CFU dan
pada medium EMBA yaitu 1 CFU. Pada kelompok 17 yang menggunakan alkol,
pertumbuhan mikroorganisme pada medium PCA yaitu 39 CFU dan pada medium
EMBA yaitu 0 CFU. Kelompok 18 yang menggunakan sabun merk lux setelah diuji
pertumbuhan mikroorganisme pada medium PCA sebanyak 19 CFU dan pada
medium EMBA sebanyak 0 CFU. Kemudian kelompok 19 yang mencuci tangan
menggunakan antiseptikm Sleek setelah diuji pertumbuhan mikroorganisme pada
medium PCA sebanyak 23,5 CFU dan pada medium EMBA 0 CFU. Dan terakhir
pada kelompok 20 yang menggunakan handsanitizer Dettol menghasilkan
pertumbukan mikroorganisme pada medium PCA sebanyak 23,5 dan medium
EMBA 0 CFU.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan diatas dan berdasarkan table hasil
pengamatan, terdapat perbedaan pertumbuhan mikroorganisme pada tangan pekerja
yang tanpa cuci tangan dan yang mencuci tangan dengan antiseptik. Hasil uji tangan
pekerja yang menggunakan antiseptic rata-rata mengalami kenaikan pertumbuhan
mikroorganisme dibandingkan dengan tangan pekerja yang tidak dicuci khususnya
pada medium PCA. Hal tersebut dapat terjadi mungkin pada saat pengujian terjadi
kontominasi atau air yang digunakan mencuci atau membilas tangan sudah
tercemar dengan mikroorganisme. Seharusnya tangan sudah di cuci menggunakan
antiseptic menghasilkan pertumbuhan yang semakin sedikit dibandingkan tangan-
tangan dicuci. Hal tersebut bertentangan dengan pendapat Dutranto (2014) yang
mengatakan bahwa antiseptic adalah suatu zat atau yang bias melawan, mencegah
ataupun membunuh kegiatan dan pertumbuhan jasad renik. Pada hasil uji
pertumbuhan mikroorganisme pada medium EMBA lebih banyak pada tangan
pekerja yang tidak mencuci tangan dibandingkan dengan tangan pekerja yang
menggunakan antiseptic atau bahkan tidak ada mikroorganisme yang tubuh karena
penggunaan antiseptic tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut penggunakan
antiseptik sudah sesuai dengan literature yang dijelaskan diatas.
Selanjutnya pada pengujian kontaminasi rambut, kelompok 16 pada
medium PCA pertumbuhan mikroorganisme sebanyak 0.5 CFU dan pada medium
NA 40 CFU. Kelompok 17 pertumbuhan mikroorganisme pada medium PDA
sebanyak 16 CFU dan pada medium KLA sebanayk 16 CFU. Pada kelompok 18
pertumbuhan mikroorganisme pada medium PDA sebanyak 0 CFU dan pada
medium NA sebanyak 4,5 CFU. Kelompok 19, pertumbuhan mikroorganisme pada
medium PDA sebanyak 1,5 CFU dan pada medium NA sebanyak 4,5 CFU.
Kelompok 19, pertumbuhan mikroorganisme pada medium PDA sebannyak 1,5
CFU dan pada medium NA sebanyak 4,5 CFU. Selanjutnya pada kelompok 20,
pertumbuhan mikroorganisme pada medium PDA sebnyak 1,5 CFU dan pada
medium NA sebanyak 8 CFU. Berdasarkan penjelesan diatas, mikroorganisme
kontaminasi dari rambut lebih banyak tumbuh pada medium NA disbanding pada
medium PDA. Hal tersebut terjadi karena umumnya atau kebanyakan
mikroorganisme yang terdapat pada rambut adalah mikroorganisme jenis kapang
dan kapang sangat cocok untuk ditumbuhkan pada medium NA, sehingga
pertumbuhannya lebih banyak pada medium NA dibandingkan pada medium PDA.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sanitasi pekerja yaitu kesehatan
pekerja. Pekerja yang sakit rentan akan menularkan penyakitnya pada makanan
yang diolah. Sebab itu pekerja yang sakit sebaiknya tidak diizinkan bekerja. Kedua,
kebiasaan dari pekerja, kebiasaan dikaitkan dengan pergerakan tangan yang tidak
disadari seperti menggosok hidung, merapikan rambut dan lain-lain. Ketiga,
mikroba yang berasal dari alat pencernaan yang didapat pada saat keluar kamar
mandi tanpa mencuci tangan. Keempat, sumber kontaminasi potensial, misalnya
pada saat pekerja membuang sampah dan mengolah sampah kembali .
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Sanitasi pangan adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencegah
tercemarnya makanan dari pengaruh mikroorganisme yang tidak
diharapkan.
2. Pekerja adalah salah satu sumber kontaminasi dalam proses pengolahan
yang utama karena pekerja selalu aktif bersentuhan dengan lingkungan.
3. Pertumbuhan mikroorganisme pada uji kebersihan tangan yang ditunjukan
dengan perlakuan tanpa cuci tangan pada medium PCA rata-rata
mikroorganisme tumbuh banyak dan pada medium EMBA tidak terlalu
banyak.
4. Pertumbuhan mikroorganisme dengan perlakuan antiseptik pada medium
pca meningkat pesat karena terjadi kontaminasi dan pada medium emba
pertumbuhan mikroorganisme berkurang.
5. Pertumbuhan mikroorganisme pada uji kontaminan rambut, banyak
tumbuh pada medium NA dibandingkan dengan medium pda.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi sanitasi pekerja antara lain: kesehatan,
kebiasaan pekerja, mikroba yang berasal dari pencernaan pekerja, dan
kontaminasi potensial.
DAFTAR PUSTAKA

Giyarto, 2011. Buku Ajar Sanitasi Industri. Jurusan THP FTP UNEJ. Jember.
Haryadi, S., 2011. Sanitasi Pekerja. Fakultas Pertanian Universitas Pekanbaru.
Riau.
Jonie, B., 2009. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rutanto, R.H., 2014. Analisis Laboratorium Mikrobiologi. PAU Pangan dan Gizi.
Bogor.
Yulianto, A dan Nurcholis., 2015. Penerapan Standard Hygienes Dan Sanitasi
Dalam Meningkatkan Kualitas Makanan Di Food & Beverage Departement
@Hom Platinum Hotel Yogyakarta. Jurnal Khasanah Ilmu. Vol.6(1):31-
39.Haryadi, 2011. Sanitasi dalam Industri Pangan. Bogor. Pusat antar
Universitas Intitut Pertanian Bogor Press.

You might also like