You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Osteoarthritis


Sub Pokokbahasan : Mengenal Osteoarthritis/ Rematik
Sasaran : Lansia
Waktu : 40 menit
Hari/tanggal : 2013
Tempat : Puskesmas Kecamatan Cipayung
Pelaksana : Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Penyaji :

A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penyakit rematik di Puskesmas
Kecamatan Cipayung selama 40 menit, diharapkan para lansia dapat memahami
tentang penyakit rematik.

B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penyakit rematik di Puskesmas
Kecamatan Cipayung selama 40 menit, diharapkan para lansia dapat mengetahui dan
memahami tentang:
1. Pengertian dan penyebab rematik
2. Tanda dan gejala rematik
3. Pencegahan, dan pengobatan rematik

C. LATAR BELAKANG
Usia lanjut adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Salah satu
dampak yang perlu diperhatikan yaitu semakin bertambahnya usia seseorang dapat
mempengaruhi penurunan derajat kesehatan, yang mana organ-organ tubuh baik
struktur maupun fungsinya mengalami penurunan, sehingga lansia mudah terserang
penyakit. Salah satu penyakit yang sering di alami oleh lansia adalah penyakit
osteoarthritis atau sering disebut juga rematik.
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan.
Osteoarthritis disebut primer, bila tak diketahui penyebabnya; dan disebut sekunder
bila diketahui penyebabnya, misalnya akibat artritis rematoid, infeksi, gout,
pseudogout dan sebagainya. Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi
pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya faktor risiko. Osteoarthritis
menyerang terutama sendi tangan atausendi penyokong berat badan termasuk
sendi lutut. Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan yang sering terkena
osteoarthritis. Osteoarthritis sendi lutut ditandai oleh nyeri pada pergerakan yang hilang
bila istirahat, kaku sendi terutama setelah istirahat latna atau bangun tidur, krepitasi
dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi. Bila pasien hanya
bersifat pasif, tidak melakukan latihan, dapat terjadi atrofi otot yang akan
memperburuk stabilitas dan fungsi sendi. Akibat lain ialah genu varum atau genu valgus
dan subluksasi, terutama bila telah terjadi kekenduran ligamen. Umumnya
penderita osteoarthritis lutut datang berobat karena rasa nyeri lutut yang
mengganggu aktifitas sehari-hari. Gangguan tersebut bertingkat-tingkat, dan mulai
keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, sampai yang
paling berat sehingga pasien tidak bisa berjalan.
Kelainan ini bersifat progresif lambat dan sampai saat ini masih tidak
diketahui penyebabnya secara pasti. Osteoartritis ini akan semakin memburuk seiring
waktu dan belum ada pengobatan yang dianggap mampu menangani penurunan
fungsi tulang ini. Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi 3nyeri yang
terjadi dan menjaga aktifitas saja. Osteoarthritis dapat dikategorikan menjadi
salah satu penyakit yang dikaitkan dengan geriartri. Penyakit lain yang termasuk
dalam kategori ini adalah osteoporosis yang prevalensinya lebih tinggi pada wanita,
terutama pascamenopause. Hilangnya hormon estrogen pascamenopause
meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

D. MATERI
Terlampir

E. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

F. MEDIA
Power poin dan Banner
G. PROSES KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan role play model Kegiatan peserta


1. 3 menit Pembukaan 1. Menjawab salam
1. Memberikan salam 2. mendengarkan dan
2. Perkenalan memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
4. Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang di sampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan materi Menyimak dan
1. Pelaksanaan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan terartur
Materi:
1. Pengertian rematik (atritis reumatoid
& osteoartritis)
2. Mengetahui penyebab artritis
reumatoid & osteoartritis)
3. Faktor resiko & manifestasi klinik
4. Mengetahui bagaimana mencegah
dan
penatalaksanaan mandiri

3. 4 menit Evaluasi : Bertanya dan


1. menyimpulkan isi penyuluhan menjawab
2. menyampaikan secara singkat materi pertanyaan
3. penyuluhan
4. memberi kesempatan kepada
audience
untuk bertanya
5. memberikan kesempatan kepada
audience untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan

4. 3 menit Penutup Menjawab salam


1. menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
2. menyampaikan terima kasih tas
waktu yang telah diberikan oleh
peserta
3. mengucapkan salam
H. PENGORGANISASIAN

I. SETING TEMPAT

J. EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya jawab
1. Mengajukan pertanyaan
a. Pengertian dan penyebab rematik
b. Tanda dan gejala rematik
c. Memperagakan senam anti rematik
2. Observasi
a. Respon/tingkah laku lansia saat diberikan pertanyaan, apakah diam/menjawab
(benar/salah)
b. Lansia antusias/tidak.
c. Lansia mengajukan pertanyaan/tidak.
Lampiran Materi

A. Pengertian Osteoarthritis/reumatik

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price dan Wilson,
2013). Disebut juga penyakit sendi degeneratif, merupakan ganguan sendi yang
tersering. Kelainan ini sering menjadi bagian dari proses penuaan dan merupakan
penyebab penting cacat fisik pada orang berusia di atas 65 tahun (Robbins, 2007).
Sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus
memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan sevikal, dan
sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2013).

Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan
ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan
tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang
paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien
arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Price
dan Wilson, 2013). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang
et al. (2009) di Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih tinggi pada
perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87%.

Reumatik/ osteoarthritis adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,


nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011

B. Etiologi

Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Peningkatan usia.
Osteoartritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita
Osteoartritis yang berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012). Di Indonesia,
prevalensi Osteoartritis mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun (Soeroso et al., 2009).
2. Obesitas.
Obesitas membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
berkerja lebih berat, diduga memberi andil terjadinya AO (Helmi, 2012). Serta
obesitas menimbulkan stres mekanis abnormal, sehingga meningkatkan frekuensi
penyakit (Robbins, 2007).
3. Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012).
Perkembangan Osteoartritis sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus
Heberden) lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering
ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2013). Kadar
estrogen yang tinggi juga dilaporkan berkaitan dengan peningkatan resiko
(Robbins, 2007). Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan
prevalensi Osteoarthritis pada perempuan menunjukan bahwa hormon memainkan
peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price dan
Wilson, 2013). Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun telah mengalami
menopause sehingga terjadi penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh pada
osteoblas dan sel endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka TGF-β yang
dihasilkan osteoblas dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel akan
menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan maturasi osteoklas
meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada bone marrow stroma cell dan sel
mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1, TNF-α, IL-6 dan M-CSF sehingga
dapat terjadi Osteoarthritis karena mediator inflamasi ini. Tidak hanya itu, estrogen
juga berpengaruh pada absorbsi kalsium dan reabsorbsi kalsium di ginjal sehingga
terjadi hipokalasemia. Kedaan hipokalasemia ini menyebabkan mekanisme umpan
balik sehingga meningkatkan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini
juga dapat meningkatkan resobsi tulang sehingga dapat mengakibatkan
Osteoartritis (Ganong, 2008).

4. Trauma
Riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan stres
mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi penyakit (Helmi, 2012 ;
Robbins, 2007).
5. Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap Osteoarthritis, terutama
pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang
bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi meskipun pada sebagian
kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11 (Robbins,
2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar
kemungkinan mengalami Osteoarthritis (Helmi, 2012).
C. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, gambaran klinis osteoartritis berupa nyeri sendi, terutama bila
sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan berkurang bila penderita
beristirahat. Nyeri dapat timbul akibat beberapa hal, termasuk dari periostenum yang
tidak terlindungi lagi, mikrofaktur subkondral, iritasi ujung-ujung saraf di dalam
sinovium oleh osteofit, spasme otot periartikular, penurunan aliran darah di dalam
tulang dan peningkatan tekanan intraoseus dan sinovitis yang diikuti pelepasan
prostaglandin, leukotrien dan berbagai sitokin. (Price Sylvia A, et al, 1995).
Selain nyeri, dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tidak digerakkan
beberapa lama (gel phenomenon), tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi
digerakkan. Jika terjadi kekakuan pada pagi hari, biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit ( tidak lebih dari 30 menit ). (Haq I, et al, 2003).
Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam bergerak, nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang di sekitar sendi, efusi sendi dan krepitasi. Keterbatasan gerak
biasanya berhubungan dengan pembentukan osteofit, permukaan sendi yang tidak rata
akibat kehilangan rawan sendi yang berat atau spasme dan kontraktur otot
periartikular. Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi, periostitis
dan spasme otot periartikular. (Price Sylvia A, et al, 1995).
Beberapa penderita mengeluh nyeri dan kaku pada udara dingin dan atau pada
waktu hujan. Hal ini mungkin berhubungan dengan perubahan tekanan intra artikular
sesuai dengan perubahan tekanan atmosfir. Beberapa gejala spesifik yang dapat timbul
antara lain adalah keluhan instabilitas pada penderita OA lutut pada waktu naik turun
tangga, nyeri pada daerah lipat paha yang menjalar kepaha depan pada penderita OA
koksa atau gangguan menggunakan tangan pada penderita OA tangan. (Setiyohadi
Bambang, 2003).
D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Pendidikan kesehatan mengenai hal berikut ini.
1) Aktivitas yang menurunkan tekanan berulang pada sendi
2) Upaya dalam penurunan berat badan.
3) Untuk mengurangi rasa nyeri juga bisa dilakukan tanpa obat, misalnya
kompres hangat. Kompres hangat dapat menurunkan ambang nyeri dan
mengurangi fungsi enzim

b. Terapi fisik.
Osteoarthritis pada lutut akan menyebabkan kondisi disuse atrofi pada
otot kuadriseps. Latihan kekuatan otot akan menurunkan kondisi disuse atrofi.
Latihan fisik juga akan membantu dalam upaya penurunan berat badan dan
meningkatkan daya tahan.
c. Diit rendah purin dan rendah lemak
Penanggulangan penyakit rematik dapat dilakukan dengan mengatur pola
makan, dengan diit rendah purin yang bertujuan mengurangi pembentukan asam
urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal

d. Terapi obat simtomatis


1) Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) adalah obat-obat yang
digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi-sendi.
Contoh-contoh dari NSAIDs termasuk aspirin dan ibuprofen. Saat ini obat
pilihan utama yang digunakan dalam terapi osteoarthritis adalah natrium
diklofenak. Adakalanya adalah mungkin untuk menggunakan NSAIDs untuk
sementara dan kemungkinan menghentikan mereka untuk periode-periode
waktu tanpa gejala-gejala yang kambuh, dengan demikian mengurangi
resiko-resiko efek samping.
2) Analgetik seperti tramadol.
3) Obat relaksasi otot (muscle relaxants).
4) Injeksi glukokortikoid intraartrikular.

2. Bedah
Operasi umumnya direncanakan untuk pasien-pasien dengan osteoarthritis

yang terutama parah dan tidak merespons pada perawatan-perawatan

konservatif. Beberapa prosedur yang mungkin dilakukan adalah sebagai

berikut.

a. Antroskopi.

b. Osteotomi.
c. Fusion (arthrodesis)

d. Penggantian sendi (artroplasti) (Helmi, 2012).

Tujuan pengobatan pada pasien OA adalah untuk mengurangi gejala dan

mencegah terjadinya kontraktur atau atrofi otot. Terapi OA pada umumnya

simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor-faktor resiko, latihan

intervensi fisioterapi dan terapi farmakologis. Pada fase lanjut sering diperlukan

pembedahan (Imayati, 2011).


DAFTAR PUSTAKA

Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.EGC:


Jakarta.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

You might also like