You are on page 1of 2

Model Pembelajaran Preskriptif Gagné dan Briggs

A. Tipe Belajar dan Kondisi Belajar


1. Menurut Gagné, proses belajar terjadi apabila seseorang mendapatkan suatu kecakapan
untuk melakukan sesuatu. Kecakapan yang berhasil dipelajari seseorang tersebut tidak bisa
diamati, kecuali melalui perilaku atau unjuk kerja (performances) yang ditunjukkan oleh
pebelajar sebagai pemerolehan belajarnya.
2. Berbagai tipe belajar (varieties of learning) dapat diklasifikasikan menurut pemerolehan
belajarnya : informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, kecakapan
motorik.
3. Setiap tipe belajar memunculkan jenis unjuk kerja (performances) yang berbeda.
4. Penguasaan kecakapan intelektual dapat diurutkan lebih lanjut dimana masing-masing
menghasilkan unjuk kerja yang berbeda pula: Diskriminasi / Membedakan, Konsep Kongkrit,
Konsep Terdefinisi, Aturan, Aturan tingkat tinggi.
5. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan pemerolehan belajar yang ingin dicapai dan
terencana.
6. Sekumpulan kondisi belajar (internal dan eksternal) yang berbeda diperlukan untuk masing-
masing tipe belajar.

B. Menentukan Tujuan dan Urutan Pembelajaran.


1. Dalam menentukan urutan pembelajaran, yang terpenting adalah menentukan kecakapan
prasyarat yang harus dikuasai pebelajar. Terdapat dua jenis prasyarat :
a. Prasyarat esensial, yakni bagian kecakapan yang harus dikuasai sebelumnya agar
pebelajar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Umumnya, prasyarat ini merupakan
satu kesatuan urutan pembelajaran.
b. Prasyarat pendukung, yakni kecakapan yang akan memfasilitasi pembelajaran sehingga
memungkinkan pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah atau cepat,
namun tidak harus ada.
2. Melalui Analisis Tugas Belajar, prasyarat esensial dan pendukung ditentukan dalam proses
merancang pembelajaran.
3. Dalam menentukan tujuan pembelajaran kecakapan intelektual, hirarki belajar dapat
digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kompetensi apa yang harus dikuasai.
4. Hirarki belajar juga sebagai pedoman dalam menentukan urutan pembelajaran sehingga
kompetensi yang sebagai prasyarat dari kompetensi lainnya harus disampaikan dalam
urutan yang semestinya.
5. Namun hirarki belajar bukan merupakan urutan ketika kecakapan kompetensis diunjuk
kerja.
6. Kompetensi yang dibawah “Entry Level” dalam hirarki belajar merupakan kompetensi yang
sudah harus dikuasai sebelum pembelajaran kompetensi di atas-nya dilakukan.
7. Dalam kecakapan motorik, urutan pembelajaran dapat dimulai dengan penguasaan aturan
yang mengatur urutan kerja, diikuti dengan mempaktekkan bagian-bagian kecakapan secara
terpisah, dan setelah semua bagian terkuasai, pebelajar dapat melatih secara keseluruhan
kecakapan tersebut secara luwes dan tepat waktu.
8. Dalam penguasaan informasi verbal, prasyarat yang paling esensial adalah mempunyai cara
untuk menghubungkan informasi baru ke dalam sekumpulan informasi bermakna
terorganisir yang telah dipelajari sebelumnya. Urutan proses belajar informasi verbal tidak

1
terlalu penting, namun dapat disajikan dalam urutan kronologis atau sesuai topik
pembahasan.
9. Strategi kognitif merupakan prasyarat pada sejumlah kecakapan intelektual, sehingga urutan
pembelajaran dalam penguasaan strategi kognitif perlu mencakup sejumlah kecakapan yang
belum pernah dipelajari sebelumnya. Sebagai tambahan, terdapat sejumlah informasi
mengenai solusi masalah yang mendukung strategi kognitif tertentu yang perlu dikuasai
sebelum penguasaan strategi kognitif tersebut.

C. Peristiwa Belajar
1. Setiap peristiwa belajar menyediakan kondisi belajar eksternal yang diperlukan untuk
mengaktifkan dukungan terhadap proses belajar internal.
2. Setiap peristiwa belajar memerlukan kondisi belajar yang berbeda untuk masing-masing tipe
belajar.
3. Beberapa peristiwa belajar mempunyai fungsi yang sama terlepas dari tipe belajarnya,
sebagai contoh : Mendapatkan Perhatian, Menginformasikan tujuan belajar kepada
pebelajar, Melakukan unjuk kerja, Menyediakan umpan balik mengenai kebenaran unjuk
kerja. Dimana untuk peristiwa ini, detil penerapannya tergantung pada karakteristik
pebelajar.
4. Beberapa peristiwa belajar lainnya sangat tergantung pada tipe belajar, sebagai contoh :
Menstimulasi ingatan dari pembelajaran prasyarat sebelumnya, Menyediakan
bimbingan/bantuan belajar.

D. Media Pembelajaran
1. Briggs (1970) mendefinisikan media pembelajaran secara luas sebagai semua cara dimana
ransangan (stimulus) disajikan untuk mendukung peristiwa belajar.
2. Media dapat berupa berbagai jenis material audio-visual, cetakan, dan suara dari guru dan
pebelajar.
3. Briggs menyarankan media dapat ditentukan setelah semua syarat pendukung peristiwa
belajar untuk suatu urutan pembelajaran yang diberikan telah ditentukan.
4. Dengan menggunakan peristiwa belajar sebagai pedoman dalam menentukan media akan
mengakibatkan penggunaan sejumlah media karena perbedaan fungsi dan stimulus yang
diperlukan untuk setiap peristiwa.
5. Sebagai tambahan dalam pemilihan dan penggunaan media untuk setiap peristiwa belajar,
karakteristik pebelajar seperti usia, pengalaman, dan kecakapannya dalam belajar dari
berbagai media.
6. Briggs (1970) menyarankan penggunaan Kerucut Pengalaman Dale sebagai pedoman
mencocokkan preskripsi media dengan pebelajar dan variabel-variabel tugas. Dale (1969)
mengorganisir sejumlah media dalam suatu kerucut dimana medium yang paling kongkrit
pada tingkat terendah dan medium yang paling abstrak pada tingkatan tertinggi.

You might also like