You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit Kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.1 Penyakit kardiovaskuler karena
aterosklresosis dinding pembuluh arteri dan trombosis adalah penyebab kematian
dini dan kecacatan di eropa dan pada umumnya juga meningkat di negara
berkembang.2 Laporan World Health Organitation (WHO) 2008 menyebutkan
17,5 juta manusia meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Jumlah ini setara
dengan 30% total kematian di dunia pada tahun 2008. Adapun berdasarkan Data
dari badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke menduduki urutan nomor satu dan dua
sebagai penyebab kematian dunia. Keduanya menyebabkan 14,1 juta kematian
diseluruh dunia pada tahun 2012. Data dari kementerian kesehatan indonesia
memasukan penyakit jantung koroner (PJK) sebagai penyebab kematian utama di
indonesia. Tahun 2030 diprediksi penyakit jantung kardiovaskuler dapat
menyebabkan kematian sekitar 23,3 juta manusiadi dunia.1,3
Kadar koleterol darah yang tinggi (dislipdemia) merupakan salah satu
faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke di
samping hipertensi, merokok, abnormalitas glukosa darah dan inaktifitas fisik.
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan
salah satu atau lebih dari fraksi lemak dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,
fosfolipid, dan trigliserida. Kelainan komponen lemak yang utama meliputi kenaikan
kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (disebut hiperkolesterolemia), kenaikan
kadar trigliserida dan VLDL (disebut hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar
kolesterol HDL. Diet tinggi lemak dan kurang seringnya berolahraga akan
meningkatkan resiko dislipidemia. Berdasarkan beberapa penelitian dan jurnal
ilmiah, prevalensi penyakit jantung kardiovaskular yang meningkat diperkirakan
berhubungan dengan pola makan dan asupan tinggi lemak hewani tetapi rendah
sayur dan buah.3
Diharapkan dislipidemia dapat dicegah kejadiannya oleh semua praktisi
kedokteran. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dalam referat ini akan
dibahas mengenai lipid dan metabolism lipoprotein, dislipidemia dan tatalaksana

Referat Dislipdemia Page 1


dislipidemia yang direkomendasikan guna menanggulangi tinggi nya angka
kejadian aterosklerosis.

Referat Dislipdemia Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LIPID DAN LIPOPROTEIN


Lipid dalam tubuh kita ada tiga jenis yaitu kolestrol, trigliserid dan
fosfolipid. Lipid sulit larut dalam lemak oleh karenanya perlu dibuat bentuk yang
terlarut, terdapat suatu zat pelarut dalam bentuk protein yang dikenal dengan
apolipoprotein atau apoprotein. Dikenal 9 jenis apoprotein yang diberi nama
secara alfabetis, contoh Apo A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E dan seterusnya.
Ikatan senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan lipoprotein. Tiap jenis
lipoprotein memiliki Apo sendiri, misal VLDL, IDL dan LDL mangandung Apo
100 sedangkan kilomikron mengandung Apo B48. Apoprotein ditemukan pada
permukaan lipoprotein.4

Gambar 1 Lipoprotein

Gambar 1. Lipid dan Lipoprotein


Pada manusia dapat dibedakan 6 jenis lipoprotein, yaitu HDL ( high
density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), IDL (intermediate density
lipoprotein), VLDL (very low density lipoprotein), kilomikron dan lipoprotein a
kecil (Lp(a)).4

Referat Dislipdemia Page 3


Tabel 1 Karakteristik Apolipoprotein4

A. Metabolisme Lipoprotein
1. Jalur eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan
kolestrol. Selain dari makanan di dalam usus terdapat pula kolestrol dari
hati yang dieksresi bersama empedu ke usus halus. Kedua lemak tersebut,
yang berasal dari makanan dan dari hati disebut lemak eksogen. Dalam
usus trigilserid dan kolestrol akan diserap oleh enterosit mukosa usus
halus, trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas dan kolestrol
sebagai kolestrol. Kemudian masih di usus halus, asam lemak bebas
diubah lagi menjadi trigliserid sedangkan kolestrol akan mengalami
esterifikasi menjadi kolestrol ester dan keduanya bersama fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut kilomikron. Lalu
kilomikron akan masuk ke saluran limfe dan melalui duktus torasikus akan
masuk aliran darah.
Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis karena
enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak
bebas. Asam lemak bebas tersebut akan disimpan dalam adipose (jaringan
lemak) namun bila terdapat dalam jumlah yang banyak maka sebagian

Referat Dislipdemia Page 4


akan diambil oleh hati untuk bahan pembentukan trigilserid, kilomikron
tanpa kandungan trigliserid disebut kilomikron remnant dan akan dibawa
di hati.3,4

Gambar 2 Jalur Metabolism Eksogen4


2. Jalur Endogen
Trigliserid dan kolestrol yang disintesis di hati akan disekresi ke
dalam sirkulasi sebagai VLDL, selanjutnya oleh enzim lipoprotein lipase
VLDL akan dihidrolisis menjadi IDL dan akhirnya akan dihidrolisis
menjadi LDL. Ketiga lipoprotein ini akan mengangkut kolestrol dari
sirkulasi kembali ke hati, yang paling banyak mengandung kolestrol
adalah LDL. Selain hati, ada beberapa lokasi yang memiliki reseptor LDL
contohnya kelenjar adrenal, testis dan ovarium. Sebagian LDL akan
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag dan akan menjadi sel
busa (foam cell). Makin banyak kadar LDL dalam plasma maka makin
banyak jumlah sel busa. Beberapa kondisi yang mmpengaruhi tingkat
oksidasi adalah, bertambahnya jumlah LDL kecil padat dan menurunnya
kadar HDL yang mana HDL itu memiliki sifat protektif terhadap oksdasi
LDL.1,3

Referat Dislipdemia Page 5


Gambar 3 Jalur Metabolisme Endogen4
Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 2004

3. Jalur reverse cholesterol transport3,4


HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskon kolestrol yang
mengandung apolipoprotein A, C dan E dan disebut HDL nascent. HDL
nascent akan mendekati makrofag dan mengambil kolestrol nantinya akan
berubah menjadi HDL dewasa. Kolestrol bebas akan mengalami
esterifikasi menjadi kolestrol ester oleh enzim lecithin cholesterol
aciltransferase (LCAT). Selanjutnya HDL yang membawa kolestrol akan
melalui 2 jalur untuk kembali ke hati, jalur pertama jalur langsung ke hati
dan jalur kedua yaitu jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk
membawa kolestrol ke hati.

Gambar 4 Jalur Metabolisme reverse cholesterol transport4


Sumber: Adam. MF Jhon. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 2009

Gambar berikut menjelaskan keseluruhan jalur metabolisme lipoprotein


baik eksogen, endogen dan reverse cholesterol transport.

Referat Dislipdemia Page 6


Gambar 5 Jalur Metabolisme Lipoprotein7

2.2 DISLIPIDEMIA
2.2.1 Definisi
Kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolestrol total, kolestrol LDL, trigliserida serta penurunan kadar
kolestrol HDL.1
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan penyebab, primer yang tidak
jelas sebabnya, dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada
sindroma nefrotik, diabetes mellitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemia juga
dapat dikelompokkan berdasarkan profil lipid yang menonjol, misal
hiperkolestrolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL cholesterol, dan
dislipidemia campuran. 1,3

Referat Dislipdemia Page 7


Tabel 2 Klasifikasi acuan kadar Kolestrol 4

2.2.3 Pemeriksaan Laboratorium


Rekomendasi profil lipid yang diperiksa secara rutin adalah kolesterol
total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan TG. Pemeriksaan parameter lain
seperti apoB, apoA1, Lp(a), dan small, dense LDL tidak dianjurkan diperiksa
secara rutin. Kolesterol LDL setidaknya dihitung dengan formula Friedewald
(kecuali bila TG > 400 mg/dL atau dalam keadaan tidak puasa) karena sebagian
besar studi klinis menggunakan formula Friedewald. Dengan formula
Friedewald dapat diperhitungkan bahwa kolesterol LDL (dalam mg/dL) =
kolesterol total - kolesterol HD - TG/5.1
Jika memungkinkan, sampel darah diambil setelah puasa 12 jam. Hal ini
hanya diperlukan untuk pemeriksaan TG yang juga dipakai untuk penghitungan
konsentrasi kolesterol LDL memakai formula Friedewald. Kolesterol total dan
HDL dapat diperiksa dalam keadaan tidak puasa. Pada keadaan di mana formula
Friedewald tidak dapat digunakan (konsentrasi TG > 400 mg/dL atau dalam
keadaan tidak puasa) maka dapat digunakan metoda direk (langsung) atau
penghitungan kolesterol non-HDL atau apoB. Pemeriksaan kolesterol LDL
dengan metoda direk mempunyai keunggulan berupa spesifisitas tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh variasi TG sehingga dapat direkomendasikan untuk digunakan
apabila tersedia. Kolesterol non-HDL dihitung berdasarkan pengurangan
kolesterol HDL terhadap kolesterol total.1
Sedangkan untuk pengambilan contoh darah melalui darah vena, pasien
duduk sedikitnya 10 menit sebelum contoh darah diambil.1

Referat Dislipdemia Page 8


2.2.4 Penatalaksanaan1,3,4
Menentukan besar risiko penyakit jantung koroner. Berikut kriteria faktor
risiko utama selain kolestrol LDL yang menentukan sasaran pencapaian kadar
kolestrol LDL:
Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥55tahun
Riwayat keluarga PAK dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65
tahun
Kebiasaan merokok
Hipertensi ( ≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi)
Kolestrol HDL rendah (< 40mg/dL)

Dikutip dari: NCEP (National Cholestrol Education Program) III


Expert Panel on Detection.

*kolestrol HDL ≥ 60 mg/dl dianggap sebagai faktor risiko negatif artinya


dapat mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total.
Mengacu pada NCEP ATPP III maka sasaran kadar kolestrol LDL
disesuaikan dengan banyaknya faktor risiko yang dimiliki seseorang. Berikut
kategori risiko berdasarkan banyaknya faktor risiko:
Tabel 3 Faktor Risiko Penyakit Arteri Koroner4

Referat Dislipdemia Page 9


2.2.5 Pengelolaan Dislipidemia
A. Target parameter lipid
a. Primer: kolesterol LDL
b. Sekunder: kolesterol non-HDL
B. Prinsip strategi intervensi
 Selalu mempertimbangkan tingkat risiko kardiovaskular total
 Semua pasien, kecuali yang tingkat risikonya rendah dan
mempunyai konsentrasi kolesterol LDL praterapi ˂100 mg/dL,
perlu mendapat intervensi perubahan gaya hidup.
 Intervensi farmakologis dengan obat penurun lipid terhadap target
primer dilakukan pada pasien dengan konsentrasi awal kolesterol
LDL di atas target terapi.
 Intervensi dengan obat penurun lipid terhadap target sekunder
(kolesterol non-HDL) hanya dilakukan pada pasien dengan tingkat
risiko tinggi dan sangat tinggi yang target kolesterol LDLnya telah
tercapai sementara konsentrasi TG masih di atas 200 mg/dL.
C. Intervensi kolesterol LDL
Pertimbangkan adanya penyebab sekunder peningkatan kolesterol
LDL sebagai berikut:
 Hipotiroidisme
 Sindrom nefrotik
 Kehamilan
 Sindrom Cushing
 Anoreksia nervosa
 Penggunaan agen-agen imunosupresan
 Kortikosteroid

Referat Dislipdemia Page 10


Tabel 4. Strategi Intervensi Sebagai Fungsi dari Risiko Kardiovaskular Total Dan
Konsentrasi Kolesterol LDL

Intervensi gaya hidup tanpa intervensi farmakologis ditujukan bagi pasien


dengan:
 Tingkat risiko rendah yang mempunyai konsentrasi kolesterol awal 100 -
˂190 mg/dL
 Tingkat risiko menengah yang mempunyai konsentrasi kolesterol LDL
awal ˂100 mg/dL
 Tingkat risiko tinggi yang mempunyai konsentrasi kolesterol LDL awal
˂100 mg/dL kecuali pada pasien dengan infark miokard
 Tingkat risiko sangat tinggi yang mempunyai konsentrasi kolesterol LDL
awal ˂70 mg/dL kecuali pada pasien dengan infark miokard
Keadaan di bawah ini memerlukan intervensi gaya hidup yang dilanjutkan
dengan intervensi farmakologis jika intervensi gaya hidup gagal
menurunkan kolesterol LDL mencapai target terapi:
o Tingkat risiko rendah yang mempunyai konsentrasi kolesterol LDL
>190 mg/dL setelah terapi gaya hidup
o Tingkat risiko menengah yang mempunyai konsentrasi kolesterol
LDL ≥100 mg/dL setelah intervensi gaya hidup

Referat Dislipdemia Page 11


Efek intervensi gaya hidup terhadap konsentrasi kolesterol LDL dievaluasi
dalam waktu 3 bulan dengan pengukuran konsentrasi kolesterol LDL setiap 6
minggu. Evaluasi ulang konsentrasi kolesterol LDL dilakukan setiap 4-6 bulan
pada tahun pertama dan setiap 6-12 bulan sesudahnya.
Intervensi gaya hidup dan farmakologis pada saat bersamaan ditujukan
bagi pasien dengan:
Infark miokard akut tanpa memandang konsentrasi LDL awal
Tingkat risiko tinggi dengan konsentrasi kolesterol LDL awal ≥100
mg/dL
Tingkat risiko sangat tinggi dengan konsentrasi kolesterol LDL awal
≥70 mg/dL kecuali pada pasien dengan infark miokard (terapi statin
diberikan tanpa memandang konsentrasi kolesterol LDL).
Diabetes Melltius tipe 2 yang berumur di bawah 40 tahun tanpa faktor
risiko lain, terapi farmakologis dimulai jika konsentrasi kolesterol
LDL ≥100 mg/dL
D. Intervensi Kolesterol Non-HDL
 Intervensi kolesterol non-HDL yang meningkat (≥30 mg/dL di atas
target kolesterol LDL) hanya dilakukan jika konsentrasi LDL telah
mencapai konsentrasi target terapi (absolut atau relatif) sehingga
intervensi konsentrasi kolesterol non-HDL pada keadaan ini pada
dasarnya adalah mengontrol konsentrasi TG. Pada keadaan ini,
intervensi TG dilakukan pada pasien dengan tingkat risiko tinggi atau
sangat tinggi yang mempunyai konsentrasi TG ≥200 mg/ dL
 Sebelum melakukan terapi penurun TG, pertimbangkan adanya
penyebab sekunder peningkatan konsentrasi TG, antara lain :
 Predisposisi genetik
 Obesitas
 DM tipe 2
 Konsumsi alkohol
 Diet tinggi karbohidrat sederhana
 Penyakit ginjal

Referat Dislipdemia Page 12


 Hipotiroidisme
 Kehamilan (konsentrasi TG berlipatganda secara fisiologis pada
trimester ketiga)
 Kelainan autoimun, seperti paraproteinemia atau SLE
 Berbagai pengobatan, termasuk di antaranya :
- Kortikosteroid
- Estrogen, terutama yang dikonsumsi secara oral
- Tamoxifen
- Anti-hipertensi seperti ß-bloker (termasuk carvedilol), tiazid
- Isotretinoin
- Resin yang mengikat asam empedu
- Siklosporin
- Antiretroviral (inhibitor protease)
- Psikotropika seperti fenotiazin, antipsikotika generasi kedua
 Mengingat pankreatitis dapat terjadi pada konsentrasi TG 400
mg/dL maka pasien dengan konsentrasi TG ≥400 mg/ dL harus
segera diterapi tanpa memandang tingkat risiko kardiovaskular dan
konsentrasi kolesterol LDL.

Statin terbukti dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas


kardiovaskular, maka obat ini adalah pilihan pertama bagi pasien dengan
tingkat risiko tinggi dan sangat tinggi yang mempunyai konsentrasi TG

Referat Dislipdemia Page 13


moderat. Statin potensi tinggi seperti atorvastatin dan rosuvastatin, terutama
pada dosis tinggi, terbukti mampu menurunkan konsentrasi TG. Dalam
keadaan statin tidak dapat menurunkan konsentrasi TG sehingga konsentrasi
kolesterol non-HDL masih ≥30 mg/dL di atas target kolesterol LDL, fibrat
dapat ditambahkan pada statin. Dalam hal ini, fenofibrat lebih terpilih daripada
gemfibrozil mengingat risiko miopati 15 kali lebih tinggi jika digunakan
gemfibrozil daripada fenofibrat.
E. Intervensi Gaya Hidup untuk Memperbaiki Profil Lipid
Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang
berhubungan dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang
berhubungan dengan intervensi farmakologis. Pentingnya konseling intervensi
gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif terhadap perilaku
untuk mengontrol profil lipid. Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk
mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG, dan meningkatkan
kolesterol HDL. Intervensi gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan
atau tanpa tambahan obat penurun lipid, kecuali pada pasien risiko rendah
dengan kolesterol LDL awal <100 mg/dL. Pasien risiko rendah ini hanya perlu
diyakinkan agar tetap dalam keadaan risiko rendah. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan
asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan
aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih dan menghentikan
kebiasaan merokok
Tabel 5. Intervensi Gaya Hidup9

Referat Dislipdemia Page 14


2.2.6 Dislipidemia pada keadaan khusus
A. Dislipidemia pada Diabetes Mellitus1
Macam dislipidemia yang sering ditemukan pada pasien DM tipe 2 adalah
hipertrigliseridemi dan kadar kolestrol HDL rendah, sedangkan kadar kolestrol
LDL normal atau sedikit meningkat. Ketiga kondisi tersebut membuat pasien
DM tipe 2 sangat berisiko tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskuler.
Sasaran kolestrol LDL harus <100 mg/dl. Pilihan obat pertama adalah golongan
statin, kecuali bila kadar trigliserid >400mg/dl maka harus dimulai dengan
fibrat.
B. Dislipidemia pada Sindroma Metabolik1
Macam dislipidemia yang ditemukan pada sindroma metabolic adalah
hipertrigliseridemia, kadar kolestrol HDL rendah partikel LDL kecil padat
meningkat. Sasaran utama adalah menurunkan kadar kolestrol LDL, dengan obat
golongan statin sebagai lini pertama, kecuali dalam kondisi kadar trigliserida ≥
400 mg/dL obat pilihan adalah golongan fibrat.
Diagnosis sindroma metabolik ditegakkan bila terdapat ≥3 kriteria berikut:
Lingkar pinggang ≥ 90 cm (pria), ≥ 80 cm (wanita)
Glukosa darah puasa ≥ 110 mg/dL
Trigliserida ≥ 150 mg/dL
Kolestrol HDL < 40 mg/dL (pria), < 50 (wanita)
Tekanan darah ≥ 135/85 mmHg

Kadar kolestrol LDL sasaran harus disesuaikan dengan risiko PJK yang
dimiliki pasien. Pasien sindroma metabolic diklasifikasikan sebagai risiko tinggi
PJK. Kadar kolestrol LDL sasaran adalah < 100 mg/dL. Pada pasien dengan
kadar LDL normal maka kadar kolestrol non-HDL dapat dihitung dari kolestrol
total dikurangi kolestrol HDL, dengan kadar sasaran setara dengan kadar
kolestrol LDL ditambah 30 mg/dL. Sebagai contoh bila kadar kolestrol LDL
adalah 130 mg/dL maka kadar kolestrol non-HDL adalah 160 mg/dL.
C. Dislipidemia Pada Orang Lanjut Usia1
Orang lanjut usia harus diperlakukan sebagai risiko tinggi. Ternyata pada
orang lanjut usia penurunan kadar kolestrol LDL dapat mengurangi angka

Referat Dislipdemia Page 15


kematian koroner dan infark miokard non-fatal. Oleh karena itu, pada orang
lanjut usia tetap perlu dilakukan pencegahan sekunder mengingat orang lanjut
usia memiliki risiko tinggi.
D. Dislipidemia pada hipertensi1
Beberapa obat anti hipertensi dapat mempengaruhi kadar lipid serum. Obat
antihipertensi yang mempunyai efek kuat meningkatkan kadar lipid adalah
penyekat beta. Sedangkan obat antihipertensi yang tidak mempengaruhi kadar
lipid atau minimal efeknya adalah calcium channel blocker, penghambat ACE,
tiazid dosis rendah dan sartan (ARB). Golongan resin dapat mengganggu
absorpsi obat-obat lain, oleh karena itu obat antihipertensi diberi 1 jam sebelum
atau 4 jam setelah pemberian obat golongan resin pengikat asam empedu.
Golongan asam nikotinat dapat memperkuat efek penurunan tekanan darah obat
vasodilator.
E. Dislipidemia pada gagal ginjal1
Pemberian statin maupun fibrat harus hati-hati pasien gagal ginjal kronik.
Sebaiknya statin dimulai dengan dosis kecil dan selalu pantau fungsi ginjal dan
enzim CPK. Pemberian fibrat terbatas pada pasien dengan gangguan ginjal
ringan, kontraindikasi bila bersihan kreatinin (CCT) < 10 ml/menit. Tidak
dianjurkan kombinasi antara golongan statin dan fibrat.
F. Dislipidemia pada penyakit hati1
Penyakit sel hati sering berhubungan dengan hipertrigliseridemia dan
penurunan kadar kolestrol HDL. Hal ini terjadi akibat penurunan aktifitas enzim
hepatic trigliseride lipase (HTGL). Sedangkan pada penyakit hati kolestatik
sering terjadi hiperkolestrolemia. Sebelum pemberian obat sebaiknya diperiksa
fungsi hati, bila terjadi peningkatan lebih dari tiga kali sebaiknya tidak diberikan
fibrat maupun statin. Pemantauan berkala sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan peningkatan fungsi hati kurang dari tiga kali.
G. Dislipidemia Pada Infark Miokard Akut1
Pada keadaan infark miokard akut lipid plasma akan mengalami
perubahan, antara lain kadar trigliserid meningkat yang puncaknya pada minggu
ke -3 pasca infark dan akan kembali sampai kadar semula pada minggu ke- 6.

Referat Dislipdemia Page 16


Sebaliknya kadar kolestrol total dan kolestrol LDL menurun sampai kadar
terendah pada minggu 1-2 pasca infark, dan kembali ke kadar semula setelah 8-
12 minggu. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar kolestrol sebaiknya dilakukan 48
jam setelah kejadian serangan. Dianjurkan agar pemberian statin dimulai sejak
saat pasien di ruang intensif karena terbukti mengurangi angka kematian.
H. Dislipidemia Pada Penyakit Autoimun1
Dislipidemia pada autoimun berhubungan dengan gangguan
immunoglobulin monoclonal (IgG. IgA). Penyakit autoimun yang sering
berhubungan dengan kadar lipid adalah myeloma multiple, penyakit Graves,
trombositopenia pupura idiopatik. Dapat terjadi hiperkolestrolemia,
hipertrgliseridemia atau campuran. Dislipidemia dihubungkan dengan
pembentukan antibody yang berikatan dengan enzim lipolitik dan reseptor
lipoprotein.
I. Dislipidemia Pada Penyakit Infeksi1
Pada penderita infeksi berat akibat kuman negatif sering terjadi
peningkatan trigliserida. Sedangkan pada infeksi kuman positif terjadi
peningkatan trigliserida tapi tidak terlalu tinggi, sedangkan kadar kolestrol turun
20-25%. Kadar kolestrol LDL turun pada infeksi bakteri dan virus. Oleh karena
itu sebaiknya pemeriksaan kadar lipid tidak dilakukan pada saat terjadi infeksi
berat. Pasien HIV menunjukkan kadar trigliserida lebih tinggi dan kolestrol total
lebih rendah disbanding pasien non- HIV. Diperkirakan mekanisme
berhubungan dengan dilepaskannya sitokin dari limfosit dan makrofag. Sitokin
ini meningkatkan produksi trigliserida di hati dan menghambat penggunaan
trigliserida.
2.3 TATALAKSANA DISLIPIDEMIA
Pada kondisi dislipidemia terdapat penatalaksanaan farmakologis dan
non farmakologis. Tatalaksana non farmakologis terdiri dari nutrisi medis,
aktivitas fisik, menghindari rokok, menurunkan BB dan pembatasan asupan
alkohol.
A. Tatalaksana Non Farmakologis1
A.1 Nutrisi Medis

Referat Dislipdemia Page 17


Perlu dilakukan anamnesis nutrisi, pengukuran status nutrisi dan
diagnosis nutrisi. Pada pasien dengan kadar kolestrol total atau kolestrol
LDL tinggi maka perlu dikurangi asupan lemak total dan lemak jenuh
serta meningkatan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda.
Pada pasien dengan kadar trigliserida tinggi maka dikurangi asupan
karbohidrat, alcohol dan lemak. Perlu diketahui bahwa tempe adalah
sumber protein nabati yang baik dan murah serta dapat menurunkan
kadar kolestrol total, trigliserida dan juga meningkatkan kadar kolestrol
HDL.
A.2 Aktifitas Fisik
Prinsipnya, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai
dengan kondisi dan kemampuan. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat
untuk pasien, misal jalan kaki, mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dsb. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa aktifitas fisik yang teratur
dapat meningkatkan kadar kolestrol HDL dan apoA1 dan menurunkan
kadar kolestrol LDL dan kolestrol trigliderida, meningkatkan
sensitivitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan
kebugaran serta menurunkan berat badan. Berhenti beraktivitas dapat
menurunkan kadar kolestrol HDL dalam beberapa bulan.

Setelah 6 minggu menjalani terapi non farmakologis dilakukan evaluasi


ulang, bila belum sesuai dengan target kadar kolestrol LDL maka perlu
ditingkatkan kegiatan terapi non farmakologis sembari dievaluasi ada atau
tidak penyebab dislipidemia sekunder untuk segera diatasi. Kemudian 6 bulan
setelahnya dieveluasi ulang, bila belum tercapai target kolestrol LDL maka
ditambahkan terapi farmakologis dengan tetap kegiatan terapi non
farmakologis dilanjutkan.
B. Tatalaksana Farmakologis1,3
Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum
yaitu golongan statin, resin, fibrat, asam nikotinat dan ezetimibe. Selain obat
tersebut, saat ini telah ada obat kombinasi obat penurun lipid dalam satu

Referat Dislipdemia Page 18


tablet seperti Advicor (lofastatin dan niaspan). Vytorin (simvastatin dan
ezetimibe).
1) Bile acid sequestrans
Terdapat 3 jenis bile acid sequestrans yaitu kolestiramin, kolestipol dan
kolesevelam. Golongan ini mengikat asam empedu dalam usus. Hal ini
berakibat peningkatan konversi kolestrol menjadi asam empedu di hati
sehingga kandungan kolestrol dalam sel hati menurun. Selain itu,
akibatnya dapat berupa peningkatan aktifitas resptor LDL dan sintesis
kolestrol intrahepatik. Total kolestrol dan kolestrol LDL menurun tapi
kolestrol HDL tetap atau meningkat sedikit. Pada pasien
hipertrigliseridemia obat ini dapat menurunkan trigliserida dan
menurunkan kolestrol HDL. Obat ini tergolong kuat dengan efek
samping ringan. Efek samping berupa keluhan gastrointestinal yaitu
kembung, konstipasi, sakit perut dan perburukan hemoroid.

2) Statin (Inhibitor HMG- CoA Reduktase)


Saat ini telah terdapat 7 jenis yaitu, lovastatin, simvastatin,
pravastatin, fluvastatin, atrovastatin, rosuvastatin dan Pitavastatin.
Golongan ini menghambat kerja enzim HMG CoA reductase yaitu suatu
enzim di hati yang berperan pada sintesis kolestrol. Selain itu akan terjadi
peningkatan reseptor LDL pada permukaan hati sehingga kolestrol LDL
di darah akan ditarik ke hati. Efek samping berupa nyeri muskuloskeletal,
nausea, vomitus, nyeri abdominal, konstipasi dan flatulen. Makin tinggi
dosis statin maka makin besar terjadinya efek samping.

Referat Dislipdemia Page 19


Tabel 6. Golongan Statin10

3) Derivat asam fibrat


Terdapat 4 jenis yaitu gemfibrozil, fenofibrat, bezafibrat dan
ciprofibrat. Golongan ini mempunyai efek meningkatkan aktivitas
lipoprotein lipase, menghambat produksi VLDL hati dan
meningkatkan aktifitas reseptor LDL. Golongan ini mengaktifkan
enzim lipoprotein lipase yang memecah trigliserida. Selain itu, dapat
meningkatkan kolestrol HDL. Efek samping jarang, yang tersering
gangguan gastrointestinal, peningkatan transaminase, reaksi alergi
kulit serta miopati. Pada penelitian BECAIT menggunakan
bezafibrat dapat dibuktikan adanya regresi pasien aterosklerosis.
4) Asam nikotinik
Golongan ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di
jaringan adipose yang mana dapat mengurangi jumlah asam lemak

Referat Dislipdemia Page 20


bebas. Diketahui bahwa sebagian asam lemak bebas dalam darah
akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan
VLDL. Bila sintesis VLDL di hati turun maka akan ada penurunan
kadar trigliserida dan juga kolestrol LDL di plasma. Selain itu
golongan ini dapat meningkatkan kolestrol HDL . oleh karena dapat
menurunkan trigliserida dan kolestrol LDL serta meningkatkan
kolestrol HDL maka golongan ini disebut pula dengan broad
spectrum lipid lowering agent. Efek samping paling sering yaitu
flushing, perasaan panas di muka dan badan. Untuk menghindari
efek samping tersebut maka dimulai dengan dosis rendah yaitu
375mg/hari kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga dosis
maksimal 1500-2000 mg/hari. Hasil yang sangat baik bila
dikombinasikan dengan golongan statin.
5) Ezetimibe
Ezetimibe merupakan obat pertama yang dipasarkan dari golongan
obat penghambat absorpsi kolestrol, secara selektif, menghambat
absorpsi kolestrol dari lumen usus halus ke enterosit. Golongan ini
tidak mempengaruhi absorpsi trigliserida, asam lemak, asam empedu
atau vitamin yang larut lemak (A, D, E dan ά dan β karoten).
Kombinasi dengan golongan statin meningkatkan efek penurunan
LDL. Ezetimibe 10 mg dan atorvastatin 10 mg sama efektifnya
dengan pemberian atorvastatin 80 mg. Efek samping bila diberi
tunggal adalah sakit kepala, sakit perut dan diare.

Referat Dislipdemia Page 21


Tabel Ringkasan Obat untuk Pengelolaan Dislipidemia:

Alur Pengelolaan Dislipidemia10

Referat Dislipdemia Page 22


Referat Dislipdemia Page 23
Referat Dislipdemia Page 24
BAB III
RANGKUMAN
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma seperti:
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta
penurunan kolesterol HDL. Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis
penyakit dislipidemia primer dan dislipidemia Sekunder.
Pada kondisi dislipidemia terdapat penatalaksanaan farmakologis dan non
farmakologis. Tatalaksana non farmakologis terdiri dari nutrisi medis, aktivitas
fisik, menghindari rokok, menurunkan BB dan pembatasan asupan alkohol. Terapi
farmakologis. Saat ini didapat beberapa golongan obat yaitu golongan resin,
asam nikotinat, golongan statin, derivat asam fibrat, resin pengikat asam empedu
dan penghambat absropsi kolesterol.

Referat Dislipdemia Page 25

You might also like