Professional Documents
Culture Documents
1
3. Mekanisme Kerja Pelumpuh Otot Non-Depolarisasi
Seperti asetilkolin, seluruh obat pelumpuh otot memiliki rantai amonium
yang secara positif mengisi nitrogen yang berafinitas terhadap reseptor asetilkolin
nikotinik. Pelumpuh otot non-depolarisasi bekerja mencegah depolarisasi dengan
jalan berikatan dengan reseptor asetilkolin dengan cara:
a. Mencegah asetilkolin berikatan dengan reseptornya sehingga mencegah
depolarisasi motor end-plate.
b. Molekul obat akan masuk ke kanal reseptor dan menyebabkan blokade kanal.
c. Pelumpuh otot non-depolarisasi bekerja pada presinaptik, memblokade
kanal Natrium dan mencegah pergerakan asetilkolin dari sintesa ke release
site.1,8
slight effect
5Blok Vagal: 0 no effect, + slight effect (dikutip dari Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology)
4. Atracurium
Penemuan di awal tahun 1980-an terhadap dua jenis pelumpuh otot,
atracurium dan vecuronium, menciptakan revolusi terhadap penggunaan klinis
pelumpuh otot yang tidak tergantung kepada eliminasi ginjal, waktu mula kerja
lebih cepat, masa pulih lebih cepat, dan obat antagonisnya lebih komplit.1,8
2
a. Rumus Kimia
Atracurium merupakan obat pelumpuh otot non-depolarisasi dari golongan
benzylisoquinolinium bisquaternary, dengan berat molekul 1243,5 DA. Pada
ED95 0.25 mg/kg bb atracurium memiliki mula kerja 3-5 menit dan durasi kerja
20-35 menit. Ditemukan oleh Stenlake dkk pada pertengahan 1970, yang
dirancang untuk menghasilkan relaksasi non-depolarisasi dan mengalami
eliminasi Hofmann. Obat ini pertama sekali diperkenalkan dalam penggunaan
klinis di Inggris oleh Payne dan Hughes pada tahun 1981 dan di AS oleh Basta
pada tahun 1982.
b. Mekanisme Kerja
Atracurium memiliki ED 50 (0,12 mg/kg), ED 90 (0.18 mg/kg) , dan
ED 95 (0.21 mg/kg). Kecepatan mula kerja dari pelumpuh otot diperlukan untuk
dengan cepat mengamankan jalan nafas pada pasien emergensi dan pasien dengan
resiko aspirasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya laju
penghantaran obat ke sambungan otot-saraf, afinitas reseptor, bersihan plasma,
dan mekanisme penghambatan otot-saraf (depolarisasi atau nondepolarisasi).
Mula kerja berbanding terbalik dengan potensi obat pelumpuh otot-saraf. ED95
yang tinggi memiliki potensi yang rendah tetapi dapat memberikan mula kerja
yang cepat, demikian sebaliknya. 2,8
3
Atracurium sedikit berbeda dengan obat pelumpuh otot nondepolarisasi
lain, ED 50 dan ED 95 diekspresikan sebagai potensi molar (microM/kg).
Semakin poten suatu obat (cisatracurium) maka semakin lambat mula kerjanya
dan semakin kurang poten suatu obat (rocuronium) maka semakin cepat mula
kerjanya.
Tempat kerja atracurium seperti halnya obat-obat pelumpuh otot non-
depolarisasi yang lain adalah reseptor kolinergik prasinaps dan paskasinaps.
Atracurium juga menyebabkan penghambatan otot-saraf secara langsung dengan
mempengaruhi aliran ion melalui kanal reseptor-reseptor kolinergik nikotinik.
Diperkirakan 82% atracurium terikat dengan plasma protein terutama albumin.
Atracurium didesain untuk didegradasi spontan in vivo (eliminasi Hoffman) pada
temperatur tubuh dan pH normal. Garam iodide besylate ditambahkan untuk
membuat atracurium lebih larut dalam air, dan mengatur pH larutan diantara
3.25–3.65 untuk meminimalkan degradasi in vitro spontan. Oleh karena sediaan
komersial yang memiliki pH yang rendah, atracurium sebaiknya tidak dicampur
dengan obat-obat yang bersifat alkali seperti barbiturat atau cairan infus yang
alkalis. Terpaparnya atracurium terhadap larutan alkali sebelum masuk ke
sirkulasi secara teori akan mengakibatkan kerusakan dini pada obat. Potensi
atracurium yang disimpan di temperatur ruangan akan menurun sekitar 5% setiap
30 hari.
Hemodinamik adalah hal penting dalam penangan dengan menggunakan
anestesi terutama pada operasi jantung. Vecuronium lebih baik daripada
atracurium dalam hal pasien dgn hemodinamik tidak stabil. Atracurium
menghasilkan penurunan tekanan darah yang lebih dari 20% daripada vecuronium
yang menghasilkan penurunan tekanan darah lebih sedikit daripada atrcurium.3
Recuronium memiliki onset yang lebih cepat daripada vecuronium dan
4
atracurium. Vecuronium didapatkan memiliki efek yang lebih cepat daripada
atracurium.5
c. Bersihan
Atracurium mengalami degradasi spontan non-enzimatis pada temperatur
tubuh dan pH normal yang dikenal sebagai eliminasi Hofmann. Selanjutnya
4
secara simultan atracurium akan dihidrolisis oleh plasma esterase yang non-
spesifik. Eliminasi Hofmann menunjukkan mekanisme eliminasi kimia,
sedangkan hidrolisis ester merupakan mekanisme biologik. Kedua rute
metabolisme ini tidak tergantung pada fungsi hepar dan renal, seperti juga
aktifitas dari kolinesterase plasma. Sama seperti pasien normal, maka masa kerja
penghambatan atracurium pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hepar
adalah sama. Eliminasi Hofmann dan hidrolisis ester juga menunjukkan efek
kumulatif obat yang sedikit dengan dosis berulang atau infus kontinu. Di atas
semua itu, hidrolisis ester bernilai terhadap sekitar 2/3 atracurium yang
didegradasi, dimana eliminasi Hofmann memberikan “jaring yang aman”,
Khususnya terhadap pasien dengan fungsi hepar dan/atau ginjal yang terganggu.
Masa kerja atracurium tidak berbeda diantara pasien normal dan pasien-
pasien dengan penurunan fungsi ginjal dan hati serta pasien dengan kelainan
cholinesterase plasma yang atipikal. Tidak terjadinya pemanjangan kerja
atracurium pada pasien-pasien dengan cholinesterase atipikal menunjukkan
ketergantungan hidrolisis ester pada plasma esterase yang non-spesifik yang tidak
berkaitan dengan cholinesterase plasma.
Konsistensi dari mula kerja hingga masa pulih setelah dosis tambahan
atracurium berulang merupakan karakteristik dari obat ini dan menunjukkan tidak
terdapatnya efek kumulatif obat yang signifikan. Tidak terdapatnya obat yang
signifikan karena bersihan atracurium yang cepat dari plasma yang mana tidak
tergantung pada fungsi renal dan hepar. Sedikitnya efek kumulatif memperkecil
kecendrungan blokade yang persisten ketika prosedur pembedahan yang lama
membutuhkan dosis berulang atau infus kontinu.
5
Relaksasi Otot Rangka Selama Pembedahan
e. Efek samping
Eritema (0,6%)
Wheezing (0.2%)
Pruritus (0,2%)
Urticaria (0,1%)
g. Farmakologi
Atracurium merupakan relaksan otot rangka non depolarisasi; antagonis
reseptor kolinergik. Atracurium memiliki onset yang lebih cepat daripada
vecuronium dalam hal tindakan intubasi. Atracurium sudah berefek dalam waktu
30-120 detik detik sedangkan vecuronium baru berefek setelah 60-240 detik.7
6
h. Farmakokinetik7
Onset: 2-3 menit; Mungkin sedikit lebih lama pada pasien dengan gagal ginjal
Durasi: 20-35 min
Half-Life: 2-3,4 menit (distribusi); 20 menit (terminal)
Protein terikat: 82%
Vd: 160 mL / kg (kisaran: 120-188 mL / kg)
i. Metabolisme
j. Ekskresi