You are on page 1of 4

AZIZA ARYA FITRIANA / 05 / XI IPA 2

CANANG

Jenis-Jenis Canang – Cara Membuat Beserta Makna


Canang Genten

Canang genten adalah bentuk banten paling sederhana yang menggambarkan ida sang hyang
Widhi wasa dalam manifestasinya sebagai sanghyang Tri Murti. Sebagai alas dapat digunakan
taledan, ceper ataupun daun pisang yang berbentuk segi empat. Diatasnya berturut-turut disusun
perlengkapan yang lain seperti: bunga dan daun-daunan, porosan yang terdiri dari satu/dua
potong sirih diisi sedikit kapur dan pinang, lalu dijepit dengan sepotong janur, sedangkan
bunganya dialasi dengan janur yang berbentuk tangkih atau kojong. Kojong dengan bentuk
bundar disebut "uras-sari".

Bila keadaan memungkinkan dapat pula ditambahkan dengan pandan-arum, wangi-wangian dan
sesari (uang). Waulupun perlengkapan banten ini sangat sederhana, tetapi hampir semuanya
mempunyai arti simbolis. dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwadalam canang genten
memiliki arti diantaranya:
 jejaitan/tetuwasan reringgitan, melambangkan kelanggengan/kesungguhan hati,
 Plawa /daun-daunan melambangkan ketenangan hati.
 Sirih, melambangkan dewa wisnu,
 kapur melambangkan dewa siva,
 pinang melambangkan dewa brahma, suci bersih,
 tali porosan dengan ujungnya runcing menggambarkan penunggalan Ida Hyang Widhi
 Bunga mengambarkan hati yang tulus ikhlas dan suci
 Pandan harum/wangi-wangian sebagai alat untuk menenangkan pikiran kearah kesegaran
dan kesucian.
AZIZA ARYA FITRIANA / 05 / XI IPA 2

 Uang Kepeng; adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining manah, sebagai
labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha)

Canang ini, baik besar maupun kecil bahkan selalu digunakan untuk melengkapi sesajen-sesajen
yang lain, hanya saja bentuk alat serta porosannya berbeda-beda.

Canang Lengawangi – Buratwangi

Bentuk banten ini seperti canang genten dengan ditambahkan "burat wangi" dan dua jenis "lenga
wangi". Ketiga perlengkapan tersebut masing-masing dialasi kojong atau tangkih. Burat wangi
dibuat dari beras dan kunir yang dihaluskan dicampur dengan air cendana atau mejegau. Ada
kalanya dicampur dengan akar-akaran yang berbau wangi. Lenga Wangi ( minyak wangi) yang
berwarna putih dibuat dari menyan, 'malem" ( sejenis lemak pada sarang lebah), dicampur
dengan minyak kelapa. Lenga wangi (minyak wangi) yang berwarna kehitam-hitaman dibuat
dari minyak kelapa dicampur dengan kacang putih, komak yang digoreng sampai gosong lalu
dihaluskan.

Ada kalanya campuran tersebut dilengkapi dengan ubi dan keladi (talas), yang juga digoreng
sampai gosong. Biasanya untuk memperoleh campuran yang baik, terlebih dahulu minyak kelapa
dipanaskan, kemudian barulah dicampur dengan perlengkapan lainnya. Secara keseluruhan
dimaksudkan adalah :
 "lenga-wangi" dan "burat-wangi" melambangkan Hyang Sambhu.
 Menyan melambangkan Hyang Siva,
 Majegau melambangkan Hyang Sadasiva
 Cendana melambangkan Hyang Paramasiva.
Banten ini dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti pada hari Purnama, Tilem, hari raya
Saraswati dan melengkapi sesajen-sesajen yang lebih besar.

Canang Sari

Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya, yaitu dibagi menjadi
dua bagian. Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau taledan.
Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya. Pada bagian ini terdapat pelawa,
porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), pisang emas atau yang sejenis dan beras
kuning yang dialasi dengan tangkih. Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi
seperti pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah
mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras".

Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang kepeng.
Perlengkapan seperti tebu, kekiping, dan pisang emas disebut "raka-raka". Raka-raka
melambangkan Hyang Widyadhara-Widyadhari. Pisang emas melambangkan Mahadewa, secara
AZIZA ARYA FITRIANA / 05 / XI IPA 2

umum semua pisang melambangkan Hyang Kumara, sedangkan tebu melambangkan Dewa
Brahma.

Canang sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-
hari tertentu seperti: Kliwon, Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.

Canang Pesucian

Canang ini disebut juga canang pengeraos yang terdiri atas dua buah aled atau ceper. Pada bagian
bawah berisi kapur, pinang, gambir, tembakau yang dialasi dengan kojong. disusuni beberapa
lembar daun sirih, sedangkan aled atau ceper yang lain berisi bija serta minyak wangi yang
dialasi celemik atau kapu-kapu kemudian dilengkapi bunga yang harum.

Tadah Pawitrah / Tadah Sukla

Bentuknya seperti canang genten ditambahkan dengan pisang kayu yang mentah, kacang komak,
kacang putih, ubi dan keladi. Semua perlengkapan digoreng dan masing-masing dialasi tangkih
dan kojong. Banten ini dipergunakan untuk melengkapi beberapa jenis sesajen seperti: daksina
Pelinggih dan lain-lainnya.

Cane

Dipakai sebuah dulang kecil dihiasi dengan sesertiyokan dari janur. Ditengah-tengahnya
ditancapkan batang pisang. Disekitarnya diisi perlengkapan lain seperti: Bija, Air cendana dan
burat wangi, masing-masing dialasi dengan empat buah tangkir atau mangkuk kecil. Dilengkapi
pula dengan kojong empat buah yang berisi tembakau, pinang dan lekesan yaitu, 2 lembar sirih
yang dilengkapi dengan gambir dan kapur dan diikat dengan benang. Dapat pula ditambah
dengan rokok dan korek api sebanyak empat batang.
Bunganya ditancapkan menlingkar pada batang pisang dan paling diatas diisi cili atau hiasan-
hiasan lainnya. Cane dipergunakan terutama pada waktu upacara melasti dijunjung mendahului
pratima atau dasksina pelinggih. Cane juga digunakan pada rapat-rapat desa adat untuk
memohon agar pertemuan berjalan lancar. Setelah pertemuan selesai, cane akan dilebar yaitu
dengan jalan membagi-bagikan air cendana, Bidja, Bunga serta perlengkapan lainnya.

Canang Meraka

Sebagai alas dari canang ini digunakan ceper atau tamas, diatasnya diisi tebu, pisang, buah-
buahan, beberapa jenis jajan dan sebuah "sampian" disebut "Srikakili" dibuat dari janur
berbentuk kojong diisi plawa, porosan serta bunga. Sesungguhnya masih banyak jenis-jenis
canang tubungan, Canang Gantal, Canang Yasa. Canang pengraos dan lain-lain.
AZIZA ARYA FITRIANA / 05 / XI IPA 2

Pada umumnya bahan yang diperlukan hampir sama, hanya bentuk porosan dan cara
pengaturannya yang berbeda. Rupanya pemakaian sirih, kapur dan pinang mempunyai dua
fungsi sebagai simbul atau lambang yaitu:
 Sirih melambangkan Dewa Wisnu
 Pinang melambangkan Dewa Brahma
 Kapur melambangkan Dewa Siwa

Untuk persembahan biasa berfungsi sebagai makanan, dalam hal ini penggunaannya dilengkapi
dengan tembakau dan gambir.

Banten Gebogan/Pajegan

Gebogan atau pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian makanan
termasuk juga buah-buahan dan bunga-bungaan. Umumnya dibawa dan ditempatkan dipura
dalam rangkaian upacara Panca Yadnya. Ini karena keindahan bentuknya, hanya digunakan
hanya sebagai dekorasi.

You might also like