You are on page 1of 3

aman Kerajaan Janggala dan Majapahit

Kahuripan sebagai Ibu Kota Jenggala

Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta
antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih
menjadi pertapa dari pada naik takhta. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi
kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri
Samarawijaya, serta bagian timur bernama Jenggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada
Mahapanji Gasarakan. Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai
meninggal sekitar tahun 1049.

Karya Sastra Kahuripan

Di bawah pemerintahan Airlangga, seni sastra berkembang. Tahun 1035, Mpu Kanwa menggubah
kitab Arjuna Wiwaha, yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan Arjuna,
inkarnasi Wisnu yang tak lain adalah kiasan Airlangga sendiri. Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi
Belahan di lereng Gunung Penanggungan.

Salah satu karya Sastra peninggalan kerajaan Kahuripan adalah Kakawin Arjuna Wiwaha karangan
Empu Kanwa Arjunawiwaha merupakan salah satu kakawin yang diwujudkan pada jaman Kahuripan
dibawah raja besarnya Airlangga. Sang pengarang, yakni Mpu Kanwa, mendapat kehormatan untuk
menggubahnya dengan mencuplik dari seri Mahabharata sub-bagian “wanaparwa”.

Cerita ini bertitik tolak dari tokoh Arjuna yang merupakan kekasih para Dewa di Kahyangan. Karena
dialah yang nantinya mampu menyelamatkan Kahyangan beserta para penghuninya para Dewa dari
ancaman mara bahaya. Relief cerita ini dipahatkan pada candi Tegowangi, kecamatan Pare, kabupaten
Kediri, jawa Timur.

Candi Tegawangi

Menurut data sejarah yang ada, dipercaya kuat Arjunawiwaha merupakan sebuah kakawin tertua dari
“periode” Jawa Timur setelah peta politik berpindah dari Jawa Tengah. Hal ini jaman-jaman pendahulu
Airlangga seperti Dharmawangsa hingga ke raja besar pendiri “periode” Jawa Timur yakni Mpu Sindhok
tidak meninggalkan sebuah kakawinpun yang dapat kita lihat sampai saaat ini. Kakawin Arjunawiwaha
mengandung suatu kaitan sejarah dimasa lalu. Lihatlah bagian awal dan akhirnya :
Awal :

-Ambek sang paramarthapandita huwus limpad sakeng sunyata tan sangkeng wisaya prayojana nira lwir
sanggraheng lokita siddha ning yasawirya don ira sukha ning rat kiningkin nira santosaheletan kelir sira
sakeng sang hyang jagatkarana.

-Usnisangkwi lebu ni paduka nira sang mangkana lwir nira menggeh manggala ning miket kawijayan sang
Parta ring kahyangan

Terjemahannya :

-Batin yang bijak sungguh-sungguh telah tembus sampai ketingkat (kesempurnaan) tertinggi. Dari
keadaan sunyata (kosong) bukan dari kawasan panca Indra, timbulah tekadnya untuk mengabadikan diri
(membuka diri ) pada urusa-urusan duniwai.

-Semoga amal baktinya yang penuh pahala serta tindakannya yang bersifat ksatriya, mencapau
tujuannya. Daulat terhadap dirinya sendiri dan penuh santosa (ketentraman batin) ia menerima keadaan
ini, yakni tetap terpisah oleh tabir dari Sebab Abadi dunia ini

Akhir :

Sampun keketan ing katharjunawiwaha pangarana nikeSaksat tambay ira mpu Kanwa tumatametu-metu
kakawinBhrantapan teher angharep samarakarya mangiring ing hajiSri Airlangghya namo ‘stu sang
panikelan tanah anganumata

Terjemahannya

-Kuletakkan puncak kepalaku pada debu sandal raja yang menampakkan diri dengan cara ini
(keutamannya). Ia merupakan sumber berkat yang tak pernah kering untuk menuangkan kemenangan
Partha (Arjuna) dikediaman para dewa di Kahyangan.

Gambaran ini sesuai sekali dengan kenyataan bahwa Airlangga yang selanjutnya berhasil menegakkan
kembali kerajaan Kahurian setelah wafatnya raja Dharmawangsa atas serangan dari kerajaan lain
(Wengker) , yang tidak berhak atas kedaulatannya. Airlangga melakukan perlawanan dengan tinggal di
hutan-hutan bersama para resi dan tokoh-tokoh suci agama selama bertahun-tahun guna
mempersiapkan usaha merebut kembali kerajaan Kahuripan yang bagaimanapun juga d

You might also like