Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
2.2 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau
multipel.Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,
atau uterine fibroid.Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding
licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga
mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.5
2.3 Epidemiologi
Insidensinya sekitar 20% - 30% dari seluruh wanita dan terus mengalami
peningkatan. Tumor ginekologi kedua terbanyak di Indonesia. Umumnya
ditemukan pada usia reproduksi dan hanya 10 % mioma uteri yang masih tumbuh
setelah menopouse. Dari penelitian yang dilakukan di Manado dari 2013 – 2014,
mioma uteri merupakan tumor ginekologi kedua terbanyak (31,7%). Dari 127
kasus yang paling banyak menderita mioma uteri adalah kelompok umur 41-50
tahun (56,7%).5
4
2.4 Etiologi
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi,
dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Stimulasi estrogen diduga
sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya
mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah
pada usia menopause.6 Ada 2 teori yang berpendapat :
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahawa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri.6
2. Teori Cellenest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
estrogen. Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Teori ini menyatakan bahwa
untuk terjadinya untuk terjadinya mioma uteri harus ada dua komponen
penting yaitu : sel nest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang
sel nest secara terus menerus).6
2. Lapisan Uterus
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).6
1. Mioma Submukosa
Mioma submukosa berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapat menyebabkan dismenorrhea.6
Dari sudut klinik, mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih
penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun
intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya
kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.5
2. Mioma Intramural
Mioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut
miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak
dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim
dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-
benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan
6
3. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus yang diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Lokasi
tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum, atau
7
2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Hanya dijumpai pada
20-50% sja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak
mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia merupakan gejala klasik dari
mioma uteri. Gejala perdarahan paling sering pada jenis mioma submukosa,
sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh disminore, nyeri perut bagian
bawah, serta nyeri pinggang.7,8
9
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.8
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.9
- Imaging
1. Pemeriksaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3. MRI lebih akurat untu menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.8
2.8 Tatalaksana
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara
umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif.10
Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakuakan sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Monitor keadaan Hb
- Pemberian zat besi
10
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri adalah :
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiomasarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma, serta 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
12
2.10 Prognosis
Histerektomi dengan eliminasi semua mioma uteri adalah penyembuhan
sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan uterus dan
kavitasnya kembali ke keadaan normal.14