Professional Documents
Culture Documents
Bab 1,2,3,4
Bab 1,2,3,4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan keluarga yang saat ini berkembang merupakan salah satu
bagian dari pelayanan keperawatan masyarakat. Keluarga berperan dalam
menentukan cara pemberian asuhan keperawatan yang dibutuhkan apabila ada
anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan perawatan di Rumah Sakit atau
tempat pelayanan kesehatan dapat menjadi sia-sia bila tidak didukung atau
ditindak lanjuti oleh keluarga yang merawat klien di rumah, sehingga dapat
dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
sangat berhubungan.
Dalam laporan WHO 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB Paru pada
tahun 2012 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien dengan HIV positif.
Sekitar 75% dari pasien tersebut berada diwilayah Afrika. Pada tahun 2012
diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000
diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB
anak diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000 pasien
1
2
Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua
(0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat
(0.4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥2 minggu sebesar
3,9% dan batuk darah 2,8%. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB
paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah,
tidak bekerja. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan, hanya 44,4% diobati dengan obat program. Lima provinsi terbanyak
yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68,9%), DI.
Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa
Tengah (50,4%) (Riskesdas, 2013).
Akibat lanjut dari tuberculosis Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas
bawah) yang dapat mengakibatkan
1 kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas, kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial,
brokiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru-paru, pneumotoraks (adanya
udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain (otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya), insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
atau keadaan yang buruk. Serta perawat juga mempunyai peran andil dalam
aspek kuratif yaitu dengan cara mengajarkan cara pembuatan obat tradisional
untuk tuberculosis, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian
obat. Peran perawat sebagai rehabilitative perawat perlu menganjurkan kloe diet
yang bergizi yaitu tinggi kalori dan tinggi protein, dan menganjurkan kepada
keluarga untuk kembali ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya untuk
mengontrol penyakit tuberculosis.
Berdasarkan data - data diatas, penulis sangat tertarik untuk membuat makalah
ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. A
KHUSUSNYA NY. A DENGAN TB PARU DI RT 002 RW 012 KELURAHAN
GEDONG KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memperoleh gambaran nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan TB
Paru
c. Merencanakan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
e. Melakukan evaluasi pada keluarga dengan TB Paru
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusinya
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini penulis membatasi lingkup permasalahan yaitu
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga dengan TB Paru di RT 002 RW
4
012 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur yang dilaksanakan
dari tanggal 01 Maret – 03 Maret 2018
D. Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ilmiah ini metode yang digunakan adalah :
1. Metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus di mana penulis mengambil
satu kasus pada keluarga Ny. A dan diberikan asuhan keperawatan keluarga.
2. Pada saat pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara,
observasi dan melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.
3. Metode studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang
terkait dengan asuhan keperawatan keluarga.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II Tinjauan teori, terdiri dari
konsep maslah kesehatan Tuberculosis (TB) dan konsep keperawatan keluarga
serta asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian keluarga,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB III tinjauan
kasus, terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan. BAB IV pembahasan, terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB V penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan.
Basil mikrobakterium tersebut masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran
nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya senagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan
5
6
jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Sylvia, 2005 dalam
buku Wahid dan Suprapto, 2013)
3. Klasifikasi
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), klasifikasi TB Paru adalah sebagai
berikut :
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (koch
pulmonum) aktif, non aktif dan quiesecent (bentuk aktif yang
menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonaktivitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.
3) For advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.
4. Patofisiologi
Menurut Iwan, 2007 dalam buku Wahid dan Suprapto (2013), patofisiologi
dari TB paru adalah port de’entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit,
kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (air borne) yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), gambaran klinis TB paru dapat dibagi
menjadi dua golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik :
a. Gejala respiratorik
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan, batuk
ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi
lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
8
b. Gejala sistemik
1) Demam
Biasanya subfebril yang menyerupai demam influenza. Tapi kadang-
kadang panas bahkan dapat mencapai 40ᵒC - 41ᵒC. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam
merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
9
6. Cara penularan
Menurut Andareto (2015), cara penularan tuberculosis itu dibagai menjadi 2
antara lain :
a. Penularan secara langsung yaitu terjadi ketika saat berhadap-hadapan
dengan penderita, dapat melalui ludah dan dahak yang di keluarkan
melalui batuk dan hembusan nafas penderita.
b. Penularan secara tidak langsung yaitu dengan melalui debu, alat makanan
dan minuman yang mengandung kuman tubeculosis.
7. Komplikasi
Menurut Wahid dan Suprapto (2013). Komplikasi berikut sering terjadi pada
penderita stadium lanjut :
a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Brokiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru-paru
d. Pneumotoraks (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya
f. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
10
8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Wahid dan Suprapto (2013). Pemeriksaan diagnostik sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah
leukosit yang sedikit meninggi dengan deferensiasi pergeseran ke
kiri, jumlah limfosit masih dibawah normal, laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah
menurun kearah normal lagi. Pemeriksaan ini kurang mendapat
perhatian karena angka-angka positif palsu dan negatif palsunya
masih besar.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan.
Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Kriteria sputum BTA
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan, dengan kata lain diperlukan 5000 kuman
dalam 1 ml sputum.
b. Foto thoraks
Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiologi standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi
stik top foto, oblik, togram dan lain-lain. Karakteristik radiologi yang
menunjang diagnostik antara lain : bayangan lesi radiology yang teretak
dilapangan atas paru, bayangan yang beraawan (patchy) atau bercak atau
(noduler), kelainan yang bilateral terutama bila terdapat dilapangan atas
paru, bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa
minggu, bayangan bilier.
9. Penatalaksanaan
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), penatalaksanaan terbagi menjadi 2
adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan pada TB paru selain untuk menyembuhkan atau
mengobati penderita juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan
atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan TB paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
1) Tahap intensif (2 bulan – 3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT, rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB
12
10. Pencegahan
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), cara pencegahan penyakit TB Paru
sebagai berikut :
a. Hidup sehat (makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olah
raga yang teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stress).
b. Bila batuk mulut ditutup
c. Jangan meludah disembarang tempat
d. Lingkungan sehat
e. Vaksinasi pada bayi
14
Pencegahan penularan :
a. Pencegahan penularan di rumah sakit
Infeksi nosokomial merupakan kuman-kuman dari orang sakit dirumah
sakit yang dapat menular pada oorang yang ada dirumah sakit baik
dokter, perawat dan pengunjung. Tingkat bahaya infeksi nosokomial ini
cukup besar, pasalnya tingkat resistensi (kekebalan) kuman terhadap obat
sudah tinggi. Jadi, jika ditularkan pada orang lain maka kumannya akan
kebal dengan beberapa obat yang diberikan. Agar tercegah dari infeksi
nosokomial ketika berkunjung ke rumah sakit sebaiknya menikuti
peraturan tetap rumah sakit sebagai pencegahan, misalnya mengikuti jam
berkunjung. Sebab diluar jam berkunjung resiko penularan infeksi
nosokomial sangat tinggi karena ada kegiatan lain misalnya pembersihan
ruangan, penggantian sprei, penggantian pembalut luka dan sebagainya.
“Rumah sakit merupakan temppat berkumpulnya sgala kuman-kuman
penyakit, jadi dilarang anak dibawah umur lima tahun dibawa ke rumah
sakit karena mereka sangat rentan terinfeksi”.
b. Pencegahan penularan dirumah
1) Jika berbicara tidak berhadapan.
2) Bila batuk mulut ditutup dan tidak meludah sembarang tempat
(ludah ditutupi tanah atau meludah ke tissue).
3) Peralatan makan harus disendirikan.
4) Ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat.
c. Struktur keluarga
Meurut Friedman 2002 dalam Muhlisin (2012), struktur keluarga
terdiri atas :
1) Pola dan proses komunikasi :
a) Bersifat terbuka dan jujur
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c) Berfikiran positif
d) Tidak mengulang-ngulang isi dan pendapat sendiri
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan dapat bersifat formal dan informal.
Peranan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencarri
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari masyarakat di lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus
rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di
lingkunganny, disamping itu ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan.
c) Peranan anak
17
d. Peranan
Menurut Gusti (2013) Berbagai peran yang terdiri dalam keluarga,
yaitu :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencarri nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari masyarakat di lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus
rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.
18
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
e. Fungsi keluarga
Menurut Friedman 1998 dalam Muhlisin (2012), fungsi keluarga
terdiri dari :
1) Fungsi afektif (the affective function)
fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Hal tersebut dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasil perkembangan
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu,
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
19
a) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi seperti
nama kepala keluarga (KK), usia, alamat dan telepon,
pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, tipe keluaga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi keluarga, dan aktifitas rekreasi keluarga.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Pada tahap perkembangan keluarga yang perlu dikaji adalah
tahapan perkembangan keluarga saat ini, tahapan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
c) Pengkajian lingkungan
Mencangkup karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan
komunitas RT maupun RW, mobiitas geografis keluarga
(kebiasaan keluarga berpindah tempat), perkumpulan keluarga
dari interaksi dengan masyarakat, system pendukung keluarga.
d) Struktur keluarga
Dalam struktur keluarga yang perlu dikaji adalah pola
komunikasi keluarga, strukur kekuatan keluarga, struktur
peran, dan nilai atau noma keluarga.
e) Fungsi keluarga
Mencakup fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan, fungsi reproduksi, serta fungsi ekonomi.
f) Stress dan koping keluarga
Mencakup stressor jangka pendek dan panjang, kemamuan
keluarga berespon terhadap situasi/stressor, strategi koping
konstrukif yang digunakan, serta strategi adaptasi
disfungsional.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakuka pada semua anggota keluarga.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluara
terhadap petugas kesehatan yang ada.
24
2) Penjajakan tahap II
Kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkn masalah kesehatan
keluarga yang diangkat dari lima tugas keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan mengenai asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Ny.A khususnya Ny.A dengan TB Paru yang diberikan mulai 01 Maret - 03 Maret
2018. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pendekatan yang digunakan
adalah proses keperawatan mencakup lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
1. Data Dasar Keluarga
Nama kepala keluarga (KK) yaitu Ny. A berusia 47 tahun dengan pendidikan
terakhir yaitu Sekolah Dasar (SD), saat ini Ny. A bekerja sebagai pedagang,
tempat tinggal Ny. A di jalan. Ujung Gedong RT 002 RW 012, Kelurahan
Gedong, Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. An. G berusia 18 tahun
dengan pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) pekerjaan sebagai siswa,
An. P berusia 15 tahun dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pekerjaan sebagai siswa, An. R berusia 10 tahun dengan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) pekerjaan sebagai siswa, An. R berusia 7 tahun dengan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) pekerjaan sebagai siswa.
Genogram :
Keterangan :
29
30
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
: meninggal
: tinggal dalam satu rumah
: menikah
Tipe keluarga Ny. A adalah tipe keluarga orang tua tunggal yang terdiri ibu,
dan anak-anaknya, suaminya sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena
menderita kanker paru-paru. Ny. A berasal dari suku Betawi, bahasa yang
digunakan sehari-hari oleh keluarga adalah bahasa Indonesia, keluarga Ny. A
menganut agama Islam, dan tidak ada keluarga yang menganut agama lain.
Keluarga Ny.A selalu menjalakan kewajiban shalat 5 waktu.
2. Lingkungan
Jenis rumah adalah permanen, luas bangunan 16 x 6 m², luas pekarangan 5 x
6 m², status rumah yaitu rumah milik pribadi, atap rumahnya yaitu genteng,
terdapat ventilasi rumah, luas ventilasi lebih dari 10% luas lantai, cahaya
dapat masuk rumah pada siang hari, penerangan dirumah menggunakan
listrik, lantai rumah Ny.A keramik, kondisi rumah Ny. A secara keseluruhan
bersih.
Denah Rumah :
G E B
H C
F D
Keterangan :
3. Struktur Keluarga
a. Komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga Ny. A yaitu terbuka, bila
ada masalah yang harus diselesaikan keluarga selalu menerima pendapat
keluarga lainnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan yang mengambil keputusan dalam keluarga yaitu
Ny. A. Karena Ny. A menjadi tulang punggung keluarga setelah
suaminya meninggal.
c. Struktur peran keluarga
Ny. A sebagai kepala keluarga, ibu dari anak-anaknya yang menafkahi
keluarganya setelah suaminya meninggal. Ny. A yang bertanggung jawab
menjaga anak-anaknya, An. G, An. P, An. R, An. R yang berperan
sebagai anak dan bertugas untuk belajar dan sekolah.
33
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Ny. A saling memperhatikan, saling
menyayangi anggota keluarga, dan saling menghormati. Contohnya bila
ada anggota keluarga yang sakit anggota keluarga lainnya membawa
keluarga yang sakit ke puskesmas terdekat.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny. A mengatakan sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Anak-
anaknya juga sring bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya
dirumah maupun di sekolah.
c. Fungsi reproduksi
Jumlah anak Ny. S adalah 6 orang. Ny. A sudah mengalami menopause,
jadi Ny. A tidak bisa mempunyai anak lagi.
6. Pemeriksaan fisik
Ny. A tanda-tanda vital 110/ 70 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36,5ᵒ C, CRT < 2 detik, tinggi badan 142 cm, berat badan 52
kg, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, tidak memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan
mulut bersih dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, dada simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan
34
tidak ada asites, bising usus 15 x/menit, ekstremitas atas pada tangannya
sering pegal-pegal, kebas, tidak ada kelainan pada tangannya dan ekstremitas
bawah terdapat kelainan, kakinya pegal-pegal, kulit elastis dan tidak ada lesi.
Ny. A sering merasa lemas. Pemeriksaan gula darah sewaktu 97 mg/dL, asam
urat 3,4 mg/dL. Kesimpulan klien mempunyai penyakit TB Paru dalam
pengobatan, dan memiliki riwayat penyakit asam urat.
An. G tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu
36,5ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi badan 145 cm, berat badan 50 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.
An. P tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 70 x/menit, suhu
36ᵒC, CRT < 3 detik, tingg badan 145 cm, berat badan 45 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.
An. R tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
36,7ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi badan 120 cm, berat badan 30 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.
35
An. R tanda-tanda vital : nadi 80 x/menit, suhu 36,7ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi
badan 120 cm, berat badan 15 kg, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi,
konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak memakai kacamata, tidak ada
sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan tidak ada sariawan, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, dada simetris, bunyi jantung I dan II
(lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada asites, bising usus 10x/menit,
ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan, kulit elastis dan tidak ada lesi.
Kesimpulan : klien sehat
7. Harapan keluarga
Keluarga berharap agar penyakitnya terpantau dan perawat dapat membantu
mengatasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga Ny. A dengan TB Paru
dan Ny. A dengan riwayat asam urat.
9. Analisa data
No. Data Diagnosa
1. - Keluarga mengatakan penyakit yang di Resiko penyebaran
deritanya itu penyakit paru infeksi pada keluarga
- Klien mengatakan tidak tahu TB Paru Ny. A khususnya pada
dan TBC itu sama Ny. A berhubungan
- Ny. A mengatakan sering lemas dengan ketidakmampuan
- Keluarga tidak tahu penyebab TB paru keluarga merawat
- Keluarga mengatakan tidak tahu akibat anggota keluarga dengan
lanjut dari penyakitnya TB Paru
- Keluarga mengatakan penyakitnya
37
B. Diagnosa keperawatan
1. Penapisan masalah
a. TB paru
Diagnosa keperawatan : Resiko penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A
khususnya pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan TB Paru
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Ny. A mengatakan sering
Aktual (3) lemas
2. Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Pengetahuan keluarga tentang
masalah dapat TB paru kurang. Ekonomi
diubah : dalam keluarga cukup dan
Sebagian (1) keluarga mempunyai tabungan
untuk kesehatan yaitu BPJS.
Ada perawat yang membina
keluarga Ny. A dan jarak ke
puskesmas dekat dengan
mengendarai sepeda motor.
3. Potensi 1 2/3 x 1 = 2/3 Belum terjadi komplikasi pada
masalah untuk penyakit TB paru, klien
dicegah : mengatakan sudah melakukan
39
b. Asam Urat
Resiko nyeri berulang pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan Asam Urat
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan kaki
Aktual (3) sering pegal terutama
bagian sendi-sendinya, di
jari-jari tangan sering nyeri
40
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan TB paru
b. Resiko nyeri berulang pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan asam urat
sesak napas, batuk bercampur darah bercampur darah, berkeringat pada malam
hari. Keluarga mampu menyebutkan cara penularan TB paru : langsung: kuman
masuk secara langsung dari penderita saat bicara, berhadapan, berciuman dan
bersin, tidak langsung: melalui ludah atau dahak penderita yang dibuang di
sembarang tempat dan kuman berpindah melalui udara. Keluarga mampu
mengindentifikasi proses penularan TBC di anggota keluarga.
Perencanaan keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian TB paru
4. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala TB Paru
yang di derita oleh keluarga.
5. Berikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga,
Pelaksanaan keperawatan tangal 02 Maret 2018, pukul 08.30 :
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian TB paru
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik.
3. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian TB Paru
4. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala TB
paru yang diderita oleh anggota keluarga.
5. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang di berikan keluarga.
Tujuan Khusus II
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit kunjungan, keluarga
mampu untuk merawat anggota keluarga dengan TB paru dengan cara keluarga
mampu menyebutkan akibat lanjut dari TB paru jika tidak diatasi segera, dan
keluarga menyatakan akan merawat anggota keluarga yang menderita TB Paru.
Kriteria : respon verbal
Standar :
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat lanjut dari TB paru yaitu :
hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah), kolaps dari lobus,
brokiektasis (peleburan bronkus setempat), pneumotoraks (adanya udara didalam
rongga pleura), penyebaran infeksi ke organ lain seperti : otak, tulang,
persendian, ginjal, insufisiensi kardio pulmoner. Keluarga mampu menyebutkan
2 dari 3 akibat jika putus obat, yaitu : penyakit kambuh lagi, jangka waktu
berobat lebih lama, sulit sembuh karena kuman kebal terhadap obat. Keluarga
memutuskan untuk merawat Ny. A dengan masalah TB paru.
Perencanaan :
1. Kaji pengetahuan mengenai akibat lanjut dari TB paru
2. Diskusikan dengan keluarga akibat lanjut dari TB paru
3. Tanyakan kembali akibat lanjut dari TB paru
4. Berikan reiforcement positif atas kemampuan keluarga menjawab
5. Diskusikan dengan keluarga akibat tidak merawat anggota keluarga dengan
TB paru
6. Tanyakan kembali tentang keinginan keluarga merawat anggota keluarga
dengan TB paru
7. Berika reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga dengan TB paru
laut, tahu dan tempe dan tinggi kalori (TKTP), minum obat secara teratur selama 6- 8
bulan, olah raga secara teratur minimal 3x/ minggu, istirahat yang cukup, tidur siang 2
jam dan tidur malam 8 jam. Keluarga dapat menyebutkan bahan pembuat obat
tradisional serta mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional, yaitu: bahan:
¼ perasan buah mengkudu, 1 sdm air perasan jeruk nipis, 1 sdm air perasan
kunyit. Cara membuat: Ketiga bahan tersebut di campur menjadi satu dan di
rebus selama 15 menit, kemudian ramuan ini di minum 1 x/ hari sebanyak ¼
gelas menjelang tidur. Keluarga dapat menyebutkan alat dan bahan membuang
dan menampung dahak, yaitu: bahan-bahan yang digunakan seperti toples kecil
beserta tutupnya, air secukupnya karbol, betadine, pasir, cara : isi toples dengan
air, dengan perbandingan 1 tutup karbol dan 9 tutup air. Lalu batukan dahak ke
dalam toples, tutup toples dan diamkan sebentar, lalu buang ke air mengalir.
Perencanaan keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan TB paru
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan TB paru
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang cara pencegahan dari TB paru
4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga
5. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
6. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
7. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
8. Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar
9. Demonstrasikan kepada keluarga cara membuat obat tradisional
10. Beri kesempatan keluarga untuk mencoba membuat obat tradisional
11. Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan
Tujuan khusus IV :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x20 menit kunjungan, keluarga
mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk penderita TB paru, keluarga
mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan aman bagi anggota keluarga
yang menderita TB paru, keluarga mampu menyebutkan cara-cara memodifikasi
lingkungan yang sehat dan aman bagi anggota keluarga yang menderita TB paru,
dan melakukan modifikasi lingkungan yang sehat dan aman bagi penderita TB
paru.
Kriteria : Respon verbal
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi
lingkungan yang baik bagi penderita TB paru yaitu: ruangan tidak boleh lembab
jaga kebersihan rumah dan buka jendela setiap pagi hari, jemur tempat tidur
47
Tujuan Khusus V :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit kunjungan,
keluarga mampu menyebutkan manfaat kunjungan kefasilitas kesehatan,
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, keluarga mampu
menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
48
Perencanaan Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungidengan menggunakan lembar balik.
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan.
4. Motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang menderita
hipertensi apabila kondisinya tidak dapat ditangani di rumah.
5. Temani anggota keluarga ke klinik, puskesmas, atau RS bila diperlukan
6. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang asuhan keperawatan pada keluarga Ny. A khususnya Ny.
A dengan TB Paru. Penulis membandingkan antara teori dengan kasus. Bab ini akan
membahas atau menganalisa tentang factor-faktor yang menghambat dan mendukung
sertaalternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
Ny. A khususnya Ny. A dengan TB Paru di RT 002 RW 012 Kelurahan Gedong
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur pada tanggal 01 – 03 Maret 2017. Dibawah ini
akan dibahas berdasarkan pendekatan proses keperawatan keluarga yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Sebelum melakukan pengkajian pada keluarga Ny. A khususnya Ny. A dengan
melakukan kontak secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang
keluarga. Penulis menjalin kerja sama dan memupuk rasa saling percaya yaitu
menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan dengan jelas pada keluarga. Penulis
menyampaikan minat untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada pada keluarga. Data yang didapat penulis adalah hasil wawancara, observasi
langsung dan pemeriksaan fisik pada keluarga Ny. A khususnya Ny. A. Dalam
hal ini semua anggota keluarga terkaji. Penulis telah melakukan pengkajian pada
keluarga Ny. A khusunya Ny. A adalah sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Friedman, yaitu dengan melakukan 2 tahap.
Pada penjajakan tahap pertama didapatkan data demografi, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stressor
dan koping keluarga serta pemeriksaan fisik dan harapan keluarga terhadap
perawatan kesehatan keluarga. Tahap pengkajian kedua didapat data kemampuan
keluarga mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, kemampuan untuk
merawat, modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Pada pengkajian keluarga Ny. A tidak ditemukan adanya perbedaan tahap
perkembangan antara teori dan kasus. Pada pengkajian keluarga Ny. A
ditemukan adanya TB paru dan Asam urat pada Ny. A hasil pengkajian ini
50
51
ditindak lanjuti oleh penulis dengan pengkajian tahap 2 untuk masing– masing
masalah kesehatan.
Setelah dilakukan penjajakan tahap kedua untuk masalah TB paru pada Ny. A di
dapatkan data keluarga belum mengenal pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala,
penyebab, cara pencegahan, cara penularan, keluarga belum mampu memutuskan
tindakan perawatan, keluarga belum mampu merawat Ny. A dengan TB paru,
keluarga belum tahu modifikasi lingkungan yang baik untuk pasien TB paru,
keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh penulis, dida
Patkan etiologi yang diangkat adalah ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Penulis tidak mengalami hambatan dalam
melakukan pengkajian, karena Ny. A selalu berada dirumah, tetapi penulis harus
menyesuaikan waktu Ny. A dan anak-anaknya yang sedang sekolah dalam
mengunjungi kembali kerumah Ny. A. Faktor pendukung yang ada dalam
melakukan pengkajian adalah adanya keterbukaan antara keluarga dengan
penulis dan hubungan saling percaya yang terjalin dengan baik.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan data – data yang dikumpulkan dan
dianalisis. Struktur diagnosa keperawatan terdiri dari problem atau masalah,
etiologi atau penyebab, symptom atau tanda dan gejala. Tipe – tipe diagnosa
keperawatan keluarga diantaranya adalah aktual, resiko, dan potensial. Pada kasus
ini terdapat 2 tipologi diagnose keperawatan yaitu resiko dan actual. Sedangkan
diagnose potensial tidak ditemukan, karena dalam waktu yang singkat, penulis
lebih memfokuskan pada masalah keluarga yang dirasakan keluarga saat ini.
Dalam membuat prioritas diagnose keperawatan keluarga, penulis mengkaitkan
dengan empat kriteria, yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah,
potensi masalah untuk dicegah, menonjolnya masalah.
Pada keluarga Ny. A ditemukan sebagai diagnosa prioritas yaitu diagnosa resiko
penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB Paru.
52
Masalah tersebut dijadikan sebagai diagnosa prioritas dengan hasil masil tertinggi
yiatu 3 2/3.
C. Perencanaan
Pada saat penyusunan rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan sistem
rencana asuhan keperawatan keluarga serta sifat masalah dan sumber-sumber
yang ada pada keluarga, perawat ,dan masyarakat untuk memecahkan masalah.
Dalam perencanaan ditentukan sasaran dan tujuan rencana tindakan serta evaluasi
yang terdiri dari kriteria dan standar evaluasi dan berdasarkan 5 tugas keluarga.
Pada saat penulis membuat perencanaan, untuk memberika penyuluhan dan cara
perawatan TB Paru penulis membuat SAP, media, lembar balik, leaflet.
Sedangkan kriteria evaluasi disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan
sumber yang dimiliki oleh keluarga. Dalam membuat prioritas diagnosa
53
Diagnosa keperawatan prioritas memiliki tujuan secara umum yaitu selama empat
kali kunjungan rumah diharapkan Diagnosa keperawatan resiko penyebaran
infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB Paru tidak
terjadi. Penetapan tujuan khusus pada kasus keluarga Ny. A yang belum terpenuhi
dalam lima tugas kesehatan keluarga yaitu tugas ke- 1, 2, 3, 4, dan 5. Penulis
berharap pada tugas ke- 2, 3, dan 4 akan semakin bertambah.
mengulang materi yang telah disampaikan secara lisan, apakah keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan yang telah penulis contohkan dan apakan
keluarga mampu menunjukan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan
secara mandiri.
Selain itu terdapat evaluasi standar yang penulis tentukan. Standar yang ada
penulis ambil dari berbagai macam buku sumber yang telah disederhanakan tata
bahasanya. Hal ini bertujuan agar mempermudah keluarga memahami isi pesan
yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan.selain tata bahasa, penulis juga
mempertimbangkan sumber buku yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk
membuat evaluasi. Sumber buka yang penulis gunakan adalah sumber buku 10
tahun terakhir ini.
D. Pelaksanaan
Penulis melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang telah disusun
dalam perencanaan. Secara umum tindakan keperawatan yang telah disusun dan
terlaksana dengan baik. Pendidikan kesehatan pada diagnose keperawatan
prioritas yang penulis lakukan bersifat promotif dan preventif karena tindakan
yang dilakukan terdiri dari mengkaji pengetahuan keluarga, menstimulasi
keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit, member
perawatan yang sesuai dengan anggota keluarga yang sakit, membantu keluarga
untuk menemukan bagaimana cara memodifikasi lingkungan yang baik,
memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada
dilingkungan tempat tinggal keluarga, mendiskusikan bersama keluarga,
mengevaluasi, memberikan reinforcement positif dan memotivasi keluarga agar
keluarga dapat menjalankan tugas kesehatan dengan baik.
55
Tujuan khusus pada tugas pertama adalah keluarga diharapkan mampu mengenal
masalah yang terdiri dari pengertian TB paru, penyebab TB paru, tanda dan gejala
TB paru, cara penularan TB paru. Tujuan khusus pada tugas kedua adalah
keluarga diharapkan mampu menyebutkan akibat lanjut dari TB paru, akibat jika
putus obat, dan keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi. Tujuan khusus pada tugas ketiga adalah keluarga
mampu menyebutkan cara pencegahan TB paru, keluarga diharapkan mampu
merawat anggota keluarga dengan TB paru dengan menutup mulut saat bersin dan
batuk, tidak meludah di sembarang tempat, jika meludah di tempat yang di isi
karbol/ lisol di buang setiap hari pada selokan atau air mengalir, Jemur tempat
tidur secara teratur minimal 1 minggu sekali, buka jendela lebar- lebar agar udara
segar dan sinar matahari dapat masuk karena kuman TB akan mati terkena sinar
matahari, lakukan batuk efektif, makan makanan yang mengandung protein
seperti ikan laut, tahu dan tempe dan tinggi kalori (TKTP). Tujuan khusus pada
tugas keempat adalah keluarga diharapkan mampu memodifikasi lingkungan
dengan menyebutkan lingkungan yang baik untuk penderita TB paru. Tujuan
khusus pada tugas kelima adalah keluarga diharapkan mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
Kelima tujuan yang telah dijabarkan diatas telah penulis laksanakan dengan baik.
Tidak ada hambatan dalam melakukan pelaksanaan. Keluaraga tidak mengalami
masalah pada proses penyerapan informasi yang diberikan seperti tidak buta
huruf. Faktor pendukung seperti keluarga kooperatif dan tampak menyerap
informasi dengan baik, karena keluarga tampak memperhatikan saat perawat
sedang memberikan penyuluhan.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan langsung pada saat penulis melakukan penyuluhan kesehatan.
Untuk evaluasi yang dilakukan pada diagnosa prioritas, tidak ada perbedaan
antara teori dan kasus, karena penulis membuat dokumentasi evaluasi formatif
dan sumatif. Penulis menggunakan strategi demonstrasi langsung, mengulang
kembali dalam penyuluhan dan memberikan leaflet sebagai informasi yang dapat
dibaca kembali. Factor yang mendukung dalam melakukan evaluasi pada keluarga
56