You are on page 1of 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan keluarga yang saat ini berkembang merupakan salah satu
bagian dari pelayanan keperawatan masyarakat. Keluarga berperan dalam
menentukan cara pemberian asuhan keperawatan yang dibutuhkan apabila ada
anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan perawatan di Rumah Sakit atau
tempat pelayanan kesehatan dapat menjadi sia-sia bila tidak didukung atau
ditindak lanjuti oleh keluarga yang merawat klien di rumah, sehingga dapat
dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
sangat berhubungan.

Pelayanan keperawatan keluarga di rumah merupakan integrasi pelayanan


keperawatan keluarga dengan pelayanan kesehatan lain. Pelayanan keperawatan
keluarga di rumah didukung kerjasama antara petugas kesehatan dengan pasien
dan anggota keluarganya

Tuberculosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk
meningitis, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama
Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan ultraviolet (Smeltzer and Bare,
2010). Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru (Depkes, 2015).

Dalam laporan WHO 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB Paru pada
tahun 2012 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien dengan HIV positif.
Sekitar 75% dari pasien tersebut berada diwilayah Afrika. Pada tahun 2012
diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000
diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB
anak diantara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000 pasien

1
2

TB anak pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB


(Pusadatin, 2013). Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru
oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4%, tidak berbeda dengan 2007.

Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua
(0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua Barat
(0.4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk ≥2 minggu sebesar
3,9% dan batuk darah 2,8%. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB
paru cenderung meningkat dengan bertambahnya umur, pada pendidikan rendah,
tidak bekerja. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan, hanya 44,4% diobati dengan obat program. Lima provinsi terbanyak
yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta (68,9%), DI.
Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa
Tengah (50,4%) (Riskesdas, 2013).

Akibat lanjut dari tuberculosis Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas
bawah) yang dapat mengakibatkan
1 kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas, kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial,
brokiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru-paru, pneumotoraks (adanya
udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain (otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya), insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Untuk dapat menanggulangi masalah pada keluarga dengan tuberculosis


diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan menggunakan proses
keperawatan dimana perawat sendiri memegang peranan penting dalam
pemberian asuhan keperawatan yaitu pada aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Pada aspek promotif perawat berperan dalam memberikan
penyuluhan dan pemahaman pada keluarga dan masyarakat tentang penyebab,
faktor resiko, cara penularan, dan tanda dan gejala serta pencegahan tuberculosis
melakukan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi yang
mengandung tinggi kalori dan tinggi protein. Selain itu, perawat juga berperan
sebagai dalam aspek preventif yakni upaya mencegah pasien dari komplikasi
3

atau keadaan yang buruk. Serta perawat juga mempunyai peran andil dalam
aspek kuratif yaitu dengan cara mengajarkan cara pembuatan obat tradisional
untuk tuberculosis, dan berkolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian
obat. Peran perawat sebagai rehabilitative perawat perlu menganjurkan kloe diet
yang bergizi yaitu tinggi kalori dan tinggi protein, dan menganjurkan kepada
keluarga untuk kembali ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya untuk
mengontrol penyakit tuberculosis.

Berdasarkan data - data diatas, penulis sangat tertarik untuk membuat makalah
ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA NY. A
KHUSUSNYA NY. A DENGAN TB PARU DI RT 002 RW 012 KELURAHAN
GEDONG KECAMATAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memperoleh gambaran nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan TB Paru

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan TB
Paru
c. Merencanakan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga dengan TB Paru
e. Melakukan evaluasi pada keluarga dengan TB Paru
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusinya
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi

C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini penulis membatasi lingkup permasalahan yaitu
pemberian asuhan keperawatan pada keluarga dengan TB Paru di RT 002 RW
4

012 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur yang dilaksanakan
dari tanggal 01 Maret – 03 Maret 2018

D. Metode Penulisan
Pada penyusunan makalah ilmiah ini metode yang digunakan adalah :
1. Metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus di mana penulis mengambil
satu kasus pada keluarga Ny. A dan diberikan asuhan keperawatan keluarga.
2. Pada saat pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara,
observasi dan melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.
3. Metode studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang
terkait dengan asuhan keperawatan keluarga.

E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,
metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II Tinjauan teori, terdiri dari
konsep maslah kesehatan Tuberculosis (TB) dan konsep keperawatan keluarga
serta asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari pengkajian keluarga,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB III tinjauan
kasus, terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan. BAB IV pembahasan, terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB V penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Tuberkulosis merupakan infeksi bakterikronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolusis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-
mediated hypersensitivity) (Wahid dan Suprapto, 2013). Tuberculosis adalah
penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis
dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meningitis, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis,
adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan ultraviolet (Smeltzer and Bare, 2010).

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri


Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru (Depkes, 2015). Jadi kesimpulan yang dapat diambil
tuberculosis itu adalah penyakit infeksi yang meyerang parenkim paru.
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan
penyakit dapat menular melalui udara.

2. Etiologi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan.
Basil mikrobakterium tersebut masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran
nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat dan
terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya senagian besar akan mengalami
penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Sedangkan
yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan

5
6

jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Sylvia, 2005 dalam
buku Wahid dan Suprapto, 2013)

3. Klasifikasi
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), klasifikasi TB Paru adalah sebagai
berikut :
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (koch
pulmonum) aktif, non aktif dan quiesecent (bentuk aktif yang
menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonaktivitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru
2) Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian paru.
3) For advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.

4. Patofisiologi
Menurut Iwan, 2007 dalam buku Wahid dan Suprapto (2013), patofisiologi
dari TB paru adalah port de’entri kuman mycobacterium tuberculosis adalah
saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit,
kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (air borne) yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi terdiri


dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan
7

disaluran hidung dan cabang besar bronkus, dan tidak menyebabkan


penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atau paru-paru, atau dibagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonulear tampak pada
tempat tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
tersebut.

Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli


yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala peneumonia
akut. Pnuemonnia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus, dan
bakteri terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh
fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

5. Manifestasi Klinis
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), gambaran klinis TB paru dapat dibagi
menjadi dua golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik :
a. Gejala respiratorik
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini. Gejala ini banyak ditemukan, batuk
ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi
lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah
(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
8

pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung


dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Gejala klinis hemoptoe :
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan
cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Batuk darah : darah dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokan,
darah berbuih bercampur udara, darah segara berwarna merah
muda, arah bersifat alkalis, anemia kadang-kadang terjadi
b) Muntah darah : darah dimuntahkan dengan rasa mual, darah
bercampur sisa makanan, darah berwarna hitam karena
bercangmpur asram lambung, darah bersifat asam, anemia sering
terjadi, benzidin test positf.
c) Epistaksis : darah menetes dari hidung, batuk pelan kadang keluar
darah, darah berwarna merah segar, darah bersifat alkalis, anemia
jarang terjadi.
3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini
ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia,
dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik
1) Demam
Biasanya subfebril yang menyerupai demam influenza. Tapi kadang-
kadang panas bahkan dapat mencapai 40ᵒC - 41ᵒC. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam
merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin
9

lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin


pendek.

2) Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak
nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan lain-lain).
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu sampai
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pnuemonia.

6. Cara penularan
Menurut Andareto (2015), cara penularan tuberculosis itu dibagai menjadi 2
antara lain :
a. Penularan secara langsung yaitu terjadi ketika saat berhadap-hadapan
dengan penderita, dapat melalui ludah dan dahak yang di keluarkan
melalui batuk dan hembusan nafas penderita.
b. Penularan secara tidak langsung yaitu dengan melalui debu, alat makanan
dan minuman yang mengandung kuman tubeculosis.

7. Komplikasi
Menurut Wahid dan Suprapto (2013). Komplikasi berikut sering terjadi pada
penderita stadium lanjut :
a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Brokiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru-paru
d. Pneumotoraks (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya
f. Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
10

8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Wahid dan Suprapto (2013). Pemeriksaan diagnostik sebagai
berikut :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah
leukosit yang sedikit meninggi dengan deferensiasi pergeseran ke
kiri, jumlah limfosit masih dibawah normal, laju endap darah mulai
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah
menurun kearah normal lagi. Pemeriksaan ini kurang mendapat
perhatian karena angka-angka positif palsu dan negatif palsunya
masih besar.
2) Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan.
Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Kriteria sputum BTA
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan, dengan kata lain diperlukan 5000 kuman
dalam 1 ml sputum.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika sedikitnya 2 dari 3


spesimen BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif
perlu dilakukan pemeriksaan SPS ulang. Apabila fasilitas
memungkinkan, maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen hasilnya negatif diberikan antibiotik spectrum
luas (misalnya : korikmoksasol atau amoksilin) selama 1-2 minggu.
Bila tidak ada perbaikan gejala klinis tetap mencurigakan TB paru,
ulangi pemeriksaan SPS, sebagai berikut : Hasil pemeriksaan SPS
positif didiagnosis TB paru BTA positif, hasil SPS negatif lakukan
11

pemeriksaan rontgenthorak dengan hasil mendung TB paru,


penderita TBC BTA (-) rontgen positif (+), hasil tidak mendukung
TBC bukan penderita TBC.
3) Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya
dipakai cara Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin
PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU
(Intermediate Strenght).

b. Foto thoraks
Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan
radiologi standar. Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi
stik top foto, oblik, togram dan lain-lain. Karakteristik radiologi yang
menunjang diagnostik antara lain : bayangan lesi radiology yang teretak
dilapangan atas paru, bayangan yang beraawan (patchy) atau bercak atau
(noduler), kelainan yang bilateral terutama bila terdapat dilapangan atas
paru, bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa
minggu, bayangan bilier.

9. Penatalaksanaan
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), penatalaksanaan terbagi menjadi 2
adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan pada TB paru selain untuk menyembuhkan atau
mengobati penderita juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan
atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan TB paru diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
1) Tahap intensif (2 bulan – 3 bulan)
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap
semua OAT, rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB
12

paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir


pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat
penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
2) Tahap lanjutan ( 4 bulan – 7 bulan)
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kumam persisten (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, inh, pirasinamid,
streptomisin, dan etambutol.sedang jenis obat tambahan adalah
kanamisin, kuinolon, makrolide dan amoksisilin + asam klavulanat,
derivat rifampisin atau INH.
Jenis dan dosis obat OAT :
1) Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90%
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini
sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu
kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5
mg/kg, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
2) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (persisten)
yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB
diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten 3 kali
seminggu.
3) Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB,
sedangakan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 35 mg/kg BB.
4) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu digunakan
13

dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75


gr/hari. Sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
5) Etambutol (E)
Bersifat sebagai bateriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untuk pengobatan intermitten 3 kali seminggu
digunakan dosis 30 mg/kg BB.

b. Penatalaksanaan Non medis


1) Mengkudu
Bahan : ¼ perasan buah mengkudu, 1 sdm air perasan jeruk nipis, 1
sdm air perasan kunyit.
Cara membuat: Ketiga bahan tersebut di campur menjadi satu dan di
rebus selama 15 menit, kemudian ramuan ini di minum 1 x/ hari
sebanyak ¼ gelas menjelang tidur.
2) Membuat penampungan dahak
Alat dan bahan membuang dan menampung dahak, yaitu: Toples
kecil beserta tutupnya, tissue, air secukupnya, karbol, betadine, pasir.
Cara : Isi toples dengan air, dengan perbandingan 1 tutup karbol dan
9 tutup air. Lalu batukan dahak ke dalam toples, tutup toples dan
diamkan sebentar, lalu buang ke air mengalir.

10. Pencegahan
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), cara pencegahan penyakit TB Paru
sebagai berikut :
a. Hidup sehat (makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olah
raga yang teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stress).
b. Bila batuk mulut ditutup
c. Jangan meludah disembarang tempat
d. Lingkungan sehat
e. Vaksinasi pada bayi
14

Pencegahan penularan :
a. Pencegahan penularan di rumah sakit
Infeksi nosokomial merupakan kuman-kuman dari orang sakit dirumah
sakit yang dapat menular pada oorang yang ada dirumah sakit baik
dokter, perawat dan pengunjung. Tingkat bahaya infeksi nosokomial ini
cukup besar, pasalnya tingkat resistensi (kekebalan) kuman terhadap obat
sudah tinggi. Jadi, jika ditularkan pada orang lain maka kumannya akan
kebal dengan beberapa obat yang diberikan. Agar tercegah dari infeksi
nosokomial ketika berkunjung ke rumah sakit sebaiknya menikuti
peraturan tetap rumah sakit sebagai pencegahan, misalnya mengikuti jam
berkunjung. Sebab diluar jam berkunjung resiko penularan infeksi
nosokomial sangat tinggi karena ada kegiatan lain misalnya pembersihan
ruangan, penggantian sprei, penggantian pembalut luka dan sebagainya.
“Rumah sakit merupakan temppat berkumpulnya sgala kuman-kuman
penyakit, jadi dilarang anak dibawah umur lima tahun dibawa ke rumah
sakit karena mereka sangat rentan terinfeksi”.
b. Pencegahan penularan dirumah
1) Jika berbicara tidak berhadapan.
2) Bila batuk mulut ditutup dan tidak meludah sembarang tempat
(ludah ditutupi tanah atau meludah ke tissue).
3) Peralatan makan harus disendirikan.
4) Ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat.

B. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga.
Menurut Friedman 2002 dalam Muhlisin (2012), keluarga adalah
kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama yang lain
saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama
dalam satu daerah yang berdekatan.
Menurut National Center for Health Statistic 1990 dalam Muhlisin
(2012), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang berhubungan dengan kelahiran,dan perkawinan, atau
adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.
15

Menurut BKKBN 1992 dalam Muhlisin (2012) keluarga adalah unit


terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.
Jadi, keluarga itu adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan
yang terdiri dari beberapa anggota keluarga dan terdapat kepala
keluarga yang tinggal bersama dibawah satu atap.

b. Tipe – tipe keluarga


Menurut Gusti (2013) tipe keluarga terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Tipe keluarga tradisional, terdiri dari :
a) Keluraga inti (Nuclear Familly)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi.
b) Keluarga besar (ekstended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubugan darah (kakek, nenek, paman, bibi,
saudara sepupu, dll).
c) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
cerai atau kehilangan pasangannya.
d) Orang tua tunggal (single parent family)
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
e) The single adult living alone
Adalah orang dewasa yag tinggal sendiri tanpa pernah
menikah.
f) The unmarried teenage mother
Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.
g) Keluarga usila (niddle age/aging couple)
Adalah suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-
duanya bekerja atau tinggal dirumah, anak-anaknya sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.
2) Tipe Keluarga Non Tradisional, terdiri dari :
a) Commune family
16

Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup


serumah.
b) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homoseksual
Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah

c. Struktur keluarga
Meurut Friedman 2002 dalam Muhlisin (2012), struktur keluarga
terdiri atas :
1) Pola dan proses komunikasi :
a) Bersifat terbuka dan jujur
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c) Berfikiran positif
d) Tidak mengulang-ngulang isi dan pendapat sendiri
2) Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan dapat bersifat formal dan informal.
Peranan dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
a) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencarri
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari masyarakat di lingkungannya.
b) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus
rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di
lingkunganny, disamping itu ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan.
c) Peranan anak
17

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan


tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif. Tipe sruktur kekuatan yaitu legitimate power
(hak), referent power (ditiru),expert power (keahlian), reward
power (hadiah), coercive power (paksa), dan affective power.
4) Nilai – nilai keluarga
a) Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman perilaku, dan pedoman bagi perkembangan norma
peraturan
b) Norma adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.

d. Peranan
Menurut Gusti (2013) Berbagai peran yang terdiri dalam keluarga,
yaitu :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencarri nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari masyarakat di lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, berperan mengurus
rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan.
18

3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

e. Fungsi keluarga
Menurut Friedman 1998 dalam Muhlisin (2012), fungsi keluarga
terdiri dari :
1) Fungsi afektif (the affective function)
fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Hal tersebut dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif.
2) Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasil perkembangan
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga.
3) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu,
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
19

seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlindung


(rumah).
5) Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga berfungsi untuk melaksanakan asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan me rawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

f. Tahap dan tugas perkembangan


1) Keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan belum mempunyai anak. Tugas perkembangan pada tahap ini,
terdiri dari
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Menetapkan tujuan bersama
c) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
e) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua)

2) Keluarga dengan anak pertama (child bearing family)


Keluarga yang menantikan dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia
30 bulan. Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar
dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi, pasangan merasa
diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada
bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri
20

belum siap menjadi ibu. Tugas perkembangan pada tahap ini,


tediri dari :
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual, dan kegiatan)
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
c) Membagi peran dan tanggung jawab bagaimana peran orang
tua dan bayi (sentuhan dan kehangatan ibu dan ayah)
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak
e) Konseling KB post partum 6 minggu
f) Menata ruang untuk anak
g) Biaya/dana child bearing
h) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

3) Keluarga denga anak pra sekolah (families with preschool)


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun
dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak-
anak pra sekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya dan
perkembangan anak pra sekolah sesuai tumbuh kembang, proses
belajar dan kontak sosial. Tugas perkembangan pada tahap ini
terdiri dari :
a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga
b) Membantu anak bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga
terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan di dalam mampu di luar keluarga
e) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak
f) Pembagian tanggung jawab
21

4) Keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama memasuki sekolah pada
usia 6 tahun sampai 12 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini
adalah:
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
b) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
c) Menyediakan aktifitas untuk anak
d) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak
e) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5) Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertma berusia 13 tahun sampai
20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
a) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasaan
yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi
b) Memelihara komunikasi terbuka
c) Memelihara hubungan intim dalam keluarga
d) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan kembang
anggota keluarga.
6) Tahap keluarga dengan anak dewasa (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak, terakhir meninggalkan rumah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
a) Memperluas keluarga ini menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
d) Mempersiapkan anak untuk hidup madiri dan menerima
kepergian anaknya
22

e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga


f) Berperan suami istri kakek dan nenek
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh
bagi anak-anaknya.

2. Asuhan Keperawatan pada Keluarga


a. Pengkajian keperawatan keluarga
Menurut Lyer et al (1996) dalam Ridwan (2016), pengkajian adalah
tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai
mengumpulkan infomasi tentang keluarga yang dibinanya. Cara
pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan dengan dengan
cara :
1) Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi keluarga dan
merupakan suatu komunikasi yang direncakan. Tujuan
komunikasi wawancara disini adalah untuk mendapatkan
informasi, meningkatkan hubungan perawat dan keluarga dalam
komuniasi, dan membantu keluarga untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan.
2) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan seperti ventilasi, penerangan dan kebersihan.
3) Study dokumentasi
Studi dokumentasi yang bisa dijadikan acuan oleh perawat antara
lain adalah KMS, kartu keluarga dan cacatan kesehatan lainnya
misalnya informasi-informasi tertulis maupun lisan dari rujukan
dari berbagai lembaga yang menangani keluarga dan dari anggota
tim keshatan lainnya.
4) Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1) Penjajakan tahap1
23

a) Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi seperti
nama kepala keluarga (KK), usia, alamat dan telepon,
pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala keluarga,
komposisi keluarga, tipe keluaga, suku bangsa, agama, status
sosial ekonomi keluarga, dan aktifitas rekreasi keluarga.
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Pada tahap perkembangan keluarga yang perlu dikaji adalah
tahapan perkembangan keluarga saat ini, tahapan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
c) Pengkajian lingkungan
Mencangkup karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan
komunitas RT maupun RW, mobiitas geografis keluarga
(kebiasaan keluarga berpindah tempat), perkumpulan keluarga
dari interaksi dengan masyarakat, system pendukung keluarga.
d) Struktur keluarga
Dalam struktur keluarga yang perlu dikaji adalah pola
komunikasi keluarga, strukur kekuatan keluarga, struktur
peran, dan nilai atau noma keluarga.
e) Fungsi keluarga
Mencakup fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan, fungsi reproduksi, serta fungsi ekonomi.
f) Stress dan koping keluarga
Mencakup stressor jangka pendek dan panjang, kemamuan
keluarga berespon terhadap situasi/stressor, strategi koping
konstrukif yang digunakan, serta strategi adaptasi
disfungsional.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakuka pada semua anggota keluarga.
h) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluara
terhadap petugas kesehatan yang ada.
24

2) Penjajakan tahap II
Kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkn masalah kesehatan
keluarga yang diangkat dari lima tugas keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

b. Diagnosa keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan keluraga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan seperti
1) Problem (masalah)
Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarganya.
2) Etiologi (penyebab)
Suatu masalah yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
kepada lima tugas keluarga.
3) Tanda dan gejala (sign and symptom)
Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak langsung.
Tipologi dalam diagnosa keperawatan meliputi :
1) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
2) Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yag
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan
aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera mendapatkan
bantuan perawat.
3) Diagnosa potensial adalah suatu keaaan sejahtera dari keluarga
ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya
dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan.
25

c. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
direcanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi
masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga.
1) Prioritas masalah keperawatan keluarga
a) Sifat masalah terdiri atas:
(1) Aktual dengan skor 3
(2) Resiko dengan skor 2
(3) Potensial dengan skor 1
b) Kemungkinan masalah untuk diubah terdiri atas :
(1) Mudah dengan skor 2
(2) Sebagian dengan skor 1
(3) Tidak dapat dengan skor 0
c) Potensial untuk dicegah terdiri atas :
(1) Tinggi dengan skor 3
(2) Cukup dengan skor 2
(3) Rendah dengan skor 1
d) Menonjolnya masalah terdiri atas :
(1) Segera ditangani dengan skor 2
(2) Tidak perlu ditangani dengan skor 1
(3) Tidak dirasakan dengan skor 0
2) Bobot
a) Sifat masalah 1
b) Kemungkinan masalah dapat diubah 2
c) Potensial masalah untuk dicegah 1
d) Menonjolnya masalah 1
Proses scoring dilakukanuntuk setiap diagnosis keperawatan :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat
b) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan
dengan bobot
Skor yang diperoleh x bobot
Skor tertinggi
26

c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan


jumlah bobot yaitu 5)
3) Perumusan tujuan keperawatan keluarga
Tujuan keperawatan keluarga terdiri atas :
a) Tujuan jangka panjang (tujuan umum)
Mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah di
keluarga
b) Tujuan jangka pendek (tujuan khusus)
Mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi. Tujuan jangka
pendek harus SMART (spesifik, measurable,achievable,
reality, time).
Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
4) Rencana tindakan ini disesuaikan dengan tugas keluarga yang
terganggu, tugas keluarga tersebut seperti :
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
c) Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit
d) Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
e) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
Hambatan yang sering digadapi oleh perawat dalam melakukan
rencana tindakan keperawatan yaitu :
a) Kurangnya informasi yang didapat keluarga
b) Tidak menyeluruh informasi yang diterima oleh keluarga
c) Informasi yang diperoleh keluarga tidak dikaitkan dengan
masalah yang dihadapi
d) Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang
sudah ada
e) Keluarga tidak mau menghadapi situasi
f) Keluarga kurang percaya pada tindakan yang diusulkan
g) Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga
27

d. Tindakan Keperawatan Keluarga


Tindakan keperawatan untuk membantu kepentingan klien dan
keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional,
psikososial, budaya dan lingkungan dimana mereka mencari bantuan.
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana untuk
mencapai tujuan yang spesifik.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
menerpkan teknik komunikasi terapeutik dan dalam pelaksanaan
tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama
tindakan perawat perlu memantau respon verbal dan non verbal.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada
Hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan yang bersumber
dari perawat yaitu, kecenderungan perawat untuk mengadakan suatu
pola pendekatan yang tetap, kurang memberikan suatu pola
penghargaan, perhatian terhadap sosial budaya, sumber perawat tidak
cukup dalam keahlian mengambil tindakan serta menggunakan
macam-macam tehnik, mengingat rumitnya masalah yang
berhubungan dengan tingkah laku dalam hidup keluarga seperti
mengulangi kesulitan antara suami dan istri.

Sedangkan hambatan yang bersumber dari keluarga yaitu, informasi


yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh sehinggga keluarga hanya
dapat melihat sebagian dari masalah, dan keluarga mau melawan
28

tekanan dari keluarga/social, keluarga tidak mau memperhatikan pola


tingkah laku kegagalan dalam mengaitkan tindakan sasaran keluarga.

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria hasil dan standar yang telah ditetapkan
untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil
sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Metode
evaluasi keperawatan yaitu :
1) Evaluasi formatif
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Sistem
penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam cacatan
kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.
2) Evaluasi sumatif
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk
cacatan naratif atau laporan ringkasan.
29

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan mengenai asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Ny.A khususnya Ny.A dengan TB Paru yang diberikan mulai 01 Maret - 03 Maret
2018. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pendekatan yang digunakan
adalah proses keperawatan mencakup lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
1. Data Dasar Keluarga
Nama kepala keluarga (KK) yaitu Ny. A berusia 47 tahun dengan pendidikan
terakhir yaitu Sekolah Dasar (SD), saat ini Ny. A bekerja sebagai pedagang,
tempat tinggal Ny. A di jalan. Ujung Gedong RT 002 RW 012, Kelurahan
Gedong, Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. An. G berusia 18 tahun
dengan pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) pekerjaan sebagai siswa,
An. P berusia 15 tahun dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pekerjaan sebagai siswa, An. R berusia 10 tahun dengan pendidikan
Sekolah Dasar (SD) pekerjaan sebagai siswa, An. R berusia 7 tahun dengan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) pekerjaan sebagai siswa.
Genogram :

Keterangan :
29
30

: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
: meninggal
: tinggal dalam satu rumah
: menikah

Tipe keluarga Ny. A adalah tipe keluarga orang tua tunggal yang terdiri ibu,
dan anak-anaknya, suaminya sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena
menderita kanker paru-paru. Ny. A berasal dari suku Betawi, bahasa yang
digunakan sehari-hari oleh keluarga adalah bahasa Indonesia, keluarga Ny. A
menganut agama Islam, dan tidak ada keluarga yang menganut agama lain.
Keluarga Ny.A selalu menjalakan kewajiban shalat 5 waktu.

Ny. A bekerja sebagai pedagang, pendapatan perbulan keluarga diatas Rp.


2.000.000,-. Ny. A mengatakan penghasilannya mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari. Ny. A mengatakan tidak punya tabungan. Ada anggota keluarga
yang membantu keuangan keluarga yaitu anak ke-2 karena anak ke-2 Ny. A
sudah bekerja dan berkerluarga.

Kegiatan rekreasi keluarga biasanya dilakukan 2 kali sebulan, waktu


senggang keluarga dimanfaatkan untuk menonton TV. Tahap perkembangan
saat ini adalah tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan), tahap
perkembangan yang belum terpenuhi adalah memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga dan pendidikan anak.

Riwayat keluarga Ny.A mempunyai penyakit TB Paru semenjak 4 bulan yang


lalu, saat dikaji pada tanggal 1 Maret 2018 klien mengatakan suaminya
meninggal 1 tahun yang lalu karena menderita Kanker Paru-Paru.

Riwayat keluarga sebelumnya Ny. A adalah hipertensi, Ny.A mengatakan


bapaknya menderita hipertensi.
31

2. Lingkungan
Jenis rumah adalah permanen, luas bangunan 16 x 6 m², luas pekarangan 5 x
6 m², status rumah yaitu rumah milik pribadi, atap rumahnya yaitu genteng,
terdapat ventilasi rumah, luas ventilasi lebih dari 10% luas lantai, cahaya
dapat masuk rumah pada siang hari, penerangan dirumah menggunakan
listrik, lantai rumah Ny.A keramik, kondisi rumah Ny. A secara keseluruhan
bersih.
Denah Rumah :

G E B

H C

F D

Keterangan :

A : teras B : ruang tamu C : kamar D : kamar

E : kamar F : kamar G : kamar mandi H : dapur

Keluarga Ny. A mempunyai tempat pembuangan sampah yang terbuka,


pengolahan sampah dengan di angkut oleh petugas. Sumber air yang
digunakan keluarga Ny. A yaitu pompa listrik, sumber air minum yang
digunakan adalah air isi ulang. Keluarga mempunyai W.C sendiri, jenis
jamban yang digunakan yaitu leher angsa, jarak antara sumber air dengan
penampungan tinja < 10 meter, keluarga Ny. A mempunyai saluran
pembuangan limbah (kotor) kondisinya tertutup, pembuangannya ke septik
tank.

Keluarga Ny. A mengikuti perkumpulan sosial dalam kegiatan dimasayarakat


setempat seperti arisan, fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat ada
seperti puskesmas dan klinik, keluarga Ny. S telah memanfaatkan fasilitas
32

kesehatan, fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga dengan


menggunakan sepeda motor.

Keluarga Ny. A tinggal dirumah yang berdekatan dengan tetangga-


tetangganya, kondisi rumah tampak bersih, ikatan sosial di lingkungannya
cukup baik, keluarga Ny. A tampak sering bertegur sapa dan berbincang-
bincang dengan tetangganya, fasilitas yang ada di lingkungan Ny. A seperti
sekolah, mesjid, gereja, klinik.

Keluarga Ny. A tinggal di rumah sendiri di RT 002 RW 012 Kelurahan


Gedong sudah 1 tahun, sebelumnya keluarga Ny. A tinggal di Cileungsi,
semenjak suaminya meninggal 1 tahun yang lalu, keluarga Ny. A pindah ke
Kelurahan Gedong.

Keluarga mengetahui perkumpulan yang ada di komunitas seperti arisan,


keluarga merasakan manfaatnya dan dapat mempererat tali silaturahmi
dengan tetangga-tetangga sekitar.

Keluarga mempunyai sistem pendukung yaitu keluarga Ny. A seperti orang


tua dan anak-anaknya. Selain itu dari tetangga seperti menjenguk tetangga
yang sedang sakit dan membantu tetangga.

3. Struktur Keluarga
a. Komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan oleh keluarga Ny. A yaitu terbuka, bila
ada masalah yang harus diselesaikan keluarga selalu menerima pendapat
keluarga lainnya.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan yang mengambil keputusan dalam keluarga yaitu
Ny. A. Karena Ny. A menjadi tulang punggung keluarga setelah
suaminya meninggal.
c. Struktur peran keluarga
Ny. A sebagai kepala keluarga, ibu dari anak-anaknya yang menafkahi
keluarganya setelah suaminya meninggal. Ny. A yang bertanggung jawab
menjaga anak-anaknya, An. G, An. P, An. R, An. R yang berperan
sebagai anak dan bertugas untuk belajar dan sekolah.
33

d. Nilai-nilai dan norma budaya


Keluarga Ny. A menganut agama islam, dengan melaksanakan kewajiban
sebagai umat islam. Tidak ada norma budaya yang bertentangan dengan
kesehatan.

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga Ny. A saling memperhatikan, saling
menyayangi anggota keluarga, dan saling menghormati. Contohnya bila
ada anggota keluarga yang sakit anggota keluarga lainnya membawa
keluarga yang sakit ke puskesmas terdekat.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny. A mengatakan sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Anak-
anaknya juga sring bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya
dirumah maupun di sekolah.
c. Fungsi reproduksi
Jumlah anak Ny. S adalah 6 orang. Ny. A sudah mengalami menopause,
jadi Ny. A tidak bisa mempunyai anak lagi.

5. Stress dan koping keluarga


Stress jangka pendek yaitu Ny. A ingin sembuh untuk pengobatan TB yang
telah berjalan 4 bulan. Stress jangka panjang yaitu keluarga memikirkan
anak-anaknya dapat bersekolah agar dapat menggapai cita-cita anaknya.
Keluarga mengatakan apabila keluarganya ada masalah maka harus segera
diselesaikan, koping keluarga masalah diselesaikan dengan cara
bermusyawarah.

6. Pemeriksaan fisik
Ny. A tanda-tanda vital 110/ 70 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 20
x/menit, suhu 36,5ᵒ C, CRT < 2 detik, tinggi badan 142 cm, berat badan 52
kg, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, tidak memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan
mulut bersih dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, dada simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan
34

tidak ada asites, bising usus 15 x/menit, ekstremitas atas pada tangannya
sering pegal-pegal, kebas, tidak ada kelainan pada tangannya dan ekstremitas
bawah terdapat kelainan, kakinya pegal-pegal, kulit elastis dan tidak ada lesi.
Ny. A sering merasa lemas. Pemeriksaan gula darah sewaktu 97 mg/dL, asam
urat 3,4 mg/dL. Kesimpulan klien mempunyai penyakit TB Paru dalam
pengobatan, dan memiliki riwayat penyakit asam urat.

An. G tanda-tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu
36,5ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi badan 145 cm, berat badan 50 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.

An. P tanda-tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 70 x/menit, suhu
36ᵒC, CRT < 3 detik, tingg badan 145 cm, berat badan 45 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.

An. R tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu
36,7ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi badan 120 cm, berat badan 30 kg, kulit kepala
bersih dan tidak ada lesi, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak
memakai kacamata, tidak ada sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih
dan tidak ada sariawan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dada
simetris, bunyi jantung I dan II (lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada
asites, bising usus 10x/menit, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan,
kulit elastis dan tidak ada lesi. Kesimpulan : klien sehat.
35

An. R tanda-tanda vital : nadi 80 x/menit, suhu 36,7ᵒC, CRT < 3 detik, tinggi
badan 120 cm, berat badan 15 kg, kulit kepala bersih dan tidak ada lesi,
konjungtiva ananemis, sklera anikterik, tidak memakai kacamata, tidak ada
sumbatan pada hidung, keadaan mulut bersih dan tidak ada sariawan, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, dada simetris, bunyi jantung I dan II
(lup-dup), abdomen lembek dan tidak ada asites, bising usus 10x/menit,
ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan, kulit elastis dan tidak ada lesi.
Kesimpulan : klien sehat

7. Harapan keluarga
Keluarga berharap agar penyakitnya terpantau dan perawat dapat membantu
mengatasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga Ny. A dengan TB Paru
dan Ny. A dengan riwayat asam urat.

8. Fungsi perawatan kesehatan (penjajakan tahap II)


a. TB Paru
1) Mengenal masalah
Keluarga mengatakan penyakit yang di deritanya itu penyakit paru,
klien mengatakan tidak tahu TB Paru dan TBC itu sama, Ny. A
mengatakan sering lemas, keluarga tidak tahu penyebab TB paru.
2) Mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan tidak tahu akibat lanjut dari penyakitnya,
keluarga mengatakan penyakitnya berbahaya dan harus segera
ditangani.
3) Merawat anggota keluarga
Ny. A mengatakan minum obat TB Paru secara teratur seperti
Rifampicin 3 x seminggu (senin, rabu, jum’at), Vitamin B12 2 x 1
hari, Vitamin B6 2 x 1 hari, Vitamin B Complex 2 x 1 hari, Vitamin
B1 2 x 1 hari, Gualfenesin 2 x 1 hari, Piroxicam 2 x 1 hari.
4) Merawat lingkungan
Klien tamapak tidak membuka jendela tetapi pintu selalu terbuka pada
siang hari dan keadaan rumah tidak lembab.
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
36

Keluarga mengatakan teratur rawat jalan ke puskesmas untuk


pengobatan TB Paru.
b. Asam Urat
1) Mengenal masalah
Keluarga mengatakan kaki sering pegal terutama bagian sendi-
sendinya, di jari-jari tangan sering nyeri dan kebas (skala nyeri : 3),
dan apabila terasa nyeri klien hanya beristirahat sebentar, klien
mengatakan punya riwayat penyakit asam urat dari 1 tahun yang lalu.
2) Mengambil keputusan keluarga untuk merawat
Keluarga mengatakan tidak tahu akibat lanjut dari asam urat, dan Ny.
A mengatakan pegal-pegal hanya karena kelelahan.
3) Merawat anggota keluarga
Keluarga mengatakan asam urat tidak boleh makan sayur-sayuran
yang hijau seperti kangkung, kacang-kacangan.
4) Memelihara lingkungan
Klien mengatakan tidak tahu cara memodifikasi lingkungan pada
penderita asam urat.
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan apabila klien nyeri hanya di pijit-pijit sendiri
dan di cek asam urat ke puskesmas hanya sewaktu Ny. A kontrol TB
Paru ke puskesmas.

9. Analisa data
No. Data Diagnosa
1. - Keluarga mengatakan penyakit yang di Resiko penyebaran
deritanya itu penyakit paru infeksi pada keluarga
- Klien mengatakan tidak tahu TB Paru Ny. A khususnya pada
dan TBC itu sama Ny. A berhubungan
- Ny. A mengatakan sering lemas dengan ketidakmampuan
- Keluarga tidak tahu penyebab TB paru keluarga merawat
- Keluarga mengatakan tidak tahu akibat anggota keluarga dengan
lanjut dari penyakitnya TB Paru
- Keluarga mengatakan penyakitnya
37

berbahaya dan harus segera ditangani


- Ny. A mengatakan minum obat TB
Paru secara teratur seperti Rifampicin 3
x seminggu (senin, rabu, jum’at),
Vitamin B12 2 x 1 hari, Vitamin B6 2 x
1 hari, Vitamin B Complex 2 x 1 hari,
Vitamin B1 2 x 1 hari, Gualfenesin 2 x
1 hari, Piroxicam 2 x 1 hari.
- Keluarga mengatakan teratur rawat
jalan ke puskesmas untuk pengobatan
TB Paru.
- Keluarga mengatakan pendidikan
terakhirnya SD
DO :
- Klien tampak tidak membuka jendela
tetapi pintu selalu terbuka pada siang
hari, pintu dan keadaan rumah tidak
lembab
2. DS : Resiko nyeri berulang
- Keluarga mengatakan kaki sering pegal pada keluarga Ny. A
terutama bagian sendi-sendinya, di jari- khususnya pada Ny. A
jari tangan sering nyeri dan baal (skala berhubungan dengan
nyeri : 3) ketidakmampuan
- Klien mengatakan apabila terasa nyeri keluarga merawat
klien hanya beristirahat sebentar anggota keluarga dengan
- Klien mengatakan punya riwayat Asam Urat
penyakit asam urat sejak 1 tahun yang
lalu
- Keluarga mengatakan tidak tahu akibat
lanjut dari asam urat
- Ny. A mengatakan pegal-pegal hanya
karena kelelahan.
- Keluarga mengatakan asam urat tidak
38

boleh makan sayur-sayuran yang hijau


seperti kangkung, kacang-kacangan
- Klien mengatakan tidak tahu cara
memodifikasi lingkungan pada
penderita asam urat.
- Keluarga mengatakan apabila klien
nyeri hanya di pijit-pijit sendiri
- di cek asam urat ke puskesmas hanya
sewaktu Ny. A kontrol TB Paru.
DO :
- Kadar asam urat = 3,4 mg/dl

B. Diagnosa keperawatan
1. Penapisan masalah
a. TB paru
Diagnosa keperawatan : Resiko penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A
khususnya pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan TB Paru
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Ny. A mengatakan sering
Aktual (3) lemas
2. Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Pengetahuan keluarga tentang
masalah dapat TB paru kurang. Ekonomi
diubah : dalam keluarga cukup dan
Sebagian (1) keluarga mempunyai tabungan
untuk kesehatan yaitu BPJS.
Ada perawat yang membina
keluarga Ny. A dan jarak ke
puskesmas dekat dengan
mengendarai sepeda motor.
3. Potensi 1 2/3 x 1 = 2/3 Belum terjadi komplikasi pada
masalah untuk penyakit TB paru, klien
dicegah : mengatakan sudah melakukan
39

Cukup (2) pengobatan selama 5 bulan,


klien mengatakan sudah rawat
jalan di puskesmas untuk
pengobatan TB paru, Ny. A
mengatakan minum obat TB
Paru secara teratur seperti
Rifampicin 3 x seminggu
(senin, rabu, jum’at), Vitamin
B12 2 x 1 hari, Vitamin B6 2 x
1 hari, Vitamin B Complex 2 x
1 hari, Vitamin B1 2 x 1 hari,
Gualfenesin 2 x 1 hari,
Piroxicam 2 x 1 hari, klien
mengatakan ada kelompok
yang beresiko adanya
penularan yaitu anak-anak
yang satu rumah.
4. Menonjolnya 1 2/2 x 1 = 1 Ny. A mengatakan
masalah : penyakitnya berbahaya dan
Masalah berat harus segera diobati
harus segera
ditangani (2)
Jumlah 3 2/3

b. Asam Urat
Resiko nyeri berulang pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan Asam Urat
No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan kaki
Aktual (3) sering pegal terutama
bagian sendi-sendinya, di
jari-jari tangan sering nyeri
40

dan kebas (skala nyeri : 3)


2. Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan
masalah dapat belum tahu pengertian,
diubah : penyebab, tanda dan gejala
Sebagian (1) asam urat. Ekonomi dalam
keluarga cukup dan
keluarga mempunyai
tabungan untuk kesehatan
yaitu BPJS. Ada perawat
yang membina keluarga Ny.
A dan jarak ke puskesmas
dekat dengan mengendarai
sepeda motor.
i3. Potensi 1 2/3 x 1 = 2/3 Asam urat belum terjadi
masalah untuk komplikasi, Ny. A
dicegah : mengetahui penyakit asam
Cukup (2) urat yaitu kaki sering pegal
terutama bagian sendi-
sendinya, di jari-jari tangan
sering nyeri dan baal (skala
nyeri : 3), klien mengetahui
memiliki riwayat asam urat
semenjak 5 bulan yang lalu,
klien mengatakan sudah
mengurangi makan kacang-
kacangan dan sayur-
sayuran, klien melakukan
cek asam urat apabila
sedang ke puskesmas. Ada
faktor resiko yaitu anak-
anaknya
4. Menonjolnya 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
masalah : penyakit ini hanya karena
41

Masalah tidak kelelahan dan dapat hilang


dirasakan (0) apabila istirahat.
Jumlah 2 2/3

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan TB paru
b. Resiko nyeri berulang pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan asam urat

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi


Pada bab ini akan diuraikan perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi
untuk setiap diagnosa keperawatan prioritas.
Diagnosa keperawatan : Resiko penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A
khususnya pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan TB Paru
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan 3 kali kunjungan rumah, diharapkan resiko penyebaran infeksi
pada Ny. A khusunya Ny. A tidak terjadi.
Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan1 x 30 menit kunjungan, keluarga mampu
mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan untuk cara perawatan TB
paru pada anggota keluarga dengan cara keluarga mampu menyebutkan
menjelaskan pengertian menyebutkan penyebab TB paru, menyebutkan tanda dan
gejala TB paru, mengidentifikasi tanda dan gejala TB paru, menyebutkan cara
penularan TB paru, mengidentifikasi penularan TB paru.
Kriteria : respon verbal dan afektif
Standar : Keluarga mampu menyebutkan pengertian TB paru adalah penyakit
infeksi atau peradangan pada paru. Keluarga mampu menyebutkan penyebab TB
paru adalah mycobacterium tuberculosis. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6
tanda dan gejala dari TB paru yaitu : batuk berdahak/ tidak berdahak secara terus
menerus selama 3 minggu atau lebih, demam, berat badan menurun, nyeri dada /
42

sesak napas, batuk bercampur darah bercampur darah, berkeringat pada malam
hari. Keluarga mampu menyebutkan cara penularan TB paru : langsung: kuman
masuk secara langsung dari penderita saat bicara, berhadapan, berciuman dan
bersin, tidak langsung: melalui ludah atau dahak penderita yang dibuang di
sembarang tempat dan kuman berpindah melalui udara. Keluarga mampu
mengindentifikasi proses penularan TBC di anggota keluarga.
Perencanaan keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian TB paru
4. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala TB Paru
yang di derita oleh keluarga.
5. Berikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga,
Pelaksanaan keperawatan tangal 02 Maret 2018, pukul 08.30 :
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang pengertian TB paru
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian TB paru menggunakan
lembar balik.
3. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang pengertian TB Paru
4. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala TB
paru yang diderita oleh anggota keluarga.
5. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang di berikan keluarga.

Evaluasi keperawatan tanggal 02 Maret 2018, pukul 09.00 WIB


S : klien mengatakan penyakit TB itu adalah penyakit peradangan pada paru,
klien mengatakan penyebab TB paru karena bakteri, keluarga menyebutkan
tanda dan gejala TB paru yaitu batuk bercampur darah, demam lebih dari 3
minggu, sesak nafas, berkeringat pada malam hari. Keluarga mengatakan cara
penularan TB itu karena berbicara berhadapan, batuk, dan membuang dahak
dimana saja.
O : keluarga mampu menjelaskan pengertian TB paru dengan benar, klien dapat
menjelaskan penyebab TB paru, keluarga dapat menyebutkan tanda dan
gejala 4 dari 6 tanda dan gejala TB paru, keluarga mampu mengidentifikasi
43

tanda dan gejala TB paru pada anggota keluarga. Keluarga dapat


menyebutkan cara penularan TB paru
A : keluarga Ny. A mampu mengenal masalah kesehatan TB paru.
P : lanjutkan TUK II

Tujuan Khusus II
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit kunjungan, keluarga
mampu untuk merawat anggota keluarga dengan TB paru dengan cara keluarga
mampu menyebutkan akibat lanjut dari TB paru jika tidak diatasi segera, dan
keluarga menyatakan akan merawat anggota keluarga yang menderita TB Paru.
Kriteria : respon verbal
Standar :
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat lanjut dari TB paru yaitu :
hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah), kolaps dari lobus,
brokiektasis (peleburan bronkus setempat), pneumotoraks (adanya udara didalam
rongga pleura), penyebaran infeksi ke organ lain seperti : otak, tulang,
persendian, ginjal, insufisiensi kardio pulmoner. Keluarga mampu menyebutkan
2 dari 3 akibat jika putus obat, yaitu : penyakit kambuh lagi, jangka waktu
berobat lebih lama, sulit sembuh karena kuman kebal terhadap obat. Keluarga
memutuskan untuk merawat Ny. A dengan masalah TB paru.

Perencanaan :
1. Kaji pengetahuan mengenai akibat lanjut dari TB paru
2. Diskusikan dengan keluarga akibat lanjut dari TB paru
3. Tanyakan kembali akibat lanjut dari TB paru
4. Berikan reiforcement positif atas kemampuan keluarga menjawab
5. Diskusikan dengan keluarga akibat tidak merawat anggota keluarga dengan
TB paru
6. Tanyakan kembali tentang keinginan keluarga merawat anggota keluarga
dengan TB paru
7. Berika reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga dengan TB paru

Pelaksanaan tanggal 02 Maret 2018, pukul 09.00 WIB


44

1. Mengkaji pengetahuan keluarga mengenai akibat lanjut dari TB paru


2. Mendiskusikan dengan keluarga akibat lanjut dari TB paru
3. Menanyakan kembali akibat lanjut dari TB paru
4. Memberikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga menjawab

Evaluasi keperawatan tanggal 02 Maret 2018, pukul 09.15 WIB


S : Klien mengatakan akibat lanjut TB paru adalah perdarahan pada saluran nafas
bawah, pnuemotoraks, dan penyebaran infeksi. Keluarga menyebutkan
apabila putus obat maka akan penyakit kambuh lagi dan berobatnya masih
lama
O : Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat lanjut dari TB paru. Keluarga
mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat lanjut apabila putus obat
A : Keluarga Ny. A mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan TB paru
P : Lanjutkan TUK III

Tujuan Khusus III :.


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 25 menit kunjungan, keluarga
mampu untuk merawat anggota keluarga dengan TB paru dengan cara keluarga
mampu menyebutkan cara pencegahan TB paru, dan cara perawatan anggota
keluarga dengan TB paru. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat
obat tradisional rebusan buah mengkudu.
Kriteria : respon verbal, afektif dan psikomotor
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 cara pencegahan TB Paru,
yaitu : hidup sehat (makan-makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olah raga
yang teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stress), bila batuk mulut
ditutup, menjaga lingkungan yang sehat, vaksinasi pada bayi. Contohnya : BCG,
jika berbicara tidak berhadapan, bila batuk mulut ditutup dan tidak meludah
sembarang tempat (ludah ditutupi tanah atau meludah ke tissue), peralatan makan
harus disendirikan, ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat. Keluarga
mampu menyebutkan 5 dari 9 cara menutup mulut waktu bersin atau batuk, jemur
tempat tidur secara teratur minimal 1 minggu sekali, buka jendela lebar- lebar agar udara
segar dan sinar matahari dapat masuk karena kuman TB akan mati terkena sinar
matahari, lakukan batuk efektif, makan-makanan yang mengandung protein : seperti ikan
45

laut, tahu dan tempe dan tinggi kalori (TKTP), minum obat secara teratur selama 6- 8
bulan, olah raga secara teratur minimal 3x/ minggu, istirahat yang cukup, tidur siang 2
jam dan tidur malam 8 jam. Keluarga dapat menyebutkan bahan pembuat obat
tradisional serta mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional, yaitu: bahan:
¼ perasan buah mengkudu, 1 sdm air perasan jeruk nipis, 1 sdm air perasan
kunyit. Cara membuat: Ketiga bahan tersebut di campur menjadi satu dan di
rebus selama 15 menit, kemudian ramuan ini di minum 1 x/ hari sebanyak ¼
gelas menjelang tidur. Keluarga dapat menyebutkan alat dan bahan membuang
dan menampung dahak, yaitu: bahan-bahan yang digunakan seperti toples kecil
beserta tutupnya, air secukupnya karbol, betadine, pasir, cara : isi toples dengan
air, dengan perbandingan 1 tutup karbol dan 9 tutup air. Lalu batukan dahak ke
dalam toples, tutup toples dan diamkan sebentar, lalu buang ke air mengalir.

Perencanaan keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan TB paru
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan TB paru
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang cara pencegahan dari TB paru
4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga
5. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
6. Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
7. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
8. Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar
9. Demonstrasikan kepada keluarga cara membuat obat tradisional
10. Beri kesempatan keluarga untuk mencoba membuat obat tradisional
11. Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan

Pelaksanaan keperawatan tanggal 01 Maret 2018, pukul 09.15


1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan TB paru
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan TB Paru dengan
menggunakan lembar balik
3. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang cara pencegahan dari TB Paru
4. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga
5. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara perawatan dari
hipertensi
46

6. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan dari TB paru dengan


menggunakan lembar balik
7. Menyakan kembali kepada keluarga tentang cara perawatan dari TB paru
8. Memberika reinforcement positif atas jawaban yang benar
9. Mendemonstrasikan kepada keluarga cara membuat obat tradisional
10. Memberi kesempatan keluarga untuk mencoba membuat obat tradisional
11. Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan

Evaluasi keperawatan tgl 03 Maret 2018, pukul 09.40 WIB


S : Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 8 cara pencegahan penularan TB paru,
yaitu dengan cara : menutup mulut waktu bersin atau batuk, tidak meludah di
sembarang tempat, buka jendela yang lebar agar ada pergantian udara, jaga
lingkungan yang sehat, makan-makanan yang bergizi, menghindari rokok.
Keluarga mengatakan sudah mengerti cara pengobatan tradisional. Keluarga
mampu menyebutkan 5 dari 9 cara perawatan menutup mulut saat batuk dan
bersin, jemur tempat tidur setiap 1 minggu sekali, makan-makanan yang bergizi,
olah raga, dan buka jendela tiap hari.
O : Klien mampu menyebutkan 5 dari 8 pencegahan TB paru, klien mampu
mendemonstrasikan cara pengobatan tradisional.
A : Keluarga Ny. A mapu merawat anggota keluarga dengan TB paru.
P : Lanjutkan TUK IV

Tujuan khusus IV :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x20 menit kunjungan, keluarga
mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk penderita TB paru, keluarga
mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan aman bagi anggota keluarga
yang menderita TB paru, keluarga mampu menyebutkan cara-cara memodifikasi
lingkungan yang sehat dan aman bagi anggota keluarga yang menderita TB paru,
dan melakukan modifikasi lingkungan yang sehat dan aman bagi penderita TB
paru.
Kriteria : Respon verbal
Standar : Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi
lingkungan yang baik bagi penderita TB paru yaitu: ruangan tidak boleh lembab
jaga kebersihan rumah dan buka jendela setiap pagi hari, jemur tempat tidur
47

dibawah panas matahari. Pada kunjungan terencana keluarga melakukan


tindakan modifikasi lingkungan
Perencanaan keperawatan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara modifikasi lingkungan untuk
TB paru
2. Diskusikan dengan keluarga tentang cara modifikasi lingkungan untuk TB
paru
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang cara modifikasi lingkungan untuk
TB paru
4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat

Pelaksanaan tanggal 03 Maret 2018, pukul 08.00 WIB


1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara modifikasi lingkungan
untuk TB Paru
2. Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara modifikasi lingkungan untuk
TB paru dengan menggunakan lembar balik
3. Menanyakan kembali kepada keluarga tentang cara modifikasi lingkungan
untuk TB paru
4. Memberi reinforcement positif atas jawaban yang tepat

Evaluasi tanggal 03 Maret 2018, pukul 08.20 WIB


S : Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan yang
baik bagi penderita TB paru yaitu: rumah tidak boleh lembab jaga
kebersihan rumah dan buka jendela setiap pagi hari.
O : Klien mampu menyebutkan 2 dari 3 dari cara memodifikasi lingkungan
A : Keluarga Ny. A mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk penderita
TB paru
P : Lanjutkan TUK V

Tujuan Khusus V :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit kunjungan,
keluarga mampu menyebutkan manfaat kunjungan kefasilitas kesehatan,
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, keluarga mampu
menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
48

Kriteria : Respon verbal, afektif, psikomotor


Standar : Keluarga dapat menyebutkan 1 dari 2 manfaat kunjungan fasilitas
kesehatan, yaitu : mendapatkan obat TB paru, penyuluhan / informasi tentang
nutrisi makanan untuk penderita TB paru. Keluarga mampu membawa anggota
keluarga anggota keluarga dengan TB paru apabila batuk lebih dari 3 minggu
disertai demam kondisi bertambah parah, adanya kartu berobat

Perencanaan Keperawatan :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungidengan menggunakan lembar balik.
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan.
4. Motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang menderita
hipertensi apabila kondisinya tidak dapat ditangani di rumah.
5. Temani anggota keluarga ke klinik, puskesmas, atau RS bila diperlukan
6. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga.

Pelaksanaan keperawatan tanggal 03 Maret 2018, pukul 08.20


1. Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungi.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang dapat dikunjungidengan menggunakan lembar balik.
3. Tanyakan kembali kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan.
4. Motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga yang menderita
hipertensi apabila kondisinya tidak dapat ditangani di rumah.
5. Temani anggota keluarga ke klinik, puskesmas, atau RS bila diperlukan
6. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga

Evaluasi keperawatan tanggal 03 Maret 2018, 08.35 WIB


S : Keluarga mengatakan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu
mendapatkan pelayanan kesehatan, mendapatkan pengobatan TB paru.
Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu
49

puskesmas, klinik, rumah sakit. Keluarga mengatakan mampu memanfaatkan


pelayanan kesehatan dengan cara membawa anggota keluarga dengan TB paru
apabila kondisi anggota keluarga bertambah parah.
O : Keluarga dapat menjelaskan menjelaskan 1 dari 2 manfaat fasilitas
kesehatan, keluarga, keluarga dapat menyebutkan 3 dari 3 memanfaatkan
fasilitas kesehatan, keluarga mamapu menfaatkan fasilitas kesehatan
A : Keluarga mampu memafaatkan fasilitas kesehatan
P : Rencana tindakan di hentikan.
50

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang asuhan keperawatan pada keluarga Ny. A khususnya Ny.
A dengan TB Paru. Penulis membandingkan antara teori dengan kasus. Bab ini akan
membahas atau menganalisa tentang factor-faktor yang menghambat dan mendukung
sertaalternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
Ny. A khususnya Ny. A dengan TB Paru di RT 002 RW 012 Kelurahan Gedong
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur pada tanggal 01 – 03 Maret 2017. Dibawah ini
akan dibahas berdasarkan pendekatan proses keperawatan keluarga yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Sebelum melakukan pengkajian pada keluarga Ny. A khususnya Ny. A dengan
melakukan kontak secara langsung untuk mendapatkan informasi tentang
keluarga. Penulis menjalin kerja sama dan memupuk rasa saling percaya yaitu
menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan dengan jelas pada keluarga. Penulis
menyampaikan minat untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada pada keluarga. Data yang didapat penulis adalah hasil wawancara, observasi
langsung dan pemeriksaan fisik pada keluarga Ny. A khususnya Ny. A. Dalam
hal ini semua anggota keluarga terkaji. Penulis telah melakukan pengkajian pada
keluarga Ny. A khusunya Ny. A adalah sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Friedman, yaitu dengan melakukan 2 tahap.

Pada penjajakan tahap pertama didapatkan data demografi, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stressor
dan koping keluarga serta pemeriksaan fisik dan harapan keluarga terhadap
perawatan kesehatan keluarga. Tahap pengkajian kedua didapat data kemampuan
keluarga mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, kemampuan untuk
merawat, modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Pada pengkajian keluarga Ny. A tidak ditemukan adanya perbedaan tahap
perkembangan antara teori dan kasus. Pada pengkajian keluarga Ny. A
ditemukan adanya TB paru dan Asam urat pada Ny. A hasil pengkajian ini

50
51

ditindak lanjuti oleh penulis dengan pengkajian tahap 2 untuk masing– masing
masalah kesehatan.

Setelah dilakukan penjajakan tahap kedua untuk masalah TB paru pada Ny. A di
dapatkan data keluarga belum mengenal pengertian, klasifikasi, tanda dan gejala,
penyebab, cara pencegahan, cara penularan, keluarga belum mampu memutuskan
tindakan perawatan, keluarga belum mampu merawat Ny. A dengan TB paru,
keluarga belum tahu modifikasi lingkungan yang baik untuk pasien TB paru,
keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh penulis, dida
Patkan etiologi yang diangkat adalah ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit. Penulis tidak mengalami hambatan dalam
melakukan pengkajian, karena Ny. A selalu berada dirumah, tetapi penulis harus
menyesuaikan waktu Ny. A dan anak-anaknya yang sedang sekolah dalam
mengunjungi kembali kerumah Ny. A. Faktor pendukung yang ada dalam
melakukan pengkajian adalah adanya keterbukaan antara keluarga dengan
penulis dan hubungan saling percaya yang terjalin dengan baik.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan data – data yang dikumpulkan dan
dianalisis. Struktur diagnosa keperawatan terdiri dari problem atau masalah,
etiologi atau penyebab, symptom atau tanda dan gejala. Tipe – tipe diagnosa
keperawatan keluarga diantaranya adalah aktual, resiko, dan potensial. Pada kasus
ini terdapat 2 tipologi diagnose keperawatan yaitu resiko dan actual. Sedangkan
diagnose potensial tidak ditemukan, karena dalam waktu yang singkat, penulis
lebih memfokuskan pada masalah keluarga yang dirasakan keluarga saat ini.
Dalam membuat prioritas diagnose keperawatan keluarga, penulis mengkaitkan
dengan empat kriteria, yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah,
potensi masalah untuk dicegah, menonjolnya masalah.

Pada keluarga Ny. A ditemukan sebagai diagnosa prioritas yaitu diagnosa resiko
penyebaran infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB Paru.
52

Masalah tersebut dijadikan sebagai diagnosa prioritas dengan hasil masil tertinggi
yiatu 3 2/3.

Etiologi yang ada pada diagnosa keperawatan keluarga merupakan gambaran


kemampuan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga apabil terganggu lebih dari
satu tugas penulis menggunakan etiologi pada tugas ketiga yaitu ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, sedangkan bila yang terganggu
hanya satu tugas penulis menggunakan etiologi yang paling dominan.

Keluarga Ny. A belum mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga


yang menderita TB paru, keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang
menderita TB paru, keluarga belum mampu memelihara lingkungan yang baik
untuk keluarga yang menderita TB Paru. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada keluarga Ny. A ada tiga tugas yang terganggu yaitu
kemampuan keluarga mengambil keputusan, melakukan perawatan untuk TB
Paru, dan memelihara lingkungan yang baik untuk penderita TB Paru.

Dari hasil tersebut etiologi yang diangkat adalah ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit. Saat melakukan perumusan diagnosa
keperawatan keluarga, penulistidak mengalami kesulitan karena keluarga sangat
kooperatif pada saat penjajakan tahap 1 dan tahap 2 sehingga memudahkan
pembuatan diagnosa keperawatan keluarga.

C. Perencanaan
Pada saat penyusunan rencana tindakan keperawatan dibuat berdasarkan sistem
rencana asuhan keperawatan keluarga serta sifat masalah dan sumber-sumber
yang ada pada keluarga, perawat ,dan masyarakat untuk memecahkan masalah.
Dalam perencanaan ditentukan sasaran dan tujuan rencana tindakan serta evaluasi
yang terdiri dari kriteria dan standar evaluasi dan berdasarkan 5 tugas keluarga.

Pada saat penulis membuat perencanaan, untuk memberika penyuluhan dan cara
perawatan TB Paru penulis membuat SAP, media, lembar balik, leaflet.
Sedangkan kriteria evaluasi disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan
sumber yang dimiliki oleh keluarga. Dalam membuat prioritas diagnosa
53

keperawatan keluarga, penulis mengaitkan dengan 4 krteria yaitu sifat masalah,


kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah, dan
menonjolnya masalah. Diagnosa keperawatan resiko penyebaran infeksi pada
keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan TB Paru. Sifat yang muncul adalah
resiko dengan pembenaran sifat masalah resiko dibuktikan dengan Ny. A
mengatakan sering lemas.

Kemungkinan masalah dapat diubah adalah sebagian dengan pembenarannya


yaitu pengetahuan keluarga tentang TB paru kurang, ekonomi dalam keluarga
cukup dan keluarga mempunyai tabungan untuk kesehatan yaitu BPJS, ada
perawat yang membina keluarga Ny. A dan jarak ke puskesmas dekat dengan
mengendarai sepeda motor. Potensi masalah untuk dicegah cukup karena Belum
terjadi komplikasi pada penyakit TB paru, klien mengatakan sudah melakukan
pengobatan selama 5 bulan, klien mengatakan sudah rawat jalan di puskesmas
untuk pengobatan TB paru, Ny. A mengatakan minum obat TB Paru secara teratur
seperti Rifampicin 3 x seminggu (senin, rabu, jum’at), Vitamin B12 2 x 1 hari,
Vitamin B6 2 x 1 hari, Vitamin B Complex 2 x 1 hari, Vitamin B1 2 x 1 hari,
Gualfenesin 2 x 1 hari, Piroxicam 2 x 1 hari, klien mengatakan ada kelompok
yang beresiko adanya penularan yaitu anak-anak yang satu rumah. Dalam
menonjolnya masalah yaitu masalah berat harus segera ditangani dikarenakan Ny.
A mengatakan penyakitnya berbahaya dan harus segera diobati.

Diagnosa keperawatan prioritas memiliki tujuan secara umum yaitu selama empat
kali kunjungan rumah diharapkan Diagnosa keperawatan resiko penyebaran
infeksi pada keluarga Ny. A khususnya pada Ny. A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB Paru tidak
terjadi. Penetapan tujuan khusus pada kasus keluarga Ny. A yang belum terpenuhi
dalam lima tugas kesehatan keluarga yaitu tugas ke- 1, 2, 3, 4, dan 5. Penulis
berharap pada tugas ke- 2, 3, dan 4 akan semakin bertambah.

Penetapan evaluasi kriteria yang penulis tetapkan berdasarkan pencapaian yang


diinginkan. Terdapat tiga jenis criteria yaitu respon verbal, psikomotor dan
afektif. Ketiga criteria ini dapat dinilai dengan melihat apakah keluarga mampu
54

mengulang materi yang telah disampaikan secara lisan, apakah keluarga mampu
mendemonstrasikan cara perawatan yang telah penulis contohkan dan apakan
keluarga mampu menunjukan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan
secara mandiri.

Selain itu terdapat evaluasi standar yang penulis tentukan. Standar yang ada
penulis ambil dari berbagai macam buku sumber yang telah disederhanakan tata
bahasanya. Hal ini bertujuan agar mempermudah keluarga memahami isi pesan
yang disampaikan dalam penyuluhan kesehatan.selain tata bahasa, penulis juga
mempertimbangkan sumber buku yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk
membuat evaluasi. Sumber buka yang penulis gunakan adalah sumber buku 10
tahun terakhir ini.

Penulis tidak mengalami hambatan dalam menyusun perencanaan untuk


mengatasi masalah TB paru, namun pada keluarga ditemukan hambatan pada
perencanaan yaitu keluarga masih mempertahankan pola kebiasaan yang sudah
ada. Salah satu hal yang dilakukan oleh keluarga adalah sering mengkonsumsi
ikan asin dan sambal terasi. Faktor pendukung yang ada adalah keluarga yang
kooperatif dalam bekerja sama menyususn rencana tindakan ini. Penyusunan
perencanaan disesuaikan dengan sumber dana yang ada pada keluarga.

D. Pelaksanaan
Penulis melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang telah disusun
dalam perencanaan. Secara umum tindakan keperawatan yang telah disusun dan
terlaksana dengan baik. Pendidikan kesehatan pada diagnose keperawatan
prioritas yang penulis lakukan bersifat promotif dan preventif karena tindakan
yang dilakukan terdiri dari mengkaji pengetahuan keluarga, menstimulasi
keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit, member
perawatan yang sesuai dengan anggota keluarga yang sakit, membantu keluarga
untuk menemukan bagaimana cara memodifikasi lingkungan yang baik,
memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada
dilingkungan tempat tinggal keluarga, mendiskusikan bersama keluarga,
mengevaluasi, memberikan reinforcement positif dan memotivasi keluarga agar
keluarga dapat menjalankan tugas kesehatan dengan baik.
55

Tujuan khusus pada tugas pertama adalah keluarga diharapkan mampu mengenal
masalah yang terdiri dari pengertian TB paru, penyebab TB paru, tanda dan gejala
TB paru, cara penularan TB paru. Tujuan khusus pada tugas kedua adalah
keluarga diharapkan mampu menyebutkan akibat lanjut dari TB paru, akibat jika
putus obat, dan keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota
keluarga dengan hipertensi. Tujuan khusus pada tugas ketiga adalah keluarga
mampu menyebutkan cara pencegahan TB paru, keluarga diharapkan mampu
merawat anggota keluarga dengan TB paru dengan menutup mulut saat bersin dan
batuk, tidak meludah di sembarang tempat, jika meludah di tempat yang di isi
karbol/ lisol di buang setiap hari pada selokan atau air mengalir, Jemur tempat
tidur secara teratur minimal 1 minggu sekali, buka jendela lebar- lebar agar udara
segar dan sinar matahari dapat masuk karena kuman TB akan mati terkena sinar
matahari, lakukan batuk efektif, makan makanan yang mengandung protein
seperti ikan laut, tahu dan tempe dan tinggi kalori (TKTP). Tujuan khusus pada
tugas keempat adalah keluarga diharapkan mampu memodifikasi lingkungan
dengan menyebutkan lingkungan yang baik untuk penderita TB paru. Tujuan
khusus pada tugas kelima adalah keluarga diharapkan mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan.

Kelima tujuan yang telah dijabarkan diatas telah penulis laksanakan dengan baik.
Tidak ada hambatan dalam melakukan pelaksanaan. Keluaraga tidak mengalami
masalah pada proses penyerapan informasi yang diberikan seperti tidak buta
huruf. Faktor pendukung seperti keluarga kooperatif dan tampak menyerap
informasi dengan baik, karena keluarga tampak memperhatikan saat perawat
sedang memberikan penyuluhan.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan langsung pada saat penulis melakukan penyuluhan kesehatan.
Untuk evaluasi yang dilakukan pada diagnosa prioritas, tidak ada perbedaan
antara teori dan kasus, karena penulis membuat dokumentasi evaluasi formatif
dan sumatif. Penulis menggunakan strategi demonstrasi langsung, mengulang
kembali dalam penyuluhan dan memberikan leaflet sebagai informasi yang dapat
dibaca kembali. Factor yang mendukung dalam melakukan evaluasi pada keluarga
56

adalah keluarga yng kooperatif dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan


sehingga mempermudah penulis untuk melakukan evaluasi,

You might also like