You are on page 1of 22

1

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI TERHADAP


PERTUMBUHAN HANJELI (Coixlacryma-jobi L.)

PAPER

OLEH:
TRI REPSI KRISMA
170301086
AGROTEKNOLOGI-2A

LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN UNIT DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
2

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI TERHADAP


PERTUMBUHAN HANJELI (Coixlacryma-jobi L.)

PAPER

OLEH:
TRI REPSI KRISMA
170301086
AGROTEKNOLOGI-2A

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Dasar Agronomi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN UNIT DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
3

Nama : Tri Repsi Krisma


NIM : 170301086
Program Studi : Agroteknologi-2A
Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhdap Pertumbuhan
Tanaman Hanjeli ( Coix lacryma-jobi L. )

Diketahui Oleh:
Dosen Penanggung Jawab

( Ir.Asil Barus,MS )
NIP: 195404241982031005

Asisten Koordinator

( S yukur Faosokhi Telaumbanua )


NIM : 130301253

Diperiksa Oleh Diperiksa Oleh


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

( Martha Uli Sitorus ) ( Heppy O Pasaribu )


NIM : 140301208 NIM: 150301146
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktu yang sudah ditentukan.

Adapun judul dari laporan ini adalah “ Pengaruh Pemberian Pupuk

Hayati Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hanjeli

(Coix lacryma-jobi L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman Unit Dasar Agronomi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pengajar mata kuliah Dasar Agronomi yaitu ; Ir. Meiriani, MP ;

Ir. Rosita Sipayung, MP ; Ir. Arsil Barus, M.Si ; Ir. Mariati, M.Sc ;

Ir. Revandy I.M Damanik, M.Si, M.Sc, Ph.D ; Ferry Ezra Sitepu, SP, M.Si ; serta

kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarah yang membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan di paper selajutnya. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih. Penulis berharap paper ini bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Medan, Maret 2018

Penulis
5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 5
Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
Kegunaan Penulisan .................................................................................. 7

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Hanjeli ( Coix lacryma-jobi L. ) ................................... 8
Syarat Tumbuh Tanaman Hanjeli ( Coix lacryma-jobi L. )
Iklim ................................................................................................. 9
Tanah ................................................................................................ 10

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN HANJELI ( Coix lacryma-jobi L. )
Pupuk Hayati ............................................................................................. 12
Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Hayati ................................................ 13
Dosis Pemberian Pupuk Hayati ................................................................. 14
Teknik Pengaplikasian Pupuk Hayati ....................................................... 16
Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Perumbuhan Tanaman
Hanjeli ( Coix lacryma-jobi L. ) .............................................................. 17

KESIMPULAN .................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20


6

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jali (Coix lacryma-jobiL.; Poaceae) merupa-kan salah satu jenis tanaman

serealia yang potensial untuk diversifikasi pangan sumber karbohidrat.Tanaman

ini sudah dikenal lama oleh masyarakat lokal di Indonesia. Sekarang, jali

merupakan tana-man palawija yang mulai ditinggalkan petani bahkan hampir

punah padahal di tahun 1980-an masih ba-nyak dijumpai ditanam di pematang-

pematang sawah di banyak tempat di Pulau Jawa ( Winarso, 2005 ).

Ketersediaan hara bagi tanaman dalam dosis yang tepat dan pada saat yang

tepat sangat diper-lukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi

tanaman.Berkaitan dengan hal terse-but.maka tahap pertumbuhan tanaman

penting diper-hatikan.supaya pupuk yang diberikan tepat sasaran.Tahap

pertumbuhan hanjeli menjadi 4 bagian.Tahap pertama adalah perkecam-bahan

(perkecambahan dan pemunculan daun); tahap ke-2 vegetatif (pembentukan

anakan.Pembentukan tunas samping); tahap ke-3 reproduktif (pembentukan bunga

dan biji) dan tahap ke-4 pema-tangan biji sampai panen.Tahap pertumbuhan vege-

tatif dan generatif pada hanjeli juga dapat terjadi secara bersamaan, artinya pada

saat tanaman sedang mengalami fase generatif atau masa berbunga dan menarik

dengan harga cukup tinggi ( Simanungkalit et al., 2006 ).

Kandungan nutrisi hanjeli yang cukup tinggi saat ini masih belum dapat

dimanfaatkan secara optimal.Hal ini dikarenakan pengembangan hanjeli sendiri

belum maksimal. Para petani masih setengah hati untuk menanam hanjeli karena

permintaan hanjeli belum setinggi sebagaimana produk serealia yang lain seperti

beras, jagung gandum dan kacang–kacangan. Pemanfaatan hanjeli oleh petani


7

masih terken-dala dengan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan

peralatan pengolahan pasca panen lainnya.Perkembangan dan pertumbuhan

tanaman hanjeli ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang

berpengaruh antara lain populasi tanaman dan tersedianya unsur hara bagi

tanaman ( Waluyo, 2009 ).

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman memerlukan berbagai macam

unsur hara yang biasanya didapatkan dari tanah, namun karena unsur hara yang

berada di dalam tanah ber-jumlah sangat minim, terutaman untuk unsur hara yang

sering diolah, maka diperlukan unsur hara tambahan yang dapat diberikan melalui

pemupukan. Pupuk adalah input yang tidak bisa dilepaskan pada pertanian

modern, khusus-nya dengan adanya teknik budidaya baru dan kultivar yang

produksinya tinggi ( Utomo et al., 2016 ).

Untuk menggunakan pupuk secara efisien terdapat beberapa faktor antara

lain pemilihan pupuk yang tepat dalam bentuk, jumlah dan sumber pupuk.

Pemberian pupuk harus diberi-kan secara berimbang dan sesuai dengan kebutuhan

tanaman agar mendapatkan hasil yang optimal.Sama seperti tanaman lainnya,

hanjeli memerlukan unsur hara yang cukup.Ketersediaan unsur hara merupakan

salah satu factor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi tanaman, hal ini

dapat terpenuhi apabila dosis yang berikan tepat ( Suprapto dan Marzuki, 2005 ).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian pemberian pupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman

hanjeli (Coix lacryma-jobi L.).


8

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman

Unit Dasar Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan.


9

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi hanjeli (Coix lacryma-jobiL.) adalah Kingdom : Plantae; Divisi

: Spermatophyta ; Kelas : Monocotyledonae ; Ordo : Poales ; Famili : Poaceae ;

Genus : Coix : Spesies : Coix lacryma-jobiL.( Prihartini, 2016 ).

Akar hanjeli adalah akar serabut disebut homoriz, yaitu akarnya sejenis

dan panjangnya relatif sama. Batangnya tegak beruas-ruas dan berisi (tidak

berongga.Hanjeli memiliki percabangan samping (cabang lateral) yang disebut

dengan srisip. Srisip muncul dari ketiak daun, mulai dari buku terendah Daun

hanjeli besar dan melebar panjangnya 8 cm sampai 100cm, lebar daun 1,5 –5,0 cm

( Syukur dan Rifianto, 2014 ).

Jali merupakan rumpun setahun, rumpunnya banyak, batangnya tegak dan

besar, tinggi 1-3 m, akarnya kasar dan sulit dicabut.Letak daunnya berseling,

helaian daun berbentuk pita, ukuran daun 8-100×1,-5 cm, ujung daun runcing,

pangkalnya memeluk batang, tepinya rata ( Sundara et al., 2002 ).

Daun tunggal, besar, lebar, berpelepah, tepi berbulu halus, helaian daun

memita sampai membundar telur-melanset, tepi daun kasar, permukaan atas halus

atau kasap.Daun memiliki panjang 30-45 cm/10-50 cm dan lebar 2-5 cm/3-5 cm,

ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, kasap, hijau ( Simanungkalit, 2001 ).

Perbungaan dengan bunga betina bertumpuk, bunga jantan seakan tumbuh

dari bunga betina teratas, bunga betina dikelilingi sebuah daun

pelindung.Perbungaan di ketiak daun paling atas, soliter atau terdiri dari 2-7

berkas, putih atau kebiruan, mengandung 2 tandan. Bunga jantan dalam kelompok
10

kecil memanjang (1,5-5 cm) yang muncul dari pembukaan yang sama. Setiap

bunga jantan memiliki panjang 6-10 mm, memiliki tiga benang sari berwarna

kuning. Bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopak bersegi tiga, hijau kekuningan,

benang sari cokelat, pangkal putik putih, ujung putih kecokelatan, hijau

( Suliasih et al., 2010 ).

Buah bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan kekerasannya, diameter

±1 cm, biasanya berwarna abu-abu, kuning-merah tua, atau keunguan, pada saat

masih muda hijau kekuningan, setelah tua ungu keputih-putihan.Buah berbentuk

air mata, halus, mengilap, seperti manik (5-15 x 6-10 mm) biasanya menjadi keras

dan berubah hitam saat matang.Buah berwarna putih, abu-abu kebiruan, cokelat

keabu-abuan, kuning, oranye, kemerahan, atau kehitaman.Buah lunak atau keras,

berisi jali. Jali berwarna merah tua untuk yang berkulit keras, atau merah muda

untuk yang berkulit lunak ( Bashyal, 2011 ).

Biji berkelompok dalam daun mengarpu pada tangkai batang sepanjang 3-

6 cm dan berisi bagian jantan dan betina yang terpisah. Bunga betina berbentuk

bulat atau bulat telur, kehijauan, dengan lubang kecil di bagian atas, dengan dua

stigma.Tandan betina mengandung buliran yang duduk, buliran dengan 1 floret,

tandan jantan dengan sekitar 10 buliran yang menyirap dan muncul berpasangan

atau tiga-tiga, satu dari bulir mempunyai tangkai panjang; buliran melanset

sampai menjorong, mengandung 1-2 floret jantan (Danapriatna et al., 2010 ).

Syarat Tumbuh

Iklim

Asal usul tanaman ini tidak diketahui secara pasti namun tanaman ini

tersebar luas di Asia Selatan dan Asia Timur. Jali merupakan tumbuhan berhari
11

pendek danmembutuhkan suhu tinggi, curah hujan yang melimpah, tanah yang

cukup subur, dan lebih menyukai sinar matahari harian yang pendek.Di daerah

tropis, jenis ini dapat tumbuh dari permukaan laut sampai pada ketinggian 2000 m

dpl.Jali dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah dan toleran

terhadap suhu dingin, tanah asam, ataupun basa ( Gardner dan Mitchell, 2001 ).

Pertumbuhan optimal akan diperoleh melalui budidaya pada lahan

bertanah liat, pasir atau vulkanis dengan kandungan unsur hara tinggi. Ketinggian

lahan untuk mencapai pertumbuhan optimal antara 500 s/d 700 m dpl.Lahan untuk

budidaya jali memerlukan pengolahan ringan.Penanaman dilakukan dengan

membuat larikan untuk menaruh biji, baru kemudian ditimbun tanah

( Goenadi, 2006 ).

Jali mampu beradaptasi di daerah tropis kering dengan suhu sekitar 25-

35oC. Jali juga mampu beradaptasi di daerah tropis kering dengan suhu sekitar 25-

35oC .Penyebaran jali di Jawa antara 1-1000 m dpl.Seringkali, jali juga ditemukan

tumbuh meliar di daerah-daerah payau, rawa, sepanjang sungai, daerah lahan

basah, dan saluran air di pinggir jalan. Di Afrika, jali sering dijumpai di daerah

pedesaan dan tegalan yang ditinggalkan ( Hanafiah et al., 2007 ).

Tanah

Komoditas ini mempunyai wilayah adaptasi yang cukup luas mulai lahan

subur hingga lahan marginal.Dapat dibudidayakan dilahan tegalan yang kering

atau lahan sawah tadah hujan. Tanah yang cocok untuk tanaman hanjeli yaitu :

andosol (berasal dari gunung api), latosol (liat/lempung), grumusol, dan tanah

berpasir. Derajat keasaman pH tanah yang baik untuk hanjeli adalah 4,3 – 7,3

dengan drainase yang baik ( Hasanuddin, 2003 ).


12

Tanah ideal bagi tanaman hanjeli adalah gembur, subur, dan berdrainase

baik, pH tanah 5,6-7.0 , jenis tanah yang dapat ditoleran ditanami jagung adalah

andosol, latosol dengan syarat pH harus memadai untuk ditanami, ketersediaan air

baik, kemiringan tanah kurang dari 8 % ( Indrayati dan Umar, 2011 ).

Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal aku rumah bagi

tanaman.Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung, pertumbuhan

dan kehidupan tanaman.Tanah sebagai media bercocok tanam memiliki beberapa

kekurangan, yaitu bekerja tidak bersih, penggunaan nutrient oleh tanaman kurang

efisien, banyak gulma, dan pertumbuhan tanaman kurang terkontrol

( Isnaini, 2006 ).
13

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.)

Pupuk Hayati

Pupuk hayati didefinisikan sebagai substans yang mengandung

mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rhizosfir atau bagian dalam tanaman

dan memacu pertumbuhan tanaman dengan jalan meningkatkan pasokan

ketersediaan hara primer dan atau stimulus pertumbuhan tanaman target, bila

dipakai pada benih, permukaan tanaman, atau tanah (Prihartini, 2016).

Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup

yang aktivitasnya dapat menyuburkan tanah. Pupuk hayati terdapat mikroba yang

memiliki peranan positif bagi tanaman. Pupuk hayati yang mengandung

mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas

tanaman melalui peningkatan aktivitas biologi yangakhirnya dapat berinteraksi

dengan sifat fisik dan kimia tanah ( Kader et al., 2002 ).

Mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang dapat

menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K),

mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman (Hanafiah et al., 2007). Mikroba

penting penyusun pupuk hayati diantaranya Bacillus sp., Pseudomonas sp., adalah

bakteri pelarut fosfat, Rhizobium sp., Azotobacter sp., Azospirillum sp., dan

Acetobacter sp., sebagai penambat nitrogen. Celulomonas sp., Lactobacillus sp.,

mikroorganisme perombak bahan organik dan mikroba penghasil antibiotic

maupun hormon pertumbuhan ( Lakitan, 2004 ).

Azotobacter menunjukkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan

kontrol. strain mutan dari Azotobacter menunjukkan peningkatan yang lebih

tinggi di produksi gandum sebesar 12,6% (Kumar et al., 2001). Peran Azotobacter
14

antara lain untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman, mempermudah

penyerapan hara bagi tanaman, membantu dekomposisi bahan organik,

menyediakan lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan

mendukung pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman

( Lingga dan Marsono, 2004 ).

Pupuk Hayati meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tingkat

kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan membantu memperluas

fungsi sistem perakaran dalam memperoleh nutrisi. Secara khusus, fungi mikoriza

berperan penting dalam meningkatkan penyerapan ion dengan tingkat mobilitas

rendah, seperti fosfat (PO43-) dan amonium (NH4+)dan unsur hara tanah yang

relatif immobil lain seperti belerang (S), tembaga (Cu), seng (Zn), dan juga Boron

(B) ( Mezuan et al., 2002 ).

Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Hayati

Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan berdasarkan respon positif terhadap

peningkatan efektivitas dan efisiensi pemupukan sehingga dapat menghemat biaya

pupuk dan penggunaan tenaga kerja. Teknologi yang dapat digunakan adalah

penerapan pupuk mikroba (microbial fertilizer). Istilah pupuk hayati digunakan

sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang

dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi

tanaman ( Winarso,2005 ).

Pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme hidup yang aktivitasnya

dapat merombak bahan organik atau pupuk organik yang tidak tersedia untuk

tanaman. Pupuk hayati juga mengandung mikroorganisme yang daoat


15

menyediakan unsur hara yang yang terjerap di dalam tanah dan meningkatkan

kesuburan tanah.(Syukur dan Rifianto, 2014 ).

Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan kemampuan adaptasi

tanaman terhadap lingkungan, baik dalam bentuk penyerapan air maupun

penyerapan unsur hara, selain itu juga dapat memperbaiki absorbsi nutrisi bagi

tanaman dan dapat mengurangi stres dari serangan patogen akar. Pemberian

mikoriza dapat meningkatkan penyerapan hara secara efektif ( Waluyo, 2009 ).

Pupuk hayati meningkatkan efisiensi pupuk kimia (pada setiap

penambahan dosis pupuk hayati telah meningkatkan hasil), meningkatkan hasil

dan kualitas dan membawa lebih banyak keuntungan kepada petani Memfasilitasi

tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman

terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh

mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing

tanah ( Utomo et al., 2016 ).

Kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan

pati, translokasi gula, aktifitas enzym dan pergerakan stomata. Peningkatan bobot

dan kandungan gula pada tongkol dapat dilakukan dengan cara mengefisienkan

proses fotosintesis pada tanaman dan meningkatkan translokasi fotosintat ke

bagian tongkol. Selain itu unsur kalium juga mempunyai peranan dalam mengatur

tata air di dalam sel dan transfer kation melewati membran (Simanungkalit, 2001).

Dosis Pemberian Pupuk Hayati

Satu hektar lahan dibutuhkan 3 liter pupuk hayati Biomax Grow dan air

hingga 150 liter . Kalium merupakan salah satu unsur hara pupuk anorganik yang
16

diperlukan tanaman, selain nitrogen, fosfor, dan unsur lainnya Jumlah K

yangterlindi bervariasi antara 90-238 kg/ha ( Suliasih dan Muharam, 2010 ).

Petani umumnya memupuk jali menggunakan pupuk organik sebanyak 2

ton/ha dan NPK sebanyak 200kg/ha .Hasil penelitian sebe-lumnya yang dilakukan

oleh Qosim et al (2013) menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan jali pada

dosis NPK (15-15-15) sebanyak 200 kg atau 300 kg dikombinasikan dengan

perlakuan bakteri pelarut fosfat menunjukkan hasil jumlah biji per tanaman dan

bobot biji per plot yang tinggi pada beberapa genotif jali yang diuji

( Sundara dan Hari, 2002 ).

Sampai umur 13 MST hanjeli masih menunjukkan pertumbuhan

vegetatif.Oleh sebab itu pemberian pupuk urea sebanyak 2 kali yakni pada umur 5

MST dan 9 MST adalah tepat.Hanjeli yang ditanam di area pertanaman jati (umur

jati 2 tahun) masih dalam fase vegetatif sampai umur 11 MST sedangkan

perbungaannya pertama kali muncul pada bagian pucuk batang utama pada umur

2-3.5 bulan setelah tanam (BST) disusul kemudian dari tunas samping

( Suprapto dan Marzuki, 2005 ).

Dalam praktek pemupukan tanaman, selain jenis pupuk, dosis dan

pemupukan ulang yang harus diperhatikan, maka pemberian pupuk yang berlebih-

an juga perlu dihindari. Pemupukan berlebihan selain boros dari sisi ekonomi juga

dapat memberikan pengaruh kurang baik bagi tanaman ( Lakitan, 2004 ).

Dalam pengelolaan hara K, makna pertama sangat relevan dengan

pemanfaatan sisa-sisa tanaman atau limbah pertanian, misalnya jerami padi,

brangkasan jagung, dan brangkasan kedelai. Berdasarkan rata-rata produktivitas

tanaman, padi dengan hasil 4,7 t/ha menyerap 122,4 kg K/ha, jagung 2,7 t/ha
17

mengambil 49,7 kg K/ha, dan kedelai 1,2 t/ha mengangkut 25,6 kg K/ha

( Goenadi, 2006 ).

Teknik Pengaplikasian Pupuk Hayati

Aplikasi pupuk hayati dilaksanakan dua kali dalam budidaya jagung manis

yaitu pada saat tanam dan 4 MST. Satu hektar lahan dibutuhkan 3 liter Biomax

Grow dan air hingga 150 liter . Kalium merupakan salah satu unsur hara pupuk

anorganik yang diperlukan tanaman, selain nitrogen, fosfor, dan unsur lainnya

( Indrayati dan Umar, 2011 ).

Sebelum dilakukan aplikasi pupuk hayati dilakukan kalibrasi pada petak

percobaan. Kebutuhan air untuk satu petak adalah 4 liter sehingga dosis pupuk

hayati yang digunakan adalah 80 ml. Penggunaan mikoriza dapat meningkatkan

kemampuan adaptasi tanaman terhadap lingkungan, baik dalam bentuk

penyerapan air maupun penyerapan unsur hara, selain itu juga dapat memperbaiki

absorbsi nutrisi bagi tanaman dan dapat mengurangi stres dari serangan patogen

akar ( Lingga dan Marsono, 2004 ).

Sampai umur 13 MST hanjeli masih menunjukkan pertumbuhan

vegetatif.Oleh sebab itu pemberian pupuk urea sebanyak 2 kali yakni pada umur 5

MST dan 9 MST adalah tepat.Hanjeli yang ditanam di area pertanaman jati (umur

jati 2 tahun) masih dalam fase vegetatif sampai umur 11 MST sedangkan

perbungaannya pertama kali muncul pada bagian pucuk batang utama pada umur

2-3.5 bulan setelah tanam (BST) disusul kemudian dari tunas samping

( Hanafiah dan Ghofar, 2007 ).

Pengelolaan unsur hara, terutama K, menganut azas "berikan secukupnya

dan berlaku hemat".Berikan secukupnya bermakna pupuk K dapat di-berikan


18

sesuai kebutuhan, bergantung pada jenis dan status K tanah, jenis tanaman, dan

tingkat hasil yang ingin dicapai.Ketersediaan hara K perlu dicermati karena

adanya fenomena konsumsi "mewah" (luxuryconsumption), yakni tanaman

menyerap K melebihikebutuhan untuk pertumbuhan optimumnya.Kelebihan K

yang diserap tanamankurang bermanfaat bagi peningkatan pertumbuhan/ hasil

sehingga terjadi pemborosan ( Isnaini, 2006 ).

Kalium dalam tanah sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena K

merupakan unsur hara yang mobil dan sangat peka terhadap pencucian, terutama

di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi. Kalium diserap tanaman dalam

jumlah yang cukup besar atau bahkan kadang-kadang melebihi jumlah nitrogen

terutama pada tanaman umbi-umbian, walaupun K tersedia terbatas

( Kader dan Hoque, 2002 ).

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Hanjeli ( Coix lacryma-jobi L. )

Pemberian pupuk hayati pada Hanjeli dapat mempengaruhi tanaman

menjadi lebih tinggi, jumlah daun semakin banyak, tingkat kehijauan daun

menjadi lebih hijau, indeks luas daun semakin luas produksi perpetak semakin

besar, dan populasi mikroba baik jamur dan bakteri semakin banyak

( Bashyal, 2011 ).

Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan kemampuan adaptasi

tanaman hanjeli terhadap lingkungan, baik dalam bentuk penyerapan air maupun

penyerapan unsur hara, selain itu juga dapat memperbaiki absorbsi nutrisi bagi

tanaman dan dapat mengurangi stres dari serangan patogen akar.Pemberian

mikoriza dapat meningkatkan penyerapan hara secara efektif. ( Waluyo, 2009 ).


19

Pupuk Hayati meningkatkan pertumbuhan tanaman hanjeli pada tingkat

kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan membantu memperluas

fungsi sistem perakaran dalam memperoleh nutrisi. Secara khusus, fungi mikoriza

berperan penting dalam meningkatkan penyerapan ion dengan tingkat mobilitas

rendah, seperti fosfat (PO43-) dan amonium (NH4+)dan unsur hara tanah yang

relatif immobil lain seperti belerang (S), tembaga (Cu), seng (Zn), dan juga Boron

(B) ( Sundara dan Hari, 2002 ).

Azotobacter menunjukkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan

kontrol. strain mutan dari Azotobacter menunjukkan peningkatan yang lebih

tinggi di produksi sebesar 12,6% (Kumar et al., 2001). Peran Azotobacter antara

lain untuk membantu penyediaan hara bagi tanaman hanjeli, mempermudah

penyerapan hara bagi tanaman hanjeli, membantu dekomposisi bahan organik,

menyediakan lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan

mendukung pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman hanjeli

( Prihartini, 2016 ).

Melalui pemupukan diharapkan akar tanaman akan mendapatkan suplai

unsur hara yang cukup, sehingga tanaman hanjeli dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Kalium merupakan salah satu unsur hara pupuk anorganik yang

diperlukan tanaman, selain nitrogen, fosfor, dan unsur lainnya ( Winarso, 2005 ).
20

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk hayati pada Hanjeli dapat mempengaruhi tanaman menjadi

lebih tinggi, jumlah daun semakin banyak,produksi perpetak semakin

meningkat.

2. Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman

hanjeli terhadap lingkungan, baik dalam bentuk penyerapan air maupun

penyerapan unsur hara.

3. Pupuk Hayati meningkatkan pertumbuhan tanaman hanjeli pada tingkat

kesuburan tanah yang rendah, lahan terdegradasi dan membantu memperluas

fungsi sistem perakaran dalam memperoleh nutrisi.

4. Peran Azotobacter dalam pupuk hayati antara lain untuk membantu penyediaan

hara bagi tanaman hanjeli, mempermudah penyerapan hara bagi tanaman

hanjeli, membantu dekomposisi bahan organik.

5. Pupuk hayati dapat menyebabkan akar tanaman hanjeli mendapatkan suplai

unsur hara yang cukup, sehingga tanaman hanjeli dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik.


21

DAFTAR PUSTAKA

Bashyal. L. N. 2011. Response of Cauliflower to nitrogen Fixing Biofertilizer and

Graded Levels of Nitrogen. The Jurnal of Agriculture and Environment.


12 : 41—50

Danapriatna, N., R. Hindersah dan Y. Sastro. 2010. Pengembangan pupuk hayati

Azotobacter DAN Azospirillum untuk meningkatkan produktivitas dan


efisiensi penggunaan pupuk N di atas 15 % pada tanaman padi. Badan
litbang Departemen pertanian. Bekasi.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 2001. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.

Goenadi, D.H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan berbasis Hayati dari
Cawan Petri ke Lahan Petani Edisi Pertama. Yayasan John Hi-Tech
Idetama. Jakarta..

Hanafiah, K. A. N, Napoleon. Ghofar. 2007. Biologi Tanah : Ekologi dan


Makrobiologi Tanah : Edisi 1-2. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam sistim


pengendalian penyakit tumbuhan secara terpadu. Medan.

Indrayati, L dan S, Umar. 2011. Pengaruh Pemupukan N,P, K, dan Bahan Organik
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam
Bergambut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Banjarbaru. Jurnal
Agrista. 15 (3) : 94—101.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik, Untuk Keuntungan Ekonomi dan


Kelestarian Bumi. Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Kader, M. A, M. H. Mian dan M. S. Hoque. 2002. Effect of Azotobacter inoculant

on yield and nitrogen uptake by wheat. OnLine J.Bio. Sci. 2 (4) : 259 -261.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Lingga dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Redaksi Agromedia.


Jakarta.

Mezuan, I.P. Handayani, E. Inoriah. 2002. Penerapan Formulasi Pupuk Hayat


Untuk Budidaya Padi Gogo. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4(1)
27-34.

Moelhayadi, Y., M.U. Harun, Munandar, R. Hayati, N. Gofar. 2012. Pemanfaata


Berbagai Jenis Pupuk Hayati Pada Budidaya Tanaman Jagun (Zea mays.
22

L) Efisien di Lahan Kering Marginal. Jurnal Laha Suboptimal. 1 (1) :


31—39.

Prihartini,K., 2016. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Anorganik Tunggal


Dan Pupuk Hayati . Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung

Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia: Suatu


Pendekatan Terpadu. Bul. Agrobio. 4(2):56--61.

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta., r. Saraswati., D. Setyorini., W.


Hertatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Suliasih, S. Widiawati, A. Muharam.2010. Aplikasi Pupuk Organik dan Bakter


Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat da
Aktivitas Mikroba. Jurnal Hortikultura. 20 (3) : 242—246.

Sundara. B, V. Natarajan, K. Hari.2002. Influence Of Phosphorus Solubilizing


Bacteria On The Changes In Soil Available Phosphorus And Sugarcane
And Sugar Yields. Field Crops Research. 77 (1) 43-49

Suprapto, H. Dan S. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syukur, M. dan A, Rifianto. 2014. Jagung Manis. Jakarta. Penebar Swadaya.


Jakarta

Utomo,M., T. Sabrina, Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, Wawan. 2016.


Ilmu Tanah Dasar-dasar Pengelolaan. Kencana Prenadamedia Group.
Jakarta.

Waluyo. L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta: UMM Press.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Edisi
Pertama. Gava Media. Yogyakarta.

You might also like