Professional Documents
Culture Documents
8 Deus Bab 2
8 Deus Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Water Treatment pada PT.IPMOMI menggunakan system Reverse
Osmsis (RO) yaitu kebalikan dari Osmisis. Di mana Osmisis adalah fenomena
peristiwa alam yang terjadi air menembus melalui membran semi permiabel.
Air menembus membran dari solusi rendah ke solusi tinggi dan akan mengalir
terus menerus hingga tekanan osmosisnya sama. Gaya yang terjadi pada
peristiwa osmosis disebut gaya osmosis. Sedangkan Reverse Osmosis terjadi
saat pada tekanan osmosis berlebih yang digunakan pada solusi tinggi diberi
tekanan yang menyebabkan air menembus melalui membran dari solusi tinggi
ke solusi rendah.
6
Hypochlorite untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme dalam air. Tujuan
dari Mixing Chamber ini adalah untuk memastikan bahwa semua bahan kimia
yang diinjeksikan tercampur rata dengan air laut sebelum air tersebut dialirkan
ke In-Filter DAF. Seperti Gambar 2.3 sebagai berikut:
b. In-Filter DAF
Terdapat empat tanki In-Filter DAF A, B, C dan D dengan dua
kompartemen pada tiap tanki. Prinsip In-Filter DAF adalah mengkombinasikan
antara proses pemisahan flok dengan sistem flokulasi dan penyaringan air
dengan menggunakan sistem filtrasi dalam satu tanki.
Selain itu tanki ini juga memiliki dua Saturation Vessel A dan B,
fungsinya untuk menginjeksikan ribuan Saturated Bubbles yang berupa
campuran antara air (± 10 – 15 %) dengan udara ke dalam tanki, tujuannya
untuk memaksimalkan terjadinya proses flokulasi di dalam tanki. Air di
Saturation Vessel didapat dari Filtered Water Pit yang dipompa dengan
menggunakan Recycle Pump berkapasitas 31.3 m3/jam @ 666 kPa, sedangkan
udaranya disuplai oleh Pressure Regulator Valve 500 kPa.
Pada In-Filter DAF terjadi dua proses berbeda didua tempat yang
berbeda tetapi masih dalam satu tanki.
7
1. Proses pertama terjadi pada permukaan tanki yaitu proses flokulasi,
dimana koagulan-koagulan yang sudah terbentuk di Mixing Chamber
kemudian menyatu membentuk flok-flok yang besar dan terakumulasi di
permukaan tanki, jika lapisan flok sudah tebal, lapisan ini kemudian akan
over flow ke Sludge Collecting dan kemudian dialirkan ke Seawater
Scrubber. Proses over flow dari lapisan flok ini disebut Desludging,
Desludging dilakukan tiap 1-2 jam pengoperasian, tergantung dari tebal-
tipisnya lapisan flok yang terbentuk. Proses Desludging menggunakan
Sludge Cutting Sprays, cara kerjanya yaitu air dispray dari pinggir tanki
sehingga lapisan flok terdorong menuju Sludge Collecting. Spray ini
diletakkan di perbatasan antara air yang mengandung flok (permukaan)
dan air yang tidak mengandung flok (di tengah) fungsinya untuk
membatasi antara air yang akan dibuang dengan air yang akan mengalir
melewati filter, sehingga flok-flok yang sudah terbentuk tidak akan
bercampur lagi dengan air yang akan melewati filter.
2. Proses kedua terjadi dibagian bawah tanki, yaitu proses filtrasi. Air yang
tidak mengandung partikel tersuspensi dialirkan ke bawah melewati filter
yang berupa lapisan pasir dan kerikil, fungsinya untuk menyaring air dari
partikel tersuspensi yang masih tersisa, mikroorganisme dan zat-zat
organic. Dari sini air dikumpulkan di Filtered Water Pit yang terletak
dibagian bawah In-Filter DAF, selain akan dialirkan ke proses
selanjutnya air ini juga digunakan untuk suplai air di Saturation Vessel
dan untuk Backwash. Proses Backwash dilakukan setiap 24 jam sekali,
biasanya Backwash dilakukan setelah Desludging. Udara dispray dari
bawah lapisan filter dengan menggunakan Air Scours Blower
berkapasitas 529 m3/jam @ 40 kPa, fungsinya untuk melonggarkan
lapisan pasir dan kerikil yang tercampur dengan partikel, setelah itu baru
air dipompa dengan menggunakan Backwash Pump berkapasitas 529
m3/jam @ 150 kPa dari Filtered Water Pit untuk membersihkan dan
membawa partikel yang terakumulasi di filter tersebut, kemudian air
8
hasil Backwash tersebut dialirkan ke Seawater Scrubber untuk
pengolahan selanjutnya. Seperti Gambar 2.4 sebagai berikut.
c. Polishing Filter
Terdapat lima buah Polishing Filter A, B, C, D dan E, terbuat dari baja
yang dilapisi bahan anti korosif, berbentuk silinder horizontal berdiameter
2400 mm dan panjang 4800 mm. Filter ini berupa lapisan pasir dan kerikil
dengan ketebalan 700 mm dan 100 mm, fungsinya untuk menghilangkan
partikel tersuspensi atau flok-flok yang masih terbawa dari In-Filter DAF.
9
proses yang terjadi sama seperti Backwash pada In-Filter DAF dengan
menggunakan Air Scours Blower dan Backwash Pump yang sama. Seperti
Gmbar 2.5 sebagai berikut.
10
menghilangkan kandungan klorin yang masih tersisa karena klorin dapat
merusak membran RO, sedangkan Anti Scalant untuk mencegah terjadinya
kerak akibat pembentukan deposit oleh zat organik pada membran RO, karena
kerak dapat mengurangi efesiensi kerja RO. Seperti Polishing Filter, proses
Backwash pada Cartridge Filter juga menggunakan parameter nilai Head Loss,
hal ini dapat diketahui dari Pressure Differential Transmitter, jika terdapat
kenaikan nilai Head Loss maka alarm akan menyala dan ini mengindikasikan
bahwa filter telah jenuh dan harus dibackwash. Tetapi jika waktu pemakaian
sudah terlalu lama, dan proses Backwash sudah tidak dapat diandalkan lagi
maka ini menandakan bahwa Cartridge Filter harus diganti.
Pada outlet Cartridge Filter terdapat pengukuran kualitas air yang akan
memasuki RO Train yaitu Redox Meter, Turbidity Meter, Conductivity Meter,
pH Meter dan Residual Chlorine Meter, hal ini dilakukan agar air yang
memasuki RO Train memiliki kualitas yang aman untuk membran RO dan
tidak akan merusak membran RO Train. Jika ada satu dari parameter tersebut
yang nilainya tinggi dan dianggap tidak aman untuk dialirkan ke RO Train,
maka dengan otomatis alarm akan menyala dan inlet RO Train akan tertutup.
Seperti Gambar 2.6 sebagai berikut
11
b. High Pressure Pump
Untuk menebus membrane pada RO Train maka harus digunakan high
pressure pump. Setiap pompa dapat berfungsi sebagai Turbocharger Energy
Recovery dimana energinya didapat dari Reject Water. Kecepatan air pada inlet
RO sekitar 292.8 m3/jam dengan tekanan awal sebesar 500 kPa, kemudian
dipompa dengan High Pressure Pump dimana tekanan dinaikkan hingga
menjadi 4336 kPa, terakhir air dialirkan ke Turbocharger Pump, disini tekanan
aliran air dari Reject Water yang masih cukup besar (sekitar 191 m3/jam @ 6500
kPa) digunakan untuk menambah tekanan air hingga 7000 kPa. Seperti Gambar
2.7 sebagai berikut.
12
a. Service Water
b. Potable Water
c. Make-Up Demineralized Water
2. Reject Water tekanan dari air ini digunakan untuk menambah tekanan
pada RO Turbocharger Pump, setelah itu diproses untuk dinetralkan pH
& kotoran yang terdapat pada Reject Water kemudian dibuang ke laut
kembali, sehingga tidak mebunuh biota yang ada di laut.
13
b. Make-Up Reverse Osmosis
Terdapat dua Make-Up RO Train A dan B, berupa membran berbentuk
gulungan spiral yang terbuat dari lapisan film tipis Cellular Acetate yang
panjangnya 1015 mm dan berdiameter 200 mm. Setiap train terdiri dari 10 pipa
dipasang paralel dan setiap pipa terdiri dari tujuh lapis film Cellular Acetat,
sehingga total terdapat 70 film Cellular Acetate tiap train. Air mengalir dari RO
Filter ke Make-Up RO Filter dengan kecepatan 87.2 m3/jam, kemudian keluar
dengan kecepatan 13.1 m3/jam, Reject Water (dengan nilai konduktiviti diatas
125 μs/cm) dipompa ke Filtered Water Pit untuk pengolahan ulang, sementara
Permeate Water (dengan nilai konduktiviti sebesar 25-125 μs/cm) ditampung
di RO Permeate Tank. Tanki ini adalah tanki tertutup berbentuk silinder,
terbuat dari plastik yang diperkuat dengan fiberglass dengan kapasitas 48 m3,
diameter 3600 mm dan tinggi 5000 mm. Selanjutnya air tesebut akan dipompa
ke Mixed Bed Demineraliser untuk pengolahan lanjutan, selain itu air tersebut
juga digunakan untuk Flushing RO Train. Seperti Gambar 2.9 sebagai berikut.
14
c. Mixed Bed Demineraliser
Untuk mencapai nilai kondutivitas yang sangat kecil pada RO
Permeate, maka dilakukan proses Demineralisation dengan menggunakan tiga
buah Mixed Bed Demineraliser. Mixed Bed ini terbuat dari stainless steel
dengan penambahan lapisan plastik dan Polypropylene pada bagian dalam,
berbentuk silinder dengan diameter 1800 mm dan tinggi 3800 mm,
berkecepatan 74.1 m3/jam dengan effluent sebesar 1778 m3. Dari RO Permeate
Tank air dipompa ke Mixed Bed Demineraliser dengan menggunakan
Permeate Pump berkapasitas 74 m3/jam @ 653 kPa, air dialirkan turun dari
permukaan Mixed Bed ke Mixed Resin. Mixed Resin terbuat dari Polystyrene
Bead, di dalam Mixed Resin terdapat resin anion dan kation, resin ini akan
menghilangkan atau menangkap partikel terlarut seperti Na, K, Cl, SiO2, dll,
sehingga menghasilkan kualitas air yang sangat baik (dengan nilai
Conductivity sebesar 0.02 μs/cm) dan sesuai untuk High Pressure Boiler
System, effluent dari Mixed Bed akan dialirkan dan ditampung di Condensate
Storage Tank untuk kemudian digunakan sebagai Condensate Feedwater
dalam Boiler System (baca : Power Plant, Condenser), Hydrogen Generator
dan Closed Cooling Water Make-Up.
Untuk prinsip kerja dan regenerasinya sama seperti resin yang terdapat
di Boiler Polisher (baca : Power Plant, Polisher), hanya bedanya pada Mixed
Bed tidak terdapat penambahan Ammonia. Untuk Backwash dan membuang
air hasil regenerasi resin digunakan air dari Condensate Storage Tank yang
dipompa dengan Regeneration Pump kapasitas 34 m3/jam @ 40 kPa, ke Mixed
Bed, air ini akan menghilangkan dan membawa serta Sulphuric Acid dan
Caustic Soda hasil peregenerasian. Seperti Gambar 2. 10 sebagai berikut.
15
Gambar 2.10 Mix Bed Demineraliser
Sumber: PT. IPMOMI, 2017
2.2 Perawatan
Di dalam dunia industri agar mesin atau alat dapat siap beropersai secara
normal sesuai target produksi maka diperlukan adanya perawatan, perawatan
adalah suatu usaha untuk meniadakan atau mengurangi sebab-sebab kemacetan
ataupun kerusakan sebelum terjadi ataupun pada permasalahan yang telah terjadi.
Perawatan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
efektif.
Menurut Purwono, dkk. (2013:28) dalam artian sempit, pemeliharaan atau
perawatan dimaksudkan untuk memperbaiki keandalan dari aset fisik (physical
assets), seperti:
1. Mesin-mesin dan peralatan.
2. Peralatan mesin pengangkat (material handling equipment).
3. Perangkat komputer.
4. Keselamatan bangunan-bangunan, dan
5. Sarana-sarana yang lain.
16
Siegmund dan Halpern (dalam Purwono 2013: 29) menyatakan bahwa
pemeliharaan merupakan suatu karakteristik dari perencanaan dan instalansi suatu
mesin atau peralatan atau suatu pemrosesan tertentu yang dinyatakan sebagai
peluang bahwa suatu komponen akan sesuai dengan kondisi-kondisi yang spesifik
pada suatau periode waktu tertentu, bila tindakan pemeliharaan dikenakan sesuai
dengan prosedur dan sumber dayayang telah di spesifikasikan pada mesin atau
peralatan tersebut.
17
jadwal tertentu. Jadwal ini dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang
cukup mendalam antara lain:
1. Berdasarkan pengalaman atau data masa lalu dalam suatu jenis pekerjaan yang
sama diperoleh informasi mengenai durasi waktu atau frekuensi kerusakan
untuk melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin
tanpa menimbulkan resiko kerusakan pada sistem produksinya.
2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit
instalansi beroperasi dalam selang waktu tertentu.
3. Berdasarkan rekomendandasi dari pabrik pembuat mesin dan peralatan
tersebut.
18
2.3.3 Pekerjaan Memperbaiki (repair)
Setelah melakukan pekerjaan inspeksi (memeriksa) dan apabila bagian
dan/atau komponen mesin dan peralatan terjadi kerusakan, maka pekerjaan
selanjutnya adalah pekerjaan memperbaiki yang mempunyai tugas untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan pada bagian dan/atau komponen mesin dan
peralatan sedemikian rupa sehingga kondisi sistem produksi dapat
beropersi/berfungsi dengan baik pada tingkat yang memadai dan memerlukan biaya
yang wajar masuk akal (reasonable).
Dengan berkembangnya teknologi secara pesat dalam bidang industri maka
pemeliharaan terhadap mesin dan perlatan produksi secara sadar memberikan
kontribusi atau nilai sangat penting bagi perusahaan.
Pada mulanya tumbuhnya industri, pemeliharaan terhadap peralatan baru
mendapat perhatian setelah mesin dan peralatan tersebut mengalami kerusakan
karena tidak pernah mendapat perhatian yang layak. Beberapa kerusakan pada
mesin dan peralatan produksi tidak hanya berakibat terhentinya sebagian atau
seluruh sistem produksi, tetapi seluruh peralatan produksi lainnya akan ikut
terhenti, karena mesin dan peralatan yang saling terkait dengan mesin dan peralatan
yang lain.
Dengan meningkatnya persaingan yang cukup kuat dalam bidang industri,
jelas perhatian akan ditunjukan pada hal-hal yng menyangkut usaha-usaha untuk
dapat meningkatkan produktivitas, meningkatkan kuantitas dan kualitas dan
penurunan biaya dengan cara se-efisien mungkin dan wajar.
19
2.3.5 Pekerjaan Penyetelan/Pengaturan (adjusment)
Pekerjaan penyetelan mempunyai tugas untuk memeriksa, menyetel, dan
mengganti komponen agar kinerja mesin dan peralatan berfungsi dengan baik,
misal: menyetel waktu pengapian pada mesin kendaraan bermotor, mengatur jarak
antara kutub busi. Menyetel ketegangan rantai transmisi pada kendaraan roda dua,
menyetel jarak antara roda gigi, menyetel rem, dan mengencangkan tautan dari baut
dan mur.
20
2.3.9 Pekerjaan Transportasi (transportation)
Setelah mesin dan peralatan dibersihkan dari debu dan kotoran, diinspeksi
dan apabila terjadi kerusakan segera diperbaiki. Dan apabila mesin dan peralatan
telah dapat beroperasi dengan baik, maka pekerjaan berikutnya adalah melakukan
pekerjaan transportasi/pemindahan mesin dan peralatan ke lokasi dimana mesin dan
peralatan tersebut akan dioperasikan atau disimpan di dalam gedung untuk
persediaan.
21
Gambar 2. 11 Struktur perawatan
Sumber : Ngadiyono, 2010.
Dan untuk perawatan tidak terencana atau unplanned maintenance terdiri dari
perawatan darurat (emergency maintenance) yang sifatnya sangat darurat atau
mendesak.
22
Berikut ini adalah bagan klasifiksai perawatan. Seperti Gambar 2.12 sebagai berikut:
23
Dalam hal ini pelaksanaan perawatan terencana diekspetasikan terhadap
peningkatan efektifitas maintenance peralatan dengan istilah yang lebih ilmiah
dikenal dengan “planned maintenance (suatu metode pemeliharaan
terencana/terprogram)”. Perawatan terencana ini (sudah termasuk didalamnya
perawatan pencegahan dan perawatan korektif) diharapkan dapat memperlama
umur pakai/physical life mesin dan peralatan dan dapat mengurangi terjadinya
kerusakan yang tidak diharapkan (Purwono, dkk. 2013: 50).
Urutan perencanaan fungsi perawatan meliputi:
1. Bentuk perawatan yang akan ditentukan.
2. Pengorganisaaian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan
pertimbangan masa depan.
3. Pengumpulan semua masalah perawatan yang akan diselesaikan dengan suatu
bentuk perawatan.
4. Penerapan bentuk perawatan yang dipilih.
a. Kebijaksanaan perawatan yang telah dipertimbangkan secara cermat.
b. Pengontrolan dan pengarahan pekerjaan sesuai rencana.
c. Riwayat perawatan dicatat secara statistik dan dihimpun serta dijaga untuk
di evaluasi hasilnya guna menentukan pesiapan berikutnya.
24
Dalam pekerjaan perawatan terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup pekerjaan dan pengarahan pekerjaan yang lengkap dan jelas.
2. Lokasi pekerjaan yang tepat dan jelas, jika perlu diberikan denah lokasi mesin,
nomer mesin dan nomer gedung.
3. Prioritas pekerjaan yang harus bisa memilih pekerjaan mana yang lebih
didahulukan.
4. Metode pekerjaan yang dilakukan harus sudah direncanakan baik oleh
supervisi maupun teknisinya.
5. Kebutuhan material atau sparepart yang harus selalu tersedia.
6. Kebutuhan alat perkakas yang selalu dalam keadaan siap.
7. Kebutuhan tenaga kerja yang ahli agar mempercepat dan menambah kualitas
pekerjaan sehingga menjadi efisien.
a. Perawatan Pencegahan
25
2. Predictive: pengukuran untuk mendeteksi timbulnya degradasi sistem (turunya
fungsi), sehingga dilakukan pencarian penyebab ganguan untuk dihilangkan
atau dikontrol sebelum membawa dampak penurunan fungsi yang signifikan.
3. Proactive: perbaikan mesin didasarkan pada hasil studi kelayakan mesin.
Melalui pemanfaatan prosedur pemeliharaan pencegahan yang baik, dimana
terjadi koordinasi yang baik antara departemen produksi dan departemen
perawatan, maka akan didapat mafaat sebagi berikut:
1. Meningkatkan kondisi keselamatan kerja.
2. Mengurangi waktu tidak beroperasinya mesin dan peralatan (down time).
3. Meningkatkan umur fisik mesin dan peralatan.
4. Mengurangi kerugian waktu produksi.
5. Mengurangi biaya perbaikan.
6. Interupsi terhadap jadwal yang telah direncanakan waktu produksi maupun
perawatan dapat dihilangkan atau dikurangi. (Purwono, dkk. 2013: 54).
Adapun kegiatan perawatan pencegahan meliputi:
26
1. Perawatan pencegahan bersifat antisipasif, oleh karenanya departemen
produksi maupun departemen pemeliharaan seharusnya dapat melakukan
estimasi/peramalan dan penjadwalan produksi yang baik.
2. Perawatan pencegahan dapat meminimumkan waktu berhentinya peralatan
produksi (down time) dan berdampak pada minimasi biaya pemeliharaan.
3. Perawatan pencegahan dapat meningkatkan mutu pengendalian suku cadang
dan produk serta jumlah produk yang cacat.
4. Perawatan pencegahan dapat menurunkan tingkat kegiatan pekerjaan yang
bersifat darurat.
Sedangkan kerugian perawatan pencegahan adalah dapat terjadi
pemborosan suku cadang, karena ada kemungkinan terdapat penggantian suku-suku
cadang dilakukan sebelum komponen-komponen tersebut rusak.
b. Perawatan Korektif
27
4. Overhaul, adalah salah satu metod perawatan yang biasanya dilakukan secara
periodik dan sangat teratur serta mempunyai konsentrasi dan perhatian yang
lebih dibanding pemeriksaan rutin dan perawatan kecil.
Berikut ini adalah beberapa perawatan korektif yang dapat dilakukam sebagai
pilihan:
1. Mengubah proses produksi, sehingga semua sistem produksi berubah.
2. Mengganti desain/kontruksi/material dari komponen yang mengalami
kerusakan.
3. Mengganti komponen yang rusak dengan komponen sejenis dengan design
atau kontruksi yang lebik baik.
4. Seluruh mesin diganti baru (replacement).
5. Memperbaiki prosedur perbaikan pencegahan seperti jadwal pelumasan.
6. Mempertimbangkan/megganti prosedur operasi, misalnya dilakukan program
pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaanya (proper training) terhadap
operator untuk mengoperasikan suatu unit khusus dengan benar.
7. Mengubah/ mengurangi beban pada unit. (Purwono, dkk. 2013: 52).
Dengan pemeliharaan korektif ini maka jumlah kerusakan berkurang atau
down time juga berkurang sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan
disamping itu pula masih membuka kemungkinan berubahnya proses produksi,
penggatian peralatan dan perencanaan kembali peralatan demi penyempurnaan.
Menurut Ngadiyono, Y (2010: 7) dalam proses perawatan korektif
memiliki keuntungan dan kerugian adalah sebagai berikut:
Keuntungan:
1. Biaya rendah.
2. Staff sedikit
Kerugian:
1. Peningkatan biaya peralatan akibat downtime yang tidak direncanakan.
2. Peningkatan biaya tenaga kerja, terutama jika diperlukan lembur.
3. Biaya berkaitan dengan perbaikan atau penggantian peralatan tingi.
28
4. Selama proses perbaikan dimungkinkan adanya kerusakan peralatan sekunder
atau kegagalan proses.
5. Penggunaan sumber daya staff tidak efisien.
29
Keuntungan CMMS adalah sebagai berikut:
30
Gambar 2. 13 Siklus RCA
Sumber : Vorley, Geoff, 2008
Dalam diagram tersebut langkah awal untuk mengatasi malasah adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
Identifikasi masalah sangat diperlukan pada saat alat atau komponen tersebut
mengalami kerusakan sehingga alat tersebut tidak dapat bekerja.
b. Menetapkan masalah
Jika sudah mengidentifikasi masalah maka kita harus menetapkan masalah.
c. Mengerti masalah tersebut
Kita harus mengerti masalah yang terjadi pada alat tersebut.
d. Mengidentifikasi akar penyebab masalah tersebut
Mencari penyebab-penyebab dari masalah/kerusakan dengan menggunakan
diagram tulang ikan (fish bone diagram).
e. Memperbaiki masalah tersebut
Setelah penyebab dari kerusakan/masalah tersebut langah kita selanjutnya
adalah perbaikan pada masalah tersebut.
f. Melihat sistem setelah diperbaiki
31
Melihat sistem/mengecek kinerja alat tersebut setelah dilakukan perbaikan
apakah alat atau mesin tersebut bisa bekerja baik. (Vorley, Geoff 2008: 3)
Banyak alat yang digunakan didalam Root Cause Analysis. Berikut alat yang
digunakan untuk menganalisa akar permasalahan (Root Cause Analysis): seperti
gambar 2.14 sebagai berikut.
32
Berikut contoh diagram tulang ikan (fishbone diagram): seperti gambar 2.15.
33
Gambar 2. 16 Diagram Pareto
34
Tabel 2.1 Tingkat bahaya/keparahan
35
Tabel 2.2 Tingkat kemunculan/kejadian
Kemungkinan kegagalan Kemungkinan waktu kegagalan Nilai
≥1 sampai 2 10
Sangat tinggi :
Kegagalan hampir pasti terjadi 1 sampai 3 9
1 sampai 80 6
Menengah : kadang-kadang
1 sampai 400 5
terjadi kegagalan
1 sampai 2.000 4
Hampir pasti Pengendali bentuk hampir pasti dapat menemukan dan bentuk 1
kegagalan selanjutnya
36
2.8.1 Penerapan FMEA
Tujuan dari FMEA pada produk atau desain adalah untuk mengetahui
permasalahan yang akan mengakibatkan resiko keselamatan, kegagalan fungsi
produk, atau pemendekan umur produk.
FMEA pada produk/desain dapat dilakukan pada setiap tahap dalam proses
desain (desain awal, prototipe, atau desain akhir) atau dapat diterapkan pada
produk yang sudah dalam proses produksi.
Tujuan dari FMEA pada proses adalah untuk mengetahui permasalahan yang
berhubungan dengan pembuatan produk.
37
Perhitungan biaya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengeluaran
khususnya biaya perawatan. Dengan mengetahui biaya perawatan yang dilakukan
akan mudah bagi kita untuk menghitung keuntungan yang diperoleh. Biaya-biaya
yang dilakukan dalam perawatan meliputi:
Rumus berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung nilai mata
uang mendatang adalah:
Keterangan:
n = Periode penelahan
38