You are on page 1of 16

Page 1

2.0 PENDAHULUAN

Peripheral artery disease (PAD) adalah penyumbatan arteri perifer yang dihasilkan dari
proses artherosklerosis atau proses inflamasi yang mengakibatkan lumen
menyempit(stenosis) atau dari pembentukan trombus(bisasnya terkait dengan faktor resiko
yang menjadi dasar timbulnya artherosklerosis). Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah
adanya stenosis (penyempitan) pada arteri yang disebabkan oleh reaksi artherosklerosis atau
reaksi inflamasi pembuluh darah yang menyebabkan lumen menyempit. Di artherosklerosis
plaque akan menempel di dinding pembuluh darah dan akan mengurangi aliran darah.
Artherosklerosis bisa dan biasanya terjadi di seluruh arteri. Dinamakan peripheral artery
disease apabila terjadi di arteri yang mensuplai ke tungkai bawah.1

50% orang datang dengan PAD tanpa gejala. Tapi beberapa orang mengeluhkan sakit di
kaki ketika berjalan. (klaudikasi). Gejala dari klaudikasi meliputi sakit pada otot terutamaa
kaki di picu saat aktivitas dan hilang saat pasien istirahat. Lokasi dari skit tergantung dari
lokasi dimana arteri mengalami penyempitan. Klaudikasi yang sudah parah dapat
menyebabkan pasien susah berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari.5

2.1 DEFINISI
Peripheral artery disease (PAD) adalah penyumbatan arteri perifer yang dihasilkan dari
proses artherosklerosis atau proses inflamasi yang mengakibatkan lumen
menyempit(stenosis) atau dari pembentukan trombus(bisasnya terkait dengan faktor
resiko yang menjadi dasar timbulnya artherosklerosis) . Ketika kondisi ini muncul terjadi
peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat mengakibatkan penurunan tekanan
perfusi ke area distal dan laju darah. Tempat tersering terjadinya PAD adalah tungkai
bawah. Sirkulasi pada tungkai bawah berasal dari arteri femoralis yang merupakan
lanjutan dari arteri eksternal iliaka. Sirkulasi pada tungkai bawah berasal dari arteri

Page 2
femoralis yang merupakan lanjutan dari arteri eksternal iliaka. Pecabangan utama dari
arteri femoralis adalah arteri femoralis distal (yang biasanya dimaksudkan sebagai sreri
femoralis superfisial) yang berlanjut k bagian bawah tungkai dan menjadi arteri popliteal
tepat diatas lutut. Dua arteri utama pada akhir popliteal arteri adalah arteri posterior dan
anterior tibial yang menyuplai darah kebagian bawah tungkai dan kaki. Berikut adalah
gambar vaskularisasi tungkai1

2.2 ETIOLOGI

Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah adanya stenosis (penyempitan) pada arteri yang
disebabkan oleh reaksi artherosklerosis atau reaksi inflamasi pembuluh darah yang
menyebabkan lumen menyempit. Di artherosklerosis plaque akan menempel di dinding
pembuluh darah dan akan mengurangi aliran darah. Artherosklerosis bisa dan biasanya
terjadi di seluruh arteri. Dinamakan peripheral artery disease apabila terjadi di arteri yang
mensuplai ke tungkai bawah.

Page 3
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penyakit arteri perifer pada populasi umum adalah 12-14%, yang meningkat
hingga 20% dari mereka lebih dari 70.2 70% -80% dari individu yang terkena tidak
menunjukkan gejala; hanya minoritas pernah membutuhkan revaskularisasi atau
amputasi. Peripheral artery disease mempengaruhi 1 dari 3 penderita diabetes di atas usia
50 tahun.

Di Amerika Serikat peripheral artery disease mempengaruhi 12-20 persen dari orang
Amerika usia 65 dan lebih tua. Sekitar 10 juta orang Amerika memiliki PAD. Meskipun
prevalensi dan implikasi risiko kardiovaskular, hanya 25 persen pasien PAD sedang
menjalani pengobatan.

Insiden meningkat PAD simptomatik dengan usia, dari sekitar 0,3% per tahun untuk laki-
laki berusia 40-55 tahun sekitar 1% per tahun untuk laki-laki berusia di atas 75 tahun.
Prevalensi PAD bervariasi tergantung pada bagaimana PAD didefinisikan, dan usia
populasi yang sedang dipelajari. Diagnosis sangat penting, sebagai orang-orang dengan
PAD memiliki resiko empat sampai lima kali lebih tinggi dari serangan jantung atau
stroke.2

Page 4
2.4 TANDA DAN GEJALA

50% orang datang dengan PAD tanpa gejala4. Tapi beberapa orang mengeluhkan sakit di
kaki ketika berjalan. (klaudikasi). Gejala dari klaudikasi meliputi sakit pada otot terutamaa
kaki di picu saat aktivitas dan hilang saat pasien istirahat. Lokasi dari skit tergantung dari
lokasi dimana arteri mengalami penyempitan. Klaudikasi yang sudah parah dapat
menyebabkan pasien susah berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Ciri lain dari peripheral artery disease adalah

 Sakit di tungkai bawah yang muncul saat berktivitas (berjalan, menaiki tangga) biasa di
sebut klaudikasi
 Bagian kaki yang terkena akan lebih dingin di bandingkan dengan kaki yang sehat.
 Luka pada kaki yang tidak akan sembuh
 Pulsasi pada kaki yang terkena akan lemah bahkan sampai tidak ada
 Disfungsi ereksi pada pria

Apabila PAD sudah makin parah maka pasien bisa mengelukan sakit saat istirahat atau saat
berbaring.5

2.5 FAKTOR RESIKO

Orang yang merokok dan memiliki diabetes memiliki resiko yang lebih besar untuk
peripheral artery disease (PAD).6 Faktor resiko lain dari peripheral artery disease adalah

1. Hipertensi

Page 5
2. Obesitas
3. High Blood Cholesterol
4. Diabetes Mellitus
5. Dislipidemia7 8 9

2.6 PATOFISIOLOGI PERIPHERAL ARTERY DISEASE

Patofisiologi

PAD merupakan proses sistemik yang berpengaruh terhadap sirkulasi arteri multipel
yang disebabkan oleh karena adanya aterosklerosis, penyakit degeneratif, kelainan displasia,
inflamasi vaskuler (arteritis), trombosis in situ, dan tromboemboli. Dari sekian proses
patofisiologi yang mungkin terjadi, penyebab utama PAD yang paling banyak di dunia adalah
aterosklerosis. Aterosklerosis biasanya didahului oleh adanya disfungsi endotel. Endotelium
sehat, normalnya berfungsi untuk mempertahankan homeostasis pembuluh darah dengan
menghambat kontraksi sel otot polos, proliferasi tunika intima, trombosis, dan adhesi monosit.
Endotel memiliki peranan penting dalam meregulasi proses inflamasi dalam pembuluh darah
yang normal, yakni menyediakan permukaan antitrombotik yang menghambat agregasi platelet
dan memfasilitasi aliran darah. Endothelium normal mengatur proses trombosis melalui
pelepasan oksida nitrat, yakni NO, yang menghambat aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi,
serta mediator lain dengan kegiatan antitrombotik. Disfungsi endotel berhubungan dengan
sebagian besar factor risiko penyakit kardiovaskular, yang terkait dengan terjadinya mekanisme
sentral pembentukan lesi aterosklerotik. Penurunan kemampuan endotel untuk bervasodilatasi
juga dikaitkan dengan faktor- faktor risiko penyakit kardiovaskular. Zat yang diperdebatkan
sebagai zat paling yang berperan dalam proses relaksasi pembuluh darah adalah Nitrat
Oksida(NO). NO tidak hanya terlibat dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, tetapi juga
memediasi penghambatan aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi mencegah proliferasi otot
polos pembuluh darah; dan mencegah adhesi leukosit pada endotel. Aktivitas biologis NO
ternyata terganggu pada pasien dengan penyakit vaskular aterosklerotik koroner dan pembuluh
darah perifer.9

Page 6
2.8 TATALAKSANA PERIPHERAL ARTERY DISEASE

2.8.1 Tatalaksana non farmacologis :

1. Perubahan pola hidup


 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan pada penderita diabetes (diet dan olahraga)
 Menurunkan tekanan darah
 Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
 Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
 Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes
 Olahraga teratur

Page 7
2. Terapi suportif
 Perawatan kaki dan menjaga agar tetap bersih dan lembab dengan membersihkan
dengan krim pelembab
 Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya sesuai dari bahan sintetis yang
berventilasi
 Hindari penggunaan bebat plastic karena mengurangi aliran darah ke kulit
 Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30 menit.11

2.8.2 Tatalaksana farmakologis

Terapi farmakologi dapat diberikan untuk menurunkan factor resiko yang ada seperti
menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol dan untuk mengobati diabetes. Selain itu terapi
fsrmskolois juga mencegah terjadinya thrombus pada arteri yang dapat menyebabkan serangan
jantung stroke, serta untuk mengurangi raa nyeri pada pasien ketika berjalan.

 Anticholesterol
Terapi peranan lipid menurangi resiko baru atau memburuknya gejala klaudikasi
intermitten. Statin menjadi terapi penurun lipid lini pertama. HMG-Co A reduktase
inhibitor (simvastatin) secara signifiksn mengurangi tingkat kejadian kardiovaskuler
iskemik sebesar 23%. Beberapa laporan telah menunjukkan bahwa statin juga
meningkatkan jarak berjalan bebas rasa sakit dan aktivitas rawat jalan.
 Antihipertensi
Pemilihan obat hipertensi harus individual. Diuretik thiazide, beta blocker, angiotensin
converting enzim inhibitor (ACEIs), angiotensin reseptor blocker (ARB) dan calcium
channel blockers semua efektif. Penggunaan beta blockers aman dan efektif, mengurangi
kejadian koroner baru sebesar 53% pada mereka dengan MI sebelumnya dan gejala PAD
yang bersamaan.

Page 8
 Antiplatelet
Telah terbukti manfaatnya dalam menurunkan resiko terjadinya MI, stroke dan kematian
kardiovaskuler pada pasien PAD. ACC/AHA guidelines telah merekomendasikan
penggunaan antiplatelet (aspirin, 75-325 mg daily, atau clopidogrel, 75 mg daily) pada
pasien PAD dengan arterosklerosis pada ektremitas bawah.
Cilostazol (pletal), adlah reversible phosphodiesterase inhibitor yang menghambat
agregasi platelet, pembentukan trombhin dan proliferasi otot polos pembuluh darah,
memicu vasodilatasi dan meningkatkan HDL dan menurunkan kadar trigliserida.12

Page 9
2.8.3 TEKNIK OPERASI
2.8.3.1 Peripheral Angioplasti

2.8.3.1.1 Definisi peripheral angioplasti

Periheral angioplasty adalah prosedur untuk membuka penyempitan


pembuluh darah yang menyuplai darah ke kaki. Deposit lemak di dalam arteri
menyebabkan terjadinya hambatan di dalam pembuluh darah arteri.

2.8.3.1.2 Alasan di lakukan peripheral angioplasty

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi untuk di lakukan peripheral angioplasty di


antaranya

1. Gejala dari penyumbatan arteri perifer yang memburuk (misalnya : sakit dan berat di kaki
yang makin parah saat istirahat, di perburuk apabila pasien berjalan. Jadi apabila kita
masih bisa melakukan sebagian besar aktivitas sehari-hari dengan normal maka operasi
ini tidak perlu di lakukan
2. Apabila gejala-gejala dari PAD tidak membaik dengan medical treatment
3. Apabila pasien memiliki luka di kaki yang tidak kunjung membaik

2.8.3.1.1 teknik operasi

Peripheral angioplasty menggunakan balon untuk membuka pembuluh darah di luar


arteri koroner jantung. Ini biasanya digunakan untuk arterosklerotik abdomen,
tungkai bawah dan arteri renal yang di sebabkan oleh peripheral artery disease.
Teknik dari peripheral angioplasty adalah Angioplasty dimulai dengan memberi
anestesi lokal sehingga pasien tidak merasa sakit selama prosedur dilakukan.

Page 10
Perlu dicatat bahwa selama pembedahan pasien akan tetap sadar. Selanjutnya, sebuah
tabung (selang) tipis yang disebut kateter dimasukkan ke dalam arteri di kaki. Kateter
ini dipandu dengan bantuan semacam kawat. Kemudian pewarna disuntikkan ke
dalam pembuuh darah di kakiyang diikuti pengambilan foto sinar X untuk membantu
dokter mengetahui lokasi penyumbatan di dalam arteri.Kemudian kateter dipandu
menuju lokasi penyumbatan dan disusul dengan memasukkan kateter balon ke dalam
arteri.Balon kemudian mengembang yang digunakan untuk mengkompres
penyumbatan. Dokter mungkin akan mengembangkan balon beberapa kali untuk
memperluas bagian yang tersumbat.Stent mungkin akan dipasang di sekitar lokasi
penyumbatan untuk menjaga agar arteri tetap terbuka.Sebuah pewarna kontras
dimasukkan lagi ke arteri untuk memeriksa adanya penyumbatan yang masih tersisa.
Setelah prosedur ini d ilakukan maka pasien boleh pulang ke rumah setelah di rawat
kurang lebih 1 sampai 2 hari di rumah sakit. Setelah harus mampu berjalan setelah 6
sampai 8 jam setelah di lakukan operasi.

2.8.3.1.2 Resiko Angioplasti


 Reaksi alergi terhadap obat yang digunakan dalam stent yang dimasukkan ke dalam
tubuh Pasien
 Reaksi alergi terhadap pewarna x-ray

 Perdarahan atau pembekuan di daerah di mana kateter dimasukkan


bekuan darah di kaki atau paru-paru
 Kerusakan saraf, yang dapat menyebabkan rasa sakit atau mati rasa di kaki
 Kerusakan pada arteri di pangkal paha
 Serangan jantung
 Infeksi pada luka bedah
 gagal ginjal (resiko tinggi pada orang yang sudah memiliki masalah ginjal)

Page 11
2.8.3.2 Operasi By pass

2.8.3.2.1 Definisi operasi by pass

By pass arteri perifer adalah operasi untuk menubah rute pasokan darah di sekitar arteri
yang tersumbat di salah satu kaki Anda. Deposit lemak terjadi dalam arteri dan memblokir
aliran darah. Sebuah graft digunakan untuk membuat kolateral dari bagian arteri yang
alirannya terhambat. Graft biasanya diambil dari vena yang diambil dari tubuh Anda (paling
sering kaki berlawanan).

2.8.3.2.2 Teknik operasi by pass

Operasi by pass

1. Pasien akan diberikan anestasi agar tidak merasa sakit


2. Dokter spesialis bedah akan membuat sayatan di arteri yang terjadi penyumbatan
3. Setelah membuang kulit dan jaringan, dokter spesialis bedah akan menjepit/mengklem
bagian akhir dari arteri yang tersumbat. Kolateral graft kemudian di jahitkan dibagian ini
4. Dokter spesialis bedah akan memastikan aliran darah pasien ke kaki baik. Kemudian
sayatan akan di tutup. Kemudian pasien akan menjalani arteriogram untuk memastikan
koletaral graft bekerja.

Setelah di lakukan operasi by pass pasien akan dir awat di ruang recovery dan di observasi
secara ketat. Setelah keadaan stabil barulah pasien masuk ruang rawat regular. Kebanyakan
orang di rawat 4-7 hari setelah di lakukan operasi by pass. Setelah dokter menyatakan
kondisi pasien sudah baik, maka pasien di perbolehkan untuk berjalan-jalan. Ketika duduk
kaki pasien harus di naikkan di kursi lain. Nadi pasien di kaki harus secara rutin di periksa,
karena itu menentukan seberapa baik by pass graft baru bekerja.

Page 12
2.8.3.2.3 Alasan di lakukan operasi by pass
1. Gejala dari penyumbatan arteri perifer yang memburuk (misalnya : sakit dan berat
di kaki yang makin parah saat istirahat, di perburuk apabila pasien berjalan. Jadi
apabila kita masih bisa melakukan sebagian besar aktivitas sehari-hari dengan
normal maka operasi ini tidak perlu di lakukan
2. Apabila dengan pengobatan medis lain gajala pasien tak kunjung membaik
3. Apabila pasien mempunyai luka di kaki yang tak kunjung membaik
4. Apabila pasien mempunyai infeksi atau gangrene di kaki
5. Sakit di kaki bagian arteri yang menyempit dan saat keadaan istirahat tetap sakit

2.8.3.2.4 Resiko by pass surgery

1. Resiko dari anestesi


 Reaksi alergi
 Masalah pernafasan
 Bekuan darah
 Serangan jantung atau stroke

2. Resiko dari operasinya


 By pass tidak bekerja
 Kerusakan nervus menyebabkan sakit dan matirasa pada tungkai bawah
 Pendarahan

Page 13
 Infeksi pada luka sayatan
 Cedera nervus di sekitarnya
 Sexual problem

Page 14
DAFTAR PUSTAKA

1."What Is Peripheral Vascular Disease?" (PDF). https://www.heart.org. 2012.


Retrieved 26 February 2015. External link in |website= (help)
2. Shammas NW (2007). "Epidemiology, classification, and modifiable risk factors of
peripheral arterial disease". Vasc Health Risk Manag.
3. Moazzami, K; Moazzami, B; Roohi, A; Nedjat, S; Dolmatova, E (19 December 2014).
"Local intramuscular transplantation of autologous mononuclear cells for critical lower
limb ischaemia.". The Cochrane database of systematic reviews.
4. Violi, F; Basili, S; Berger, JS; Hiatt, WR (2012). "Antiplatelet therapy in peripheral
artery disease.". Handbook of experimental pharmacology (210): 547–63.
5. "What Are the Signs and Symptoms of Peripheral Arterial Disease?".
http://www.nhlbi.nih.gov/. August 2, 2011. Retrieved 26 February 2015
6. Joosten MM, Pai JK, Bertoia ML, Rimm EB, Spiegelman D, Mittleman MA, Mukamal
KJ (Oct 2012). "Associations between conventional cardiovascular risk factors and risk
of peripheral artery disease in men".
7. Creager MA, Lüscher TF, Cosentino F, Beckman JA (2003). "Diabetes and vascular
disease pathophysiology, clinical consequences, and medical therapy: part I.".
Circulation. 108 (12): 1527–1532.
8. Lüscher TF, Creager MA, Beckman JA, Cosentino F (2003). "Diabetes and vascular
disease pathophysiology, clinical consequences, and medical therapy: Part II.".
Circulation. 108 (13): 1655–1661.
9. Beks P, Mackaay A, De Neeling J, De Vries H, Bouter L, Heine R: Peripheral arterial
disease in relation to glycaemic level in an elderly Caucasian population: the Hoorn
study. Diabetologia 1995, 38(1):86-96.
10. Ilminova. 2015. Penyakit Arteri Perifer.
http://eprints.undip.ac.id/46704/3/BAB_II.pdf, 14 April 2015
11. Management of peripheral artery disease (PAD). TASC Working group
TransAtlantic Inter-Society Consensus (TASC). J Vasc Surg 31:2000
12. Daniela C. Gey in : management of peripheral arterial disease. Vol 69,
Germany.University of Heidelberg School of Medicine, Heidelberg, 2004.

Page 15
Page 16

You might also like