You are on page 1of 20

RESUME

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN MATEMATIKA


(INSTRUMEN PENELITIAN)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6

Nadia El Khair (15029057)


Silvia Fitriani (15029047)
Syukra Rizal Ahadi (15029050)
Edo Hemat Perdana (15029054)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. H Yarman, M.Pd

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2018

1|Page
INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengertian Instrumen Penelitian


Secara umum Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka pengumpulan data. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk
mengumpulkan data mengenai variabel – variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian,
sementara dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, faktor – faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil
belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Sedangkan menurut Permendikbud No.
104 Tahun 2014, instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: tes, dan skala sikap

Ada dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu
dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak
digunakan secara tepat dalam pengumpulan data berupa test, pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan kuesioner.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri
seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Menurut Suharmi Arikunto (2006:149) ada beberapa instrument yang namanya


sama dengan metodenya, antara lain adalah:

2|Page
1. Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes
2. Instrument untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau
kuesioner
3. Instrument untuk metode observasi adalah chek – list
4. Instrument untuk metode observasi adalah pedoman observasi atau
dapat juga chek – list

Sugiyono (2014:133) menyatakan bahwa instumen penelitian digunakan untuk


mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Secara lebih detail Arikunto (2013:203)
menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
olehpeneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Senada dengan pendapat tersebut, Riduwan (2013:25) berpendapat bahwa instrumen
penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data, mutu instrumen akan
menentukan mutu data yang dikumpulkan, sehingga tepatlah dikatakan bahwa
hubungan instrumen dengan data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling
terkait.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen


penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian agar data
lebih mudah diolah dan menghasilkan penelitian yang berkualitas. Data yang telah
terkumpul dengan menggunakan instrumen akan dideskripsikan, dilampirkan atau
digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian.Instrumen
memiliki peranan penting di dalam penelitian. Sukardi (2013:75) menyatakan bahwa
fungsi dari intrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika
peneliti sedang mengumpulkan informasi dilapangan.

Menurutnya, pembuatan intrumen dalam penelitian kuantitatif merupakan


bagian dari kegiatan yang harus dibuat secara intensif sebelum peneliti memasuki
lapangan atau sebagai kelengkapan proposal. Berbeda dengan penelitian kualitatif, pada
penelitian kualitatif intrumen penelitian dapat dibuat ketika penelitian berlangsung
agar sesuai dengan penelitian di lapangan.

3|Page
B. Macam-macam Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2000:134); Margono (2010:159); & Sanjaya (2013:274), kaitan


antara metode dan instrumen pengumpulan data secara lebih detail dapat dilihat pada
tabel berikut.

Secara garis besar, instrumen penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) tes;
dan (2) non tes.
1. Instrumen Penelitian Berbentuk Tes

Ditinjau dari proses pemeriksaannya, suatu tes dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (1) Tes tipe subjektif; dan (2) Tes tipe objektif. Data hasil tes biasanya
dikatagorikan sebagai data yang berbentuk interval/rasio.

a. Tes tipe subjektif

Dalam pemeriksaan tes tipe subjektif, ada faktor lain di luar kemampuan testi yang
mempengaruhi proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor. Faktor di luar
kemampuan testi, misalnya: a) guru: emosi/perasaan, kelelahan, kecermatan; dan b)
siswa: tulisan, kerapihan. Macam-macam tes tipe subjektif:

1) Tes lisan
2) Tes uraian
3) Tes perbuatan/keterampilan.

4|Page
b. Tes tipe objektif
Dalam pemeriksaan tes tipe objektif tidak ada factor lain yang mempengaruhi
proses pemeriksaan dan hasil akhir berupa skor yang akan diperoleh testi. Macam-
macam tes tipe objektif:
1) Benar-Salah (True-False)
2) Pilihan berganda (Multiple choice)
a. Pilihan ganda biasa
b. Hubungan antar hal (sebab-akibat)
c. Pilihan ganda kompleks
d. Menjodohkan.
Sedangkan berdasarkan tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:

a. Tes kecepatan berfikir (Speed test)


1) Tes intelegensi
2) Tes keterampilan bongkar pasang alat
b. Tes kemampuan (kognitif atau psikomotorik) (Power test)
c. Tes pencapaian (Achievmement test)
1) Tes harian (formatif), untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa
sudah terbentuk (kognitif, afektif, psikomotorik) setelah mengikuti
suatu program tertentu.
2) Tes sumatif, untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sejumlah
materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari.
3) UAN
d. Tes kemajuan hasil belajar / tes perolehan (Assesment test), untuk melihat hasil
belajar setelah kegiatan dilakukan.
e. Tes diagnostic (Diagnostic test), untuk mencari, menyelidiki, atau meneliti
penyebab dari sesuatu hal yang muncul.

2. Instrumen Penelitian Berbentuk NonTes

Teknik non-tes digunakan untuk memperoleh data tentang aspek afektif atau
psikomotorik dari subjek yang diteliti. Instrumen penelitian bentuk non tes dapat
berupa:

5|Page
a. Wawancara (interview), dilakukan dengan cara menentukan tanya jawab langsung
antara pewawancara dengan yang diwawancara tentang segala sesuatu yang
diketahui oleh pewawancara. Agar hasil wawancara sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara harus:
1) Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada orang yang diwawancara.
2) Merekam pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban
dari orang yang diwawancara (responden).
b. Obsevasi/pengamatan (observation), dilakukan dengan cara orang yang
melakukan pengamatan (observer) mengadakan pengamatan langsung ke lapangan
tentang segala sesuatu yang ingin diketahui tentang objek yang diteliti. Agar hasil
observasi sesuai dengan apa yang diinginkan, observer harus membuat pedoman
obervasi, yaitu berupa daftar informasi yang ingin diketahui oleh observer.
c. Angket (questionnaire), adalah daftar pertanyaan/pernyataan yang harus dijawab
atau diisi oleh responden. Berdasarkan kebebasan responden dalam menjawab
setiap pertanyaan, angket dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Angket terbuka,
Jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan tidak disediakan. Responden
bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai dengan yang
diinginkannya.
2) Angket tertutup
Jawaban Jawaban untuk setiap pertanyaan/pernyataan telah disediakan,
Responden bebas memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan sesuai
alternatib jawaban yang telah disiapkan. Angket tertutup, berdasarkan
skalanya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Skala Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin diketahui.
Dalam angket skala Likert biasanya disediakan lima alternative
jawaban, misalnya: SS, S, N, TS, dan STS. Agar peneliti dapat dengan
mudah mengetahui apakah seorang responden menjawab dengan
sungguh-sungguh atau asal-asalan, sebaiknya angket disusun
berdasarkan pernyataan positif dan pernyataan negative. Untuk
pernyataan positif, penskoran jawaban biasanya sebagai berikut: SS =

6|Page
5; S = 4; N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan
negative sebaliknya.

Contoh skala likert :

b) Skala Guttman, untuk mengukur secara tegas dan konsisten tentang


sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena tertentu yang ingin diketahui. Dalam skala Guttman hanya
disediakan dua alternative jawaban (dikotomi), misalnya: Ya - tidak;
setuju - tidak setuju; pernah - tidak pernah. Sehingga jika datanya
dikuantitatifkan, nilainya hanya 0 atau 1 saja, atau hanya 1 atau 2 saja.
Data yang diperoleh dari angket skala Guttman dapat dikategorikan
skala nominal atau ordinal.
Contoh :

c) Skala Thurstone, untuk mengukur tentang sikap, persepsi seseorang


atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu yang ingin diketahui.
Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
i. Peneliti menyusun sebanyak-banyaknya pernyataan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.

7|Page
ii. Kemudian setiap peryataan dinilai oleh beberapa orang ahli (paling
sedikit tiga orang) yang independen.
iii. Kepada setiap ahli tersebut diminta untuk mengelompokkan
pernyataan-pernyataan tersebut dalam 11 kelompok dan memberi
skor 1 sampai dengan 11. Yang paling relevan diberi skor 1 dan
yang paling tidak relevan diberi skor 11. Dalam kelompok pertama
dikumpulkan pernyataan yang sangat baik, kelompok kedua yang
baik, dan seterusnya, tumpukan keenam netral, dan seterusnya
tumpukan ke-11 yang tidak baik.
iv. Pernyataan yang sangat menyebar dibuang, sedangkan pernyataan
pernyataan yang mempunyai nilai agak bersamaan dari para penilai
(ahli) digunakan dalam skala. Nilai skala dari setiap pernyataan
berupa median dari nilai-nilai yang telah diberikan oleh para ahli.

Hasil dari angket skala Thurstone adalah sejumlah pernyataan yang


biasanya sekitar 20 buah dimana posisi pernyataan-pernyataan telah
diketahui berdasarkan penilaian para ahli. Kepada responden diminta
untuk memilih sebuah pernyataan yang paling disetujuinya atau disuruh
mengecek memilih 2 atau 3 pernyataan yang paling disukai responden.
Data yang diperoleh dari angket skala Thurstone termasuk skala interval
(Nazir, 2003: 336).

d) Rating Scale atau skala penilaian, responden memberikan penilaian


terhadap pernyataan yang diberikan dengan cara memilih skor yang telah
disediakan sehingga hasil dari jawaban responden akan berbentuk data

8|Page
kuantitatif (berupa angka) yang selanjutnya akan diubah menjadi data
kualitatif oleh peneliti. Contoh :

e) Semantic Diferential atau skala perbedaan semantic digunakan untuk


mengukur sikap yang tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist,
akan tetapi disusun suatu garis kontinum yang jawabannya sangat positif
terletak pada bagian paling kanan dari garis sedangkan jawaban negative
terletak pada bagian paling kiri dari garis atau sebaliknya. Responden
dapat memberi jawaban pada rentang yang positif sampai dengan
negative.

Contoh :

d. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah (natural setting). Jika dilihat dari sumber datanya maka mengumpulkan data

9|Page
dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau tekniknya, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya.

C. Jenis Alat Pengumpul Data

1. Pengumpulan Data dengan Observasi


a) Macam-macam Observasi
Sanafiah Faisal mengklasifikasi observasi menjadi : 1) observasi
partisipatif, 2. Observasi terang-terangan dan samar, dan 3) observasi yang tak
berstruktur. Berikut adalah penjelasan masing-masing klasifikasi tersebut :
1. Observasi Partisipatif
Dalam observasi jenis ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Observasi jenis ini kemudian digolongkan menjadi empat, yaitu :
i. Partisipasi pasif, yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
ii. Partisipasi moderat, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak dalam semua kegiatan
iii. Partisipasi aktif, yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan nara
sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap
iv. Partisipasi lengkap, yaitu peneliti terlibat sepenuhnya dengan apa yang
dilakukan narasumber.
2. Observasi Terus Terang dan tersamar
Dalam observasi jenis ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar.
3. Obervasi Tidak Terstruktur

10 | P a g e
Observasi jenis ini adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
4. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution, sebagaimana dikutip Sugiyono, beberapa
manfaat observasi adalah :
i. Dengan observasi peneliti akan lebih mampu memahami konteks
sehingga dapat diperoleh pandangan yang menyeluruh,
ii. Dengan observasi peneliti akan mendapatkan pengalaman langsung
iii. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
yang tidak diamati orang lain,
iv. Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak
diungkapkan responden,
v. Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak
dipersepsi responden,
vi. Melalui observasi peneliti tidak hanya memperoleh data tapi juga
mendapatkan kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi sosial
yang diteliti.
5. Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif, menurut Spradley, dinamakan
situasi sosial yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : place (tempat), actor
(pelaku), dan activities (aktivitas).
6. Tahapan Observasi
Tahapan observasi ada tiga ; Observasi deskriptif, Observasi terfokus, dan
Observasi terseleksi.
1) Observasi Deskriptif
Pada tahap ini peneliti, ketika memasuki lapangan, belum membawa
masalah yang diteliti. Maka peneliti melakukan penjelajahan umum dan
menyeluruh serta melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat,
didengar dan dirasakan.
2) Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu
suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek
tertentu. Observasi ini disebut juga observasi terfokus, karena pada tahap

11 | P a g e
ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan
fokus.
3) Observasi Terseleksi
Pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan
sehingga datanya lebih rinci.
2. Pengumpulan Data dengan Wawancara/Interview
a) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Macam-macam Interview Esterberg, sebagaimana dikutip
Sugiyono, mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu : wawancara
terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur.
1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
2) Wawancara jenis ini dilakukan sebagai teknik pengumpulan data bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
3) Wawancara Semiterstruktur
4) Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-depth interview.
Pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan jenis
wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
5) Wawancara Tak Berstruktur
6) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan.
a. Langkah-langkah Wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, sebagaimana dikutip Sugiyono,
mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :
1. Menetapkan siapa yang akan diwawancarai
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara

12 | P a g e
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
b. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Wawancara
Patton dalam Moleong, sebagaimana dikutip Sugiyono, menggolongkan enam
jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu :
1. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
2. Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
3. Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
4. Pertanyaan tentang pengetahuan
5. Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
6. Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Guba dan Lincoln dalam Moleong, mengklasifikasikan jenis-jenis
pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut :
1. Pertanyaan hipotesis
2. Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal
3. Pertanyaan yang menantang informan untuk merespon dengan memberikan
hipotesis alternatif
4. Pertanyaan interpretatif
5. Pertanyaan yang memberikan saran
6. Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
7. Pertanyaan untuk mendapatkan argumentasi
8. Pertanyaan untuk meengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
9. Pertanyaan untuk mengungkap sumber data tambahan
10. Pertanyaan yang mengarahkan
c. Alat-alat Wawancara
Alat-alat wawancara dapat berupa buku catatan, tape recorder dan camera.
d. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.

13 | P a g e
D. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu :
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.

E. Kualitas Alat Pengumpul Data (Validitas, Reliabilitas, Dan Objektivitas)


a. Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen
untuk mengukur apa yang harus diukur. Jadi validitas suatu instrumen berhubungan
dengan tingkat akurasi dari suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur.
Validitas suatu instrumen dapat dikelompokkan menjadi:

1) Validitas teoritik, yaitu validitas yang didasarkan pada pertimbangan para ahli.
Validitas teoritik terdiri dari:
a. Validitas isi / validitas kurikuler (content validity), yaitu ketepatan suatu
istrumen ditinjau dari segi materi yang diujikan (untuk tes) atau ditinjau dari
segi dimensi dan indikator yang ditanyakan (untuk angket).
b. Validitas muka / validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) (face
validity), yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam
soal/pernyataan/pertanyaan sehingga jelas pengertiannya atau tidak
menimbulkan tafsiran lain. Dalam menguji validitas teoritik suatu
instrument, sebaiknya melibatkan paling sedikit 3 orang ahli di bidangnya.
2) Validitas kriterium, yaitu validitas yang ditinjau berdasarkan hubungannya
dengan kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas tes atau angket
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi. Validitas
kriterium terdiri dari:
a. Validitas banding (validitas bersama atau validitas yang ada sekarang),
yaitu validitas tes yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien
korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji validitasnya dengan

14 | P a g e
nilai-nilai hasil tes terstandar yang telah mencerminkan kemampuan
siswa.
Catatan: Dalam dunia pendidikan, biasanya diasumsikan bahwa nilai
rata-rata ulangan harian sebagai hasil dari tes terstandar.
b. Validitas ramal, yaitu validitas yang berkenaan dengan kemampuan suatu
tes untuk dapat meramalkan keadaan yang akan datang berdasarkan
kondisi yang ada sekarang. Suatu tes seleksi masuk siswa baru haruslah
memiliki tingkat validitas ramal yang tinggi.
Untuk menentukan tingkat validitas kriterium suatu tes dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara nilai-nilai hasil tes yang akan diuji
validitasnya dengan nilai-nilai hasil tes yang telah ada dan sudah diketahui atau
diasumsikan memiliki validitas tes yang memadai.

Langkah-langkah Pengujian Validitas Banding Tes


1. Hitung koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji validitasnya
dengan hasil tes yang terstandar yang dimiliki oleh orang yang sama
dengan menggunakan rumus korelasi produk momen menggunakan
angka kasar (korelasi produk momen Pearson), yaitu:

Dengan
rxy adalah koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
xi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable X
yi adalah nilai data ke-i untuk kelompok variable Y
n adalah banyak data
Catatan:

15 | P a g e
i. Korelasi produk momen Pearson mensyaratkan agar data yang
dikorelasikan sekurang-kurangnya berskala interval.
ii. Rumus korelasi produk momen Pearson sudah tersedia dalam
Calkulator scientific, MS Excel, Software-software statistic.
iii. Tabel r Pearson sudah tersedia pada lambiran buku-buku statistic.

2. Hitung koefisien valiliditas instrument yang diuji (rhitung) , yaing nilainya


sama dengan korelasi korelasi hasil langkah-1 x koefisien validitas
instrument terstandar.
3. Bandingkan nilai koefisien validitas hasil langkah-2 dengan nilai koefisien
korelasi Pearson / tabel Pearson (rtabel) pada taraf signifikansi α (biasanya
dipilih 0,05) dan n = banyaknya data yang sesuai.
Kriteria :
Instrumen valid, jika rhitung ≥ rtabel
Instrumen tidak valid, jika rhitung < rtabel
4. Tentukan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada
pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h.145)
adalah sebagai berikut:
0,80 < rxy 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < rxy 0,80 validitas tinggi (baik)
0,40 < rxy 0,60 validitas sedang (cukup)
0,20 < rxy 0,40 validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy 0,20 validitas sangat rendah (jelek)
rxy 0,00 tidak valid

Langkah-langkah Pengujian Validitas Butir Soal Tes


1. Hitung koefisien validitas butir soal nomor 1 (r1) dengan cara menghitung
koefisien korelasi produk momen Pearson antara setiap skor soal nomor 1
dengan skor total yang dimiliki oleh orang yang sama.
2. Bandingkan nilai koefisien validitas hasil langkah-1 dengan nilai koefisien
korelasi Pearson / tabel Pearson (rtabel) pada taraf signifikansi α (biasanya
dipilih 0,05) dan n = banyaknya data yang sesuai.
Kriteria :
Instrumen valid, jika r1 ≥ rtabel

16 | P a g e
Instrumen tidak valid, jika r1 < rtabel
3. Tentukan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada
pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956,
h.145).
4. Ulangi langkah (1) sampai dengan (3) untuk menguji validitas butir soal
yang lainnya.
5. Jika ada butir soal yang tidak valid, dilakukan uji validitas instrument
tahap 2 yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Buang setiap soal yang tidak valid.
b. Hitung nilai total yang baru, yaitu hasil penjumlahan skor butir soal
yang
valid, selanjutnya disebut skor total baru untuk uji validitas tahap
kedua
c. Lakukan pengujian validitas untuk setiap butir soal yang valid hasil
uji validitas tahap pertama dengan skor total seperti langkah (1)
sampai dengan (4) pada uji validitas tahap pertama.
6. Uji validitas dihentikan, setelah semua butir soal valid.

b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilaitas adalah tingkat ketetapan suatu instrumen mengukur apa yang harus
diukur. Ada tiga cara pelaksanaan untuk menguji reliabilitas suatu tes, yaitu: tes
tunggal (single test), tes ulang (test retest), dan tes ekuivalen (alternate test).
1) Reliabilitas Tes Tunggal (Internal Consistency Reliability) Tes tunggal
adalah tes yang terdiri dari satu set yang diberikan terhadap sekelompok subjek
dalam satu kali pengetesan, sehingga dari hasil pengetesan hanya diperoleh
satu kelompok data. Ada dua teknik untuk perhitungan reliabilitas tes, yaitu:
a. Teknik Belah Dua (Split-Half Technique).
Dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian yang relatif
sama (banyaknya soal sama), sehingga masing-masing testi mempunyai
dua macam skor, yaitu skor belahan pertama (awal / soal nomor ganjil)
dan skor belahan kedua (akhir / soal nomor genap). Koefisien reliabilitas
belahan tes dinotasikan dengan r1 1 dan dapat dihitung dengan
22

menggunakan rumus yaitu korelasi angka kasar Pearson. Selanjutnya

17 | P a g e
koefisien reliabilitas keseluruhan tes dihitung menggunakan formula
Spearman-Brown, yaitu:

Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai


berikut:
0,80 < r11  1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11  0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11  0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11  0,40 reliabilitas rendah
-1,00  r11  0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)
b. Teknik Non Belah Dua (Non Split-Half Technique).
Salah satu kelemahan perhitungan koefisien reliabilitas dengan
menggunakan teknik belah dua adalah (1) banyaknya butir soal harus
genap, dan (2) dapat dilakukan dengan cara yang berbeda sehingga
menghasilkan nilai yang berbeda pula. Untuk mengatasi masalah tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik non belah dua. Untuk
perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Kuder-Richardson (KR-20) yaitu:

dengan n adalah banyaknya butir soal


pi adalah proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-
i
qi adalah proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i
s t2 adalah varians skor total.

Atau rumus Kuder-Richadson (KR-21), yaitu:

18 | P a g e
Dengan
r11 adalah koefisien reliabilitas
n adalah banyaknya butir soal
xt adalah rata-rata skor total

s t2 adalah varians skor total.


2) Reliabilitas Tes Uraian
Untuk menghitung reliabilitas tes bentuk uraian dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Cronbach-Alpha, yaitu:

dengan:
r11 adalah koefisien reliabilitas
n adalah banyaknya butir soal.

s i2 adalah varians skor soal ke-i.

s t2 adalah varians skor total.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hadjar. 1996. Dasar-dasar Metologi Penelitian Kuantitatif dalam pendidikan.


Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Iskandar. 2008. Metologi Penelitian Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Kuantitatif dan
kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Permendikbud. 2014. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan
Dasar & Pendidikan.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Al fabeta.


Suharsimi, Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi, Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo.

20 | P a g e

You might also like