Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM Geolistrik
LAPORAN PRAKTIKUM Geolistrik
GEOLISTRIK
OLEH: KELOMPOK 4
A.ARMANSYAH H22114008
MUTMAINNAH H22114
ILAPADILA H22114
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah Kuliah
Lapang pada Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Hasanuddin
Penyusun,
KELOMPOK 4
A.ARMANSYAH H22114008
MUTMAINNAH H22114
ILAPADILA H22114
Mengetahui,
1. Andi Zulkifli
3.
4.
Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berpartisipasi dalam persiapan kegiatan praktikum, pelaksanaan
kegiatan hingga penyusunan laporan lengkap Praktikum Perpetaan. Apresiasi dan
ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada kedua orangtua tercinta atas
sokongan riil maupun materiil, dosen pembimbing Mata Kuliah, serta asisten yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mendampingi
penyusun sebelum dan selama kegiatan praktikum berlangsung. Tak lupa pula
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung selama kegiatan praktikum.
Meskipun laporan ini telah disusun sebaik mungkin, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat diperlukan guna penyempurnaan dalam penyusunan
laporan berikutnya. Akhir kata penyusun haturkan mohon maaf atas kekurangan
yang terdapat dalam laporan ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan sumbangsih dalam dunia kependidikan. Aamiin
Tim Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
IV.1 Hasil.......................................................................................... 90
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan........................................................................................... 128
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik 1 dimensi dan
2 dimensi yang di lakukan Desa Bira Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten
Bulukumba.
I.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
II.2. MetodeGeolistrik
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi
oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan
dalam batuan. Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan
terutama oleh sifat air, yakni elektrolit. Larutan garam terdiri dari anion dan kation
yang bergerak bebas dalam air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan
kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutup negatif sedangkan anion
menuju kutup positif. Batuan berpori yang berisi air, nilai resistivitas listriknya
berkurang dengan bertambahnya kandungan air (Ngadimin, 2001).
Metoda geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke
dalam bumi (Hendrajaya, 1990).
Metoda geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk di dalamnya adalah
(Hendrajaya, 1990) :
𝐿
𝑅= 𝜌 (2.1)
𝐴
Keterangan :
𝑅 = Resistansi (Ω)
∆L
𝛥V
Jika hambatan R dialirkan arus listrik (I) dikedua ujung dari silinder dan di ukur
beda Potensial (𝛥V) pada kedua ujung penampang konduktor tersebut, diperoleh
hukum Ohm yang dinyatakan Sebagai berikut : (Putra, 2014) :
∆𝑉
𝑅= (2.2)
𝐼
Satuan tahanan jenis dalam SI adalah ohm-meter. Sifat merambat arus listrik lebih
banyak memanfaatkan sifat daya hantar jenis listrik yang berbanding terbalik
dengan tahanan jenis, yaitu (Taib, 2004) :
1 𝐽
𝜎= = (2.3)
𝜌 𝐸
𝐼
𝐽= (2.4)
𝐴
I dalam Ampere, A adalah luas dalam m2, J dalam Ampere/m2. Arus titik ini
bergerak ke semua arah berupa vektor (Taib, 2004).
Bila persamaan (2.4) disubtitusikan kepada persamaan (2.2) dan persamaan (2.1),
maka akan didapatkan (Taib, 2004) :
1𝑉
𝐽= = 𝜎𝐸 (2.5)
𝜌𝐿
Mengingat medan listrik adalah gradien potensial listrik, dengan persamaan (Putra,
2014) :
𝐸 = −∇𝑉 (2.6)
𝐽 = −𝜎∇𝑉 (2.7)
Jika tidak ada sumber arus pada suatu volume yang dilingkupi oleh permukaan A
maka ∇. 𝐽 = 0 sehingga (Putra, 2014) :
∇. 𝐽 = −∇. (𝜎∇𝑉) = 0
Jika nilai σ adalah konstan, maka kita akan menghasilkan Persamaan Laplace untuk
potensial listrik (Putra, 2014) :
∇2 𝑉 = 0 (2.9)
𝐼𝜌 1 𝑉
𝑉 = (2𝜋) 𝑟 atau 𝜌 = 2𝜋𝑟 𝐼 (2.11)
Dimana faktor 4π menjadi 2π sebagai akibat distribusi arus hanya terdapat pada
setengah-ruang. Dalam hal ini distribusi arus dan permukaan ekuipotensial
diperlihatkan pada Gambar 2.2 (Telford, 1976).
Gambar 2.3. Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial di permukaan bumi
yang homogen (Telford, 1976)
Perubahan potensial sangat drastis pada daerah dekat sumber arus. Dimana
gradien yang berada di luar C1 dan C2 yang menjauh dari linier memiliki gradien
potensial yang besar, sedangkan pada daerah C1 dan C2 gradien potensial kecil dan
mendekati linier. Dari alasan ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan pada
daerah antara C1 dan C2 yang memiliki gradien potensial linier. Untuk menentukan
perbedaan potensial antara dua titik yang ditimbulkan oleh sumber arus listrik C1
dan C2, maka dua elektroda potensial misalnya P1 dan P2 ditempatkan di dekat
sumber seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 2.4 (Telford, 1976).
Gambar 2.4. Distrosi garis ekuipotensial dan garis aliran arus pada dua titik
sumber arus. (a) Penampang dilihat dari atas; (b) Penampang vertikal di
permukaan tanah (Telford, 1976).
Potensial di titik P1 yang ditimbulkan arus C1 dan C2 pada Gambar 2.3 adalah
(Telford, 1976) :
𝐼𝜌 1 1
𝑉1 = ( −𝑟 ) (2.12)
2𝜋 𝑟 1 2
𝐼𝜌 1 1
𝑉2 = ( −𝑟 ) (2.13)
2𝜋 𝑟3 4
∆𝑉 1
𝜌𝑎 = (1 1 1 1 ) (2.15)
𝐼 − − +
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
Dimana r1,r2,r3 dan r4 adalah besaran jarak, seperti yang ditampilkan pada Gambar
2.3 (Telford, 1976).
Gambar 2.5 Titik sumber arus tunggal di permukaan pada medium homogen
Untuk pola arus seperti Gambar 2.5 akan berlaku Hukum Ohm,
𝐴𝑑𝑉
𝐼=− (2.16)
𝜌𝑑𝑟
2𝜋𝑟 2 𝑑𝑉 𝜌𝐼𝑑𝑟
𝐼=− atau 𝑑𝑉 = − (2.17)
𝜌𝑑𝑟 2𝜋𝑟 2
𝑟 𝜌𝑙 𝐼𝜌
𝑉 = ∫ 𝑑𝑉 = ∫0 − 𝑑𝑟 = (2.18)
2𝜋𝑟 2 2𝜋𝑟
II.2.6. Resisitivitas Semu
Hasil pengukuran langsung di lapangan inilah yang dinamakan resistivitas
semu (ρa), yang mana merupakan besaran rata-rata dari nilai-nilai resistivitas
medium yang berbeda-beda tersebut. Dari persamaan (2.15), nilai resistivitas
semunya dapat ditentukan sebesar,
2𝜋∆𝑉 1
𝜌𝑎 = 1 1 1 1 (2.19)
𝐼 (𝑟 −𝑟 )−(𝑟 −𝑟 )
1 2 3 4
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (2.20)
(𝑟 −𝑟 )−(𝑟 −𝑟 )
1 2 3 4
K merupakan suatu tetapan, dan nilainya tergantung pada susunan elektroda yang
digunakan dalam pengukuran. Dengan demikian persamaan (2.19) dapat ditulis
menjadi,
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (2.21)
𝐼
II.2.7. Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4
buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan
MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.
Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna,
seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan
batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi
menyimpang dari nilai sebenarnya yang dapat mempengaruhi homogenitas
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor
ketidak-seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada
jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar
arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dan sebagainya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang
secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari
lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan
batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan
konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut
menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN,
sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum
dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami
tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan
demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-
benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang
mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi
tinggi.
II.2.8. Faktor Geometri
Eksplorasi Tahanan Jenis memerlukan suatu aturan elektroda yang posisi
tiap titik pengamatan potensial M-N terhadap sumber arus A-B berbeda-beda. Pada
umumnya eksplorasi tahanan jenis menggunakan rentang elektroda sepanjang garis
lurus. Perbedaan letak M-N dari A-B akan mempengaruhi besar medan listrik yang
akan diukur besaran faktor terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut
disebut faktor geometri. Untuk memudahkan perhitungan tiap aturan elektroda
dengan harga faktor geometri adalah tetap. Potensial elektroda V(M) dan V(N) adalah:
(Taib, 2004)
A
V
A M N B
Gambar 2.9. Susunan dua buah elektroda arus dan dua buah elektroda potensial
(Taib, 2004).
𝜌𝐼 1 1
𝑉(𝑀) = ( − 𝐵𝑀) (2.25)
2𝜋 𝐴𝑀
𝜌𝐼 1 1
𝑉(𝑀) = ( − 𝐵𝑁) (2.26)
2𝜋 𝐴𝑁
𝜌𝐼 1 1 1 1
∆𝑉 = 𝑉(𝑀) − 𝑉(𝑁) = ( − 𝐵𝑀 − 𝐴𝑁 + 𝐵𝑁) (2.27)
2𝜋 𝐴𝑀
∆𝑉 2𝜋
𝜌𝑎 = 1 1 1 1 (2.28)
𝐼 ( − − + )
𝐴𝑀 𝐵𝑀 𝐴𝑁 𝐵𝑁
Karena faktor geometri (K) tetap untuk tiap aturan elektroda maka K merupakan
unsur penting dalam eksplorasi geolistrik baik pendugaan vertikal maupun
pendugaan horisontal (Taib, 2004).
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (2.29)
( − − + )
𝐴𝑀 𝐵𝑀 𝐴𝑁 𝐵𝑁
∆𝑉
Dengan demikian tahanan jenis semu merupakan perkalian antara K dengan ∆𝐼
Nilai dari beberapa Tahanan jenis dari beberapa jenis Batuan Beku dan Batuan
Sedimen dimuat pada tabel di bawah :
METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal …-…. November 2016
di di delta lakkang.
A. Konfigurasi Wenner
1. Memasang elektroda di titik awal, yang mana titik tersebut sebagai posisi
elektroda A.
2. Mengukur jarak antar elektroda.
3. Menanam elektroda dengan jarak 2 m antar elektroda.
4. Menentukan koordinat untuk setiap elektroda.
5. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda (A, B, M dan N).
6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Menekan tombol range untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus
dan 000,0 untuk potensial.
8. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama 5 detik kemudian
menekan tombol hold secara bersamaan pada alat.
9. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
10. Melakukan pengukuran sebanyak 2 kali pembacaan data.
11. Mematikan kembali alat, kemudian memindahkan kabel yang terpasang tadi
dengan masing-masing bergeser sepanjang jarak tertentu. Jadi, kabel yang
terpasang di elektroda A, akan berpindah ke elektroda M, dan begitu pula
untuk elektroda selajutnya.
12. Mengulang tahap 7-11.
13. Pada line berikutnya, tahapnya tetap sama tetapi jaraknya akan berubah.
14. Mengulang pengukuran untuk line berikutnya dengan catatan yaitu line 2
berpindah sepanjang 10 m, line 3 berpindah sepanjang 15 m, line 4 berpindah
sepanjang 20 m, line 5 berpindah sepanjang 25 m, dan line 6 berpindah
sepanjang 30 m.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Mengukur jarak lintasan.
2. Menentukan titik sonding di tengah-tengah lintasan.
3. Mengukur jarak M ke N.
4. Mengukur jarak A ke B .
5. Mengukur jarak dari titik sounding ke M dan begitu pula sebaliknya ke titik N.
6. Mengukur jarak dari titik sounding ke A dan begitu pula sebaliknya ke titik B.
7. Menanam elektroda dengan jarak yang telah ditentukan dan menentukan
koordinat untuk setiap elektroda.
8. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
9. Menyalakan alat kemudian melihat display.
10. Melakukan prosedur yang sama dengan poin 7-10 pada Konfigurasi Wenner.
11. Memindahkan kabel pada elektoda A dan B ke elektroda setelahnya ,
sedangkan posisi elektroda M dan N tetap. Dalam praktikum ini, jarak M dan
N akan berubah setelah elektroda A dan B berpindah sebanyak 4 kali, dengan
catatan jarak A ke B lebih besar daripada jarak M ke N.
12. Mengulang tahap 10-11.
III.4 Pengolahan Data
A. Konfigurasi Wenner
1. Memasukkan data lapangan berupa nilai V (Tegangan), I (Arus) ke dalam
program Ms.excel untuk mancari konstanta dan nilai resistivitas semu.
2. Membuat nilai input untuk program Res2Dinv di notepad, dengan format,
input sebagai berikut :
- Menentukan nama lintasan survey.
- Menuliskan jarak elektroda terkecil.
- Menuliskan data berupa: Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger =7,
pole-pole = 2, dipole-dipole = 3, pole-dipole = 6)
- Menuliskan jumlah nilai total datum point.
- Menentukan dan menuliskan nilai posisi datum pertama (tulis 0 jika datum
pertama berada di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum pertama berada
di tengah-tengah elektoda).
- Memasukkan dan menuliskan nilai 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
- Susunan data:
- Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
- Ketik nol diakhir input data, 4 kali.
- Setelah mendapat input di notepad, kemudian save as dalam bentuk
*.dat (misalkan nama filenya : wenner.dat).
- Keluar dari notepad .
3. Membuka program Res2Dinv.
4. Dari tampilan windows Res2Dinv, membuka menu file untuk membaca data
yang disimpan dalam program notepad (file wenner.dat). Kemudian memilih
menu inversi, lalu memilih least-squares invertion. Untuk melihat posisi
datum point pilih menu lalu memilih spilce data set.
5. Untuk mengedit data, memilih menu ,lalu memilih extermine datum point.
Untuk menghilangkan data yang jelek, memilih datum point yang ingin
dihilangkan, lalu klik kanan pada mouse (sampai tanda merah), kemudian
tekan Q.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Memasukkan nilai V (potensial) dan I (arus) yang diperoleh dari lapangan ke
dalam Ms. Excel untuk menghitung nilai K dan ρ rata-rata.
2. Membuka software IP2win, kemudian membuka new VES point.
3. Memasukkan nilai AB/2, MN, dan ρ rata-rata (resistivitas semu) ke dalam tabel
new VES point.
4. Menyimpan tabel new VES point tersebut dalam bentuk *.txt dan *.dat.
5. Selanjutnya muncul kurva pemodelan sounding beserta tabel dan persentese
errornya.
6. Untuk mengurangi tingkat errornya, dilakukan proses editing dengan cara
menggerakkan garis biru agar garis hitam (data lapangan) berimpit dengan garis
merah (hasil kalkulasi software). Nilai error semakin berkurang apabila garis
merah semakin mendekati garis hitam (berimpit). Menyimpan file ini dalam
bentuk *.dat.
7. Melakukan add data (*.dat), kemudian akan muncul jumlah lapisan berupa
gambar penampang (pseudo cross & resistivity section).
BAB IV
IV.1 Hasil
SP I V ρa
AB/2 MN/2 K
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ρrata SD
1 0.25 5.890 0.1 0 0 103 103.2 103.3 1539 1539 1532 88.008 87.844 87.359 14.087 0.337
1.5 0.25 13.744 0 0 0 103.3 103.4 10.3 770 780 770 102.452 103.682 1027.499 6.462 533.722
0 0.1 0 103.3 103.3 103.3
2 0.25 24.740 450 460 450 107.774 110.145 107.774 108.564 1.369
0.1 0 0.1 103.4 103.3 103.1
2.5 0.25 38.877 290 270 290 108.999 101.615 109.316 106.643 4.358
0 0.4 0 103.3 2.39 102.9
2.5 0.5 18.850 600 550 600 109.484 4334.609 109.910 1518.001 2439.254
0 0 0.5 103.3 103.2 103.3
3 0.5 27.489 315.4 312.2 316.8 83.930 83.159 84.170 83.753 0.528
4 0.5 49.480 0 0.3 0 103.4 103.4 103.4 184 149 185 88.050 71.158 88.528 82.578 9.894
5 0.5 77.754 0 0.3 0 103.3 103.4 103 70 60 100 52.689 44.893 75.490 57.691 15.900
5 1 37.699 0.2 0 0.2 103 103 103.4 0.24 0.21 0.49 0.015 0.077 0.106 0.066 0.047
8 1 98.960 0 0.3 0 103 103.4 103.4 20 0.3 21 19.216 0.000 20.098 13.105 11.358
10 1 155.509 0.1 0 0 103 103.5 102.5 24.3 23.3 23.8 36.537 35.008 36.108 35.885 0.789
10 2 75.398 0 0.2 0 103.5 103.5 103.5 49.8 52.3 51.8 36.279 37.954 37.736 37.323 0.911
12 2 109.956 0 0 0 103.5 103.7 103.6 27.5 27.2 27.2 29.215 28.841 28.869 28.975 0.209
15 2 173.573 0.1 0 0 103.4 103.6 103.4 2.3 11.9 12.7 3.693 19.937 21.319 14.983 9.802
20 2 311.018 0.3 0 0 103.4 103.3 103.3 2 4.7 5.6 5.113 14.151 16.861 12.042 6.151
20 8 65.973 0.1 0 0 103.3 103.3 103.4 19.6 25.4 25.7 12.454 16.222 16.398 15.024 2.228
25 8 110.152 0.9 0.1 0 103.4 103.4 98.9 5.2 10.3 11.6 4.581 10.866 12.920 9.456 4.345
30 8 164.148 0.2 0.1 0 103 103 103.4 8.1 5.7 7.3 12.590 8.925 11.589 12.089 1.895
40 8 301.593 0.1 0 0 103 103.2 103 2.6 3.5 3.4 7.320 10.228 9.955 9.168 1.606
50 8 478.307 0.2 0.2 0 103.2 103.2 103.2 6 0.2 1.3 26.882 0.000 6.025 10.969 14.106
60 8 694.292 0.1 0 0 103.2 103.2 103.3 0.6 1 1.3 3.364 6.728 8.737 6.276 2.715
80 8 1,244.07 0 0.7 0.2 103.3 103.3 103.4 12 1.9 0.1 144.519 14.452 1.203 53.391 79.197
80 20 471.239 0.2 0.1 0 103.3 103.3 103.2 11.9 1.3 1.6 53.374 5.474 7.306 22.051 27.141
100 20 753.982 0.1 0.8 0.5 103.1 103.1 103.1 0.8 0.7 0.7 5.119 0.731 1.463 2.438 2.351
125 20 1,195.77 0.7 0.3 0.3 103.1 103.1 103 3.7 0.9 0.4 34.794 6.959 1.161 14.305 17.980
150 20 1,735.73 0 0 0 103.4 103.2 103.3 0.6 0.5 0.7 10.072 8.410 11.762 10.081 1.676
175 20 2,373.87 0.2 0.1 0 103.6 103.6 103.7 0.1 0.5 0.6 2.291 9.166 13.735 8.397 5.760
200 20 3,110.18 0.1 0 0 103.8 103.9 103.9 0.1 0.2 0.3 0.000 5.987 8.980 4.989 4.573
200 40 1,507.96 0 0 0 104.1 104.1 104 1.1 0.9 1 15.934 13.037 14.500 14.490 1.449
250 40 2,391.54 0.2 0 0 104.2 104.3 104.1 4.2 5.1 4.8 91.806 116.940 110.273 106.339 13.021
300 40 3,471.46 0.1 0.1 0.1 104 103.9 104 0.6 0.6 0.3 16.690 16.706 6.676 13.357 5.786
350 40 4,747,731 0.4 0 0 104.1 104 104 0.1 0.1 0.1 13682224 4565126 4565126 7604159 5263758
IV.2 Pembahasan
2 0.822
(m) 2.87 4.93 Clay
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran