You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLISTRIK

OLEH: KELOMPOK 4

A.ARMANSYAH H22114008

MUTMAINNAH H22114

ILAPADILA H22114

DITHA HARDIANTI H22114

NUR YAQIN JAYA H22114

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan mata kuliah Kuliah
Lapang pada Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Hasanuddin

Makassar, Mei 2017

Penyusun,

KELOMPOK 4

A.ARMANSYAH H22114008

MUTMAINNAH H22114

ILAPADILA H22114

DITHA HARDIANTI H22114

NUR YAQIN JAYA H22114

Mengetahui,

Asisten Praktikum Perpetaan

No Nama Tanda Tangan

1. Andi Zulkifli

2. Muhammad Jayadi Kara

3.

4.

Menyetujui,
Dosen Mata Kuliah

Syamsuddin S.Si, M.T Dr. Muhammad Hamzah S.Si,


M.T
NIP: 1914011520021211001 NIP: 196912311997021002
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih
sayang-Nya sehingga Laporan Praktikum Geolistrik dapat disusun dan diselesaikan
tepat waktu. Shalawat serta taslim semoga senantiasa tercurah atas junjungan Nabi
Muhammad SAW, sang revolusioner sejati yang telah membawa perubahan dalam
berbagai dimensi kehidupan ummat manusia.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berpartisipasi dalam persiapan kegiatan praktikum, pelaksanaan
kegiatan hingga penyusunan laporan lengkap Praktikum Perpetaan. Apresiasi dan
ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada kedua orangtua tercinta atas
sokongan riil maupun materiil, dosen pembimbing Mata Kuliah, serta asisten yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mendampingi
penyusun sebelum dan selama kegiatan praktikum berlangsung. Tak lupa pula
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung selama kegiatan praktikum.

Meskipun laporan ini telah disusun sebaik mungkin, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat konstruktif sangat diperlukan guna penyempurnaan dalam penyusunan
laporan berikutnya. Akhir kata penyusun haturkan mohon maaf atas kekurangan
yang terdapat dalam laporan ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan sumbangsih dalam dunia kependidikan. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Makassar, November 2016

Tim Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang................................................................................. ..... 1

I.2 Ruang Lingkup................................................................................... .. 2

I.3 Tujuan.............................................................................................. ..... 2

I.3.1 Tujuan Umum..................................................................... ....... 2

I.3.2 Tujuan Khusus............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional.......................................................................35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu............................................................................ .. 77

III.2 Alat dan Bahan................................................................................ ... 78

III.3 Prosedur Pengambilan Data............................................................... 81

III.3 Pengolahan Data......................................................................... 86

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil.......................................................................................... 90

IV.1.1 Tabel Data......................................................................... 90

IV.1.2 Hasil Pengolahan..................................................................... 90

IV.2 Pembahasan........................................................................................ 120

BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan........................................................................................... 128

V.1.1 Kesimpulan Umum................................................................. 128

V.1.2 Kesimpulan Khusus................................................................. 128

V.2 Saran...................................................................................................... 129

V.1.1 Saran untuk Kuliah Lapang...................................................... 129

V.1.2 Saran untuk Asisten................................................................. . 129

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... xviii

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi


menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika dilakukan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi dengan melibatkan
pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki
oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-
sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun
horisontal.
Metode geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi
dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Metode geolistrik
berkembang pada awal tahun 1900-an. Tetapi kemudian mulai banyak dipakai
untuk keperluan eksplorasi pada tahun 1970-an. Metode yang pertama kali banyak
dipakai di Indonesia adalah metode geolistrik aturan Schlumberger dan Wenner.
Pada metode ini pengambilan data V (beda potensial) dan I (kuat arus) dilakukan
mengikuti konfigurasi elektroda yang dibuat oleh Schlumberger (untuk aturan
schlumberger) dan Wenner (untuk aturan Wenner). Geolistrik dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas
dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya dan mengetahui perkiraan
kedalaman ‘bedrock’ untuk fondasi bangunan. Selain itu, metoda geolistrik juga
bisa untuk menduga adanya lapisan air di bawah permukaan melalui nilai
resistivitas semu yang terukur.

Berdasarkan pada berbagai hal di atas maka dilakukanlah praktikum geolistrik


1D dan 2D di Desa Bira Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba untuk
mengetahui jenis lapisan di bawah permukaan serta mencari kemungkinan
keterdapatan sumber air di bawah permukaan mengingat pada lokasi penelitian
terdapat sumur yang menjadi sumber air masyarakat sekitar.
I.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik 1 dimensi dan
2 dimensi yang di lakukan Desa Bira Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten
Bulukumba.

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari praktikum ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode geolistrik.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.

I.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Mampu mengoperasikan alat resistivity meter single chanel dan multi chanel
2. Mampu mengolah data resistivitas dengan menggunakan aplikasi ip2win untuk
data geolistrik 1 dimensi
3. Mampu mengolah data resistivitas dengan menggunakan aplikasi res2dinv
untuk data geolistrik 2 dimensi.
4. Mampu mengidentifikasi kedalaman akuifer air tanah dari data geolistrik 1
dimensi
5. Mampu mengidentifikasi letak dan kedalaman bunker dari data geolistrik 2
dimensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Geologi Regional

II.2. MetodeGeolistrik
Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi
oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan
dalam batuan. Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan
terutama oleh sifat air, yakni elektrolit. Larutan garam terdiri dari anion dan kation
yang bergerak bebas dalam air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan
kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutup negatif sedangkan anion
menuju kutup positif. Batuan berpori yang berisi air, nilai resistivitas listriknya
berkurang dengan bertambahnya kandungan air (Ngadimin, 2001).
Metoda geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke
dalam bumi (Hendrajaya, 1990).
Metoda geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk di dalamnya adalah
(Hendrajaya, 1990) :

 Metoda potensial diri


 Arus telluric
 Magnetotelluric
 Elektromagnetik
 Induksi polarization (IP)
 Metoda resistivitas (tahanan jenis)
 dan lain-lain
II.2.1. Metoda Resistivitas
Metoda resistivitas adalah salah satu metoda geolistrik yang mempelajari
sifat resistivitas/kondutivitas listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Sebetulnya
terdapat banyak metoda eksplorasi geofisika yang mempergunakan sifat tahanan
jenis sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan
(Lantu, 2010).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metoda geolistrik tahanan jenis dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu (Lantu, 2010) :
A. Metoda Resistivitas Mapping
Metoda resistivitas Mapping merupakan metoda resistivitas yang bertujuan
untuk mempelajarai variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara
horisontal. Oleh karena itu, pada metoda ini dipergunakan konfigurasi elektroda
yang sama untuk semua titik pengamatan di permukaan bumi. Setelah itu baru
dibuat kontur isoresistivitasnya (Hendrajaya, 1990).

B. Metoda Resistivitas Sounding


Metoda resisitivitas Sounding juga biasa dikenal sebagai resistivitas
drilling, resistivitas probing dan lain-lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini
bertujuan untuk mempelajari variasi resisitivitas batuan di bawah permukaan bumi
secara vertikal (Hendrajaya, 1990). Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik
Sounding dilakukan dengan jalan megubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak
elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda
terkecil kemudian membesar secara gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan
kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektroda tersebut
maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki pada pengukuran
sebenarnya pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika dipunyai suatu alat
golistrik yang memadai. Dalam hal ini, alat geolistrik tersebut harus dapat
menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau kalau tidak, alat tersebut harus
cukup sensitif dalam mendeteksi beda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu,
alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup
besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi (Hendrajaya, 1990).

II.2.2. Potensial Dalam Medium Homogen Isotropik


Tahanan listrik didefinisikan sebagai penampang konduktor dengan luas
dan panjang penampang tertentu seperti pada Gambar 2.1. Jika tahanan jenis dari
penampang konduktor yang mempunyai luas A dan panjang L adalah ρ, maka
tahanan R dideskripsikan oleh persamaan 2.1 (Telford, 1976) :

𝐿
𝑅= 𝜌 (2.1)
𝐴
Keterangan :

𝑅 = Resistansi (Ω)

𝜌 = Tahanan jenis/ resisitivity (Ωm)

𝐿 = Panjang penampang (m)

𝐴 = Luas penampang (m2)

∆L

𝛥V

Gambar 2.1 Penampang konduktor (Taib, 2004).

Jika hambatan R dialirkan arus listrik (I) dikedua ujung dari silinder dan di ukur
beda Potensial (𝛥V) pada kedua ujung penampang konduktor tersebut, diperoleh
hukum Ohm yang dinyatakan Sebagai berikut : (Putra, 2014) :

∆𝑉
𝑅= (2.2)
𝐼

Satuan tahanan jenis dalam SI adalah ohm-meter. Sifat merambat arus listrik lebih
banyak memanfaatkan sifat daya hantar jenis listrik yang berbanding terbalik
dengan tahanan jenis, yaitu (Taib, 2004) :

1 𝐽
𝜎= = (2.3)
𝜌 𝐸

σ adalah daya hantar listrik (konduktivitas) yang mempunyai satuan dalam SI


adalah Siemens (S) per meter atau S/M = 1 Ohm-1 m-1, disebut juga 1 Mho/m.
persamaan di atas berlaku untuk media batas berupa silinder kotak dll, yang rapat
arusnya tetap sedang untuk media bersifat di bumi maka diperlukan suatu
pengertian perluasan dari terminilogi di atas, dengan mengusulkan pengertian
tentang rapat arus (J) sebagai berikut (Taib, 2004) :

𝐼
𝐽= (2.4)
𝐴

I dalam Ampere, A adalah luas dalam m2, J dalam Ampere/m2. Arus titik ini
bergerak ke semua arah berupa vektor (Taib, 2004).

Bila persamaan (2.4) disubtitusikan kepada persamaan (2.2) dan persamaan (2.1),
maka akan didapatkan (Taib, 2004) :

1𝑉
𝐽= = 𝜎𝐸 (2.5)
𝜌𝐿

Mengingat medan listrik adalah gradien potensial listrik, dengan persamaan (Putra,
2014) :

𝐸 = −∇𝑉 (2.6)

Sehingga rapat arus dapat ditulis sebagai berikut (Taib, 2004) :

𝐽 = −𝜎∇𝑉 (2.7)

Jika tidak ada sumber arus pada suatu volume yang dilingkupi oleh permukaan A
maka ∇. 𝐽 = 0 sehingga (Putra, 2014) :

∇. 𝐽 = −∇. (𝜎∇𝑉) = 0

∇𝜎. ∇𝑉 + 𝜎∇2 𝑉 = 0 (2.8)

Jika nilai σ adalah konstan, maka kita akan menghasilkan Persamaan Laplace untuk
potensial listrik (Putra, 2014) :

∇2 𝑉 = 0 (2.9)

II.2.3. Elektroda Arus Tunggal di Permukaan Bumi


Jika sumber arus terletak di permukaan medium homogen yang membentuk
medium setengah-ruang/setengah bola dengan setengah-ruang lainnya adalah di
udara (σudara = 0) dengan persamaan (Telford, 1976) :
𝐼𝜌
𝐴= − (2.10)
2𝜋

Sehingga dari kasus ini didapatkan :

𝐼𝜌 1 𝑉
𝑉 = (2𝜋) 𝑟 atau 𝜌 = 2𝜋𝑟 𝐼 (2.11)

Dimana faktor 4π menjadi 2π sebagai akibat distribusi arus hanya terdapat pada
setengah-ruang. Dalam hal ini distribusi arus dan permukaan ekuipotensial
diperlihatkan pada Gambar 2.2 (Telford, 1976).

Gambar 2.2. Sumber arus tunggal C1 di permukaan homogen setengah-ruang,


sementara pasangan sumber arus C2 dianggap terletak di tak-hingga (Telford,
1976).

II.2.4. Dua Pasang Elektroda Arus di Permukaan Bumi


Bila dua elektroda memiliki jarak tertentu seperti pada Gambar 2.3,
potensial pada titik dipermukaan yang letaknya antara dua elektroda arus, potensial
pada setiap titik di permukan akan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus (Telford,
1976).

Gambar 2.3. Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial di permukaan bumi
yang homogen (Telford, 1976)
Perubahan potensial sangat drastis pada daerah dekat sumber arus. Dimana
gradien yang berada di luar C1 dan C2 yang menjauh dari linier memiliki gradien
potensial yang besar, sedangkan pada daerah C1 dan C2 gradien potensial kecil dan
mendekati linier. Dari alasan ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan pada
daerah antara C1 dan C2 yang memiliki gradien potensial linier. Untuk menentukan
perbedaan potensial antara dua titik yang ditimbulkan oleh sumber arus listrik C1
dan C2, maka dua elektroda potensial misalnya P1 dan P2 ditempatkan di dekat
sumber seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 2.4 (Telford, 1976).

Gambar 2.4. Distrosi garis ekuipotensial dan garis aliran arus pada dua titik
sumber arus. (a) Penampang dilihat dari atas; (b) Penampang vertikal di
permukaan tanah (Telford, 1976).

Potensial di titik P1 yang ditimbulkan arus C1 dan C2 pada Gambar 2.3 adalah
(Telford, 1976) :

𝐼𝜌 1 1
𝑉1 = ( −𝑟 ) (2.12)
2𝜋 𝑟 1 2

Dan di P2 potensial yang timbul adalah (Telford, 1976) :

𝐼𝜌 1 1
𝑉2 = ( −𝑟 ) (2.13)
2𝜋 𝑟3 4

Sehingga beda potensial antara titik P1 dan P2 adalah (Telford, 1976) :


𝐼𝜌 1 1 1 1
∆𝑉 = {(𝑟 − 𝑟 ) − (𝑟 − 𝑟 )} (2.14)
2𝜋 1 2 3 4

∆𝑉 1
𝜌𝑎 = (1 1 1 1 ) (2.15)
𝐼 − − +
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4

Dimana r1,r2,r3 dan r4 adalah besaran jarak, seperti yang ditampilkan pada Gambar
2.3 (Telford, 1976).

II.2.5. Homogen Isotrop Setengah tak Berhingga


Luasan setengah bola dipergunakan dalam perhitungan ini karena untuk
bumi yang homogen isotrop berarti tidak ada lapisan selain dari bidang batas antara
tanah dan udara. Udara mempunyai konduktivitas nol atau resistivitas tak
terhingga, sehingga arus hanya akan mengalir ke dalam bumi.

Gambar 2.5 Titik sumber arus tunggal di permukaan pada medium homogen

Untuk pola arus seperti Gambar 2.5 akan berlaku Hukum Ohm,

𝐴𝑑𝑉
𝐼=− (2.16)
𝜌𝑑𝑟

Karena luas setengah bola A= 2πr2, maka arus I menjadi,

2𝜋𝑟 2 𝑑𝑉 𝜌𝐼𝑑𝑟
𝐼=− atau 𝑑𝑉 = − (2.17)
𝜌𝑑𝑟 2𝜋𝑟 2

sehingga potensial di suatu titik sejauh r dari pusat arus adalah,

𝑟 𝜌𝑙 𝐼𝜌
𝑉 = ∫ 𝑑𝑉 = ∫0 − 𝑑𝑟 = (2.18)
2𝜋𝑟 2 2𝜋𝑟
II.2.6. Resisitivitas Semu
Hasil pengukuran langsung di lapangan inilah yang dinamakan resistivitas
semu (ρa), yang mana merupakan besaran rata-rata dari nilai-nilai resistivitas
medium yang berbeda-beda tersebut. Dari persamaan (2.15), nilai resistivitas
semunya dapat ditentukan sebesar,

2𝜋∆𝑉 1
𝜌𝑎 = 1 1 1 1 (2.19)
𝐼 (𝑟 −𝑟 )−(𝑟 −𝑟 )
1 2 3 4

Dari persamaan (2.19) kelompok parameter yang berdimensi jarak dinotasikan


sebagai K yang disebut sebagai faktor geometri,

2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (2.20)
(𝑟 −𝑟 )−(𝑟 −𝑟 )
1 2 3 4

K merupakan suatu tetapan, dan nilainya tergantung pada susunan elektroda yang
digunakan dalam pengukuran. Dengan demikian persamaan (2.19) dapat ditulis
menjadi,

∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (2.21)
𝐼

Dengan menggunakan konfigurasi elektroda tertentu, nilai K dapat


ditentukan, beda tegangan dan arus yang dimasukkan ke dalam tanah dapat
diukur, dengan demikian resistivitas semunya dapat dihitung dengan mengubah
jarak antar elektroda untuk kepentingan eksplorasi dapat diperoleh berbagai variasi
nilai tahanan jenis terhadap kedalaman. Hasil pengukuran di lapangan sesudah
dihitung nilai tahanan jenisnya merupakan fungsi dari konfigurasi elektroda dan
berkaitan dengan kedalaman penetrasinya. Semakin panjang rentang antar
elektroda, semakin dalam penetrasi arus yang diperoleh yang tentu juga sangat
ditentukan oleh kuat arus yang dialirkan melalui elektroda arus (Santoso, 2002).

II.2.7. Konfigurasi
Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4
buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan
MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner
dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri
untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.
Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang
banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna,
seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan
batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh
terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi
menyimpang dari nilai sebenarnya yang dapat mempengaruhi homogenitas
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor
ketidak-seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada
jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar
arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dan sebagainya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya
terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang
secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari
lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan
batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan
konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut
menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN,
sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum
dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami
tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan
demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-
benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang
mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi
tinggi.
II.2.8. Faktor Geometri
Eksplorasi Tahanan Jenis memerlukan suatu aturan elektroda yang posisi
tiap titik pengamatan potensial M-N terhadap sumber arus A-B berbeda-beda. Pada
umumnya eksplorasi tahanan jenis menggunakan rentang elektroda sepanjang garis
lurus. Perbedaan letak M-N dari A-B akan mempengaruhi besar medan listrik yang
akan diukur besaran faktor terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut
disebut faktor geometri. Untuk memudahkan perhitungan tiap aturan elektroda
dengan harga faktor geometri adalah tetap. Potensial elektroda V(M) dan V(N) adalah:
(Taib, 2004)
A

V
A M N B

Gambar 2.9. Susunan dua buah elektroda arus dan dua buah elektroda potensial
(Taib, 2004).

𝜌𝐼 1 1
𝑉(𝑀) = ( − 𝐵𝑀) (2.25)
2𝜋 𝐴𝑀

𝜌𝐼 1 1
𝑉(𝑀) = ( − 𝐵𝑁) (2.26)
2𝜋 𝐴𝑁

𝜌𝐼 1 1 1 1
∆𝑉 = 𝑉(𝑀) − 𝑉(𝑁) = ( − 𝐵𝑀 − 𝐴𝑁 + 𝐵𝑁) (2.27)
2𝜋 𝐴𝑀

Sedangkan tahanan jenis semu adalah :

∆𝑉 2𝜋
𝜌𝑎 = 1 1 1 1 (2.28)
𝐼 ( − − + )
𝐴𝑀 𝐵𝑀 𝐴𝑁 𝐵𝑁

Karena faktor geometri (K) tetap untuk tiap aturan elektroda maka K merupakan
unsur penting dalam eksplorasi geolistrik baik pendugaan vertikal maupun
pendugaan horisontal (Taib, 2004).

2𝜋
𝐾= 1 1 1 1 (2.29)
( − − + )
𝐴𝑀 𝐵𝑀 𝐴𝑁 𝐵𝑁

∆𝑉
Dengan demikian tahanan jenis semu merupakan perkalian antara K dengan ∆𝐼

yang berbeda-beda (Taib, 2004).


∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾 (2.30)
𝐼

Nilai dari beberapa Tahanan jenis dari beberapa jenis Batuan Beku dan Batuan
Sedimen dimuat pada tabel di bawah :

Tabel II.1 Nilai Resistivitas dan Konduktivitas

Sumber : M.H Loke,2009


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal …-…. November 2016
di di delta lakkang.

III.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik adalah :

1. Resistivitimeter Single Channel, digunakan untuk mengukur nilai beda


potensial (V) dan kuat arus (I).
2. Elektroda Potensial dan. Elektroda Arus 16 buah, digunakan sebagai
pengahantar arus yang diinjeksikan.
3. Kabel Elektroda 4 gulung (kabel A, B, M, N), digunakan sebagai penghubung
aliran arus ke elektroda.
4. Kabel Konektor, digunakan untuk menghubungkan alat dengan kabel elektroda.
5. Aki Kering 2 buah, digunakan sebagai sumber arus.
6. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda.
7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui latitude,
longitude, dan elevasi.
8. Patok, digunakan untuk menandai digunakan untuk menandai titik elektroda
9. Palu elektroda 2 buah, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda
10. Payung, digunakan untuk melindungi alat apabila terjadi hujan
11. Satu set alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran di
lapangan.
III.3 Prosedur Pengambilan Data

A. Konfigurasi Wenner
1. Memasang elektroda di titik awal, yang mana titik tersebut sebagai posisi
elektroda A.
2. Mengukur jarak antar elektroda.
3. Menanam elektroda dengan jarak 2 m antar elektroda.
4. Menentukan koordinat untuk setiap elektroda.
5. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda (A, B, M dan N).
6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Menekan tombol range untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus
dan 000,0 untuk potensial.
8. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama  5 detik kemudian
menekan tombol hold secara bersamaan pada alat.
9. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
10. Melakukan pengukuran sebanyak 2 kali pembacaan data.
11. Mematikan kembali alat, kemudian memindahkan kabel yang terpasang tadi
dengan masing-masing bergeser sepanjang jarak tertentu. Jadi, kabel yang
terpasang di elektroda A, akan berpindah ke elektroda M, dan begitu pula
untuk elektroda selajutnya.
12. Mengulang tahap 7-11.
13. Pada line berikutnya, tahapnya tetap sama tetapi jaraknya akan berubah.
14. Mengulang pengukuran untuk line berikutnya dengan catatan yaitu line 2
berpindah sepanjang 10 m, line 3 berpindah sepanjang 15 m, line 4 berpindah
sepanjang 20 m, line 5 berpindah sepanjang 25 m, dan line 6 berpindah
sepanjang 30 m.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Mengukur jarak lintasan.
2. Menentukan titik sonding di tengah-tengah lintasan.
3. Mengukur jarak M ke N.
4. Mengukur jarak A ke B .
5. Mengukur jarak dari titik sounding ke M dan begitu pula sebaliknya ke titik N.
6. Mengukur jarak dari titik sounding ke A dan begitu pula sebaliknya ke titik B.
7. Menanam elektroda dengan jarak yang telah ditentukan dan menentukan
koordinat untuk setiap elektroda.
8. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta menyambungkan
gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
9. Menyalakan alat kemudian melihat display.
10. Melakukan prosedur yang sama dengan poin 7-10 pada Konfigurasi Wenner.
11. Memindahkan kabel pada elektoda A dan B ke elektroda setelahnya ,
sedangkan posisi elektroda M dan N tetap. Dalam praktikum ini, jarak M dan
N akan berubah setelah elektroda A dan B berpindah sebanyak 4 kali, dengan
catatan jarak A ke B lebih besar daripada jarak M ke N.
12. Mengulang tahap 10-11.
III.4 Pengolahan Data

A. Konfigurasi Wenner
1. Memasukkan data lapangan berupa nilai V (Tegangan), I (Arus) ke dalam
program Ms.excel untuk mancari konstanta dan nilai resistivitas semu.
2. Membuat nilai input untuk program Res2Dinv di notepad, dengan format,
input sebagai berikut :
- Menentukan nama lintasan survey.
- Menuliskan jarak elektroda terkecil.
- Menuliskan data berupa: Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger =7,
pole-pole = 2, dipole-dipole = 3, pole-dipole = 6)
- Menuliskan jumlah nilai total datum point.
- Menentukan dan menuliskan nilai posisi datum pertama (tulis 0 jika datum
pertama berada di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum pertama berada
di tengah-tengah elektoda).
- Memasukkan dan menuliskan nilai 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
- Susunan data:
- Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
- Ketik nol diakhir input data, 4 kali.
- Setelah mendapat input di notepad, kemudian save as dalam bentuk
*.dat (misalkan nama filenya : wenner.dat).
- Keluar dari notepad .
3. Membuka program Res2Dinv.
4. Dari tampilan windows Res2Dinv, membuka menu file untuk membaca data
yang disimpan dalam program notepad (file wenner.dat). Kemudian memilih
menu inversi, lalu memilih least-squares invertion. Untuk melihat posisi
datum point pilih menu lalu memilih spilce data set.
5. Untuk mengedit data, memilih menu ,lalu memilih extermine datum point.
Untuk menghilangkan data yang jelek, memilih datum point yang ingin
dihilangkan, lalu klik kanan pada mouse (sampai tanda merah), kemudian
tekan Q.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Memasukkan nilai V (potensial) dan I (arus) yang diperoleh dari lapangan ke
dalam Ms. Excel untuk menghitung nilai K dan ρ rata-rata.
2. Membuka software IP2win, kemudian membuka new VES point.
3. Memasukkan nilai AB/2, MN, dan ρ rata-rata (resistivitas semu) ke dalam tabel
new VES point.
4. Menyimpan tabel new VES point tersebut dalam bentuk *.txt dan *.dat.
5. Selanjutnya muncul kurva pemodelan sounding beserta tabel dan persentese
errornya.
6. Untuk mengurangi tingkat errornya, dilakukan proses editing dengan cara
menggerakkan garis biru agar garis hitam (data lapangan) berimpit dengan garis
merah (hasil kalkulasi software). Nilai error semakin berkurang apabila garis
merah semakin mendekati garis hitam (berimpit). Menyimpan file ini dalam
bentuk *.dat.
7. Melakukan add data (*.dat), kemudian akan muncul jumlah lapisan berupa
gambar penampang (pseudo cross & resistivity section).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Data

SP I V ρa
AB/2 MN/2 K
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 ρrata SD

1 0.25 5.890 0.1 0 0 103 103.2 103.3 1539 1539 1532 88.008 87.844 87.359 14.087 0.337

1.5 0.25 13.744 0 0 0 103.3 103.4 10.3 770 780 770 102.452 103.682 1027.499 6.462 533.722
0 0.1 0 103.3 103.3 103.3
2 0.25 24.740 450 460 450 107.774 110.145 107.774 108.564 1.369
0.1 0 0.1 103.4 103.3 103.1
2.5 0.25 38.877 290 270 290 108.999 101.615 109.316 106.643 4.358
0 0.4 0 103.3 2.39 102.9
2.5 0.5 18.850 600 550 600 109.484 4334.609 109.910 1518.001 2439.254
0 0 0.5 103.3 103.2 103.3
3 0.5 27.489 315.4 312.2 316.8 83.930 83.159 84.170 83.753 0.528

4 0.5 49.480 0 0.3 0 103.4 103.4 103.4 184 149 185 88.050 71.158 88.528 82.578 9.894

5 0.5 77.754 0 0.3 0 103.3 103.4 103 70 60 100 52.689 44.893 75.490 57.691 15.900

5 1 37.699 0.2 0 0.2 103 103 103.4 0.24 0.21 0.49 0.015 0.077 0.106 0.066 0.047

8 1 98.960 0 0.3 0 103 103.4 103.4 20 0.3 21 19.216 0.000 20.098 13.105 11.358

10 1 155.509 0.1 0 0 103 103.5 102.5 24.3 23.3 23.8 36.537 35.008 36.108 35.885 0.789

10 2 75.398 0 0.2 0 103.5 103.5 103.5 49.8 52.3 51.8 36.279 37.954 37.736 37.323 0.911

12 2 109.956 0 0 0 103.5 103.7 103.6 27.5 27.2 27.2 29.215 28.841 28.869 28.975 0.209

15 2 173.573 0.1 0 0 103.4 103.6 103.4 2.3 11.9 12.7 3.693 19.937 21.319 14.983 9.802

20 2 311.018 0.3 0 0 103.4 103.3 103.3 2 4.7 5.6 5.113 14.151 16.861 12.042 6.151

20 8 65.973 0.1 0 0 103.3 103.3 103.4 19.6 25.4 25.7 12.454 16.222 16.398 15.024 2.228

25 8 110.152 0.9 0.1 0 103.4 103.4 98.9 5.2 10.3 11.6 4.581 10.866 12.920 9.456 4.345

30 8 164.148 0.2 0.1 0 103 103 103.4 8.1 5.7 7.3 12.590 8.925 11.589 12.089 1.895

40 8 301.593 0.1 0 0 103 103.2 103 2.6 3.5 3.4 7.320 10.228 9.955 9.168 1.606

50 8 478.307 0.2 0.2 0 103.2 103.2 103.2 6 0.2 1.3 26.882 0.000 6.025 10.969 14.106

60 8 694.292 0.1 0 0 103.2 103.2 103.3 0.6 1 1.3 3.364 6.728 8.737 6.276 2.715

80 8 1,244.07 0 0.7 0.2 103.3 103.3 103.4 12 1.9 0.1 144.519 14.452 1.203 53.391 79.197

80 20 471.239 0.2 0.1 0 103.3 103.3 103.2 11.9 1.3 1.6 53.374 5.474 7.306 22.051 27.141

100 20 753.982 0.1 0.8 0.5 103.1 103.1 103.1 0.8 0.7 0.7 5.119 0.731 1.463 2.438 2.351

125 20 1,195.77 0.7 0.3 0.3 103.1 103.1 103 3.7 0.9 0.4 34.794 6.959 1.161 14.305 17.980

150 20 1,735.73 0 0 0 103.4 103.2 103.3 0.6 0.5 0.7 10.072 8.410 11.762 10.081 1.676

175 20 2,373.87 0.2 0.1 0 103.6 103.6 103.7 0.1 0.5 0.6 2.291 9.166 13.735 8.397 5.760
200 20 3,110.18 0.1 0 0 103.8 103.9 103.9 0.1 0.2 0.3 0.000 5.987 8.980 4.989 4.573

200 40 1,507.96 0 0 0 104.1 104.1 104 1.1 0.9 1 15.934 13.037 14.500 14.490 1.449

250 40 2,391.54 0.2 0 0 104.2 104.3 104.1 4.2 5.1 4.8 91.806 116.940 110.273 106.339 13.021

300 40 3,471.46 0.1 0.1 0.1 104 103.9 104 0.6 0.6 0.3 16.690 16.706 6.676 13.357 5.786

350 40 4,747,731 0.4 0 0 104.1 104 104 0.1 0.1 0.1 13682224 4565126 4565126 7604159 5263758

IV.1.2 Hasil Pengolahan

IV.2 Pembahasan

Pengolahan data geolistrik resistivitas sounding (konfigurasi schlumberger)


dilakukan dengan metode pencocokan kurva (curve matching). Teknik
interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan gambaran model perlapisan bumi
di bawah permukaan dilakukan dengan cara memplot data dan mencocokkan
kurva data hasil pengukuran dengan kurva standart. Metoda ini secara prinsip
berpedoman pada pencarian nilai error minimum.

Dengan menerapkan metoda tersebut, akhirnya diperoleh jumlah lapisan bumi


sebanyak 6 lapisan dengan nilai error sebesar 11.7%. Hasil inversi ini
menghasilkan penampang satu dimensi di sepanjang dinding sumur dengan
nilai-nilai resistivitas yang mendekati keadaan lithologi sebenarnya, ketebalan
dan kedalaman untuk masing-masing lapisan dapat dilihat pada tabel.

Lithologi batuan penyusunnya dapat diketahui setelah melakukan korelasi


antara nilai resistivitas yang diperoleh dengan peta geologi setempat. Secara
rinci perlapisan yang bersesuaian dengan dugaan lithologi batuan penyusunnya
dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.6 Korelasi Nilai Resistivitas dan Lithologi


No Kedalaman Ketebalan Tahanan Jenis Lithologi
(m) (em)
1 2.05 2.05 110 Alluvium

2 0.822
(m) 2.87 4.93 Clay

3 3.17 6.04 128 Alluvium

4 6,52 12.6 3.92 Clay

5 178 191 13.9 Ground Water

6 177 368 0.183 Ground Water

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa di lapisan teratas (kedalaman


0.822 m) memiliki lithology Clay dengan nilai tahanan jenis 4.93 ohm m. hal
ini bisa jadi diakibatkan oleh kondisi geografis kelurahan Lakkang yang
merupakan delta dan dikelilingi sungai lebar sehingga material berupa clay
mendominasi permukaan atau lapisan atas dari wilayah kajian. Selanjutnya,
pada lapisan di bawahnya terdapat perselingan antara alluviam dengan clay
pada kedalaman masing-masing 2.05 m dan 6.52 m. sementara itu, potensi
ground water atau air tanah pada wilyah kajian terdapat pada kedalaman 177
dan 178 m dengan resistivitas masing-masing 0.183 dan 13.9 ohm m.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

V.1.1 Kesimpulan Umum

V.1.2 Kesimpulan Khusus

V.2 Saran

V.2.1 Saran Untuk Praktikum

V.2.2 Saran Untuk Asisten

You might also like