Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem tenaga listrik EPS (Electric Power System) adalah rangkaian sistem
tenaga listrik dari pembangkitan, transmisi dan distribusi yang dioperasikan secara
diperlukan diagram yang dapat mewakili setiap komponen sistem tenaga listrik [3].
Diagram yang selalu digunakan adalah diagram satu garis dan diagram impedansi
atau diagram reaktansi Gambar 2.1 adalah diagram satu garis sistem tenaga listrik.
Stabilitas tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
pasokan dari sistem daya, ketidak stabilan mungkin terjadi dalam hasil sebuah
progresif menurun atau kebangkitan tegangan beberapa bus, dari hasil ketidak
stabilan tegangan hilangnya beban di area atau tersandung jaringan transmisi dan
Kurva P-V sangat berguna untuk analisis konseptual stabilitas dan tegangan
untuk sistem, di mana P adalah beban total dan V adalah tegangan kritis atau
perwakilan bus. P juga bisa transfer daya antara transmisi atau interkoneksi. tegangan
Untuk analisis konseptual kurva P-V nyaman pada saat karakteristik beban
sebagai fungsi dari tegangan [6]. Gambar 2.2 [5] menunjukkan titik lokus dari
rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan puncak kritis titik menyatakan
kondisi operasi stabil dan titik kritis mengekspresikan ketidakstabilan kondisi operasi.
Analisis stabilitas tegangan melalui kurva Q-V ini adalah untuk melihat
kondisi total banyak muatan (MVAR bagaimana) sistem strain menuju titik kritis dan
menurun. Berarti sistem kinerja dalam penyaluran daya reaktif telah melampaui
kinerja sistem itu sendiri. Gambar 2.3 [5] menunjukkan titik lokus dari tegangan
rangkaian stabilitas strain line linier, sedangkan atas titik kritis mengungkapkan
kondisi usaha yang stabil dan di bawah titik kritis mengungkapkan kondisi operasi
tidak stabil.
masing bus saluran telah diketahui. Jadi masalah utama perhitungan aliran daya
di masing-masing bus diketahui [2]. Namun dalam saluran tenaga listrik khususnya
dalam perhitungan aliran daya biasanya bukan injeksi arus yang diketahui melainkan
injeksi daya. Masalahnya hanya dapat diselesaikan secara iterasi yakni secara
bertahap mencari tegangan bus yang sesuai agar bersama dengan injeksi arus yang
ditimbulkan tegangan yang sedemikian itu menghasilkan daya yang sama dengan
Dalam sistem tenaga setiap bus terdapat empat besaran yaitu dihubungkan
dengan daya aktif (P), daya reaktif (Q) besaran bus, magnitude tegangan (IVI) dan
sudut fasa δ. Dalam solusi aliran daya dua dari empat jumlah yang ditentukan dan dua
sisanya akan dihitung melalui solusi persamaan [9]. Bus digolongkan dalam tiga jenis
sebagai berikut :
1. Bus-PQ atau lazim disebut bus beban, komponen daya aktif P maupun daya
daya.Tegangan pada bus dapat diizinkan untuk berbeda dalam nilai yang
2. Bus – PV atau lazim disebut bus pembangkit. Di sini daya aktif P G dan besar
tegangan (IVI) yang diketahui sesuai dengan peringkat yang ditetapkan. Hal
fasa θ bus, ia juga dikenal sebagai bus generator atau bus yang dikontrol.
3. Bus penadah (slack bus) atau bus berayun (swing bus). Di sini kedua besaran
tegangan (IVI) dan sudut beban δ diketahui, ini akan mengurus daya
tambahan yang dibutuhkan dan kerugian transmisi. Hal ini diperlukan untuk
Di sini slack bus atau swing bus dan sejak P dan Q tidak diketahui (IVI) dan
harus ditentukan. Biasanya sudut δ = 00 digunakan di bus dan semua sudut bus
Solusi aliran daya dapat dicapai oleh setiap metode iteratif, melihat metode
Newton-Raphson diterapkan dalam masalah aliran daya seperti diuraikan di atas, dua
variabel yang diterapkan pada setiap bus dan variabel sisanya diperoleh melalui solusi
praktis (batas atas dan batas bawah, daya nyata, daya reaktif, bus batas tegangan dan
Persamaan aliran daya secara sederhana, untuk sistem yang memiliki 2 bus.
Pada setiap bus memiliki sebuah generator dan beban [1,8,11], walaupun pada
antara bus 1 dengan bus 2. Pada setiap bus memiliki 6 besaran elektris yang terdiri
dari: P D , P G , Q D , Q G , V, dan δ [1]. Gambar 2.4 [1] dapat dihasilkan persamaan aliran
G1 G2
Bus 1 Bus 2
Saluran
Line
Load 1 Load 2
(phi). Beban diasumsikan memiliki impedansi konstan dan daya konstan pada
diagram impedansi.
ZS
IˆG1 Iˆ1 Iˆ2 IˆG 2
jB jB
Beba n 2
yp yp
2 2
Ê1 G1 G2 Ê2
Gambar 2.6 merupakan penyederhanaan dari Gambar 2.5 menjadi daya bus (bus
Bus
Power
*
ˆ
Iˆ1 = IˆG1 − IˆD1 ...........................................................................(2.3)
Bus
Power
( )
Iˆ1 = Vˆ1 y p + Vˆ1 − Vˆ2 y S
Di mana.
( )
Iˆ2 = Vˆ2 y p + Vˆ2 − Vˆ1 y S
Dari Persamaan (2.8) dan (2.12) dapat dihasilkan Persamaan dalam bentuk matrik,
yaitu:
Persamaan (2.5) hingga (2.16) yang diberikan untuk sistem 2 bus dapat dijadikan
Gambar 2.8.a [1] menunjukkan sistem dengan jumlah n-bus di mana bus 1 terhubung
dengan bus lainnya. Gambar 2.8.b [1] menunjukkan model transmisi untuk sistem n-
bus.
Bus 2
Bus 3
Bus 1
Bus n
ˆ
V4
atau
Bus n
( ) ( ) ( )
Iˆ1 = Vˆ1 y P12 + Vˆ1 y P13 + ... + Vˆ1 y P1n + Vˆ1 − Vˆ2 y S12 + Vˆ1 − Vˆ3 y S13 + ... + Vˆ1 − Vˆn y S1n
Iˆ1 = ( y P12 + y P13 + ... + y P1n + y S12 + y S13 + ... + y S1n )Vˆn − y S12Vˆ2 − y S13Vˆ3 + ... − y S1nVˆn .....(2.17)
Di mana:
Y11 = y P12 + y P13 + ... + y P1n + y S12 + y S13 + ... + y S1n ...................................(2.19)
yaitu:
n
Iˆ1 = ∑ YijVˆ j ...........................................................................(2.21)
j =1
n
P1 − jQ1 = Vˆ1* I 1 = Vˆ1* ∑ Y1 jVˆ j .................................................(2.22)
j =1
n
Pi − jQi = Vˆi* ∑ YijVˆ j i = 1,2,....., n .........................(2.23)
j =1
Persamaan (2.23) merupakan representasi persamaan aliran daya yang non linear.
Untuk sistem n-bus, seperti Persamaan (2.15) dapat dihasilkan Persamaan (2.24)
yaitu:
Y 11 Y 12 ... Y 1n
Y Y 22 ... Y 2 n
Di mana: Ybus = 21 = matrik bus admitansi................2.26)
: : ... :
Y n1 Y n 2 ... Y nn
aliran daya. Metode yang digunakan pada umumnya dalam penyelesaian aliran daya,
yaitu metode: Gauss-Seidel, Fast Decoupled dan Newton-Raphson, pada tesis ini
linear dengan solusi pendekatan. Metode ini dapat diaplikasikan untuk satu
Persamaan atau beberapa Persamaan dengan beberapa variabel yang tidak diketahui
[13,16].
Persamaan (2.27).
y = f (x) ...............................................................................(2.27)
f ( x) = 0 ................................................................................(2.28)
(2.29).
1 df ( x0 )
(x − x0 )+ 1 df (2x0 ) (x − x0 )2 + ...........
2
f ( x ) = f ( x0 ) +
1! dx 2! dx
1 df n (x0 )
+ n
(x − x0 )n = 0 ...................................................(2.29)
n! dx
Persamaan (2.30).
df ( x0 )
f ( x ) = f ( x0 ) + (x − x0 ) = 0 .........................................(2.30)
dx
Dari.
f ( x0 )
x1 = x0 − ..............................................................(2.31)
df ( x0 ) dx
Bagaimana pun, untuk mengatasi kesalahan notasi, maka Persamaan (2.31) dapat
(1)
=x (0)
−
( )
f x( 0 )
x
( )
df x( 0 ) dx
........................................................(2.32)
Di mana.
Oleh karena itu, rumus dapat dikembangkan sampai iterasi terakhir (k+1), menjadi
Persamaan (2.33).
( k +1)
=x (k )
−
( )
f x( k )
x
( )
df x( k ) dx
.....................................................(2.33)
x ( k +1) = x ( k ) −
( )
f x( k )
( )
f ' x( k )
...........................................................(2.34)
∆x = −
( )
f x( k )
( )
f ' x( k )
......................................................................(2.35)
∆x = x ( k +1) − x ( k ) ....................................................................(2.36)
Metode Newton-Raphson secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.9 [13] ilustrasi
Metode Newton-Raphson
Pada Gambar 2.9 dapat dilihat kurva garis melengkung diasumsikan grafik
Persamaan y = F (x) . Nilai x0 pada garis x merupakan nilai perkiraan awal kemudian
polar (2.38).
n
Ii = ∑Y V
j =1
ij j
n
I i = ∑ Yij V j ∠θ ij + δ j .........................................................(2.38)
j =1
Pi − jQi = Vi * I i
n
Pi − jQi = Vi ∠ − δ i ∑ Yij V j ∠θ ij + δ j
j =1
n
Pi − jQi = ∑ Vi Yij V j ∠θ ij − δ i + δ j ...................................(2.39)
j =1
Di mana:
Persamaan (2.39) dan (2.40) dapat diketahui Persamaan daya aktif (2.41) dan
( )
n
Qi( k ) = −∑ Vi ( k ) Yij V j( k ) sin θ ij − δ i( k ) + δ (j k ) .......................(2.42)
j =1
Persamaan (2.41) dan (2.42) merupakan langkah awal perhitungan aliran daya
proses iterasi (k+1). Untuk iterasi pertama (1) nilai k = 0, merupakan nilai perkiraan
awal (initial estimate) yang ditetapkan sebelum dimulai perhitungan aliran daya
[14,15].
Hasil perhitungan aliran daya menggunakan Persamaan (2.41) dan (2.42) dengan nilai
Pi (k ) dan Qi(k ) . Hasil nilai ini digunakan untuk menghitung nilai ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) .
Menghitung nilai ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) menggunakan Persamaan (2.43) dan (2.44).
Hasil perhitungan ∆Pi (k ) dan ∆Qi(k ) digunakan untuk matrik Jacobian pada
Persamaan (2.45).
Persamaan (2.45) [8] dapat dilihat bahwa perubahan daya berhubungan dengan
∆P ( k ) J 1 J 2 ∆δ ( k )
(k ) = ( k ) ....................................................(2.46)
∆Q J 3 J 4 ∆ V
a) J1
∂Pi
( )
(k )
∂Pi
( )
(k )
b) J2
∂Pi
( )
(k )
c) J3
∂Qi
( )
(k )
∂Qi
( )
(k )
d) J4
∂Qi
( )
(k )
∂Qi
( )
(k )
Setelah nilai matrik Jacobian dimasukkan kedalam Persamaan (2.46) maka nilai
∆δ i(k ) dan ∆ V
(k )
i
dapat dicari dengan menginversikan matrik Jacobian seperti
Persamaan (2.55).
−1
∆δ ( k ) J 1 J 2 ∆P ( k )
(k ) = .................................................(2.55)
∆ V J 3 J 4 ∆Q ( k )
dan (2.57).
Vi (k +1) = Vi (k ) + ∆ Vi (k ) ..........................................................(2.57)
( k +1)
Nilai δ i( k +1) dan V i
hasil perhitungan dari Persamaan (2.56) dan (2.57) merupakan
perhitungan pada iterasi pertama. Nilai ini digunakan kembali untuk perhitungan
iterasi ke-2 dengan cara memasukan nilai ini ke dalam Persamaan (2.41) dan (2.42)
sebagai langkah awal perhitungan aliran daya, dengan diperolehnya hasil output
aliran beban dari sistem dengan metode Newton-Raphson adalah merupakan output
[16].
perhitungan aliran daya dapat dilakukan sampai iterasi ke-n. Perhitungan selesai
(2.42).
(2.44).
(2.54).
(2.57).
7. Hasil nilai δ ( k +1) dan V ( k +1) dimasukkan kedalam Persamaan (2.41) dan
transformator kopling yang melayani mata rantai antara sistem tenaga listrik dan
daya reaktif. Sistem kontrol Statcom menyesuaikan pada setiap saat tegangan terbalik
cukup untuk memperoses output statcom, output daya reaktif maksimum yang tidak
akan terpengaruh oleh besarnya tegangan. Oleh karena itu, menunjukkan karakteristik
Jadi, ketika beroperasi pada batas tegangannya, jumlah kompensasi daya reaktif yang
lebih diberikan dari statcom. Hal ini karena pada batas tegangan rendah daya reaktif
yang jatuh menitikberatkan turun sebagai kuadrat dari tegangan, di mana MVAR = f
(BV2), tapi yang jatuh menitikberatkan dari linier dengan statcom di mana MVAR =
f (V-I). Hal ini membuat kemampuan kontrol daya reaktif dari Statcom pada saat
sistem bermasalah.
V V
adalah tegangan dalam daya sistem bus. Dasar-dasar operasi statcom adalah bahwa
menentukan jumlah dan arah aliran daya aktif dan reaktif melalui reaktansi jika kita
terdiri dari sumber tegangan inverter dengan kapasitor DC, transformator kopling,
mana statcom dikontrol dengan mengubah sudut fasa antara tegangan keluaran
inverter dan tegangan bus pada titik sambungan titik yang sama. Inverter tegangan Vi
menarik daya reaktif dari sistem AC jika besarnya V t lebih besar dari V i .
Daya aktif dapat ditukar antara statcom dan EPS (Electric Power System)
tegangan output dari inverter ke sudut tegangan dari sistem AC, ini berarti bahwa
inverter tidak dapat memberikan daya aktif ke sistem AC, DC membentuk akumulasi
energi jika tegangan keluaran inverter mendahului tegangan dari sistem AC. Di sisi
lain, inverter dapat menyerap daya aktif dari sistem AC jika tegangan yang tertunda
reaktif sejalan dalam hal Vi dan Vs, impedansi trafo (yang dapat diasumsikan sebagai
ideal) dan perbedaan sudut antara kedua bus, kita dapat menentukan P dan Q. Sudut
antara Vs dan Vi dalam sistem ini d. Ketika statcom beroperasi dengan d = 0 kita
dapat melihat bagaimana daya aktif mengirim ke perangkat sistem menjadi nol
sedangkan daya reaktif terutama akan tergantung pada modul tegangan. Kondisi
operasi ini berarti bahwa arus yang melewati trafo harus memiliki perbedaan +/- 900
phasa ke Vs. Dari Gambar 2.14 Prinsip operasi dari statcom, jika lebih besar dari Vi,
Vs, reaktif akan dikirim ke statcom sistem (operasi kapasitif) yang berasal dari aliran
arus. Dalam kasus sebaliknya, reaktif akan diserap dari sistem melalui statcom
(operasi induktif) dan arus akan mengalir dalam arah yang berlawanan. Akhirnya jika
modul Vs dan V i adalah sama, tidak akan ada atau aliran arus atau reaktif dalam
sistem [28,29].
hanya tergantung pada perbedaan antara mode Vs dan tegangan Vi. Jumlah daya
reaktif sebanding dengan perbedaan tegangan antara Vs dan Vi. Pertukaran daya aktif
antara statcom dan Electric Power System (EPS). pertukaran antara inverter dan
sistem AC dapat dikontrol menyesuaikan sudut tegangan output dari inverter ke sudut
tegangan dari sistem AC. Ini berarti bahwa inverter tidak dapat menyediakan daya
aktif ke sistem AC. DC membentuk akumulasi energi jika tegangan keluaran inverter
Vi jika V i = V S ,I is =0
Mode beban
tidak ada
(a)Vi =Vs Vi
Vi I =leading Iis
is jx.Iis Jika V i > V s , I is
Mode operasi tampaknya termuka saat
kapasitif ini karena besarnya
(b)Vi>Vs Vi dengan arus dapat
dikontrol terus menerus
oleh Vi, fungsinya
statcom akan sebagai
reactansi kapasitip
kapasitor yang terus
terkendali
Vi
Mode operasi Iis=lagging Jika V i < V s , I is
induktif tampaknya tertinggal saat
Vi jx.Iis
(c)Vi<Vs dalam mode ini,
Iis
fungsinya statcom akan
sebagai reaktor yang
reaktansi induktif terus
terkendali
Di samping itu di dalam Matlab ini juga terdapat beberapa fasilitas yang lainnya
processing, control system, simulink, blocksets dengan power system blockset, DSP