Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pangan Minyak Goreng
Laporan Pangan Minyak Goreng
Disusun oleh:
Kelompok VIII
Nama :
Leni Nursafitri 11150960000056
Annisa Aprillia 11150960000058
Muhammad Fatih Asror 11150960000066
Ariawan Darari 11150960000078
Nurinayah 11150960000082
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Penelitian terdahulu Ika Risti Lempang, dkk (2016), uji analisis
kualitas minyak goreng di Manado menggunakan uji parameter kadar air,
bilangan asam lemak bebas, bilangan asam, dan bilangan peroksida. Hasil
penelitian bahan minyak goreng curah memenuhi persyaratan SNI 100%
terhadap kadar air, asam lemak bebas 50%, bilangan asam 100%, dan tidak
memenuhi syarat terhadap bilangan peroksida. Minyak goreng kemasan
memenuhi persyaratan SNI 50% terhadap kadar air, bilangan asam 100%,
bilangan peroksida 50%, dan tidak memenuhi syarat terhadap bilangan asam
lemak bebas.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak
Minyak atau lemak bersifat tidak larut dalam semua pelarut air, tetapi larut
dalam pelarut organik seperti: petroleum eter, dietil eter, alkohol panas, kloroform
dan benzena. Asam lemak rantai pendek sampai rantai atom karbon delapan
bersifat larut dalam air. Makin panjang rantai akan membentuk gugus karboksil
yang tidak bermuatan. Asam lemak jenuh sangat stabil terhadap oksidasi, akan
tetapi asam lemak tidak jenuh sangat mudah teroksidasi. Lemak tidak dapat
meleleh pada satu titik suhu, akan tetapi lemak akan menjadi lunak pada suatu
interval suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lemak
Jenis minyak yang mudah teroksidasi adalah jenis minyak yang tidak jenuh.
Semakin tidak jenuh asam lemaknya akan semakin cepat teroksidasi. Selain itu,
faktor – faktor seperti suhu, adanya logam berat dan cahaya, tekanan udara, enzim
peroksida (asam – asam, alkohol, ester, aldehid, keton, dan sebagainya). Uji
peroksida ini pada dasarnya mengukur kadar senyawaan peroksida yang terbentuk
selama proses oksidasi. Cara ini biasa diterapkan untuk menilai mutu minyak
tetapi cara ini sangat sulit diterapkan untuk jenis makanan yang berkadar lemak
Menurut Buckle et al. (1997) ada dua tipe kerusakan yang utama pada
minyak dan lemak, yaitu:
a. Ketengikan
b. Hidrolisa
bebas yang dapat mempengaruhi cita-rasa dan bau daripada bahan itu.
Hidrolisa dapat disebabkan oleh adanya air dalam lemak atau minyak atau
dan penambah kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol
akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein tersebut. Makin tinggi titik
asap makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu minyak goreng
tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah digunakan untuk
menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis lemak
(Winarno, 1997).
Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan
yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akan
menghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak
enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat
hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik
menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh.
Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di
3.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Pemanas
4. Pipet volume
5. Timbangan
3.2 Bahan
1. Sampel Minyak
2. Asam asetat glasial
3. Kloroform
4. Alcohol
5. Larutan KI jenuh
6. Na2S2O4 0.1 N
7. Amilum
Percobaan kali ini yaitu mengenai analisis bilangan peroksida pada sampel
minyak goreng curah. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah
mengukur kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal
reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak
atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah
bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka
peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar
peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain (Raharjo,
2006).
Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada
minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen,
cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi.
Menurut deMan (1999), setiap peningkatan suhu 10℃ laju kecepatan oksidasi
meningkat dua kali lipat. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan
kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah. Kecepatan akumulasi peroksida
selama proses aerasi minyak pada suhu 100 – 115℃ dua kali lebih besar
dibanding pada suhu 10℃. Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan
jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan
oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan (Ketaren,
1986).
Tabel 1. Pengamatan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan
logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang
terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat
mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan
radikal bebas yang baru ( deMan, 1999; Ericson, 2002).
BAB V
KESIMPULAN
Aidos, I., Padt, A.F.D.,Remko, B.M., and Luten, JB. 2001. Upgrading of Maatjes
herring by-products: production of crude fish oil. Journal Agriculture and
Food Chemistry Vol.49 No. 8:3697-3704.
Aminah, Siti. 2010. Bilangan Peroksida Minyak Goreng dan Sifat Organoleptik
Tempe pada Pengulangan Penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01
No. 01. Semarang : Universitas Muhammadiyah.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3555. 1998 (Cara Uji Minyak dan Lemak).
Badan Standarisasi Nasional : Jakarta
Ericson, M.C., 2002 Lipid Oxidation of Muscle Foods dalam Akoh.C.C., and
Min.B.D. 2002. Food Lipid: Chemistry, Nutrition, and Biotechnology. 2nd
Ed. Marcel Dekker Inc. New York-Basel.
Goreng Curah dan Minyak Goreng Kemasan Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.
5 No. 4.
Lempang, Ika Risti, Fatimawali, Nancy C. Palealu. 2016. Uji Kualitas Minyak
Raharjo, S., 2006. Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sunita, Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.ed-4. PT.Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Sarana Perkasa.