You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLISTRIK

OLEH: KELOMPOK 6

BESSE TENRI PADA


HARMITA LESTARI
KHAERUN NISA
MUH. FIRMANSYAH
MUH. RESKY ARIANSYAH
NOVITA RESKIYAH SARI
NUR AZIZAH DINA WARDANI

PROGRAM STUDI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari tentang bumi
sendiri menggunakan prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika dilakukan guna
mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi dari parameter-parameter fisika
yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat diduga
bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik secara vertikal
maupun horisontal.
Metode geoliostrik merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Metode ini berkembang pada awal tahun 1990-an. Tetapi
kemudian mulaik banyak digunakan untuk keperluan eksplorasi pada tahun 1970-
an. Metode yang pertama kali banyak digunakan di Indonesia adalah metode
dengan aturan Wenner dan Schlumberger. Pada metode ini pengambilan data beda
potensial (V) dan kuat arus listrik (I) dilakukan dengan mengikuti konfigurasi
elektroda yang dibuat oleh Wenner (untuk aturan Wenner) dan Schlumberger
(untuk aturan Schlumberger).

Geolistrikdapatdigunakanuntukmendeteksiadanyalapisantambang yang
mempunyaikontrasresistivitasdenganlapisanbatuanpadabagianatasdanbawahnyada
nmengetahuiperkiraankedalamanbedrock didaerah penelitian.Selainitu,
metodageolistrikjugabisauntukmendugaadanyalapisan air di
bawahpermukaanmelaluinilairesistivitassemu yang terukur.

Berdasarkanpadaberbagaihal di
atasmakadilakukanlahpraktikumgeolistrik1D dan 2D (metode profiling) di
Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Rt 04 Rw 04 Lorong Mattoanging
4untukmengetahuijenislapisan di
bawahpermukaansertamencarikemungkinanketerdapatansumber air di
bawahpermukaanmengingatpadalokasipenelitianterdapatsumur yang
menjadisumber air masyarakatsekitar.
I.2 Perumusan Masalah
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik 2D
(metode profiling) yang di Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Rt 04 Rw 04
Lorong Mattoanging 4.

I.3 Tujuan Penelitian


I.3.1Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode geolistrik.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.

I.3.2Tujuan khusus

Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:


1. Mampu mengoperasikan alat resistivity meter manual single channel.
2. Mampu mengolah data resistivitas dengan menggunakan aplikasi IP2win
untuk data geolistrik 1 dimensi dan res2dinv untuk data geolistrik 2 dimensi.
3. Mampu mengidentifikasi litologi bawah permukaan daerah penelitian dengan
menggunakan informasi nilai resistivitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Geologi Regional
Kota Makassar adalah ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di
Pantai Barat pulau Sulawesi yang berada pada koordinat 1190 18’ 30,18” sampai
dengan 119032’ 31,03” BT dan 50 00’ 30,18” sampai dengan 50 14’ 6,49” LS.
Lokasi Praktikum yang akan didatangi adalah Kelurahan Bira, Kecamatan
Tamalanrea, RT.04/RW.04, Lorong Mattoagin 4 dengan Latitude 000 59.9996’ N
dan Longitude 0010 00.0071’ E.
Daerah Sulawesi Selatan, dimana berdasarkan urutan stratigrafinya batuan tertua
yang dijumpai di daerah adalah Formasi Latimojong yang berumur kapur dengan
ketebalan kurang lebih 1000 meter. Formasi ini telah termetamorfisme dan
menghasilkan filit, serpih, rijang, marmer, kuarsit dan beberapa intrusi bersifat
menengah hingga basa, baik berupa stock maupun berupa retas-retas. Pada bagian
atasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier
Eosen Toraja dan Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri
dari serpih, batu gamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah
mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada
umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah (Diatmico, 2014).

II.2 Geolistrik Tahanan Jenis


Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya dipermukaan bumi
(Hendrajaya, 1990). Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkirakan sifat
kelistrikan medium atau formasi batuan di bawah permukaan yang berhubungan
dengan kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik
(konduktivitas atau resistivitas). Metode ini dilakukan dengan menggunakan arus
listrik searah (Direct Current) yang diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus beda potensial untuk setiap jarak
elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis
masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point). Berdasarkan letak
(konfiguari) elektroda-elektroda potensial dan arus, dikenal beberapa jenis metoda
resistivitas tahanan jenis, antara lain: Metoda Schlumberger, Metode Wenner, dan
Metoda Dipole Sounding.

Menurut Waspodo berdasarkan tujuannya, cara pengukuran resistivitas


terdiri dari dua, yaitu:
1. Metode Resistivitas Sounding (Pendugaan secara Vertikal)
Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara
vertikal. Pada prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) diperbesar
secara bertahap sesuai dengan konfigurasi elektroda yang digunakan.
Semakin panjang bentangan jarak elektrodanya, maka semakin dalam
pula batuan yang dapat diditeksi, walaupun masih dalam batas-batas
tertentu.
2. Metode Resistivitas Mapping (Pendugaan Gejala Horizontal)
Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara
horizontal. Pada prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) dibuat
sama untuk semua titik di permukaan bumi. Hasil dari pengukuran ini
biasa dijadikan sebagai peta kontur berupa sebaran nilai resistivitasnya.
Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Jarak elektroda ini sebanding
dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak
elektroda tersebut maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki
(Hendrajaya dan Arif 1990:5-6). Pada resistivitas sounding dikenal
berbagai macam konfigurasi elektroda, salah satunya adalah konfigurasi
Schlumberger.

II.3Sifat Kelistrikan Batuan dan Tanah


Arus listrik dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu
konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi secara
dielektrik (Telford, 1990). Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga batuan
mempunyai sifat-sifat kelistrikan. Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik
dari batuan bila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal
dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidaksetimbangan, atau arus listrik yang
sengaja dimasukkan ke dalamnya (Hendrajaya, 1990).

II.3.1Konduksi Elektronik
Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan atau
mineral. Konduksi elektronik merupakan aliran elektron bebas yang terdapat
pada batuan atau mineral. Karena , pada batuan atau mineral ini terdapat
banyak elektron bebas di dalamnya. Sehingga, arus listrik dialirkan dalam
batuan atau mineral oleh elektron bebas.

II.3.2Konduksi Elektrolitik
Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat
porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini
arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi
dengan cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik. Konduktivitas
dan resistivitas batuan porus bergantung pada volum dan susunan pori-
porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
bertambah banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang.

II.3.3Konduksi Dielektrik
Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan
tersebut mempunyai elektron sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi
karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron
dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan
intinya, sehingga terjadi polarisasi.
Berdasarkanhargaresistivitaslistriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.) Konduktor
−8
Baik: 10 < 𝜌 < 1Ω𝑚
2.) Konduktor Pertengahan : 1 < 𝜌 < 107 Ω𝑚
3.) Isolator: 𝜌 > 107 Ω𝑚

Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan pada tabel II.1

Tabel II.1 harga tahanan jenis beberapa jenis batuan (Tellofrd et al:1982)

Bahan Resistivitas (Ωm)

Udara ~
Limstones (batu gamping) 50-107
Sandstones (batu pasir) 1-6.4.108
Shales (batu tulis) 20-2.103
Sands 1-1.103
Clay (lempung) 1-102
Ground water (air tanah) 0.5-3.102
Sea water (air laut) 0.01-103
Napal 3-70
Konglomerat 2.103-104
II.4 Rumus-Rumus Dasar Listrik
Dalam metoda geolistrik ini digunakan definisi-definisi :
𝑉
a. 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑅 = 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 Ω
𝐼
𝐸
b. 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝜌 = 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 Ω𝑚
𝐽
1
c. 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝜎 = 𝜌 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 (Ω𝑚)−1

dengan

V : beda potensial
I : besar arus listrik yang mengalir
E : medan listrik
J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Jika ditinjau dari suatu silinder konduktor dengan panjang L (m), luas penampang
A (m2), dan resistivtas ρ (Ωm), maka dapat dirumuskan dan digambarkan seperti
pada gambar II.1:

Sumber arus

A𝜌

Gambar II.1 Silinder konduktor dengan panjang L (m), luas penampang A (m2)
yang dialiri arus listrik I

Maka resistansi R dapat dirumuskan:


𝐿
𝑅 = 𝜌𝐴 (2.1)

Dimana secara fisis rumus tersebut dapat diartikan jika panjang silinder konduktor
(L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila luas penampang (A)
berkurang maka resistansi juga meningkat. Dimana tahanan jenis adalah
resistivitas dalam Ωm dan J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah medan
listrik (Hendrajaya,1990).
Sedangkan menurut hukum Ohm resistansi R dapat dirumuskan:
𝑉
𝑅= (2.2)
𝐼

Dengan V adalah tegangan (volt) dan I adalah arus listrik (ampere), sehingga
persamaan 2.1 dan 2.2 tersebut di dapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:
𝑉𝐴
𝜌= (2.3)
𝐼𝐿

Banyak orang sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang merupakan
kebalikan dari resistansi (ρ) dengan satuan mho/m.
1 𝐼𝐿 𝐼 𝐿 𝐽
𝜎 = 𝜌 = 𝑉𝐴 = (𝑉) (𝐴) = 𝐸 (2.4)

Dimana J adalah rapat arus (A/m2) dan E adalah medan listrik (V/m).

II.4 Aliran Listrik Dalam Bumi


Jika ditinjau suatu medium homogen isotropik yang dialiri arus lisrik searah
I(diberi medan listrik E) seperti pada gambar II.2:

Gambar II.2 Medium homogen isotropis dialiri arus listrik

Maka elemen arus listrik dl yang melalui elemen luas dA dengan kerapatan arus J
adalah :

𝑑𝑙 = 𝐽⃗. 𝑑𝐴⃗ (2.5)

𝐽⃗ = 𝜎𝐸⃗⃗ (𝐻𝑢𝑘𝑢𝑚 𝑂ℎ𝑚) (2.6)


Dengan σ adalah konduktivitas medium dalam volt/meter.
Maka besarnya medan listrik dapat dinyatakan dalam :

𝐸⃗⃗ = −∇𝑉 (2.7)

Sehingga rapat arusnya menjadi:

𝑗⃗ = −𝜎∇𝑉 (2.8)

Jika di dalam medium tidak ada sumber arus, maka

𝐼 = ∮𝑆 𝐽⃗. 𝑑𝐴⃗ = 0 (2.9)

Sesuai teorema Divergensi

∮𝑆 𝐽⃗. 𝑑𝐴⃗ = ∮𝑣 (∇. 𝑗⃗)𝑑𝑉 = 0 (2.10)

Sehingga hukum kekekalan muatan

∇. 𝐽⃗ = ∇. (−𝜎∇𝑉) (2.11)

−𝜎∇. (∇𝑉) = −𝜎∇2 𝑉 = 0 (2.12)

Karena 𝜎 ≠ 0, maka ∇2 𝑉 = 0

Persamaan (2.12) disebut persamaan Laplace, dalam koordinat bola operator


Laplacian berbentuk:
1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕∅2 = 0 (2.13)
𝑟2 𝜕𝑟

II.5 FAKTOR GEOMETRI


Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap kedua elektroda arus
disebut faktor geometri (Hendrajaya,1990).
Jika pada permukaan bumi diinjeksikan dua sumber arus yang berlawanan
polaritasnya seperti pada gambar (II.3), maka besarnya potensial disuatu titik P
adalah:

Gambar II.3 Permukaan equipotensial dan arah aliran arus listrik akibat
dua sumber arus (I dan – I) di permukaan bumi homogen

𝜌𝐼 𝜌𝐼
𝑉(𝑝) = 2𝜋𝑟 − 2𝜋𝑟 (2.14)
1 2

Dengan:
r1: Jarak dari titk P ke sumber arus positif
r2: Jarak dari titk P ke sumber arus negatif

Jika ada dua titik yaitu P dan Q yang terletak didalam bumi tersebut, maka
besarnya beda potensial antara titik P dan titik Q adalah:
Vpq =Vp -Vq
𝜌𝐼 1 1 𝜌𝐼 1 1
= {2𝜋 (𝑟 − 𝑟 )} − {2𝜋 (𝑟 − 𝑟 )}
1 2 3 4

𝜌𝐼 1 1 1 1
= 2𝜋 (𝑟 − 𝑟 − 𝑟 + 𝑟 ) (2.15)
1 2 3 4

dengan,
r3: jarak titik Q kesumber arus positif
r4: jarak titik Q kesumber arus negatif
Pada metode geolistrik, pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan
dua buah elektroda potensial seperti pada gambar (II.4) dibawah ini:

A M N B

Gambar II.4 Letak elektroda arus dan elektroda potensial pada


permukaan bumi
𝜌𝐼 1 1 1 1
∆𝑉 = { − − + }
2𝜋 𝐴𝑀 𝐵𝑀 𝐴𝑁 𝐵𝑁
2𝜋 ∆𝑉
𝜌= 1 1 1 1

{𝐴𝑀 − 𝐵𝑀 − 𝐴𝑁 + 𝐵𝑁} 𝐼

∆𝑉
=𝐾
𝐼
Dengan,
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
{𝐴𝑀 − 𝐵𝑀 − 𝐴𝑁 + 𝐵𝑁}

Atau

2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
(𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)
Maka

∆𝑣
𝜌=𝑘
𝐼

II.7 KONFIGURASI SCHLUMBERGER (1D)


Pada alat Resistvity Multi-Channel terdapat pengaturan konfigurasi yang
diinginkan, alat tersebut otomatis muncul opsi Schlumberger dan Wenner. Aturan
konfigurasi Schlumberger pertama kali diperkenalkan oleh Conrad Schlumberger,
dimana jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan jarak AB yang
diubah-ubah. Tetapi pengaruh keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak
AB diubah pada jarak yang relatif besar maka jarak MN hendaknya diubah pula.

Konfigurasi Schlumberger mendasarkan pengukuran kepada kontinuitas


pengukuran dalam satu penampang dan hasilnya suatu penampang semu
(pseudosection). Pengukuran ini dilakukan dengan membuat variasi posisi
elektroda arus (AB) dan elektroda potensial (MN).

Dalam konfigurasi Sclumberger ini dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρ)
sebagai berikut:
Δ𝑉
𝜌=𝐾
𝐼
dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan di
lapangan. Rumusan faktor geometri dapat dituliskan:
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
(𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)

Kelemahan dari konfigurasi ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN


adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan
peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah kemampuan untuk
mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan.

II.8 RES2DINV
Res2DinV adalah program komputer yang secara otomatis menentukan
model resistivy 2 dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey
goelistrik. Model 2-D menggunakan program inversi dengan teknik optimasi
least-square non linier dan subroutine dari permodelan maju digunakan untuk
menghitung nilai resistivitas semu.

Data hasil survey geolistrik di simpan dalam bentuk file *.dat dengan data
dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut:
Line 1 – Nama Lintasan
Line 2 – Spasi elektroda terpendek

Line 3 – Tipe Pengukuran (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole = 3,


Pole-dipol = 4, Schlumberger = 7)
Line 4 – Jumlah total datum point

Line 5 – Tipe dari lokasi x datum point. Masukkan 0 bila letak elektroda
pertama diketahui. Gunakan 1 jika titik tengahnya diketahui.
Line 6 – Ketik 1 untuk data IP dan 0 untuk data resistivitas.

Line 7 – Posisisi x, spasi elektroda, (faktor pemisah elektroda (n) untuk


dipole-dipole, pole-pole, dan Wenner-Schlumberger) dan harga
resistivitas semu terukur pada datum point pertama.

Line 8 – Posisisi x, spasi elektroda dan resistivitas semu yang terukur


untuk datum point kedua.

Dan seterusnya untuk datum point berikutnya. Setelah itu diakhiri dengan
empat angka 0 (Handayani, 2001).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 18-19 November 2017
di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, RT.04/RW.04, Lorong Mattoagin 4.
III.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik adalah :
1. Resistivity meter Single Channel, digunakan untuk mengukur nilai beda
potensial (V) dan kuat arus (I).
2. Elektroda Potensial dan Elektroda Arus 16 buah, digunakan sebagai
penghantar arus yang diinjeksikan.
3. Kabel Elektroda 4 gulung (kabel A, B, M, N), digunakan sebagai penghubung
aliran arus ke elektroda.
4. Kabel Konektor, digunakan untuk menghubungkan alat dengan kabel
elektroda.
5. Aki Kering 2 buah, digunakan sebagai sumber arus.
6. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda.
7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui latitude,
longitude, dan elevasi.
8. Patok, digunakan untuk menandai digunakan untuk menandai titik elektroda
9. Palu elektroda 2 buah, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda
10. Payung, digunakan untuk melindungi alat apabila terjadi hujan
11. Satu set alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran di
lapangan.

III.3 Prosedur Pengambilan Data

A. Konfigurasi Wenner
1. Memasang elektroda di titik awal, yang mana titik tersebut sebagai posisi
elektroda A.
2. Mengukur jarak antar elektroda.
3. Menanam elektroda dengan jarak 2 m antar elektroda.
4. Menentukan koordinat untuk setiap elektroda.
5. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta
menyambungkan gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda
(A, B, M dan N).
6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Menekan tombol range untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus
dan 000,0 untuk potensial.
8. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama  5 detik
kemudian menekan tombol hold secara bersamaan pada alat.
9. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
10. Melakukan pengukuran sebanyak 2 kali pembacaan data.
11. Mematikan kembali alat, kemudian memindahkan kabel yang terpasang tadi
dengan masing-masing bergeser sepanjang jarak tertentu. Jadi, kabel yang
terpasang di elektroda A, akan berpindah ke elektroda M, dan begitu pula
untuk elektroda selajutnya.
12. Mengulang tahap 7-11.
13. Pada line berikutnya, tahapnya tetap sama tetapi jaraknya akan berubah.
14. Mengulang pengukuran untuk line berikutnya dengan catatan yaitu line 2
berpindah sepanjang 10 m, line 3 berpindah sepanjang 15 m, line 4 berpindah
sepanjang 20 m, line 5 berpindah sepanjang 25 m, dan line 6 berpindah
sepanjang 30 m.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Mengukur jarak lintasan.
2. Menentukan titik sonding di tengah-tengah lintasan.
3. Mengukur jarak M ke N.
4. Mengukur jarak A ke B .
5. Mengukur jarak dari titik sounding ke M dan begitu pula sebaliknya ke titik
N.
6. Mengukur jarak dari titik sounding ke A dan begitu pula sebaliknya ke titik
B.
7. Menanam elektroda dengan jarak yang telah ditentukan dan menentukan
koordinat untuk setiap elektroda.
8. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta
menyambungkan gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
9. Menyalakan alat kemudian melihat display.
10. Melakukan prosedur yang sama dengan poin 7-10 pada Konfigurasi Wenner.
11. Memindahkan kabel pada elektoda A dan B ke elektroda setelahnya ,
sedangkan posisi elektroda M dan N tetap. Dalam praktikum ini, jarak M dan
N akan berubah setelah elektroda A dan B berpindah sebanyak 4 kali, dengan
catatan jarak A ke B lebih besar daripada jarak M ke N.
12. Mengulang tahap 10-11.
III.4 Prosedur Pengolahan Data
A. Konfigurasi Wenner
Data yang diperoleh dari pengukuran adalah arus, tegangan, spasi,
lapisan dan datum. Software yang digunakan dalam pengelohan data Geolistrik
2D adalah Res2dinV, sebelum mengolah data pada Res2dinV terlebih dahulu
data diolah menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung nilai factor
geometri (k) dan nilai Resistivitas (ρ).

Gambar 3.1 Data Konfigurasi Wenner dalam Microsoft Excel


Setelah itu buka jendela Excel yang baru dan copy-paste data yang akan
dimasukkan ke dalam Res2dinv (datum, spasi, dan rho). Pada 6 baris pertama
kolom datum, secara berurut dicantumkan nama konfigurasi yang digunakan,
spasi yang digunakan, nomor jenis konfigurasi, lalu angka 1 dan 0 sebagai bawaan
program. Selain itu pada kolom yang sama namun diurutan terakhir juga di
tuliskan angka nol secara berurutan sebanyak 5 kali. Simpan data ini dengan
menggunakan format .TXT kemudian ubah ke format .dat. Hasilnya dapat dilihat
seperti gambar berikut ini.

Gambar 3.2 Format data konfigurasi Wenner


Data di atas sudah dapat diolah dalam Res2dinv, sehingga langkah berikutnya
yang perlu dilakukan adalah membuka Res2dinv. Untuk memasukkan data dengan
format .dat. yang telah diolah terlebih dahulu pada Microsoft Excel, klik File->Read
Data File, kemudian pilih data yang telah disimpan dalam format .dat. Maka akan
muncul gambar seperti berikut.
Klik OK hingga kotak dialognya selesai. Kemudian untuk menampilkan
pemetaan resistivitas bawah permukaan, pada menu bar klik inversion->Least-
square inversion dan save dengan format INV, OK.

Selanjutnya pilih menu Edit, kemudian klik Exterminated bad datum


point untuk menghapus datum yang dianggap menganggu dan untuk mengurangi
RMS error, setelah itu akan muncul gambar seperti berikut

DAFTAR PUSTAKA
Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di
MediumTak Hingga. Bandung.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, and D.A. Keys. 1990.
AppliedGeophysic. London: Cambridge University Press.
Kemudian klik menu Exit >> OK untuk menyimpan data dengan
format .dat. selanjutnya klik menu Inversion, Least-square inversion,
kemudian muncul gambar berikut

B.Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi schlumberger, software yang digunakan adalah IP2WIN,


sebelum diolah pada IP2WIN terlebih dahulu diolah menggunakan Microsoft
Excel untuk menghitung factor geometri (k) dan nilai Resistivitas (ρ). seperti
pada Konfigurasi Wenner langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan
data pada Microsoft Excel, seperti pada gambar berikut
Kemudian buka software IP2WIN, pilih File >> New VES point, selanjutnya
pada lembar New Vest Point masukkan nilai AB/2, MN, dan Roh (ρ), seperti
gambar berikut

Selanjutnya klik Save TXT, kemudian klik OK. Setelah sesuaikan garis data
lapangan dengan data kalkulasi, seperti gambar berikut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

You might also like