Professional Documents
Culture Documents
Laporan Fix
Laporan Fix
GEOLISTRIK
OLEH: KELOMPOK 6
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari tentang bumi
sendiri menggunakan prinsip-prinsip fisika. Penelitian geofisika dilakukan guna
mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi dari parameter-parameter fisika
yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat diduga
bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik secara vertikal
maupun horisontal.
Metode geoliostrik merupakan salah satu metode geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya
di permukaan bumi. Metode ini berkembang pada awal tahun 1990-an. Tetapi
kemudian mulaik banyak digunakan untuk keperluan eksplorasi pada tahun 1970-
an. Metode yang pertama kali banyak digunakan di Indonesia adalah metode
dengan aturan Wenner dan Schlumberger. Pada metode ini pengambilan data beda
potensial (V) dan kuat arus listrik (I) dilakukan dengan mengikuti konfigurasi
elektroda yang dibuat oleh Wenner (untuk aturan Wenner) dan Schlumberger
(untuk aturan Schlumberger).
Geolistrikdapatdigunakanuntukmendeteksiadanyalapisantambang yang
mempunyaikontrasresistivitasdenganlapisanbatuanpadabagianatasdanbawahnyada
nmengetahuiperkiraankedalamanbedrock didaerah penelitian.Selainitu,
metodageolistrikjugabisauntukmendugaadanyalapisan air di
bawahpermukaanmelaluinilairesistivitassemu yang terukur.
Berdasarkanpadaberbagaihal di
atasmakadilakukanlahpraktikumgeolistrik1D dan 2D (metode profiling) di
Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Rt 04 Rw 04 Lorong Mattoanging
4untukmengetahuijenislapisan di
bawahpermukaansertamencarikemungkinanketerdapatansumber air di
bawahpermukaanmengingatpadalokasipenelitianterdapatsumur yang
menjadisumber air masyarakatsekitar.
I.2 Perumusan Masalah
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada metode geolistrik 2D
(metode profiling) yang di Kelurahan Bira Kecamatan Tamalanrea Rt 04 Rw 04
Lorong Mattoanging 4.
I.3.2Tujuan khusus
II.3.1Konduksi Elektronik
Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan atau
mineral. Konduksi elektronik merupakan aliran elektron bebas yang terdapat
pada batuan atau mineral. Karena , pada batuan atau mineral ini terdapat
banyak elektron bebas di dalamnya. Sehingga, arus listrik dialirkan dalam
batuan atau mineral oleh elektron bebas.
II.3.2Konduksi Elektrolitik
Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat
porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini
arus listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi
dengan cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik. Konduktivitas
dan resistivitas batuan porus bergantung pada volum dan susunan pori-
porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
bertambah banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang.
II.3.3Konduksi Dielektrik
Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan
tersebut mempunyai elektron sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi
karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron
dalam atom batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan
intinya, sehingga terjadi polarisasi.
Berdasarkanhargaresistivitaslistriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1.) Konduktor
−8
Baik: 10 < 𝜌 < 1Ω𝑚
2.) Konduktor Pertengahan : 1 < 𝜌 < 107 Ω𝑚
3.) Isolator: 𝜌 > 107 Ω𝑚
Tabel II.1 harga tahanan jenis beberapa jenis batuan (Tellofrd et al:1982)
Udara ~
Limstones (batu gamping) 50-107
Sandstones (batu pasir) 1-6.4.108
Shales (batu tulis) 20-2.103
Sands 1-1.103
Clay (lempung) 1-102
Ground water (air tanah) 0.5-3.102
Sea water (air laut) 0.01-103
Napal 3-70
Konglomerat 2.103-104
II.4 Rumus-Rumus Dasar Listrik
Dalam metoda geolistrik ini digunakan definisi-definisi :
𝑉
a. 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑅 = 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 Ω
𝐼
𝐸
b. 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝜌 = 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 Ω𝑚
𝐽
1
c. 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝜎 = 𝜌 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 (Ω𝑚)−1
dengan
V : beda potensial
I : besar arus listrik yang mengalir
E : medan listrik
J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)
Jika ditinjau dari suatu silinder konduktor dengan panjang L (m), luas penampang
A (m2), dan resistivtas ρ (Ωm), maka dapat dirumuskan dan digambarkan seperti
pada gambar II.1:
Sumber arus
A𝜌
Gambar II.1 Silinder konduktor dengan panjang L (m), luas penampang A (m2)
yang dialiri arus listrik I
Dimana secara fisis rumus tersebut dapat diartikan jika panjang silinder konduktor
(L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila luas penampang (A)
berkurang maka resistansi juga meningkat. Dimana tahanan jenis adalah
resistivitas dalam Ωm dan J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah medan
listrik (Hendrajaya,1990).
Sedangkan menurut hukum Ohm resistansi R dapat dirumuskan:
𝑉
𝑅= (2.2)
𝐼
Dengan V adalah tegangan (volt) dan I adalah arus listrik (ampere), sehingga
persamaan 2.1 dan 2.2 tersebut di dapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:
𝑉𝐴
𝜌= (2.3)
𝐼𝐿
Banyak orang sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang merupakan
kebalikan dari resistansi (ρ) dengan satuan mho/m.
1 𝐼𝐿 𝐼 𝐿 𝐽
𝜎 = 𝜌 = 𝑉𝐴 = (𝑉) (𝐴) = 𝐸 (2.4)
Dimana J adalah rapat arus (A/m2) dan E adalah medan listrik (V/m).
Maka elemen arus listrik dl yang melalui elemen luas dA dengan kerapatan arus J
adalah :
𝑗⃗ = −𝜎∇𝑉 (2.8)
∇. 𝐽⃗ = ∇. (−𝜎∇𝑉) (2.11)
Karena 𝜎 ≠ 0, maka ∇2 𝑉 = 0
Gambar II.3 Permukaan equipotensial dan arah aliran arus listrik akibat
dua sumber arus (I dan – I) di permukaan bumi homogen
𝜌𝐼 𝜌𝐼
𝑉(𝑝) = 2𝜋𝑟 − 2𝜋𝑟 (2.14)
1 2
Dengan:
r1: Jarak dari titk P ke sumber arus positif
r2: Jarak dari titk P ke sumber arus negatif
Jika ada dua titik yaitu P dan Q yang terletak didalam bumi tersebut, maka
besarnya beda potensial antara titik P dan titik Q adalah:
Vpq =Vp -Vq
𝜌𝐼 1 1 𝜌𝐼 1 1
= {2𝜋 (𝑟 − 𝑟 )} − {2𝜋 (𝑟 − 𝑟 )}
1 2 3 4
𝜌𝐼 1 1 1 1
= 2𝜋 (𝑟 − 𝑟 − 𝑟 + 𝑟 ) (2.15)
1 2 3 4
dengan,
r3: jarak titik Q kesumber arus positif
r4: jarak titik Q kesumber arus negatif
Pada metode geolistrik, pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan
dua buah elektroda potensial seperti pada gambar (II.4) dibawah ini:
A M N B
∆𝑉
=𝐾
𝐼
Dengan,
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
{𝐴𝑀 − 𝐵𝑀 − 𝐴𝑁 + 𝐵𝑁}
Atau
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
(𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)
Maka
∆𝑣
𝜌=𝑘
𝐼
Dalam konfigurasi Sclumberger ini dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρ)
sebagai berikut:
Δ𝑉
𝜌=𝐾
𝐼
dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan di
lapangan. Rumusan faktor geometri dapat dituliskan:
2𝜋
𝐾= 1 1 1 1
(𝐴𝑀 − 𝐵𝑀) − (𝐴𝑁 − 𝐵𝑁)
II.8 RES2DINV
Res2DinV adalah program komputer yang secara otomatis menentukan
model resistivy 2 dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey
goelistrik. Model 2-D menggunakan program inversi dengan teknik optimasi
least-square non linier dan subroutine dari permodelan maju digunakan untuk
menghitung nilai resistivitas semu.
Data hasil survey geolistrik di simpan dalam bentuk file *.dat dengan data
dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut:
Line 1 – Nama Lintasan
Line 2 – Spasi elektroda terpendek
Line 5 – Tipe dari lokasi x datum point. Masukkan 0 bila letak elektroda
pertama diketahui. Gunakan 1 jika titik tengahnya diketahui.
Line 6 – Ketik 1 untuk data IP dan 0 untuk data resistivitas.
Dan seterusnya untuk datum point berikutnya. Setelah itu diakhiri dengan
empat angka 0 (Handayani, 2001).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan Kuliah Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 18-19 November 2017
di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, RT.04/RW.04, Lorong Mattoagin 4.
III.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik adalah :
1. Resistivity meter Single Channel, digunakan untuk mengukur nilai beda
potensial (V) dan kuat arus (I).
2. Elektroda Potensial dan Elektroda Arus 16 buah, digunakan sebagai
penghantar arus yang diinjeksikan.
3. Kabel Elektroda 4 gulung (kabel A, B, M, N), digunakan sebagai penghubung
aliran arus ke elektroda.
4. Kabel Konektor, digunakan untuk menghubungkan alat dengan kabel
elektroda.
5. Aki Kering 2 buah, digunakan sebagai sumber arus.
6. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda.
7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui latitude,
longitude, dan elevasi.
8. Patok, digunakan untuk menandai digunakan untuk menandai titik elektroda
9. Palu elektroda 2 buah, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda
10. Payung, digunakan untuk melindungi alat apabila terjadi hujan
11. Satu set alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran di
lapangan.
A. Konfigurasi Wenner
1. Memasang elektroda di titik awal, yang mana titik tersebut sebagai posisi
elektroda A.
2. Mengukur jarak antar elektroda.
3. Menanam elektroda dengan jarak 2 m antar elektroda.
4. Menentukan koordinat untuk setiap elektroda.
5. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta
menyambungkan gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda
(A, B, M dan N).
6. Menyalakan alat kemudian melihat display.
7. Menekan tombol range untuk mencari nilai di display yaitu 000,0 untuk arus
dan 000,0 untuk potensial.
8. Apabila telah sesuai syarat, menekan tombol inject selama 5 detik
kemudian menekan tombol hold secara bersamaan pada alat.
9. Mencatat nilai yang terbaca pada display.
10. Melakukan pengukuran sebanyak 2 kali pembacaan data.
11. Mematikan kembali alat, kemudian memindahkan kabel yang terpasang tadi
dengan masing-masing bergeser sepanjang jarak tertentu. Jadi, kabel yang
terpasang di elektroda A, akan berpindah ke elektroda M, dan begitu pula
untuk elektroda selajutnya.
12. Mengulang tahap 7-11.
13. Pada line berikutnya, tahapnya tetap sama tetapi jaraknya akan berubah.
14. Mengulang pengukuran untuk line berikutnya dengan catatan yaitu line 2
berpindah sepanjang 10 m, line 3 berpindah sepanjang 15 m, line 4 berpindah
sepanjang 20 m, line 5 berpindah sepanjang 25 m, dan line 6 berpindah
sepanjang 30 m.
B. Konfigurasi Schlumberger
1. Mengukur jarak lintasan.
2. Menentukan titik sonding di tengah-tengah lintasan.
3. Mengukur jarak M ke N.
4. Mengukur jarak A ke B .
5. Mengukur jarak dari titik sounding ke M dan begitu pula sebaliknya ke titik
N.
6. Mengukur jarak dari titik sounding ke A dan begitu pula sebaliknya ke titik
B.
7. Menanam elektroda dengan jarak yang telah ditentukan dan menentukan
koordinat untuk setiap elektroda.
8. Menghubungkan alat dengan gulungan kabel elektroda, serta
menyambungkan gelungan kabel tersebut dengan masing-masing elektroda.
9. Menyalakan alat kemudian melihat display.
10. Melakukan prosedur yang sama dengan poin 7-10 pada Konfigurasi Wenner.
11. Memindahkan kabel pada elektoda A dan B ke elektroda setelahnya ,
sedangkan posisi elektroda M dan N tetap. Dalam praktikum ini, jarak M dan
N akan berubah setelah elektroda A dan B berpindah sebanyak 4 kali, dengan
catatan jarak A ke B lebih besar daripada jarak M ke N.
12. Mengulang tahap 10-11.
III.4 Prosedur Pengolahan Data
A. Konfigurasi Wenner
Data yang diperoleh dari pengukuran adalah arus, tegangan, spasi,
lapisan dan datum. Software yang digunakan dalam pengelohan data Geolistrik
2D adalah Res2dinV, sebelum mengolah data pada Res2dinV terlebih dahulu
data diolah menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung nilai factor
geometri (k) dan nilai Resistivitas (ρ).
DAFTAR PUSTAKA
Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di
MediumTak Hingga. Bandung.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, and D.A. Keys. 1990.
AppliedGeophysic. London: Cambridge University Press.
Kemudian klik menu Exit >> OK untuk menyimpan data dengan
format .dat. selanjutnya klik menu Inversion, Least-square inversion,
kemudian muncul gambar berikut
B.Konfigurasi Schlumberger
Selanjutnya klik Save TXT, kemudian klik OK. Setelah sesuaikan garis data
lapangan dengan data kalkulasi, seperti gambar berikut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN