You are on page 1of 6

Analisis Faktor Risiko Terjadinya Sindrom Syok Dengue Pada Anak di RSD dr.

Soebandi
Kabupaten Jember

Risk Factor Analysis of Dengue Shock Syndrome Occuring to Children in RSD dr. Soebandi
Jember Regency

Oessi Salsabila1, M. Ali Shodikin2, Dwita Aryadina Rachmawati3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember
2
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember
3
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Tegalboto Jember 68121
e-mail korespondensi: oessisalsab@gmail.com

Abstrak

Sindrom Syok Dengue merupakan keadaan darurat medik yang berawal dari DBD yang mengalami syok. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi SSD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
beberapa fakto rirsiko yang menyebabkan SSD yaitu usia, status nutrisi, jenis kelamin, kadar trombosit dan
kadar hematokrit. Penelitian ini merupakan retrospektif case control yang dilakukan di RSD dr. Soebandi
Kabupaten Jember. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu SSD (kelompok kasus) dan kelompok non-SSD
(Kelompok kontrol). Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS versi 21. Terdapat 136
pasien yang terbagi menjadi 94 pasien kelompok kontrol dan 42 pasien kelompok kasus. Dalam penelitian ini
terdapat nilai p-value untuk usia, status nutrisi, jenis kelamin, kadar trombosit dan kadar hematokrit masing-
masing 0,450; 0.490; 0,198;0,001; 0,007. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usia, status nutrisi dan
jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SSD, sedangkan kadar trombosit dan
kadar hematokrit memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SSD.

Kata kunci:konsumsi sindromsyok dengue, usia, status nutrisi, jeniskelamin, hematokrit, trombosit.

Abstract

Dengue Shock Syndrome is a medical emergency situation caused by shocking DHF. Some factors that can
influence the DSS. The purpose of this research know some risk factors that might cause DSS. Those are age,
nutritional status, gender, and amount of platelet and hematocrit. This research was retrospective case control
doing in dr. Soebandi Hospital Jember. The sample were divided into 2 groups. Those were DSS (case group) and
non-DSS group (control group). Data analysis was done by Chi-Square test using SPSS 21 version. These were
136 patients which were divided into 94 patients of control group and 42 patients of case group. In this
research, there were p-value for ages, nutritional status, gender, amount of platelet and hematocrit on each
0,450; 0,490; 0,198; 0,001; 0,007 respectively. In this search, it could be concluded that age, nutritional status,
and gender were not significantly related to DSS case although amount of platelet and hematocrit were
significantly related to DSS case.

Keywords:dengue shock syndrome, age, nutritional status, gender, hematocrit, platelet.

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 56


Pendahuluan
Sindrom Syok Dengue (SSD) merupakan keadaan menyebabkan gangguan kontinuitas vaskuler,
darurat medik dengan angka kematian cukup kontinuitas trombosit dan kualitas trombosit
tinggi, SSD berawal dari Demam Berdarah Dengue (Raihan et al, 2010).
(DBD) yang kemudian mengalami syok. DBD adalah
Pada penelitian lain yang dilakukan menemukan
infeksi arboviral yang disebarkan oleh nyamuk
bahwa kadar hematokrit yang meningkat
Aedes aegypti. WHO memperkirakan bahwa 2,5
merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang
miliar orang secara global berisiko terkena
terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang
penyakit ini (WHO, 2011). Berdasarkan data yang
ekstravaskular disertai efusi cairan serosa melalui
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
kapiler yang rusak. Akibat kebocoran ini volume
pada bulan Januari 2015 pasien DBD di Kabupaten
plasma menjadi berkurang yang dapat
Jember berjumlah 199 orang, tingginya jumlah
mengakibatkan syok hipovolemik dan kegagalan
pasien tersebut membuat Jember masuk dalam 10
sirkulasi. Pada kasus yang berat telah disertai
kabupaten yang memiliki angka DBD yang tinggi di
dengan perdarahan, umumnya nilai hematokrit,
Jawa Timur (Kementerian Kesehatan Republik
umumnya perdarahan, umumnya nilai hematokrit
Indonesia, 2015).
tidak meningkat bahkan melalui penurunan (Rena
Ada beberapa faktor risiko yang dicurigai
et al, 2009). Pada penelitian lain menyatakan
menyebabkan pasien DBD mengalami syok yaitu
bahwa adanya peningkatan hematokrit berrati
usia, status nutrisi, jenis kelamin, kadar trombosit
terjadinya kebocoran plasma dari plasma dan
dan kadar hematokrit. Hal ini dikaitkan dengan
dapat menyebabkan SSD. Hemoglobin yang
teori bahwa pada anak, usia lebih muda
mengalami penurunan menjadi indikasi terjadinya
mempengaruhi kejadian SSD, pada sebuah
perdarahan atau bila terjadi peningkatan terkait
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
dengan hemokonsentrasi yang harus diwaspadai
anak usia 5 tahun lebih rentan terkena DBD karena
(Satari et al, 2004).Beberapa dari hasil penelitian
respon imun dengan spesifitas dan memori
diatas membuat penulis ingin meneliti apakah
imunologik yang tersimpan dalam sel dendrit dan
faktor tersebut juga berhubungan dengan kejadian
kelenjar limfe belum sempurna (Permatasari et al,
SSD di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
2015). Pada penelitian lain menunjukkan bahwa
sehingga peneliti mengambil judul penelitian
pada anak yang berusia lebih muda lebih tinggi
mengenai “Analisis Faktor Risiko Terjadinya
mortalitasnya karena endotel pembuluh darah
Sindrom Syok Dengue pada Anak di RSD dr.
kapiler lebih rentan terjadi pelepasan sitokin
Soebandi Kabupaten Jember”.
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas yang
lebih banyak (Ryanka et al, 2014).
Pada sebuah penelitian mengenai status nutirisi
Metode Penelitian
mempengaruhi kejadian SSD pada anak
menemukan bahwa anak yang memiliki status Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan desain
nutrisi kurang rentan terhadap infeksi virus dengue studi retrospektif case control. Penelitian
karena memiliki imunitas seluler rendah sehingga dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember dengan
respon imun dan memori imunologik belum menggunakan data sekunder berupa rekam medis.
berkembang sempurna (Permatasari et al, 2015). Teknik yang digunakan dalam pengambilan data
Pada sebuah penelitian mengenai jenis kelamin adalah total sampling. Sampel dalam penelitian ini
mempengaruhi kejadian SSD pada anak adalah populasi semua anak yang mengalami DBD
menemukan bahwa anak perempuan lebih dan SSD dan tercatat di rekam medis RSD dr.
berisiko mengalami SSD daripada laki-laki karena Soebandi Jember periode Oktober 2013-Oktober
terdapat hubungan antara faktor keturunan yang 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
terkait jenis kelamin dan faktor hormonal Kriteria inkusi dari penelitian ini adalah anak
(Permatasari et al, 2015). berusia 0-18 tahun yang mengalami DBD dan SSD
Pada penelitian mengenai kadar trombosit yang dirawat inap di RSD dr. Soebandi Kabupaten
mempengaruhi kejadian SSD pada anak Jember. Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah
menemukan bahwa kadar trombosit kurang dari anak yang mengalami DBD dan SSD yang memilki
60.000 sel/mm3 maka akan cenderung terjadi catatan medis tidak lengkap, mengalami penyakit
perdarahan. Pada sebuah penelitian yang penyerta sebelumnya, mengalami komplikasi dan
dilakukan menunjukkan bahwa pada pasien datang ke rumah sakit lebih dari hari ke-5 demam.
dengan kadar trombosit yang rendah akan lebih
Sampel yang telah diperoleh dibagi menjadi dua
mudah mengalami perdarahan karena pada
kelompok sesuai dengan kriteria yang telah
jumlah kadar trombosit yang rendah akan
ditetapkan sesuai dengan variabel yang ada.

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 57


Setelah semua data sampel terkumpul, dilakukan Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko
analisis data dengan program Statistical Package dengan kejadian SSD pada anak di RSD dr.
for the Social Sciences (SPSS) 21.0. Analisis data Soebandi Kabupaten Jember, sampel akan diuji
dilakukan dalam dua tahap. Pertama, analisis dengan Uji non parametrik Chi-Square. Hasil
univariat yang disajikan dalam bentuk frekuensi. Analisis hubungan faktor risiko usia pada Pasien
Kedua analisis uji statistik komparatif dengan uji SSD disajikan dalam tabel 2.
Chi-Square.

Tabel 2. Hubungan faktor risiko usia dengan kejadian


Hasil Penelitian SSD pada penderita DBD

Pada penelitian ini diperoleh 136 sampel yang Faktor Risiko P value OR
memenuhi kriteria sampel. Sampel tersebut Usia <12 tahun
dideskripsikan untuk mengetahui faktor risiko yang 0,450 1,438
Usia ≥12 tahun
berhubungan, kemudian disajikan dalam bentuk
tabel distribusi. Distribusi pasien SSD dan non-SSD
pada Tabel 1.
Hasil analisis hubungan faktor risiko status nutrisi
pada Pasien SSD disajikan dalam tabel 3.
Tabel 1. Distribusi Pasien SSD dan non-SSD berdasarkan
variabel
Tabel 3. Hubungan faktor risiko status nutrisi dengan
Jumlah kejadian SSD pada penderita DBD
No Variabel Klasifikasi Kejadian
Pasien
Faktor Risiko P Value
SSD 35
<12 tahun Underweight
Non-SSD 73
1. Usia Normal 0,490
SSD 7
≥12 tahun Overweight
Non-SSD 21
SSD 6
Underweight Hasil analisis hubungan faktor risiko jenis kelamin
Non SSD 21
pada Pasien SSD disajikan dalam tabel 4.
Status SSD 30
2. Normal
Nutrisi Non-SSD 58
Tabel 4. Hubungan faktor risiko jenis kelamin dengan
SSD 6 kejadian SSD pada penderita DBD
Overweight
Non-SSD 15 Faktor Risiko P Value OR

SSD 16 Laki-laki
Perempuan 0,198 0,615
Jenis Non-SSD 47 Perempuan
3.
Kelamin SSD 26
Laki-laki
Non-SSD 47 Hasil analisis hubungan faktor risiko kadar
trombosit kelamin pada Pasien SSD disajikan
<60.000 SSD 34
dalam tabel 5.
sel/mm3 Non-SSD 43
Kadar
4.
Trombosit ≥60.000 SSD 8
sel/mm3 Tabel 5. Hubungan faktor risiko kadar trombosit dengan
Non-SSD 51 kejadian SSD pada penderita DBD
SSD 23 Faktor Risiko P Value OR
<42%
Kadar Non-SSD 73 Kadar <60.000
5. sel/mm3
Hematokrit SSD 19 0,001 5, 041
≥42% Kadar ≥60.000
Non-SSD 21
sel/mm3

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 58


Hasil analisis hubungan faktor risiko kadar bahwa status nutrisi yang buruk memiliki
hematokrit kelamin pada Pasien SSD disajikan hubungan yang bermakna dengan kejadian yang
dalam tabel 6. lebig besar menderita DBD. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa status nutrisi yang kurang rentan
terhadap infeksi virus dengue karena memiliki
Tabel 6. Hubungan faktor risiko kadar hematokrit imunitas selular rendah sehingga respon imun dan
dengan kejadian SSD pada penderita DBD memori imunologik belum berkembang sempurna
Kadar Hematokrit P Value OR (Permatasari et al, 2015).

Kadar <42% Pada sebuah penelitian yang berbeda


0,007 0,348 menunjukkan bahwa pasien yang obesitas
Kadar ≥42%
memiliki risiko yang lebih besar mengalami SSD
karena obesitas merupakan suatu keadaan
inflamasi kronis derajat rendah. Pendapat ini
Pembahasan didasari oleh adanya penanda inflamasi seperti IL-
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada 6, IL-8, leptin, CRP, PAI-1 dan haptoglobin yang
hubungan yang bermakna antara faktor risiko usia meningkat pada individu dengan obesitas yang
pada kejadian SSD pada anak di RSD dr. Soebandi berkurang seiring penurunan berat badan. Adanya
Kabupaten Jember. Hal ini dapat dilihat pada Tabel peningkatan sitokin pro inflamasi yang berasal dari
2 yang memiliki nilai p value >0,05 yaitu 0,450. obesitas menyebabkan peningkatan kejadian DBD
Distribusi anak yang mengalami SSD lebih banyak berat. Patogenesis DBD berdasarkan teori Platelet
pada anak yang berusia <12 sebuah penelitian Activating Factor (PAF). Bahan-bahan mediator
menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tersebut akan mempengaruhi sel-sel endotel
muda memiliki faktor daya tahan tubuh yang dinding pembuluh darah dan sistem hemostatik
belum sempurna bila dibandingkan dengan yang akan mengakibatkan kebocoran plasma dan
dewasa sehingga anak berisiko terkena penyakit perdarahan (Permatasari, 2012).
yang lebih parah termasuk terkena penyakit yang Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
disebabkan oleh virus dengue (Subahagio, 2009). hubungan yang bermakna antara faktor risiko jenis
Pada sebuah penelitian juga menunjukkan kelamin dengan kejadian SSD pada anak di RSD dr.
hubungan yang tidak signifikan antara usia dengan Soebandi Kabupaten Jember hal ini dapat dilihat
kejadian SSD karena sasaran nyamuk untuk pada tabel 4 yang memiliki nilai p value >0,05 yaitu
menghisap darah pada semua umur. Umur juga 0,198. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis
merupakan salah satu faktor internal yang kelamin perempuan yang lebih banyak mengalami
berhubungan dengan kegiatan sehari-hari apakah SSD. Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian yang
banyak dilakukan di dalam dan di luar rumah, menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih
karena nyamuk Aedes aegypti yang mempunyai sering mengalami SSD daripada laki-laki (Setiawati,
kebiasaan menggigit pada pagi dan sore hari. 2011). Pada sebuah penelitian lain menunjukkan
Sehingga anak-anak lebih berisiko mengalami SSD hasil yang signifikan bahwa perempuan lebih
karena mereka lebih banyak melakukan aktifitas berisiko mengalami SSD karena faktor keturunan
didalam ruangan (Silvarianto, 2013). yang terkait jenis kelamin dan faktor hormonal
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada mempengaruhi angka kematian penderita DBD.
hubungan yang bermakna antara faktor risiko Hormon glikoprotein mempengaruhi angka
status nutrisi dengan kejadian SSD pada anak di kematian penderita DBD. Hormon glikoprotein
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sel fagosit
dilihat pada tabel 3 yang memiliki nilai p value mononuklear dan sel granulosit sebagai respon
>0,05 yaitu 0,490. Hasil penelitian menunjukkan pertahanan tubuh (Permatasari et al, 2015). Kerja
bahwa status nutrisi baik yang paling banyak hormon dipengaruhi oleh adanya protein spesifik
mengalami SSD, hal ini sejalan dengan sebuah yang disebut reseptor. Reseptor hormon
penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang glikoprotein yaitu FSH dan LH terdapat di
memiliki status nutrisi baik akan terjadi membran plasma sel gonad. Aktivasi FSH dan LH
peningkatan daya tahan tubuh, sehingga dapat yang dipengaruhi hipothalamus dapat ditekan oleh
membantu anak terhindar dari DBD menjadi lebih steroid gonad sehingga pada anak hormon
berat. Namun terkait status nutrisi yang baik estrogen sangatrendah. Estrogen mempengaruhi
terkadang menyebabkan keterlambatan masuk penimbunan lemak di tubuh. Sehingga rendahnya
rumah sakit, karena asumsi keluarga yang melihat hormon estrogen pada anak perempuan
status nutrisi yangbaik (Setiawati, 2011). Pada menyebabkan leptin yang dihasilkan oleh sel
sebuah penelitian lain menunjukkan hasil berbeda lemak dalam tubuh masih sedikit. Leptin

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 59


merupakan protein hormon yang mengatur berat pada penelitian ini usia, status nutrisi, dan jenis
badan. Sehingga anak perempuan cenderung kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan
memiliki berat badan kurang dengan imunitas dengan kejadian SSD pada anak, tetapi kadar
rendah akan rentan terhadap penyakit karena trombosit dan kadar hematokrit memiliki
memiliki imunitas selular rendah sehingga respon hubungan yang signifikan terhadap kejadian SSD
imun dan memori imunologik belum berkembang pada anak.
sempurna (Permatasari et al, 2015). Sedangkan
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini,
pada penelitian yang berbeda menunjukkan
beberapa saran yang dapat diberikan antara lain
bahwa anak laki-laki lebih berisiko mengalami
kepada masyarakat umum khususnya orang tua
infeksi daripada perempuan karena produksi
dan tenaga medis agar meningkatkan
immunoglobulin dan antibodi secara genetika dan
pengetahuan tentang pencegahan DBD sampai
hormonal pada perempuan lebih efisien
menjadi SSD dan penanganan awal pada anak yang
memproduksi immunoglobulin dibanding laki-laki
memiliki tanda DBD. Saran pada peneliti
(Soedarmo, 2010).
selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar berpengaruh dengan kejadian SSD, selain itu
trombosit memilki hubungan yang bermakna disarankan untuk meneliti faktor risiko pada
antara faktor risiko kadar trombosit dengan tenpat lain untuk mengetahui apakah disana
kejadian SSD pada anak di RSD dr. Soebandi memiliki faktor yang sama dengan yang ada di RSD
Kabupaten Jember, hal ini dapat dilihat pada tabel dr. Soebandi Kabupaten Jember.
5 yang memiliki nilai p value <0,05 yaitu 0,001
dengan nilai OR 5,041 yang berarti bahwa pasien
anak dengan kadar trombosit <60.000 sel/mm3 Ucapan Terima Kasih
memiliki risiko 5 kali lebih besar mengalami SSD.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa
kasih kepada dr. M. Ali Shodikin, M.Kes., Sp.A serta
pasien dengan kadar trombosit rendah akan
dr.Dwita Aryadina Rachmawati, M.Kes. atas
meningkatkan risiko terjadinya SSD. Kadar
bimbingan yang diberikan hingga tersusunnya
trombosit yang rendah itu karena adanya
artikel penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan
gangguan kontinuitas vaskuler yang dapat
terimakasih kepada Staff Rekam Medis RSD dr.
menyebabkan perdarahan spontan dan
Soebandi Kabupaten Jember yang telah
memperbesar kemungkinan terjadinya syok
memberikan izin dan bantuannya dalam
hipovolemik (Raihan et al, 2010).
pelaksanaan penelitian.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar
hematokrit memiliki hubungan yang bermakna
antara faktor risiko kadar hematokrit dnegan Daftar Pustaka
kejadian SSD pada anak di RSD dr. Soebandi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015.
Kabupaten Jember, hal ini dapat dilihat pada tabel
Kemenkes Terima Laporan Peningkatan
6 yang memiliki nilai p value <0,05 yaitu 0,007
Kasus DBD di Jawa
dengan nilai OR 0,348 yang berarti bahwa pasien
Timur.http://www.depkes.go.id/pdf.php?id
anak dengan kadar hematokrit ≥42% memiliki
=15013000002diakses pada [23 Oktober
risiko 0,348 kali mengalami SSD dibandingkan
2016].
dengan yang kadar trombosit <42%. Hal ini sejalan
dengan teori yang menyatakan bahwa Permatasari, D. Y., G Ramaningrum dan A.
hemokonsentrasi mencerminkan hilangnya plasma Novitasari. 2015. Hubungan Status Gizi,
yang serius dengan ditandai peningkatan nilai Umur, dan Jenis Kelamin dengan Derajat
hematokrit ≥20%, namun nilai hematokrit juga Infeksi Dengue. Jurnal Kedokteran
dapat dipengaruhi oleh penggantian dini volume, Muhammadiyah. 2(1):24-28.
intake kurang, dehidrasi dan perdarahan. Nilai
Permatasari, A.P. 2012. Pengaruh Status Gizi
hematokritdapat meningkat biasanya dimulai dari
Terhadap Demam Berdarah di Instalasi
hari ke-3 pasien mengalami demam (Sudoyo et al,
Rawat Inap Anak RSUD Tangerang Tahun
2009).
2011. [Skripsi] Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Simpulan dan Saran Raihan., S. R. S Hadinegoro., A.R Tumberlaka.
2010. Faktor Prognosis Terjadinya Syok
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
Pada Demam Berdarah Dengue. Jurnal Sari
yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa
Pediatri. 12(1): 47-52.

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 60


Rena, N. M. A. R., S. Utama., T. Purwati. 2009. Anak dengan Demam Berdarah Dengue
Kelainan Hematologi Pada Demam (DBD) di RSUP Persahabatan dan RSUD
Berdarah Dengue. Jurnal Penyakit Dalam. Budhi Asih Jakarta. [Tesis]. Jakarta:
10(3): 218-225. Universitas Indonesia.
Ryanka, R., S.A.D Trusda., L. Yuniarti. 2014. Subahagio. 2009. Menentukan Faktor Risiko
Hubungan Karateristik Pasien Demam Dominan Kejadian Sindrom Syok Dengue
Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian pada Penderita DBD. Jakarta: Media Litbang
Dengue Syok Sindrom (DSS) Pada Anak. Kesehatan.
[Prosiding Penelitian Sivitas Akademika
Sudoyo, A.W., B. Setiyohadi., I. Alwi., M.
Unisba]. Fakultas Kedokteran Universitas
Simandibarata, dan S. Setiati. 2009. Buku
Islam Bandung. 843-851.
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
Satari., Hindra., M. Meilasari. 2004. Demam Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Berdarah Perawatan di Rumah Sakit+Menu.
WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for
Jakarta: Puspa Swara.
Prevention and Control of Dengue and
Setiawati, S. 2011. Analisis Faktor-Faktor Risiko Dengue Haemorrhagic Fever. South-East
Terjadinya Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Asia.

Vol. 3 No.1 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences 61

You might also like