You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan


kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan kesatuan dan
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Pemeliharaan kebersihan gigi
dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan karena hal
tersebut dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut
akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut
merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang sehat
melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu, kesehatan gigi
dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang
(Depkes RI, 2009).
Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting
dalam pembangunan kesehatan, termasuk dalam memahami kebutuhan dan
keinginan konsumen (pasien). Pasien adalah orang sakit yang dirawat oleh
dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Yuwono,2003).
Komunikasi terapeutik merupakan proses penyampaian pesan, makna
dan pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien
(Murwani, A, 2009). Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang
diberikan tenaga kesehatan (perawat) dan hilangnya pelanggan/pasien ketempat
lain maka alangkah sangat bijaksana dan tepat, jika suatu institusi pelayanan
2

kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu bentuknya


adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik dan tepat bagi
perawat (Murwani, A, 2009).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2013 menyatakan
bahwa sebesar 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan
mulut. Diantara mereka, terdapat 31,1 % yang menerima perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis gigi, sementara 68,9 % lainnya tidak dilakukan
perawatan, persentase yang mempunyai masalah gigi dan mulut pada kelompok
umur 15-24 tahun sebanyak 24,3 %, dan Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6
dengan nilai masing-masing:D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08. Prevalensi karies pada
umur 15 tahun keatas adalah 1,22 % dan jumlah kehilangan gigi pada kelompok
umur 15-24 tahun sebesar 0,51 % (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan melalui wawancara pada 10
pasien yang datang ke klinik gigi, dijumpai 9 dari 10 orang pasien merasa tidak
puas dengan komunikasi dan pelayanan yang diberikan oleh perawat gigi.
Sebagian besar mereka mengatakan bahwa kepuasan mereka tergantung
perawat gigi yang menangani mereka. Apabila perawat melayani mereka,
dengan berkomunikasi yang baik, mudah dimengerti oleh pasien, sederhana,
mengerti maksud kedatangan mereka sehingga pasien merasa puas.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
Gambaran Komunikasi Terapeutik yang Diberikan Perawat Gigi Terhadap
Pelayanan Pasien di Klinik Gigi X Jalan Setia Budi Tanjung Sari Medan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui


“Bagaimana Gambaran Komunikasi Terapeutik yang Diberikan Perawat Gigi
Terhadap Pelayanan Pasien di Klinik Gigi X Jalan Setia Budi Tanjung Sari
Medan”.
3

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Komunikasi


Terapeutik yang Diberikan Perawat Gigi Terhadap Pelayanan Pasien di Klinik
Gigi X Jalan Setia Budi Tanjung Sari Medan”.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kepuasan (senang/kecewa) yang dirasakan pasien


terhadap keterampilan komunikasi terapeutik yang diberikan perawat gigi di
klinik gigi.
2. Untuk mengetahui pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh perawat gigi

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi


peneliti dan diharapkan sebagai masukan bagi peneliti yang lainnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pasien
yang berkunjung ke klinik gigi.
3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Mahasiswa/i Jurusan
Keperawatan Gigi
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Terapeutik

Dasar konsep komunikasi terapeutik Komunikasi merupakan suatu


pertukaran pikiran, perasaan, pendapat , dan pemberian nasehat yang terjadi
antara dua orang atau lebih yang bekerjasama. Nursalam (2009) menyatakan
komunikasi yang merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga lain dapat
dimengerti dan penerima maksud dan tujuan pemberi pesan. Menurut Edwar
Depari dari Widjaja (2002), komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung
arti dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada penerima pesan.
Komunikasi terapeutik merupakan proses penyampaian pesan, makna
dan pemahaman perawat untuk memfasilitasi proses penyembuhan pasien
(Murwani, A, 2009).
Komunikasi merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan.
Mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan
adalah contoh tehnik-tehnik komunikasi yang dilakukan oleh perawat selama
praktik. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat gigi dalam
menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu memenuhi
kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam
rangka membantu mengatasi masalah klien.

2.2. Fungsi komunikasi terapeutik

Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien,


perawat dan klien adalah suatu hubungan terapeutik dimana hubungan yang
mempunyai tujuan yaitu untuk kesembuhan klien. Maka dari itu komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan yaitu :
1. Mendorong kerjasama antara perawat dengan klien
2. Menganjurkan kerjasama antara perawat dengan klien
3. Mengatasi persoalan
4. Mencegah adanya tindakan negatif terhadap pertahanan diri pasien.
5

Menurut Murwani, A, 2009. Mengatakan, komunikasi terapeutik memiliki


prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya dan
menghargai
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi
pasien, kejujuran dan terbuka.
6. Mampu sebagai role model.
7. Altruisme.
8. Bertanggung jawab.

2.3. Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik

Dalam melakukan proses komunikasi terdapat faktor yang mempengaruhi


isi pesan dan sikap menyampaikan pesan. Menurut Potter dan Perry (1993)
faktor yang mempengaruhi komunikasi yaitu :
1. Perkembangan
Dalam berkomunikasi isi dan sikap menyampaikan pesan harus
disesuaikan dengan yang di ajak bicara seperti anak-anak, remaja, dewasa atau
usia lanjut.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi
dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu
hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena kita persepsikan belum tentu sama
dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat
penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
4. Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
inilah yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
6

5. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam
berkomunikasi kita harus tahu emosi diri orang yang akan kita ajak
berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan
tidak sampai.
6. Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kita ajak berkomunkasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa
menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara.
7. Peran
Gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang kita
lakukan. Misalnya ketika kita berperan atau berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan yang lain.
8. Lingkungan
Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa untuk
berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

2.4. Fase komunikasi terapeutik

Fase komunikasi sebagai berikut :


1. Fase orientasi
a. Perkenalan
b. Kontrak
c. Program
2. Fase lanjutan
a. Meningkatkan interaksi sosial .
1) Meningkatkan sikap penerima.
2) Menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara pemecahan
dan dalam menjalin hubungan kerjasama.
b. Meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik.
1) Melanjutkan pengkajian dan evaluasi
2) Meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan
pasien pada perawat.
7

3) Mempertahankan tujuan yang telah disepakati.


3. Fase terminasi
a. Merupakan fase persiapan mental untuk membuat kesimpulan dan
mempertahankan batas hubungan.
b. Mengantisipasi masalah yang akan timbul.
c. Fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan
sebelumnya sehingga pasien merasa sunyi, menolak dan depresi.

2.5. Cara menjadi perawat yang terapeutik

Cara menjadi perawat yang teraupetik adalah :

a. Kualitas personal atau pribadi perawat.


b. Fasilitas komunikasi
c. Dimensi respon
d. Dimensi tindakan
e. Pilihan terapeutik
f. Hasil terapeutik

2.5.1. Kualitas pribadi (Menurut Johari Window)

Beberapa kualitas pribadi yaitu :


1. Diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
2. Hanya diketahui oleh orang lain
3. Hanya diketahui oleh diri sendiri
4. Tidak diketahui diri sendiri dan orang lain
Setiap kuadran terdiri dari:
1. Tingkah laku
2. Peraasaan
3. Pikiran

2.5.2. Panduan Interaksi antara Perawat dengan Klien


1. Tahap pra Interaksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Melihat ekspresi, perasaan dan fantasi
8

c. Melakukan perencanaan
2. Tahap orientasi
a. Membirikan salam dan tersenyum pada klien.
b. Melakukan validasi
c. Menanyakan nama pasien
d. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien.
e. Memiliki tanggung jawab perawat terhadap klien
f. Memiliki peran perawat dengan klien
g. Memilih kegiatan yang akan dilakukan
h. Memiliki tujuan
i. Merencanakan waktu yang dibutuhkan
j. Menjaga kerahasiaan
3. Tahap Kerja
a. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
b. Menanyakan keluhan utama
c. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
d. Memulai kegiatan kegiatan sesuai rencana
4. Tahap Terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara
b. Melakukan reinforcement
c. Mengakhiri wawancara dengan baik
5. Dimensi respon
a. Berhadapan
b. Mempertahankan kontak mata
c. Tersenyumpadfa saat yang tepat
d. Membungkuk ke arah klien
e. Mempertahankan sikap terbuka

2.6. Fasilitas Komunikasi Terapeutik

1. Komponen komunikasi (menurut Potter and Perry, 1993)


a. Komunikaator (penyampaian informasi)
b. Komunikan (penerima informasi)
c. Pesan (gagasan atau pendapat atau stimulus yang disampaikan)
9

d. Media komunikasi (saluran yang dipakai untuk menyampaikan


pesan)
e. Encoding (perumusan pesan oleh komunikator sebelum
disampaikan)
f. Decoding (penafsiran pesan oleh komunikan saat menerima
pesan)
2. Tingkat hubungan komunikasi (menurut Potter and Perry, 1993)
a. Komunikasi intra personal
Merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri individu sendiri
b. Komunikasi inter personal
Merupakan interaksi antara dua orang atau kelompok kecil
c. Komunikasi massa
Merupakan interaksi yang terjadi dalam kelompok besar

2.7. Komunikasi Efektif

Mempunyai karakteristik :
1. Jelas dan ringkas
Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung.
Makin sedikit kata-kata yang digunakan, makin kecil kemungkinan
terjadi kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas.
2. Perbendaharaan kata
Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi
tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan oleh perawat,
klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti pentunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapan pesan istilah yang dimengerti
klien.
3. Arti denotatif dan konotatif
Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, perawat harus
mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan
kondisi klien. Arti denitatif memberikan pengertian yang sama
10

terhadap kata yang digunakan, sedangkan, arti konotatif merupakan


pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
4. Intonasi
Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan. Nada suara
pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya
ketika sedang berinteraksi dengan klien karena maksud untuk
menyampaikan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalang
oleh intonasi nada suara perawat.
5. Kecepatan berbicara
Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan bicara
dan tempobicara yang tepat.
6. Humor
Humor meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien.

2.8. Interprestasi dan Membina Hubungan Baik

1. Interprestasi/penafsiran
Penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap yang kita lihat
(amati) dan kita dengar. Misalnya :
1. Kesal karena terlalu lama menunggu
2. Marah karena tidak diperhatikan oleh perawat sedih karena abortus.
2. Membina hubungan baik
Membina hubungan baik adalah dasar dari pemberian komunikasi pada
klien. Dengan adanya hubungan yang baik akan menciptakan
keterbukaan dari klien terhadap perawat.

2.9. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi


berlangsung dengan baik Brent, M, (2008). Komponen-komponen komunikasi
tersebut adalah :
1) Komunikator atau pengirim
11

Pengirim atau komunikator disebut juga sender atau encoder atau


pengirim pesan, adalah orang yang mengirimkan pesan kepada orang
atau sekelompok lain.
2) Message atau pesan
Message atau pesan adalah isi atau maksud informasi yang akan
disampaikan oleh komunikator.
3) Media atau channel
Media atau channel atau salurun adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan pesan melalui penglihatan, pendengaran dan rabaan.
4) Komunikan atau penerima pesan
Komunikan atau penerima pesan atau decoder atau receiver adalah
orang yang menerima pesan dari komunikator
5) Stimulus atau referent
Stimulus atau referent adalah motivasi untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Stimulus ini dapat berupa situasi, objek benda, emosi,
pengalaman, idea atau aktivitas.
6) Metode atau teknik
Metode atau teknik adalah cara yang digunakan untuk melakukan
hubungan dengan orang lain.
7) Feedback atau umpan balik
Feedback atau umpan balik adalah tanggapan dari komunikan terhadap
isi pesan yang disampaikan sebagai respon dari komunikan.

2.10. Lambang-lambang Komunikasi

Isi pesan yang disampaikan kepada komunikan akan berupa lambang-


lambang atau symbol-simbol.
a. Lambang komunikasi berupa kata-kata, adalah lambang-lambang
yang tidak tampak namun dapat didengar.
b. Lambang komunikasi berupa tindakan, akan lebih jelas dan lebih
kuat apalagi disertai dengan kata-kata.
c. Lambang komunikasi berupa gambar, juga akan lebih
memperkuat dalam menyampaikan maksud dan pemahaman
kepada komunikan.
12

d. Lambang komunikasi berupa angka, dipergunakan untuk


menyampaikan sesuatu yang bersifat mate-matika atau mengenai
data-data statistik.

2.11. Bentuk-bentuk Komunikasi

Bentuk komunikasi menurut Effendi (2002) yang dikutip Suryani (Suryani,


2006) dibagi empat, yakni :
1. Komunikasi personal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri,
yakni berupa sessasi, persepsi, memori dan berfikir (Rahmat, 1996, dikutip
Suryani, 2006).
2. Komuniksi kelompok
Komunikasi kelompok bisa berupa komunikasi kelompok kecil bisa juga
kelompok besar.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan
media, seperti koran, radio, televisi dll.
4. Komunikasi medio
Komunikasi medio adalah suatu komunikasi yang menggunakan peralatan
seperti telepon, internet, selebaran brosur, spanduk dan sebagai berikut.

2.12. Faktor Komunikasi (Comunicator)

Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator sangatlah


vital. Komunikasi dapat berjalan lancar dan efektif tidak jarang karena faktor
komunikator :
a. Penampilan dan sikap
Beberapa sikap yang dapat menunjang keberhasilan komunikator adalah :
- Senyum (keep smiling)
- Terbuka
- Rendah hati
- Dapat menjadi pendengar yang baik
- Tidak sombong/angkuh
13

- Saling percaya
- Cakap
b. Penguasaan Masalah
Penguasaan masalah bagi seorang komunikator adalah hal yang mutlak.
Seorang komunikator akan tegas dan mantap dalam menyampaikan pesan
bila dia menguasai apa yang akan disampaikan.
c. Penguasaan bahasa
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa penguasaan bahasa akan sangat
membantu komunikator dalam memperoleh sumber yang bagus dan
berkualitas.
d. Kesempatan
Adanya kesempatan yang cukup dalam menyampaikan pesan/informasi
menunjang terjadinya proses komunikasi yang lengkap.
e. Saluran
Saluran yang dimaksud adalah alat indra (penglihatan, pendengaran,
pembauan, rasa, wicara) yang digunakan komunikator dal;;am mendapatkan
dan menyampaikan pesan.

2.13. Perawat Gigi

Perawat gigi adalah : salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan


Gigi di institusi pelayan kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas dan saranan
kesehatan.
2.13.1. Tujuan Perawat Gigi

Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan Mulut yaitu : meningkatkan


profesialisme perawat gigi dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Menurut Depkes R.I (1995) Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu :
meningkatkan mutu, cakupan, efesiensi pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dalam rangka tercapainya pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut serta
status kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
14

2.13.2. Fungsi Perawat Gigi


Fungsi Perawat Gigi yaitu membantu Dokter Gigi dalam melakukan
kegiatan pengobatan Gigi dan Mulut.
1. Memberikan pelayanan pada pasien Gigi
2. Melakukan administrasi Klinik Gigi
3. Melakukan administrasi klinik Gigi
4. Melayani pendaftaran Pasien.

2.14. Kerangka Konsep

Komunikasi
Terapeutik Pelayanan Pasien

Variabel Independent Variabel Dependent

2.15. Defenisi Operasional

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini penulis
menentukan definisi operasional sebagai berikut :
1. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang diberikan oleh perawat gigi
terhadap pasien yang datang ke klinik gigi.
2. Pelayanan yang diberikan perawat gigi terhadap pasien adalah pelayanan
yang menunjukkan adanya rasa nyaman yang dirasakan pasien ketika
datang ke klinik gigi.
15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah penelitian


deskriptif survey yaitu untuk mengetahui Gambaran Komunikasi Terapeutik yang
Diberikan Perawat Gigi Terhadap Pelayanan Pasien di Klinik Gigi X Jalan Setia
Budi Tanjung Sari Medan”.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Gigi X Jalan Setia Budi Tanjung Sari
Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari 2017 sampai


dengan bulan Juni 2017

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Arikunto, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Klinik Gigi X Jalan
Setia Budi Tanjung Sari Medan yang berjumlah 30 orang.
3.3.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012).
Bila subjek lebih dari 100 maka sampel diambil diantara 10-15 %, atau
20-25 % atau apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua (Arikunto, 2002).
Jadi sampel yang akan diteliti adalah pasien Klinik Gigi X Jalan Setia Budi
Tanjung Sari Medan yang berjumlah 30 orang.
16

3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu untuk mengetahui Gambaran komunikasi terapeutik yang diberikan
perawat gigi terhadap pelayanan pasien di klinik gigi X jalan setia budi Tanjung
Sari Medan yang diperoleh dari kuesioner yang berisi 13 pertanyaan dan data
sekunder yaitu identitas pasien. Setelah itu dilakukan pengkodean atau
pemberian angka-angka terhadap kuesioner untuk setiap :
1. Jawaban yang benar diberi angka atau nilai (1)
2. Jawaban yang salah diberi angka atau nilai (0)
Jawaban pasien dikategorikan menjadi kategori Baik, Sedang, Buruk dengan
rumus berikut :

Rumus : SKOR MAKSIMUM - SKOR MINIMUM

Maka kriteria pengetahuan Ibu dikelompokkan sebagai berikut :

- Baik : 8,7– 13
- Sedang : 4,4 – 8,6
- Buruk : 0 – 4,3
3.4.2. Cara pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yaitu :


1. Perkenalan peneliti dengan pasien klinik gigi X jalan setia budi Tanjung Sari
Medan.
2. Peneliti kemudian menjelaskan tujuan datang dan kegiatan yang akan
dilakukan.
3. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner kepada pasien klinik gigi X jalan
setia budi Tanjung Sari Medan supaya diberikan jawaban untuk mengetahui
Gambaran komunikasi terapeutik yang diberikan perawat gigi terhadap
pelayanan pasien di klinik gigi X jalan setia budi Tanjung Sari Medan.
17

3.5. Pengolahan dan Analisa Data

3.5.1. Pengolahan data

Setelah pengumpulan data dilakukan. Maka, data diolah melalui proses


Editing, Coding, dan Tabulating.
1. Proses editing dilakukan dengan memeriksa kuesioner yang telah diisi
dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga
pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang
diteliti, kemudian data dikelompokkan dengan menggunakan aspek
pengukuran.
2. Coding, yaitu data yang telah terkumpul diubah bentuknya ke bentuk yang
lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode, sehingga lebih mudah dan
sederhana.
3. Pekerjaan tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan koding
sudah selesai. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam editing
dan koding. Sehingga data tinggal dibuatkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.

3.5.2. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah secara manual, diperiksa


kelengakapan, kejelasan tulisan, ada tidaknya jawaban ganda dan pertanyaan
yang tidak dijawab. Data yang telah diisi oleh Pasien tersebut disederhanakan
untuk mempermudah pengolahan dengan menggunakan angka atau kode-kode
tertentu kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

You might also like