You are on page 1of 3

Kaki Nabi saw Lebih Lembut daripada Kapas

( Sekelumit kisah sang Wali Kyai Hasan Al-Jawi)

K.H. Moh. Hasan kecil (Alm) dipanggil Ahsan, begitu pula putera beliau K.H. Hasan Syaifourridzall (Alm),
masa kecilnya dipanggil Ahsan. Anak dan orang tua namanya sama, merupakan hal yang jarang terjadi di
zaman sekarang.

Di dalam kitab Qolaidul Minan Fi Manaqib Asy-Syeh Muhammad Hasan karangan Kyai Mudhar tentang
sejarah K.H. Moh Hasan (Kyai Sepuh) saat masa kanak-kanak, dijelaskan "Wa Kaana Rodliyallaahu anhu
yuhibbul infirod fi sighorih" (Dan beliau Kyai Sepuh suka menyendiri di masa kecilnya) dan dijelaskan pula
"Wa laa yatakallama kalaaman katisron fi sighorih" (Dan beliau Kyai Sepuh tidak banyak berbicara di
masa kecilnya).

Kyai Sepuh berguru pada abahnya sendiri, Kyai Syamsuddin dan paman dari ibunya yang juga bernama
Kyai Syamsuddin. Pada umur tamyiz beliau mondok ke Sukun Sari Pasuruan berjalan kaki. Kemudian
berlanjut mondok ke Kyai Khotib Bangkalan tahun 1858 sebelum Syaichona Mochammad Cholil datang
dari Mekkah. Usia beliau saat itu kurang lebih 18 tahun. Pada tahun 1859 Syaichona Mohammad Cholil
datang dari Mekkah, satu tahun kemudian membangun pondok dan Kyai Sepuh kecil membantu
membangun pondoknya. Jadi Kyai Sepuh adalah santri pertama dan yang membantu membangun
pondok. Karena ketawadluan Kyai Sepuh pada gurunya, beliau disenangi oleh Kyai Cholil, saking
senangnya kyai Cholil punya putera yang juga diberi nama Hasan.

Suatu waktu Kyai Hasan bercerita kepada Nyai Salman yang merupakan ponakannya. "Eson nak lambhek
gik monduk, e dhikani bik Kyai Cholil Bengkalan, eson ngadep" (Saya nak, dulu waktu pondok dipanggil
Kyai Cholil Bangkalan, saya menghadap beliau). "San, engkok tamui benyak, mak beres korang, lombhung
kosong san, duek aghi sengkok ka pangiran, mandher pollah lombhung reah san" (Hasan, saya
kedatangan banyak tamu, tapi beras gak ada, di tempat beras juga kosong, doakan saya supaya tempat
penyimpanan beras ini ful, hasan) Dawuh Kyai Cholil. "Enggi" (Iya) Jawab Kyai Hasan. Melanjutkan
ceritanya pada Nyai Salma, Kyai Sepuh dawuh "Eson a duweh ka pangiran nak, ka laggukna, sore parak
maghrib eson e dhikani pole bik Kyai Cholil 'Ambhuih lah san, mole gellek oreng ler kelerean, a pegonan
ngateraghi beres, lombhung pol lah. Ambhuih a duweh lah'." (Saya berdoa kepada Allah nak, keesokan
harinya, sore hari sebelum waktu maghrib saya dipanggil lagi oleh Kyai, beliau berkata 'Sudah dah,
Hasan. Sejak tadi silih berganti banyak tamu membawa beras, tempat penyimpanan beras sudah penuh,
sudahilah doanya'." ini cerita kemustajaban doa Kyai Hasan yang diketahui langsung oleh gurunya Kyai
Cholil Bangkalan sejak remajanya.

Almarhum K.H. Hasan Syaifourridzall putera Kyai Hasan sering bercerita bahwa Kyai Hasan sejak mondok
dan berkhidmah kepada As Syeh Imam Nawawi bin Umar Al Bantani pernah mimpi Nabi Muhammad
saw. Kyai Sepuh tidak pernah bercerita mimpi-mimpi tidur beliau kecuali satu kali saja, tujuan beliau
memberi tahu bahwa jika ada orang yang bermimpi Nabi Muhammad saw dan wajah Nabi menyerupai
wajah salah satu orang sholih maka orang sholih tersebut merupakan salah satu wali dari wali-wali Allah
swt. Di dalam mimpi Kyai Sepuh, wajah Nabi yang mulia menyerupai wajah As Syeh Imam Nawawi guru
beliau. Kyai Sepuh berkata pada Nabi saw dalam mimpinya dengan bahasa arab

‫هلل إءذن لي ان أضع قدميك على وجهي لقول يوم القيامة يا رسول ا أنا الذي تضع قدميك على وجهي‬،‫يا رسول ا‬
Artinya "Duhai Nabi, izinkalah aku meminta padamu untuk menginjak kepalaku sebagai jaminanku kelak
di hari kiamat (aku akan berkata kelak padamu) Ya Rasulallah aku yang kau letakkan kakimu di
kapalaku'." Kyai sepuh dawuh kepada K.H. Hasan Syaifourridzall "Pas kanjeng Nabi kasokan neddhek
eson nak, bekto e teddhek, duh nak sokonah kanjeng Nabi lebhi lembhuk e tembheng kapas" (Saat Nabi
saw menginjakkan kakinya ke kepalaku, kaki beliau serasa lembut lebih lembut daripada kapas)

torikoh aing mah ngaji..

abuya dimyati al bantani

"Kisah Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani Bertarung Melawan Setan, Iblis, dan Hawa Nafsu"

Bertarung Melawan Setan, Iblis, dan Hawa NafsuKisah ini diriwayatkan oleh Syekh ‘Utsman as-Sirafani,
baliau berkata, Aku suatu kali mendengar tuan kita, Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani berkata:

“Aku pernah bermukim sendirian di sebuah kawasan gersang. Setiap hari dan setiap malam setan-setan
sering datang kepadaku berbaris-baris dalam wujud manusia jadi-jadian yang membawa berbagai
macam senjata serta memikul berbagai benda yang berbunyi sangat keras. Mereka terlibat perkelahian
denganku dan melempariku dengan bola api. Saat menghadapi keadaan seperti itu, aku mendapati di
dalam hatiku suatu rasa tentram yang sulit terucapkan dengan kata-kata, aku mendengar suara dalam
hatiku yang berkata, “Berdirilah dan serang mereka wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani, karena Kami selalu siap
menambah kekuatanmu, dan Kami akan datang dengan pasukan yang tidak mungkin terkalahkan oleh
mereka.” Dan saat aku melemparkan satu serangan kepada para setan itu, mereka sontak berlari
tunggang langgang dan pergi menghilang.

Setelah itu, ada sesosok setan datang dari tengah-tengah para setan yang berlari menjauh dariku. Setan
itu menghampiriku dan berkata kepadaku, “Pergilah dari sini atau aku akan melakukan begini dan begitu
kepadamu.” Dia memperingatkanku akan akibat apa saja jika aku tidak pergi dari wilayah itu, maka
kemudian aku menamparnya dengan tanganku dan diapun melarikan diri dariku, lalu aku berucap,
“Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” Setan itu
diterkam oleh api dan aku melihatnya terbakar hangus.

Pada waktu yang lain, aku didatangi oleh sosok yang penampilanya benar-benar menakutkan, dan bau
badannya sangat menjijikkan, baunya sangat bacin dan memuakkan, dia berkata kepadaku, “Aku adalah
iblis. Aku datang kepadamu dengan maksud untuk menjadi budakmu, karena kamu telah berhasil
menggagalkan segala upayaku dan mengalahkan pengikutku.” Aku berkata kepadanya, “Pergilah! karena
aku tidak percaya sama sekali kepadamu.” Tapi pada saat itu sebuah tangan turun dari sisi iblis dan
memukul tengkorak kepalanya dengan kekuatan yang sangat besar hingga membuat iblis itu terjungkal
keras melesat ke dalam tanah, dan dia pun menghilang entah ke mana.

Iblis itu datang kembali kepadaku untuk kedua kalinya dengan membawa anak panah api di tangannya
dan hendak menyerangku, tetapi dengan cepat seseorang yang memakai jubah penutup kepala lari
menuju diriku dengan menaiki kuda berwarna kelabu dan dengan tangkas melemparkan pedang
kepadaku. Melihat itu, iblis secepat kilat langsung lari terbirit-birit dari hadapanku.

Dan ketika aku bertemu dengannya lagi untuk yang ketiga kalinya, iblis itu sedang duduk dengan jarak
yang agak jauh dariku, berlinangan air mata, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh debu, dan ia berkata, “Aku
sungguh telah putus asa menghadapi orang sepertimu, wahai ‘Abdul Qadir al-Jailani.” Aku lalu berkata
kepadanya, “Enyahlah kau dari sini, sang terkutuk! karena aku tidak akan pernah berhenti membentengi
diriku sendiri (dengan perlindungan Allah) untuk melawanmu. Dan dia berkata, “Apa yang telah kau
ucapkan itu lebih menyakitkan bagiku ketimbang jepitan besi neraka.”

You might also like