You are on page 1of 27

BAB 1 : TEORI AKUNTANSI

Teori adalah acuan, konsep, sesuatu yang ideal (hal-hal yang kita acu)

Teori akuntansi adalah alasan alasan yang logis yang terdiri dari prinsip-
prinsip yang menyediakan generic framework. Semua teori yang menyediakan
panduan/acuan, dimana praktek-praktek akuntansi tersebut bisa di evaluasi.

Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai


berikut:”....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a
set of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum untuk
mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam
mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang baru”.

Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar,


mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi
akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis.

BAB 2 : ACCOUNTING THEORY


CONSTRUCTION
1. Teori Pragmatik (Perilaku)

Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap


perilaku pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk
mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi
pemakai terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya.

a. Pendekatan Pragmatik-Deskriptif

Metode ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian


pragmatik deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus
menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi.
Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk
mengembangkan teori akuntansi.

b. Pendekatan Pragmatik-Psikologis

Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai


laporan keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut
aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan untuk

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi
yang berbeda). Laporan tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai.

Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat
pada salah satu unsur teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik
(interpretasi) dan pragmatik (perilaku). Namun demikian, Hendriksen dan Van
Breda (1992) berpendapat bahwa kerangka teori akuntansi yang lengkap
seharusnya memiliki tiga komponen teori di atas.

2. Teori Sintaktik

Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan


memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau
bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini
berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.

3. Teori Semantik (Interpretasi)

Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau


peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini memberikan
penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi. Struktur
akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama
sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau
pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia nyata.

4. Teori Normative (1950-1960)


Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi
seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Teori normatif ini
berfokus pada dua hal, yaitu true income dan decision usefulness.
 True Income
True income berfokus pada suatu pengukuran tunggal untuk aset dan suatu
bentuk sifat laba yang unik. Namun, tidak ada kesepakatan tentang apa yang
benar atau pengukuran yang benar dari nilai dan keuntungan. Banyak
literatur selama periode ini diisi oleh perdebatan mengenai manfaat dari
sistem pengukuran alternatif.
 Decision Usefulness
Pendekatan ini berasumsi bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah
membantu dalam proses pembuatan keputusan terhadap pengguna laporan
keuangan tertentu dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan
bermanfaat.
5. Positive Theories (1970-an)

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Penelitian akuntansi positif pertama difokuskan pada pengujian empiris dari
beberapa asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Misalnya, dengan
menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, sikap untuk kegunaan teknik
akuntansi yang berbeda ditentukan. Pendekatan yang khas adalah untuk survei
pendapat dari menganalisis keuangan, petugas bank atau akuntan pada kegunaan
metode akuntansi inflasi yang berbeda dalam pengambilan keputusan mereka
tugas (seperti memprediksikebangkrutan atau memutuskan apakah akan membeli
atau menjual saham).
Pendekatan lain adalah untuk menguji pentingnya diasumsikan dari output
akuntansi di pasar. Pengujian dilakukan untuk mencoba menentukan apakah
akuntansi inflasi meningkatkan efisiensi informasi pasar saham, apakah pendapatan
merupakan faktor penentu penting dalam penilaian saham, apakah biaya data
akuntansi ‘halus’ pertemuan keluar menimbang manfaat, atau apakah penggunaan
yang berbeda teknik akuntansi mempengaruhi nilai (hipotesis mekanistik).
Perbedaan antara Teori Normative dan Positive adalah pada: Normative ;
teori yang berdasarkan perspektif, dan teori positive adalah deskriptif, atau
prediksi. Faktanya, teori normative dan teori positif dapat saling berdampingan dan
saling melengkapi. Teori positif dapat membantu memberikan pemahaman tentang
peran akuntansi yang pada gilirannya dapat membentuk dasar untuk
mengembangkan teori normatif untuk meningkatkan praktek akuntansi.
6. Different Perspectives
Dalam pandangan ini kita lebih berfokus pada pendekatan yang sangat
terstruktur dengan perumusan teori- pendekatan ilmiah. Kita mulai dengan teori
yang didasarkan pengetahuan sebelumnya atau diterima secara ‘ilmiah’ konstruksi
teorinya.Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan teori untuk
membangun masalah penelitian ketika kita mengamati dunia nyata perilaku yang
tidak setuju dengan teori. Pada tahap ini, kami mengembangkan teori untuk
menjelaskan perilaku yang diamati dan menggunakan teori untuk menghasilkan
hipotesis diuji yang akan dikuatkan hanya jika teori memegang.

BAB 3 : APPLYING THEORY TO


ACCOUNTING REGULATION
A. The theories of regulation relevant to accounting and auditing

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Teori pasar modal menunjukkan bahwa manajer memiliki banyak insentif untuk
secara sukarela memberikan informasi akuntansi kepada pihak eksternal untuk
perusahaan, dan informasi telah diverifikasi oleh auditor independen. Ada beberapa
teori yang relevan untuk memahami regulasi pelaporan keuangan, yaitu:
o Theory of efficient markets
o Agency theory
o Theories of regulation

1. Theory of efficient markets


Teori efisiensi pasar adalah teori yang membahas tentang harga atau nilai
sekuritas yang mencerminkan secara penuh semua informasi yang tersedia
pada informasi tersebut (Hanafi,2004). Ada beberapa pengertian tentang
teori efisiensi pasar.
a. Berdasarkan nilai intrinsik sekuritas.
Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai
sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan informasi mengenai
seberapa jauh harga sekuritas menyimpang dari nilai instrinsiknya.
b. Berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga.
Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai
sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan secara penuh dari
ketersediaan informasi yang tersedia.
c. Berdasarkan distribusi informasi.
Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai
sekuritas diperoleh setelah setiap orang memiliki informasi dan dianggap
mendapatkan informasi yang sama.
d. Berdasarkan proses dinamik.
Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai
sekuritas yang tecantum dalam pasar secara cepat dan penuh
mencerminkan semua informasi yang tersedia.
Jadi dalam konsep efisiensi pasar ini membahas tentang hubungan
antara harga atau nilai sekuritas dengan informasi, bagaimana pasar
bereaksi terhadap informasi-informasi tersebut serta sejauh mana informasi
tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga yang baru.

2. Agency Theory
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori
ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori
ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi)
yaitu manajer.
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori
yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan
menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi
mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan
manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer
pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling
bertentangan.

3. Theories of regulation
Regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh industri terkait dan
didesain serta dioperasikan dengan tujuan utama memperoleh
keuntungan. Ada dua kategori utama tentang regulasi industri.
Ada 3 jenis teori regulasi:
 public interest theory (Teori kepentingan public)
Teori kepentingan publik menyatakan bahwa regulasi terjadi karena
tuntutan publik dan muncul sebagai koreksi atas kegagalan pasar.
Kegagalan pasar terjadi karena adanya alokasi informasi yang belum
optimal dan ini dapat disebabkan oleh
- keengganan perusahaan mengungkapkan informasi,
- adanya penyelewengan informasi, dan
- penyajian informasi akuntansi secara tidak semestinya.

 regulatory capture theory


Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya
peraturan adalah untuk melindungi kepentingan umum, namun tujuan
ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak
pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau
mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri.
Alasan utama teori capture adalah bahwa keputusan atas peraturan
biasanya memiliki dampak terbesar pada kepentingan industry.
Sehingga, industri-industri tersebut merasa bahwa posisi keuangan
secara keseluruhan dipengaruhioleh keputusan peraturan secara
signifikan. Teori capture menyarankan kepada lembaga akuntansi
professional atau sector korporat untuk mencari control sebanyak-
banyaknya dalam mengatur standar akuntansi yang dapat menjadi
panduan dalam sistem pelaporan oleh para anggotanya (industry).

 private interest theory


Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah
eksistensi sebagai hasil dari tanggapan pemerintah terhadap
permintaan public untuk memperbaiki segala bentuk ketidakefisiensian
atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu ataupun
organisasi (strongly challenged by Stigler in 1971).
Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama
yaitu kekuatan supply dan demand yang beroperasi dalam pasar
modal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan
kelompok dengan tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
merupakan kelompok dengan tawaran paling rendah. Hal ini
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
- Cost of organization
- Information cost

B. How Theories of Regulation Apply to Accounting and Auditing Practices


1. Application of Public Interest Theory
Di dalam public interest theory, pemerintah merasa perlu untuk
mengeluarkan suatu regulasi yang berguna untuk melindungi kepentingan
publik. Hal ini terjadi karena mekanisme pasar gagal sehingga untuk
meluruskannya, pemerintah harus turut campur dengan pembuatan regulasi
baru.
2. Application of Capture Theory
Walker memberikan pendapatnya mengenai ASRB. Ia berpendapat bahwa
terjadinya capture theory dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB. Ia
menyimpulkan bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang
dibuat oleh ASRB. Hal ini terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan
AARF (Australian Accounting Research Foundation) dan setelah merger ini, 22
dari 23 standar yang dikeluarkan oleh ASRB datang dari profesi akuntan.
Padahal, ASRB bebas menerima masukan standar dari sumber manapun.
Menurut Walker, ASRB gagal dalam mendirikan fungsinya sebagai pembuat
standar laporan keuangan yang netral dan tidak bias.
3. Application of Private Interest Theory
Rahman memberikan komentar atas pendapat yang dikeluarkan oleh Walker.
Rahmat berpendapat bahwa studi kasus yang dilakukan Walker kurang
mendalam dan kurang luas karena pihak-pihak yang dapat mengintervensi
keputusan ASRB tidak hanya datang dari profesi akuntan saja tetapi juga datang
dari Ministerial Council Australia. Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui
atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat ASRB.
Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan
private interest theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak
memperhatikan siapa saja yang menduduki jabatan di dalam ASRB. Orang-orang
yang menduduki posisi di ASRB sebagian besar adalah para corporate manager
dan direktur perusahaan-perusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas
keputusan yang dibuat ASRB. Menurut Rahman, memang para profesi akuntan
terpengaruhi oleh standar yang dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi
dalam kegiatan mereka

C. The Regulatory Framework for Financial Reporting


Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak
yang menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer)
dan auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal,
ekonomi, politik, dan sosial. Beberapa fitur lingkungan yang spesifik menghasilkan
suatu kerangka regulasi untuk pelaporan keuangan. Beberapa elemen yang
terdapat dalam kerangka regulasi tersebut adalah: statutory requirements
(persyaratan hukum), corporate governance (tata kelola perusahaan), auditors and

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
oversight (auditor dan pengawasan), dan independent enforcement bodies (badan
pelaksana independen).
1. Statutory Requirements
Partisipan utama dalam memproduksi laporan keuangan adalah direktur
perusahaan (beserta para eksekutif dan manajer) dan auditor independen.
Banyak sekali motivasi bagi para manajer untuk secara sukarela menyediakan
informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses
audit. Sekarang, yang ingin dijelaskan adalah peran dari persyaratan hukum
sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan
yang diaudit.
2. Corporate Governance
Davis memiliki pandangan yang luas mengenai tata kelola perusahaan dan
menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah sebuah struktur, proses, dan
institusi di dalam dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan
control sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola
perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk mengambil
tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaannya.
3. Auditord and Oversight
Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam
menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah
membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu
dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk
regulasi lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional
terhadap kode etik.
4. Independent Enforcement Bodies
Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan
adalah mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai
pelaporan keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan
pelaksana independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan
yang merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi.

BAB 4 : A CONCEPTUAL FRAMEWORK


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB
sebagai :

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to


lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of
financial accounting and reporting”.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren


yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.


Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang
mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi,
kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan
dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-


konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan
sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan
menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB 5 : MEASUREMENT THEORY


A. IMPORTANCE OF MEASUREMENT (Pengertian dan Pentingnya
pengukuran)
Menurut pendapat para ahli:
- CAMPBELL : Penerapan angka-angka untuk merepresentasikan sifat-
sifat (properties) dari suatu sistem.
- STEVEN : Penerapan angka-angka untuk obyek atau kejadian
berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Pengukuran suatu objek digunakan untuk mengetahui nilai suatu objek
sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan objek tersebut.
Angka-angka hasil pengukuran memiliki makna karena pengukuran
tersebut mencerminkan suatu kejadian/objek tertentu .

B. SCALE (Jenis-jenis skala pengukuran)


1. Skala Nominal
Angka yang hanya digunakan sebagai label atau identifikasi untuk
menunjukkan pengelompokkan atau klasifikasi berfungsi untuk
mengelompokkan data, tetapi tidak memiliki arti.
Skala Nominal Dalam Akuntansi : Skala nominal digunakan untuk
klasifikasi aset dan liability ke dalam beberapa kelompok.

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
2. Skala Ordinal
Skala pengukuran yang digunakan untuk menentukan peringkat
biasanya skala ordinal memiliki ‘natural origin’, yaitu titik nol.
Kelemahan skala ordinal :
Interval antar peringkat yang tidak menjelaskan kuantitas perbedaan
properti (sifat) yang diukur.

Skala Ordinal Dalam Akuntansi : Skala ordinal digunakan untuk


memeringkat proyek investasi atau profitabilitas perusahaan- perusahaan.
Contoh: Peringkat Investasi

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
3. Skala Interval
Memberikan informasi yang lebih, dibandingkan skala ordinal, bukan
hanya memberikan informasi mengenai peringkat, tetapi juga jarak atau
selisih antar interval dapat diketahui dan bernilai sama.
Contoh :
Kepuasan seseorang terhadap pelayanan suatu jasa dapat diberi skala
interval 1-2-3-4-5. Dimana nilai :

Skala Interval Dalam Akuntansi : Skala interval digunakan dalam standar


cost accounting.
Contoh :
Penentuan prosedur biaya standard, antara lain :
Biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik

4. Skala Rasio
Merupakan skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran
yang bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu dan bisa di
bandingkan. Skala yang dapat memberi arti perbandingan atau perkalian.
Skala Rasio Dalam Akuntansi : Skala rasio untuk mengukur atribut
keuangan seperti profit, aset, & liabilitas.

C. Penggunaan Skala Pengukuran

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Invariance scale :
Seharusnya skala pengukuran apapun yang digunakan akan tetap
memberikan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang sama.
Dalam akuntansi, perbedaan sistem pengukuran dapat menyebabkan
pengambilan keputusan yang berbeda pula.

D. TYPES OF MEASUREMENT (Jenis Pengukuran)


 Fundamental measurement – Datanya sudah ada
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka
dapat diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel apapun. Seperti panjang, hambatan
listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur. Sebuah
skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar
yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-
benda yang sudah ada.

 Derived measurement – Dihitung terlebih dahulu

Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang


bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah
pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan
volume. Operasi pengukuran yang dilakukan bergantung pada hubungan
yang sudah diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya.
Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori empiris yang
disepakati dikaitkan dengan sifat-sifat tertentu dengan sifat-sifat lainnya.
Operasi matematika dapat dilakukan pada bilangan-bilangan yang berasal
dari pengukuran turunan. Contoh pengukuran turunan dalam akuntansi
adalah laba, laba diturunkan dari penjumlahan dan pengurangan atas
pendapatan dan beban.
 Fiat measurement – Pengukuran menggunakan konsep yang sudah ada

Pengukuran seperti ini mencakup pengukuran yang didasarkan pada


definisi yang berubah-ubah (contoh pengukuran laba pada akuntansi). Pada
akuntansi, berbagai dewan standar akuntansi menentukan skala akuntansi
dengan keputusan resmi (fiat), bukan dengan referensi berdasarkan teori
pengukuran yang telah dikonfirmasi.
Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk
mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan
variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan
konsep keuntungan dan kemudian digunakan untuk mengukur keuntungan
secara tidak langsung.

E. Keandalan Dan Keakuratan


 Reliabilitas (Keandalan)
- Konsistensi pengukuran

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
- Meskipun dilakukan oleh berbagai orang, pengukuran akan
memberikan hasil yang konsisten.
 Keakuratan
Penyajian nilai yang sebenarnya dari suatu obyek yang diukur.

F. Sumber Kesalahan
o Operasi pengukuran tidak dinyatakan secara akurat
o Alat pengukur tidak tepat hasilnya
o Instrumen
o Lingkungan
o Atribut tidak jelas
o Adanya resiko dam ketidakpastian

G. Pengukuran Dalam Akuntansi


Dua pengukuran fundamental dalam akuntansi (Keduanya merupakan
derived measure):
a. Modal (capital)
b. Laba (profit)
Konsep modal dan laba berubah dari waktu ke waktu
- IFRS: Lebih menekankan pada konsep fair value.
- Pergeseran dari konsep alokasi ke konsep valuasi (penilaian) dan relevansi

H. Masalah Pengukuran Dalam Auditing


Adanya berbagai metode valuasi aset dapat menimbulkan masalah bagi
auditor. Kemungkinan ada berbagai alternatif nilai aset yang valid untuk
diterima.
Auditor dapat menghadapi tekanan dari manajer untuk menerima metode
valuasi perusahaan atau perusahaan akan mencari auditor lainnya

I. Masalah Pengukuran Untuk Auditor


Fokus pengukuran laba telah bergeser dari pendapatan dan beban yang
cocok untuk menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih.
Auditor harus menentukan apakah manajemen telah membuat valuasi
yang tepat dan wajar.

BAB 6 : ACCOUNTING MEASUREMENT


SYSTEMS
A. Tiga Sistem Pengukuran Utama Pendapatan dan Modal
Sistem pertama yang muncul adalah biaya historis (historical cost) khususnya
pada tahun 1929 setelah kejadian runtuhnya Wall Street. Kemudian mulai pada

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
tahun 1960 muncul beberapa sistem alternatif yaitu biaya saat ini (current cost) dan
harga jual saat ini (current selling price).

B. Akuntansi Biaya Historis (Historical Cost)


1. Tujuan Akuntansi
Tujuan dari biaya historis stewardship menekankan hubungan konservatif
“kontraktual” antara perusahaan dengan pihak yang menyediakan sumber daya
dengan membuat manajemen bertanggung jawab terhadap input dari aset
hingga operasi dan output pada nilai bersih ekuitas dari operasi. Dengan
demikian, laporan rugi-laba merupakan kunci dari mekanisme komunikasi.
2. Capital and Profit (Modal dan Laba)

Dalam rangka penentuan laba menurut biaya historis, entitas akuntansi harus
terlebih dahulu menahan jumlah modal yang sama yang dimiliki pada awal
periode - di mana seluruh aset dan kewajiban dinilai berdasarkan biaya
pembelian historis. Dengan demikian, pendapatan merupakan kenaikan modal
dari biaya historis pada akhir periode akuntansi.

3. Matching of Costs Theory (Pencocokan Teori Biaya)

Akuntan biaya historis terus-menerus melacak aliran biaya. Karena biaya


bersifat melekat, ini hanya merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa
akuntan menjaga akun-akun transaksi dari suatu bisnis. Dalam pembelian
barang dan jasa suatu perusahaan, tugas akuntan adalah untuk melacak
pergerakan biaya dan melampirkannya (menyesuaikan) biaya terhadap
pendapatan yang diterima saat biaya mengalir dalam bisnis.

4. Conservatism (Konservatisme)

Komponen penting lainnya adalah penerapan dari prosedur pencocokan yang


konservatif. Beban harus dialokasikan secepat mungkin, sedangkan pendapatan
belum perlu diakui sampai ada kemungkinan yang tinggi bahwa pendapatan
akan diterima. Artinya, ada kecondongan yang bias terhadap pengakuan beban
yang berhadapan (vis-a-vis) dengan pengakuan pendapatan. Konsep dasar
konservatisme lainnya yaitu bahwa kenaikan dalam nilai aset belum perlu diakui,

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
tetapi penurunan nilai harus diakui - baik aturan nilai terendah biaya atau aturan
pasar.

5. Arguments for Historical Cost Accounting (Argumen untuk Akuntansi


Biaya Historis)

Akuntansi biaya historis terserang oleh banyak pihak, terutama atas dasar
bahwa biaya historis tidak melaporkan realitas komersial atau tidak memberikan
penilaian yang terbaru dari kekayaan bersih. Pihak yang masih mempertahankan
hal ini telah menyajikan argumen berikut:

1. Biaya historis relevan dengan pengambilan keputusan ekonomi. Sebagai


seorang manajer yang membuat keputusan menyangkut komitmen di masa
depan, maka manajer membutuhkan data transaksi di masa lalu. Manajer harus
mampu meninjau upaya masa lalu dan ukuran dari upayanya yang merupakan
konsep biaya historis.

2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang sebenarnya, bukan sekedar


kemungkinan. Dalam akuntansi untuk biaya historis, sebuah catatan dari
transaksi yang aktual dibuat. Sebuah catatan pendukung angka pada laporan
keuangan kemudian disediakan dan dapat diamati. Hal ini bukanlah kasus
seperti pada sistem "nilai sekarang" lainnya yang mengakui harga sekarang
sebagai nilai atau bahkan pendapatan - kejadian ini mungkin terjadi atau tidak.

3. Dalam sejarahnya, laporan keuangan yang berlandaskan biaya historis telah


dianggap bermanfaat. Littleton berargumen bahwa praktik akuntansi manajerial
dan industri modern merupakan keturunan langsung dari percobaan bertahun-
tahun dan kesalahan yang dikeluarkan oleh owner-operators dalam
mengembangkan data yang akan berguna bagi mereka dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.

4. Merupakan konsep pemahaman terbaik dari laba di mana laba adalah selisih
lebih harga jual atas biaya historis. Konsep laba yang diterima sebagai ukuran
kinerja dari keberhasilan. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini
produk atau divisi atau pabrik tergantung sampai batas-batasan tertentu apakah
terdapat penyebaran yang menguntungkan antara pendapatan dan biaya. Orang
perlu memahami konsep ini untuk keberhasilan kegiatan bisnisnya.

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
6. Kritik Akuntansi Biaya Historis

Kritik untuk akuntansi biaya historis telah berulang kali berargumen bahwa
sistem gagal dalam mendasari fungsi menyediakan informasi yang obyektif. Ada
begitu banyak keputusan terkait dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan
informasi yang mana sistem biaya historis jauh dari obyektif dan terbuka untuk
manipulasi.

C. Akuntansi Biaya Untuk Saat Ini (CURRENT COST)


1. Objective of Current Cost Accounting (Tujuan Akuntansi Biaya Saat
Ini)

Akuntansi biaya saat ini adalah sebuah sistem akuntansi di mana aset dinilai
berdasarkan harga pasar saat pembelian dan laba ditentukan oleh alokasi
berdasarkan biaya saat ini. Apa tujuan dari akuntansi untuk current cost? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mempertimbangkan jenis keputusan
yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya.

2. Concept of Business Profit and Financial Capital (Konsep Laba Usaha


dan Ekuitas Keuangan)

Edwards dan Bell menawarkan konsep laba yang disebut "laba usaha" yang
terdiri dari (1) laba operasi saat ini dan (2) penghematan biaya realisasi. Laba
operasi saat ini merupakan kelebihan dari nilai output saat ini yang terjual
melebihi dari biaya saat input terkait. Penghematan biaya realisasi merupakan
peningkatan biaya saat ini dari aset yang ditahan oleh perusahaan pada periode
berjalan. Keduanya mencakup perubahan biaya yang telah direalisasi maupun
yang belum direalisasi.

3. Holding Gain and Losses (Penahanan Keuntungan dan Kerugian)

Sebuah asumsi yang mendasari laba usaha adalah bahwa pencampuran


penahanan keuntungan/kerugian dan keuntungan/kerugian dalam operasi
terlihat membingungkan evaluasi terhadap keputusan manajemen dan
menghambat alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep laba usaha
memungkinkan pemisahan komponen tersebut.

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
D. Financial Capital VS Physical Capital (Ekuitas Keuangan VS Ekuitas
Fisik)
Dalam akuntansi berbasis current cost, ada dua pandangan mendasar dan
dikatakan bersaing tentang apa yang merupakan ekuitas awal dan ekuitas akhir -
konsep keuangan dan konsep fisik. Tidak ada perselisihan antara konsep penilaian
yang diterima oleh kedua paradigma karena harga beli pasar saat ini (current cost),
tetapi perselisihan berkisar pada definisi ekuitas dan bagaimana laba diukur dari
definisi tersebut.

Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama antara konsep ekuitas keuangan
dengan konsep ekuitas fisik adalah masalah apakah menahan atau tidak menahan
keuntungan (atau kerugian) dimasukkan dalam laba. Dalam segi kuantitatif,
perbedaan antara dua sudut pandangnya adalah bahwa menahan keuntungan
termasuk dalam laba di ekuitas keuangan namun tidak untuk ekuitas fisik.

1. Pihak Pendukung Ekuitas Fisik


Berkaitan dengan argumen yang menyatakan bahwa sebuah korespondensi
yang terbentuk di antara perubahan dalam biaya saat ini dan nilai masa kini
(diskonto) pada aset, yang mana asumsinya adalah bahwa perubahan dalam
biaya saat ini berkorelasi positif dengan perubahan nilai realisasi bersih dari
aset.Namun, untuk aset tidak lancar, arus kas individual tidak dapat
diidentifikasi.

2. Argumen Pendukung dan Penentang Current Cost


Para pendukung dari akuntansi untuk biaya historis berpendapat bahwa
akuntansi biaya saat ini (current cost) melanggar prinsip konservatisme bahwa
laba hanya harus diakui pada saat aset non-moneter tersebut dilepas.Hal ini
berlaku untuk keuntungan yang belum direalisasi ketika diambil sudut pandang
dari sisi ekuitas keuangan yang mengakui penahanan keuntungan yang belum
terealisasi. Para pendukung current cost menunjukkan bahwa penahanan
keuntungan yang belum direalisasi merupakan fenomena gerakan bebas yang
sebenarnya terjadi pada periode saat ini dan karena itu harus diakui jika
terdapat bukti yang objektif cukup untuk mendukung perubahan harga.

3. Kritik yang Lebih Spesifik

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Para pendukung teori akuntansi untuk biaya historis menolak akuntansi
current cost, terutama karena melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah
yang terkait adalah masalah subjektivitas dalam menentukan jumlah kenaikan
biaya.Jika tidak ada pasar barang bekas terpercaya, maka dasar untuk
menentukan current cost untuk aset tetap yang digunakan oleh perusahaan
harus menjadi aset baru yang diharapkan untuk menggantikan yang lama.

E. Exit Price Accounting (Akuntansi untuk Exit Price)

1. Income and Capital (Ekuitas dan Laba)


Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga
jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan.Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum
dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya
transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi
bersih (net relizable value) dari aset).. Hal ini memiliki dua penyimpangan utama
dari akuntansi biaya historis konvensional:

a. Nilai dari aset non-moneter disesuaikan dalam mengukur perubahan harga


jual pasar yang spesifik untuk aset tersebut dan termasuk dalam laba
sebagai keuntungan yang belum direalisasi.
b. Secara umum, perubahan kemampuan daya beli dari uang dipertimbangkan
dalam mengukur ekuitas keuangan dan hasil dari operasi.
2. Objective of Accounting (Tujuan Akuntansi)
Ketika sebuah perusahaan membeli aset tidak lancar, hal ini mengubah
kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli dengan kas, maka
penurunan terhadap saldo kas menjadi merosot, akan bebas menempatkan kas
untuk investasi lainnya. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini
menurunkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih
lanjut.Tetapi konsep perilaku adaptif melihat bahwa perusahaan selalu bersikap
siap untuk membuang aset jika tindakan ini adalah kepentingan yang terbaik.

3. Arguments for Exit Price Accounting (Argumen Pendukung untuk


Akuntansi untuk Exit Price)

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Akuntansi exit price merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga
jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan.Akuntansi untuk exit price berguna dalam hal, yaitu :

1. Memberikan informasi yang berguna


Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau
mitra kelompok kecil. Sehinggga Akuntan memiliki kewajiban untuk
menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk : yang
mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik
terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau
pinjaman saat jatuh tempo.
2. Informasi yang relevan dan dapat dipercaya
Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model
keputusan pengguna laporan akuntansi.Model keputusan, pada gilirannya,
memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan yang diambil dari
beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala, informasi yang dikumpulkan dapat
relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang diberikan dan
model keputusan.
3. Bersifat aditif
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah
kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas,
penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan
untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal
ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih
lanjut.
4. Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya
(historical dan Current) sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian
asset dan penentuan keuntungan.Ia Berpendapat Exit Price Accounting
dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan bebas alokasi.
5. Berdasarkan kenyataan
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata
karena, setiap contoh mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya.
Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara konvensional, namun dalam arti
ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam
beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan.
6. Objektif

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak
objektif.Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar
relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan
studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price
dan jumlah biaya historis tercatat.
7. Pengukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko
keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset
dengan exit price yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset
tersebut adalah proposisi berisiko.

4. Arguments Against Exit Price Accounting (Argumen Penentang


Akuntansi untuk Exit Price)
Argumen yang bertentangan dengan exit price yang harus mengukur
peristiwa masa lalu, yang benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi
jika perusahaan melakukan sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan.
Akuntansiexit price memiliki banyak hal yang ditentang oleh berbagai pihak
terutama dari

1. Konsep laba
Mengingat bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell
menyatakan:
Aktiva tertentu telah dibeli dengan rencana operasi yang
direncanakan. Rencana itu, operasi-operasi, memang orang-orang yang
telah mengembangkan rencana harus dievaluasi alternatif-altenatif
tentang masa depan yang dianggap, dan tugas akuntan untuk
memberikan data untuk mengevaluasi.
2. Sifat aditif
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan
kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama
dengan angka saat ini.
3. Penilaian kewajiban
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif
berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
nilai pasar.Ini telah membuat inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva
harus dinyatakan sebesar nilai pasar.
4. Current cost atau exit price.
Teori current cost berpendapat bahwa harga entri adalah ' metode
penilaian normal' dibandingakan exit price karena alasan berikut:
 Menggunakan harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi
anomali atas perolehan karena segera setelah nilai pembelian
biasanya harga jatuh sehingga kurang dari harga perolehan.
 Menggunakan harga keluar(exit price) menyiratkan pendekatan
jangka pendek untuk operasi bisnis karena salah satu tertarik pada
nilai-nilai disposisi dan likuidasi.
 Menggunakan harga keluar (exit price) untuk persediaan barang
jadi mengarah pada antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik
skala karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini.

F. Nilai Pakai (Value In Use) Vs Nilai Tukar (Value In Exchange)

Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang umum untuk


setiap viewpoint :

a. Pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan.


b. Keandalan yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak
bergantung pada alokasi subjektif.
c. Aditif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan
yang sama, disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga.
Ini dapat digambarkan oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang
menggunakan kembali akuntansi dalam hubungannya dengan kebutuhan Net
Present Value (NPV):

a. Jika CCA > EXA; dan CCA> NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini
digunakan - mempertahankan operasi saat ini.
b. Jika EXA> CCA; dan CCA > NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang
digunakan - dan terus-menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif
investasi lainnya.
c. Jika EXA> CCA; dan CCA< NPV, maka melikuidasi dan menghentikan semua
operasi.

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
G. A Global Perspective and International Financial Reporting Standards
(Perspektif Global Dan International Financial Reporting Standards)
Current Cost Accounting ini telah direkomendasikan untuk digunakan, pada
tahap tertentu yaitu selama tahun 1970-an dan 1980-an di Amerika Serikat,
Inggris dan Australia dan kemudian ditinggalkan.
Ø Current cost di Amerika Serikat
US Securities Exchange Commission telah melakukan percobaan terhadap
current cost namun ditolak dan berlangsung selama 1976-1984.
Ø Current cost di Inggris
Pemerintahan Inggris pernah menerapkan Current Cost dan kemudian
ditinggalkan dan berlangsung selama 1975- 1984
Ø Current Cost di Australia
Disarankan pada Professional Accounting Standards tapi dilupakan dan
berlangsung selama 1976- 1980

Kebanyakan sistem didasarkan pada modal fisik dan tidak mengakui holding
gains sebagai pendapatan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa historical cost
accounting umumnya dipakai dan masih berlaku umum dari beberapa jenis nilai
standar akuntansi yang berlaku.

1. International Accounting Standards and Current Costs (Standar


akuntansi internasional dan current cost)

Gambaran umum di atas menunjukkan bahwa sejumlah negara di masa


lalu mengimplementasikan suatu bentuk telah melakukan upaya untuk
current cost accounting tapi sistem itu tidak diterapkan secara luas.Pada
tahun 2004, AASB menyetujui untuk mengadopsi yang standar akuntansi
internasional untuk semua entitas yang mempersiapkan pelaporan untuk
pemakaian umum laporan keuangan setelah 1 januari 2005.Standar IASB
membuat lebih banyak yang menggunakan fair value daripada GAAP.

2. How is Historical Cost Applied? (Bagaimana historical cost


diterapkan?)

Mendasari penerimaan objektivitas biaya historis adalah asumsi dari


transaksi ketentuan pasar yang wajar dan panjang yang terlibat dalam baik

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
pembeli dan penjual untuk kepentingan mereka sendiri. Sebagai contoh,
menurut paraghraph 7 dari AAS 2, berarti ‘biaya persediaan’ agregat:

- Biaya pembelian
- Biaya konversi, dan
- Biaya lain;

Dengan demikian, dalam akuntansi biaya historis dasar utama untuk


mengukur persediaan pada tanggal neraca adalah biaya. The United States
Committee on Accounting Procedure menganggap aturan tersebut akan lebih
mudah dinyatakan daripada diterapkan.

Sehubungan dengan kriteria untuk mengukur aset, SAC 4 menyatakan


suatu aset harus diakui dalam laporan posisi keuangan jika:

- Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan diwujudkan dalam aset


akan terwujud,
- Aset memiliki nilai biaya atau tindakan lainnya yang dapat dipercaya.

3. A Mixed Measurenment System and International Standards (Sistem


Pengukuran Campuran Dan Standar Internasional)
Meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian
pasar dilakukan dengan pendekatan nilai wajar, pendekatan ini dilakukan
tidak beraturan karena pada dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak
memiliki konsep penilaian,capital maintenance, atau pengukuran
pendapatan. Staubusberpendapat bahwa mereka tidak benar-benar
menerapkan teori decision-usefulness.

Uraian di bawah ini menunjukkan pergeseran dari nilai historis dan


penggunaan pengukuran yang berbeda dalam standar akuntansi
internasional:

a. IAS2/AASB 102: mengijinkan pengukuran persediaan dengan net


realisablevalue bahkan jika nilainya diatas biayauntuk produsen “produk
persediaan pertanian, hutan, mineral, dan broker” persediaan komoditas.
b. IAS 16/AASB 116: Peralatan (property, plant and equipment) dinilai
berdasarkan nilai historis atau nilai setelah revaluasi dimana nilai setelah
revaluasi adalah nilai wajar dikurangi akumulasi depresiasi sebelumnya

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
dan kerugian impairment.
c. IAS 16/AASB 117: leasehold interest tanah dihitung sebagai investment
property dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai diakui
sebagai laba atau rugi pada laporan laba rugi.
d. IAS 19/AASB 119: pengukuran curtailment gain or lossmeliputi : a)
perubahan nilai sekarang dari benefit obligation yang telah ditentukan, b)
perubahan dalam nilai wajar atas aset peralatan, dan c) bagian pro rata
yang berkaitan dengan laba atau rugi aktuaria.
e. IAS 29/AASB 129: penyesuaian atas laporan keuangan dari suatu entitas
yang beroperasi dapa hiperinflasi ekonomi dapat dilakukan dengan indeks
level harga umum.
f. IAS 36/AASB 136: impairment aset dimana aset dinilai dalam nilai yang
dapat dipulihkan, yang lebih tinggi dari nilai aset yang digunakan Current
Cash Equivalent.
g. IAS 36/AASB 136: memperlakukan nilai residu dari aset sebagai current
cash equivalent.
h. IAS 37/AASB 137: pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode
nilai sekarang yang diharapkan.
i. IAS 40/AASB 140: Investasi properti dapat diukur dengan pilihan a)
impairment berdasarkan biaya depresiasi dan b) nilai wajar dengan
perubahan dimasukkan dalam laporan laba-rugi sebagai laba atau rugi.

H. Issues For Auditors


Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan sesuai pada penyajian
secara wajar dan kepatuhan terhadap laporan keuangan. Berbagai risiko audit
muncul dengan model pengukuran campuran. Beberapa risiko ini ditangani oleh
auditor dengan mendapatkan penilaian ahli independen dan lainnya dengan
menguji asumsi dasar untuk manajemen dan input data ke model penilaian.
Risiko dari salah saji yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu, seperti dalam
keterlibatan pihak terkait.

BAB 7 : ASSETS
A. Assets Defined
● Definisi menurut FASB (1980: par 19):
“Assets are probable future economic benefits obtained orcontrolled by a
perticular entity as a result of past transactions or events.”

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau
diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau
kejadian masa lalu)
● Definisi menurut IASC/IAI:
“An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events
and from which future economic benefits are expected to flow to the
enterprise.”
● Definisi menurut AASB:
“Assets are service potential or future economic benefits controlled by the
reporting entity as a result of past transaction or other past events.”
IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menjabarkan definisi
aset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh FASB, aset mempunyai tiga
karakteristik utama:
a. Ada manfaat ekonomi, baik secara individual maupun dengan aset lainnya,
yang dapat mengakibatkan aliran kas masuk di masa yang akan datang secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Entitas tertentu yang mempunyai aset dapat mengendalikan manfaat
ekonomi dari aset tersebut.
c. Transaksi atau peristiwa yang memberikan hak pada suatu entitas untuk
mengendalikan manfaat ekonomi dari aset telah terjadi.
Tiga Karakteristik Utama Aset:

1. Future Economic Benefits (Memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan


datang)
Memiliki potensi dalam memberikan konstribusi arus kas Perusahaan
melalui peningkatan pendapatan maupun penghematan biaya, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Control by entity (Dikendalikan oleh perusahaan)
Aset dapat diatur, diarahkan, dan dikendalikan oleh perusahaan.
3. Past Events (Hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu)
Kepemilikan atau penguasaan suatu aset harus didahului oleh transaksi
atau kejadian ekonomis yang telah terjadi.
IAS memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset dengan
alasan transaksi atau kejadian tersebut dapat memengaruhi jumlah aset, baik
menambah maupun mengurangi. Contoh: pembelian building, asuransi yang
dibayar di muka, dan lainnya.
Menurut Suwardjono dalam buku Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan edisi ketiga, karakteristik pendukung aset antara lain:

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
 Melibatkan cost (acquired at a cost)

Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan cost sebagai harga


kesepakatan. Jika cost terjadi karena pemerolehan suatu objek dari pertukaran
atau pembelian, maka objek tsb lebih kuat masuk sebagai aset.
 Berwujud (tangible)

Bila suatu sumber ekonomik secara fisik dapat diamati, maka objek tsb lebih
kuat disebut sebagai aset. Namun keterwujudan bukan kreteria untuk
mendefinisikan aset.
 Tertukarkan (exchangeable)

Salah satu syarat suatu objek atau sumber ekonomik dapat disebut sebagai
aset yaitu harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya.
B. Asset Recognition
Kapan kita bisa mengakui sesuatu sebagai asset kita.
Kriteria dalam Asset Recognition:
● Reliance on the Law (berdasarkan hukum)
Pengakuan untuk sebagian besar aktiva tergantung dari substansi hukumnya.
Piutang diakui karena adanya transaksi penjualan kredit dan pembelian
aktiva tetap didukung oleh hak pemakaian secara hukum.
● Use of the conservatism priciple (penggunaan prinsip konservatisme)
Kerugian boleh diakui meskipun belum terealisir, tapi keuntungan belum
boleh diakui sebelum terealisir. Ini berarti juga hutang diakui lebih awal, tidak
demikian dengan aktiva.
● Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi
Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi berhubungan dengan
kualitas informasi akuntansi yang relevan. Bila suatu transaksi dinyatakan
memiliki substansi ekonomi, maka penting untuk dicatat dan dilaporkan. Nilai
substansi ekonomi sulit ditentukan, apalagi menyangkut masa yang akan
datang.
● Nilainya dapat ditukar
Apabila aktiva tidak dapat diukur secara pasti, maka aktiva tersebut tidak
bisa diakui.

C. Asset Measurement
1. Tangible Assets
Merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional
perusahaan secara terus menerus. Contoh: mesin, gedung, peralatan.
2. Intangible asset
Merupakan aktiva yang tidak dapat langsung dilihat, bukti keberadaannya
hanya dilihat dari akte perjanjian kontrak. Contoh : goodwill, patent,
franchise, dan lain-lain.
3. Financial Instruments
adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya asset keuangan bagi satu
entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas lainnya.
Asset keuangan (financial asset) adalah asset berupa:

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
- kas
- instrumen ekuitas entitas lain
- hak kontraktual:
o untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain
o untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan
entitas lain yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan
bagi entitas sendiri

D. Challenges for Standard Setters


1. Which measurement model?
Masalah yang harus dipertimbangkan oleh IASB dan FASB mencakup
pengukuran potensial yaitu past entry or exit prices, modified past amount,
current entry, exit or equilibrium price, value in use or future entry or exit
price.
IASB dan FASB mempertimbangkan metode pengukuran sesuai dengan
sejauh mana mereka memenuhi karakteristik yang diperlukan masyarakat
kualitatif terhadap informasi keuangan.
- Model pengukuran yang dipilih adalah dengan menggunakan fair value.
- IASB and FASB mendukung penggunaan fair value measurement.
2. How to calculate fair value measurement
PSAK 157 Pengukuran Nilai Wajar memberikan contoh teknik penilaian
yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai wajar:
 The Market Approach (Pendekatan pasar) - penggunaan harga
diamati dan informasi dari transaksi yang sebenarnya untuk aset atau
kewajiban yang identik, mirip atau sebanding.
 Income Approach (Pendekatan Pendapatan) - konversi jumlah masa
depan (seperti arus kas atau pendapatan) untuk diskon tunggal dengan
jumlah saat ini; dan
 Cost Approach (Pendekatan Biaya) - jumlah yang saat ini akan
diperlukan untuk mengganti kapasitas layanan (biaya penggantian
sekarang).
FASB juga menyediakan “fair value hirarki”. Yaitu, mencalonkan tiga
kategori atau tingkat atas masukan yang akan digunakan untuk
mengestimasi nilai wajar.
 Level 1 – Harga dikutip di pasar aktif untuk aktiva dan kewajiban yang
identik. Tingkat 1 input harus digunakan tanpa penyesuaian, jika tersedia.
 Level 2 – Input tidak termasuk dalam Level 1 yang diamati untuk aktiva
atau kewajiban, baik secara langsung maupun tidak langsung.
 Level 3 – input tidak teramati, termasuk data entitas itu sendiri, yang
disesuaikan jika diperlukan untuk mencerminkan asumsi pasar.

E. Issues for Auditors


Audit nilai wajar menimbulkan kesulitan bagi auditor karena memerlukan
penerapan model penilaian dan, sering, penggunaan penilaian ahli.
Untuk mengembangkan pendekatan audit yang efektif, auditor perlu:

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id
1. Memahami proses perusahaan klien dan kontrol yang relevan menentukan
nilai wajar
2. Membuat penilaian tentang apakah metode pengukuran perusahaan klien
dan asumsi yang tepat dan cenderung memberikan dasar memadai untuk
pengukuran nilai wajar.
3. Menghargai potensi bias manajemen dan kesalahan kemungkinan dalam
menerapkan model penilaian, mengidentifikasi input pasar, dan membuat
asumsi yang diperlukan
Ada potensi bahwa setiap kegagalan perusahaan selama periode ini akan
mengarah pada tindakan hukum terhadap auditor yang gagal mendekati audit
dari nilai wajar aset tepat.

Pelajari Hitungan hal.249-251

Fajrin Hera Globawati


Maltazard.iv24@yahoo.co.id

You might also like