You are on page 1of 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koagulasi dan Flokulasi
Salah satu proses kimiawi untuk meningkatkan efisiensi unit sedimentasi dalam
pengolahan air limbah adalah koagulasi dan flokulasi. Menurut Ebeling dan Ogden (2004)
koagulasi adalah proses mendestabilisasi partikel-partikel koloid sehingga tubrukan partikel dapat
menyebabkan pertumbuhan partikel.
Proses koagulasi berfungsi untuk menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada
partikel sehingga mengijinkan gaya tarik van der waals untuk mendorong terjadinya agregasi
koloid dan zat-zat tersuspensi halus untuk membentuk microfloc. Flokulasi adalah proses
berkumpulnya partikel-partikel flok mikro membentuk aglomerasi besar melalui pengadukan fisis
atau melalui aksi pengikatan oleh flokulan.
Unit proses koagulasi-flokulasi biasanya terdiri dari tiga langkah pengolahan yang terpisah
yaitu (Metcalf and Eddy, Inc. 1991 dalam Ebeling dan Ogden 2004):
1. Pada proses pengadukan cepat, bahan-bahan kimia yang sesuai ditambahkan ke dalam
aliran air limbah yang kemudian diaduk pada kecepatan tinggi secara intensif,
2. Pada proses pengadukan lambat, air limbah diaduk pada kecepatan sedang supaya
membentuk flok-flok besar sehingga mudah diendapkan,
3. .Pada proses sedimentasi, flok yang terbentuk selama flokulasi dibiarkan mengendap
kemudian dipisahkan dari aliran effluent.
2.2 Koagulan dan Flokulan
Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan kedalam proses koagulasi yang berfungsi
sebagai pengikat partikel penyebab keruh terhadap air agar terjadi gumpalan atau flok yang mudah
diendapkan. Karena permukaan koloid memiliki muatan listrik, koloid tersebut sulit untuk bersatu
membentuk partikel ukuran yang lebih besar sehingga partikel menjadi stabil dan sulit mengendap.
Senyawa koagulan mempunyai kemampuan mendestabilisasi koloid (menetralkan muatan
listrik pada permukaan koloid) sehingga koloid dapat bergabung satu sama lain membentuk flok
dengan ukuran yang lebih besar. Koagulan dapat berupa garam-garam logam (anorganik).
Koagulan anorganik mencakup bahan-bahan kimia umum berbasis aluminium atau besi. Ketika
ditambahkan ke dalam contoh air, koagulan anorganik akan mengurangi alkalinitasnya sehingga
pH air akan turun. Koagulan organik pada umumnya tidak mempengaruhi alkalinitas dan pH air.
Koagulan anorganik akan meningkatkan konsentrasi padatan terlarut pada air yang diolah (Gebbie,
2005)
Tawas atau dalam bahasa Inggrisnya disebut "Alum" adalah suatu kristal sulfat dari logam-
logam seperti lithium, potassium, calcium, aluminium dan logam-logam lainnya. Kristal tawas ini
cukup mudah larut dalam air dan kelarutannya berbeda-beda tergantung pada jenis logam dan
suhu. Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran-
kotoran pada proses penjernihan air. Selain itu, tawas juga digunakan sebagai deodorant, karena
sifat anti bakterinya. Tawas merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari molekul air dan
jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4). (Sumdani,2010).
Flokulan adalah bahan kimiawi, biasanya organik, yang ditambahkan untuk meningkatkan
proses flokulasi. Istilah flokulasi digunakan untuk menggambarkan proses ketika ukuran partikel
meningkat sebagai akibat tubrukan antar partikel.

Poliakrilamida (PAM) adalah sejenis polimer yang larut dalam air. Poliakrilamida
digunakan untuk flokulasi, sedimentasi dan klarifikasi air limbah industri di berbagai industri
seperti pabrik baja, pabrik electroplating, metalurgi, mencuci batu bara, lumpur dan sebagainya.
PPA memungkinkan partikel dikumpulkan dengan menyerap padatan tersuspensi dalam air,
karena rantai molekulnya mengandung sejumlah gugus polar.

Karakteristik

1. Dengan kelarutan air yang luar biasa, poliakrilamida anionik dapat benar-benar
larut dalam air dingin.
2. Dengan menambahkan jumlah yang kecil, flokulan dapat berkerja dengan baik.

2.4 Jar Test


Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari
koagulan pada proses pengolahan air bersih dan salah satu simulasi dari beberapa metoda yang
paling umum dipakai untuk menilai efisiensi suatu proses koagulasi dan flokulasi. Kekeruhan air
dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa
Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu poli-elektrolit organis (Hanum,
2002)
Gambar 2.x Alat Jar Test
Sumber EPA 2000

Jartest mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi dalam proses pengolahan limbah
sehingga membantu operator pengolahan limbah untuk menentukan jumlah bahan kimia yang
tepat. Data yang di dapat dengan melakukan jartes antara lain dosis optimum penambahan
koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar Test yang dilakukan adalah
untuk membandingkan kinerja kogulan yang digunakan untuk mengendapkan padatan tersuspensi
yang terdapat pada air sungai. (Suryadiputra, 1994).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi dan Flokulasi


Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air limbah secara kimia khususnya
dengan proses koagulasi dan flokulasi di antaranya :

1. Konsentrasi padatan
Konsentrasi padatan tersuspensi yang terkandung dalam air limbah berpengaruh terhadap
kebutuhan bahan koagulan maupun flokulan. Semakin besar konsentrasi padatan tersuspensi dan
terlarut kebutuhan bahan koagulan dan flokulan semakin kecil dan sebaliknya, hal ini disebabkan pada
konsentrasi padatan yang tinggi jarak antar partikel semakin dekat dan memudahkan proses
penggabungan. (Eckenfelder, W, 2000)

2. Derajat keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) air limbah mempengaruhi kinerja dari bahan koagulan, hal ini
disebabkan setiap jenis koagulan bekerja efektif pada rentang pH tertentu. Koagulan aluminium sulfat
bekerja efektif pada pH diatas 6, koagulan ferro sulfat pada rentang pH 4-7, koagulan ferri chlorida
pada rentang pH 3-5, sedangkan senyawa polimer tidak dipengaruhi oleh pH. (Eckenfelder, W, 2000)
3. Konsentrasi koagulan
Konsentrasi koagulan akan mempengaruhi efiisensi proses pengolahan, semakin besar
konsentrasi pada umumnya efisiensi proses semakin besar dan sebaliknya. Konsentrasi koagulan yang
terlalu tinggi dapat menurunkan derajat keasaman (pH) dan efisiensi menjadi rendah hal ini disebabkan
sebagian besar koagulan jika dimasukkan ke dalam air limbah akan melepaskan sifat asam sehingga
pH air limbah menjadi turun. Konsentrasi koagulan aluminium sulfat yang dianjurkan 75 – 250 mg/l,
koagulan ferro sulfat dianjurkan 70 – 200 mg/l, dan koagulan ferri chlorida 35 – 150 mg/l (Eckenfelder,
W, 2000)

4. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan mempengaruhi efisiensi proses pengolahan, kecepatan putaran
pengaduk yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya flok yang sudah terbentuk dan akan
mempersulit proses sedimentasi, pada umumnya kecepatan pengadukan berkaitan dengan waktu
pengadukan. Pada proses koagulasi dibutuhkan kecepatan putaran pengaduk yang tinggi tetapi waktu
pengaduk yang relatif cepat (2-15 menit), sedangkan pada proses flokulasi dibutuhkan kecepatan
putaran pengaduk yang rendah dan waktu pengadukan yang relatif lebih lama (20-40) menit. (Metcalf
& Eddy, 2000).

Dapus

Eckenfelder W, Wesley. 2000. Industrial Water Pollution Control. New Delhi : Mc- Graw
Hill.
Eddy, dan M. Calf. 1978. Waste Water Treatment. New York : McGraw-Hill Book
Company.
Gebbie, Peter (2005), “A Dummy’s Guide to Coagulants”,68thAnnual Water Industry
Engineers and Operators, Conference Schweppes Centre, Bendigo.
Hanum, F. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai untuk Kepeluan Air Minum. Fakultas
Teknik. Program Studi Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara.
Metcalf & Eddy. 1985. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. New Delhi :
Tata Mc Graw Hill.
Sumdani.2010.PAC.(online).http://smk3ae.wordpress.com/2008/08/05/bahan-kimia-
penjernih-air-koagulan/(diakses 2 mei 2015)
Suryadiputra, INN. 1994. Pengolahan Air Limbah dengan Metode Biologi (Strengthening
Program : Rancang Bangun IPAL). Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kristijarti , A Prima S.Si., MT, 2013. Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum untuk
Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X

You might also like