Professional Documents
Culture Documents
Geologi Regional Cekungan Barito
Geologi Regional Cekungan Barito
Batuan Alas
Batuan alas ini berumur pra - Tersier dan merupakan batuan dasar dari
batuan-batuan Tersier. Komposisinya terdiri dari beberapa batuan, yaitu
lava andesit, batugamping klastik dan konglomerat polimik.
Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diendapkan secara tidak selaras di atas batuan pra–
Tersier. Formasi ini dibagi menjadi dua anggota, dari tua ke muda yaitu:
Tanjung Bawah, terdiri dari konglomerat, batupasir, batubara sebagai hasil
endapan pantai–paralik.
Tanjung Atas, terdiri dari batulempung, napal, dan batugamping fosilan yang
merupakan endapan laut dangkal.
Formasi Berai
Formasi ini terletak selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi Berai dibagi
menjadi tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
Berai Bawah, merupakan selang-seling batugamping, batulempung dan napal.
Berai Tengah, merupakan batugamping masif.
Berai Atas, merupakan selang-seling serpih, batulanau dan batugamping dengan
sisipan tipis batubara.
Formasi Warukin
Formasi Warukin terletak selaras di atas Formasi Berai. Formasi Warukin
terdiri dari tiga anggota, dari tua ke muda yaitu:
Warukin Bawah, merupakan selang-seling napal, batugamping, serpih, dan
serpih gampingan.
Warukin Tengah, terdiri dari napal, lanau, lempung dan lapisan pasir tipis
dengan sisipan batubara.
Warukin Atas, terdiri dari batubara dengan sisipan lempung karbonat dan
batupasir.
Formasi Warukin berumur Miosen Awal – Miosen Akhir. Formasi ini
mempunyai ketebalan 300 – 500 m dengan lingkungan pengendapan paralik -
delta. Formasi Warukin pertama kali ditemukan di desa Warukin, Tanjung Raya
Kalimantan Selatan. Penyebaran formasi ini meliputi seluruh Cekungan Barito.
Fosil penunjuk Heterosgina sp, Lepidocyclina sp dan Spyroclypeus leupoldi.
Formasi Dahor
Formasi Dahor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Warukin.
Formasi ini tersusun oleh batupasir kuarsa putih kurang padat, sebagian berupa
pasir lepas, bersisipan lempung, lanau abu-abu, lignit dan limonit. Di beberapa
lokasi ditemukan sisipan kerakal kuarsa, kerakal batuan beku bersifat granitis
dan batuan metasedimen. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir
sampai Pliosen dengan lingkungan pengendapan paralik. Formasi ini
mempunyai ketebalan 300 m. Formasi Dahor pertama kali ditemukan di
kampung Dahor dan penyebarannya ke arah timur dan barat.
Susunan stratigrafi Cekungan Barito secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar dibawah (kanan).
Gambar (kiri) Tectonic Setting Kalimantan, (kanan) Kolom Stratigrafi Cekungan
Barito (Satyana et al,1999 dalam Darman dan Sidi, 2000, modifikasi).
Setting tektonik secara umum terjadi pada arah timur laut (NNE) Cekungan
Barito, dengan struktur yang intensif berarah sejajar barat daya – timur laut
(SSW-NNE) membentuk struktur lipatan mengelilingi pegunungan Meratus dan
dipengaruhi oleh sesar naik dengan dip yang curam. Adanya sesar wrench
utama, menunjukkan adanya indikasi drag atau sesar pada lipatan dan bekas
sesar naik. Pada bagian barat dan selatan Cekungan Barito umumnya sedikit
dikontrol oleh tektonik lempeng sehingga tidak menunjukkan bentuk deformasi
struktur (Darman dan Sidi, 2000).
Pada awal zaman Tersier terjadi deformasi sebagai akibat dari peristiwa
tektonik oblique convergence dengan arah barat laut – tenggara (NW – SE).
Kemudian terbentuk rekahan dan berkembang menjadi accomodation space
untuk sedimen produk alluvial fan dan lakustrin yang merupakan anggota
Formasi Tanjung bawah. Pada awal pertengahan Eosen, sebagai hasil akhir dari
transgresi, rift atau rekahan tersebut berkembang menjadi fluviodeltaic dan
pada akhirnya menjadi lingkungan marine, yang seluruhnya merupakan hasil
transgresi selama proses deposisi Formasi Tanjung bagian tengah. Pada Kala
awal Oligosen-Eosen akhir terjadi transgresi, sehingga terjadi genang laut.
Akibatnya diendapkan shale marine dari bagian Formasi Tanjung bagian atas.
Selama Miosen, terjadi sea level drop hingga kemudian Schwaner Core
dan Pegunungan Meratus mengalami uplift. Material sedimen klastik berasal
dari proses deposisi ke arah bagian timur, dan progadasi sedimen produk
dari deltayang merupakan anggota Formasi Warukin. Pada Miosen akhir,
Pegunungan Meratus muncul kembali, diikuti oleh adanya peristiwa penurunan
cekungan (subsidence) sehingga terjadi proses deposisi sedimen, yang
merupakan Formasi Warukin. Pegunungan Meratus lalu mengalami uplift lagi
hingga kala Pleistosen, dan diendapkan produk batuan sedimen molasic-
deltaic, merupakan Formasi Dahor pada kala Pliosen. Proses tektonik dan
deposisi tetap berlangsung hingga sekarang (Darman dan Sidi, 2000).
Referensi : Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol.1A, 2nd,
Batavia, Netherland, 732 hal. Kusuma, M.I., dan Nafi, A.N., 1986, Prospek
hidrokarbon Formasi Warukin di Cekungan Barito Kalimantan, Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV IAGI, Jakarta, hal 105-124. Darman, H.,
dan Sidi, F.H., 2000, An Outline Of The Geology Of Indonesia, Ikatan Ahli Geologi
Indonesia, Jakarta, 181 hal. Sikumbang, N. dan Heryanto, R., 1987, Laporan
Geologi Lembar Banjarmasin Kalimantan Selatan, Proyek Pemetaan Geologi dan
Interpretasi Foto Udara, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.