Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
NIM : 15.067.AF
KELAS : REGULER B
MAKASSAR
2017
1
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan unsur kesejehateraan umum yang harus dapat di wujudkan
melalui pembangunan yang berkesenambungan. Pembangunan kesehatan merupakan salah
satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (Depkes RI, 1992).
Peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1980, yang dimaksud dengan apotek adalah
suatu tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada
masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang
apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat, dan
sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata (Anonim, 1980).
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit,
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu, dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan.
Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis. Tertib
artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan obat, membuat
laporan narkotika, tidak membeli maupun menjual obat-obat yang tidak terdaftar,
memberikan informasi obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur artinya pemasukan dan
pengeluaran uang dan obat dicatat dengan baik untuk evaluasi dan pembuatan laporan
keuangan.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bernutu. Hal tersebut di perjelaskan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
3
pasien, penyedian obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, dan, yang
tejangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Biaya yang diserap untuk penggunaan obat merupakan komponen terbesar dari
pengeluaran rumahsakit. Dibanyak Negara berkembang belanja obat di rumah sakit dadat
menyerap sekitar 40-50% dari biaya keseluruhan rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi
yang demikian besar tentunay harus dikelola dengan efektif dan efisien, hal ini perlu
dilakukan mengingat dana kebutuhan obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan.
Kondisi diatas tentunya harus disikapi dengan baik-baik. Saat ini pada tataran global
telah dirintis program Good Governance In Pharmaceutical Sector atau lebih di kenal
dengan tata kelola obat yang baik si Sektor Farmasi. Indonesia termasuk salah satu
Negara yang berpartisipasi dalam program ini bersama 19 negara lainnya. Pemikiran
tentang perlunya tatkelola obat yang baik disektor farmasi berkembang mengingat
banyaknya praktek illegal di lingkungan kefarmasian mulai dari clinical trial, riser dan
pengadaan , registrasi, pendaftaran, paten, produksi, penetapan harga, pengadaan, seleksi,
distribusi dan trasportasi. Bentuk intransparansi dibidang farmasi antara lain : pemalsuan
data keamanan dan enyufikasi, penyuapan, kolosi, donasi, promo yang tidak etis maupun
tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan obat.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian dari rumah sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkooadinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanaan pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit,
sedangkan Komite Farmasi dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab tentang
penyusunan formularium rumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka
diperlukam tenaga professional dibidang tersebut. Untuk menyiapkan tenaga professional
tersebut diperlukan berbagai masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat
digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah IFRS.
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup
layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya
mendapat makanan, pakaian, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial lain yang
diperlukan.
B. Gudang Farmasi
5
Adalah tempat penerimaan,penyimpanan,pendistribusian dan pemeliharaan
barang persediaan berupa obat,alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya
(seperti DDT pompa pipa,perbekalan KB,sepeda motor/sepeda roda dua,susu
bubuk,dll) yang tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di
kabupaten/kodya yang bersangkutan.
Kedudukan gudang farmasi sebagai unit pelaksana teknis dalam lingkungan Depkes
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Depkes
kabupaten/kodya.
6
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar pelaksanaan yang
telah ditentukan. Perencanaan berpedoman pada DOEN (Daftar Obat Esensial
Nasional), formularium RS, standart terapi RS, data catatan medik, anggaran yang
tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data pemakaian
periode yang lalu dan rencana pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan di
unit pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya obat
dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang terjamin
sertadapat diperoleh pada saat diperlukan. Langkah – langkah dalam pengadaan
barang :
a. Pemilihan metode pengadaan.
b. Pemilhan pemasok.
c. Pemantauan status pesanan.
d. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat.
e. Penerimaan dan pemeriksaan obat.
a. Pelelangan umum.
b. Pelelangan terbatas.
c. Pemilihan langsung.
d. Pembelian/pengadaan langsung
7
d. Kategori N adalah obat non-esensial yang boleh disediakan atau boleh tidak
disediakan karena tidak membahayakan nyawa bila tidak tersedia, misalnya food
suplement dan vitamin (Quick,1997).
Analisis ABC/Paretto mengelompokkan obat berdasarkan volume and
value of consumption obat, yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok A adalah obat yang berharga mahal dan sering ditulis dengan
resep dokter, menyerap dana sebesar ± 80% dari total dana dengan jumlah item ±
20% dari total item obat yang ada.
b. Kelompok B adalah obat yang dibutuhkan dalam banyak kasus dan sering
keluar, menyerap dana sebesar ± 15% dari total dana dengan jumlah item ± 60%
total item obat yang ada.
c. Kelompok C adalah kelompok obat yang hanya sebagai suplemen saja.
Menyerap dana sebesar ± 5% dari total dana dengan jumlah item± 20%
total item obat yang ada (Quick,1997).
3. Penyimpanan
Gudang merupakan tempat penyimpanan sementara sediaan farmasi dan alat
kesehatan sebelum didistribusikan. Fungsi gudang adalah mempertahankan
kondisi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang disimpan agar tetap stabil sampai
ke tangan pasien (Siregar,2004).
Tujuan penyimpanan adalah :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI,2008)
Penumpukan stok barang yang kadaluwarsa dan rusak dapat dihindari
dengan pengaturan sistem penyimpanan seperti fisrt expired fisrt out (FEFO)
dan fisrt in fisrt out (FIFO). Sistem FEFO adalah dimana obat yang memiliki
waktu kadaluwarsa lebih pendek keluar terlebih dahulu, sedangkan dalam sistem
FIFO obat yang pertama kali masuk adalah obat yang pertama kali
keluar (Quick,1997).
Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai dengan syarat kondisi penyimpanan
masing-masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah
temperatur/suhu sekitar 20-250C, kelembaban dan atau paparan cahaya. Tempat
penyimpanan yang digunakan dapat berupa ruang atau gedung yang terpisah,
lemari, lemari terkunci, lemari es, freezer, atau ruangan sejuk. Tempat
penyimpanan tergantung pada sifat atau karakteristik masing-masing
obat(Siregar,2004).
8
3) Kelompok alphabetis
4) Tingkat penggunaan
5) Bentuk sediaan
6) Random bin
7) Kode barang.
Selain disimpan dalam tempertur yang sesuai, barang-barang sebaiknya
disimpan dalam keadaan yang mudah terambil dan tetap terlindung dari
kerusakan (Siregar,2004).
Penyimpanan bahan mudah terbakar, meledak, korosif, karsinogenik.
Penyimpanan B3 disertai MSDS (Material Safety Data Sheet). Contoh MSDS :
Disimpan di tempat yang aman, terhindar dari benturan fisik, ruangan penyimpanan
kering, sejuk, berventilasi cukup, jauh dari tempat berpotensi kebakaran, bebas rokok.
Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan narkotika
disebutkan bahwa RS harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika,
dimana tempat tersebut harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang
kuat, selain itu tempat penyimpanan narkotika tersebut harus mempunyai kunci
yang kuat dan tempat penyimpanan terbagi menjadi 2 bagian masing-masing
dengan kunci yang berlainan.
4. Distribusi
Penggunaan :
a. Bila akan digunakan sebagai bahan desinfektan, alcohol harus diencerkan sampai
70%
d. Penanggulangan kontaminasi
e. Bila terhirup, segera pindahkan penderita ke udara segar. Jika tidak bernafas
berikan nafas buatan. Jika kesulitan bernafas berikan oksigen kemudian bawa ke
ruang gawat darurat.
f. Bila tertelan, dirangsang untuk muntah oleh petugas medis. Jangan memberikan
apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
9
g. Bila terkena kulit, buka segera pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit dengan
sabun atau deterjen yang lembut dan air mengalir paling tidak selama 15 menit.
Periksakanlah ke dokter bila terdapat luka iritasi yang bertambah parah.
h. Bila terkena mata, segera basuh dengan air mengalir paling tidak selama 15
menit, sambil dibuka kelopak mata atas dan bawah. Bawa ke ruang gawat darurat
10
Keuntungan UDD antara lain penderita hanya membayar obat yang
digunakanya saja,mengurangi kesalahan pengobatan,memperbesar komunikasi
antara apoteker-dokter perawat,serta apoteker dapat melakukan pengkajian
penggunaan obat. Keterbatasannya adalah jumlah tenaga farmasi yang dibutuhkan
lebih tinggi (Siregar dan Amalia,2004).
Kelebihan sistem UDD dibandingkan dengan sistem yang lain diantaranya
adalah:
a) Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam sehari
dan hanya membayar untuk obat-obatan yang digunakan saja,
b) Semua obat yang dibutuhkan dibagian perawatan disiapkan oleh farmasi
sehingga perawat mempunyai lebih banyak waktu merawat pasien,
c) Memberikan kesempatan farmasis menginterpretasikan dan memeriksa kopi
pesanan resep, bagi perawat mengurangi kemungkinana kesalahan obat,
d) Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan
dibagian perawat dan farmasi,
e) Menghemat ruang-ruang di pos perawatan,
f) Meniadakan kemungkinan terjadi pencurian dan pemborosan obat,
g) Mengurangi kemungkinan kesalahan obat dan juga membantu menarik
kembali kemasan pada saat obat itu ditarik dari peredaran karena kemasan dosis
unit masing-masing diberi label,
h) Farmasis dapat mengunjungi pos perwatan untuk menjalankan tugasnya
yang diperluas (Siregar,2004).
5. Pencatatan
11
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya
pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi
adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan
dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok
Induk (Anonim,2012).
Fungsi:
1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa),
2) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1(satu)
jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran,
3) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan
farmasi dalam tempat penyimpanan (Depkes RI,2008)
12
1) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan pengeluaran
perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk.
3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi dengan :
a. Nama perbekalan farmasi tersebut,
b. Sumber/asal perbekalan farmasi,
c. Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam persediaan, dihitung
sebesar waktu tunggu,
d. Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam persediaan=sebesar stok
kerja+waktu tunggu+ stok pengaman.
6. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak
yang berkepentingan
Tujuan:
a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
b) Tersedianya informasi yang akurat,
c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan,
d) Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan (Depkes RI,2008)
13
oleh IFRS)
Mutasi perbekalan Untuk keperluan
2. farmasi perencanaan, wajib dibuat
Penulisan resep
generik dan non Untuk keperluan
3. generik pengadaan, wajib dibuat
Untuk audit POM dan
Narkotika dan keperluan perencanaan,
4. Psikotropika wajib dibuat
Untuk keperluan audit
dan perencanaan, wajib
5. Stok opname dibuat
Pendistribusian, Untuk keperluan audit
berupa jumlah dan dan perencanaan, wajib
6. rupiah dibuat
Untuk keperluan audit
Penggunaan obat dan perencanaan, wajib
7. program dibuat
Jaminan Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin Untuk
Pemakaian perbekalan keperluan audit dan
8. farmasi perencanaan, wajib dibuat
Untuk keperluan
9. Jumlah resep perencanaan
Untuk keperluan
Kepatuhan terhadap perencanaan,
10. formularium informasikan untuk KFT
Untuk keperluan
Penggunaan obat perencanaan,
11. terbesar informasikan untuk KFT
Untuk keperluan
perencanaan,
12. Penggunaan antibiotik informasikan untuk KFT
13. Kinerja Untuk audit
7. Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program/memantau perubahan yang fokus pada proses masuk dan keluar.
a. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
b. Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita
berikan (Depkes RI,2008)
14
8. Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program terhadap
perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau
perluasan program (rekomendasi)
Farmasis merupakan sumber utama informasi ilmiah terkait dengan penggunaan obat
yang aman, tepat dan cost effective.
Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi:
a) Pengkajian resep, yaitu merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis
baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan,
b) Dispensing, yaitu merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/tiket, penyerahan obat dengan
memberikan informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi. Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaan,
yaitu dispensing sediaan farmasi khusus (nutrisi parental dan pencampuran obat steril)
dan dispensing sediaan farmasi berbahaya (penanganan obat kanker secara aseptis),
15
c) Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yaitu merupakan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi,
d) Pelayanan informasi obat (PIO), yaitu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
tenaga farmasi untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan dari PIO adalah:
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien atau keluarganya dan tenaga
kesehatan dilingkungan rumah sakit,
2) Menyediakan inforamasi untuk kebijakan yang berhubungan dengan obat yang
ditetapkan PFT,
3) Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi,
4) Menunjang pengolahan dan terapi obat yang rasional dan berorientasi pada pasien,
5) Konseling,adalah suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat
pasien rawat jalan dan rawat inap,
6) Pemantauan kadar obat dalam darah, yaitu melakukan pemeriksaan kadar beberapa
obat tertentu atas permintaan dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit ,
7) Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan: pemilihan obat, menerapkan
secara langsung pengetahuan farmakologi terapik, menilai kemajuan pasien, bekerja sa ma
dengan tenaga kesehatan lain,
8) Pengkajian penggunaan obat, yaitu program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (Anonim,2001).
16
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh-contoh kasus yang berkaitan dengan rumah sakit dan pelayanan kefarmasian
di rumah sakit :
1. Kasus satu
Terjadi di Rumah Sakit Pluit, dimana pihak Rumah Sakit tidak bersedia melakukan
tindakan operasi kepada salah satu pasien yang tidak mampu membayar uang administrasi
untuk melakukan operasi sehingga menyebabkan kematian pada pasien tersebut. Hal ini jelas
melanggar Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 29 ayat 1
bagian f yang berbunyi “melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayananpasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa”. Pelanggaran ini dapat
dikenakan sanksi sesuai Undang-undang yang sama pada pasal 29 ayat 2 yaitu berupa
teguran, teguran tertulis, denda, dan pencabutan izin Rumah Sakit. *sumber: berita kompas
10 februari 2013.
2. Kasus dua
Kasus yang terkait dengan Rumah Sakit adalah kelalaian Rumah sakit terhadap
pasien, seperti seorang bocah berusia tujuh tahun bernama Ayu Tria harus kehilangan
nyawanya di RS Harapan Kita. Ini disebabkan, di malam seharusnya Ayu melakukan cuci
darah dan kemoterapi akibat penyakit Leukimia yang dideritanya, ruangan ICU yang akan
digunakan Ayu ternyata tengah dipakai syuting sinetron Love In Paris sehingga
menyebabkan kematian pasien. RS Harapan kita dalam hal ini telah melanggar Undang-
Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 ayat 1 bagian b mengenai
kewajibannya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminatif, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien.*sumber: berita
kompas 10 februari 2013.
3. Kasus 3
Kasus yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simeulue, Provinsi Aceh,
Dua pasien meninggal akibat pelayanan rumah sakit terganggu karena terbatasnya obat-
obatan dan oksigen. Rumah Sakit Daerah (RSUD) Simeulue tidak memenuhi salah satu
persyaratan suatu Rumah Sakit yaitu harus menyediakan obat-obat dan alat kesehatan
penunjang sepeti tabung oksigen. Padahal dalam UU No. 44 tahun 2009 pasal 7 ayat 1
tentang Rumah Sakit yang berbunyi “Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
17
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.” Sehingga
diharapkan gangguan pelayanan seperti ini tidak terjadi. *sumber : beritaaceh.com
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Instalasi Farmasi dan Alat Kesehatan (INFALKES) adalah tempat yang
digunakan untuk menyimpan, mendistribusakan sediaan Farmasi ke Instansi-instansi
Kesehatan milik pemerintah. Tugas pokok Instalasi Farmasi dan alat kesehatan yaitu
melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan
farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan ,
pencegahan dan pemberantasan penyakit, di Puskesmas / RS.
Untuk menyiapkan tenaga professional tersebut diperlukan berbagai
masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang tepat digunakan dalam
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah IFRS.Mengingat pentingnya pelayanan
farmasi di rumah sakit, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal
peranan apoteker di rumah sakit, khususnya Instalasi Farmasi. Hal ini penting
sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila
bekerja di rumah sakit.
B. Saran
Sebaiknya Instalasi Farmasi dan Alat Kesehatan (INFALKES) di wilayah
masing-masing pada bagian gudang penyimpanan sediaan farmasi dan alkes lebih
ditingkatkan kebersihannya agar kesahatan tetap terjaga.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2009). UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
RI.
Greef, Judith A., komunikasi kesehatan dan perubahan perilaku. Djokjakarta: Gadjah
Mada University Press., 1996
Jogiyanto H.M., Akt., Ph.D., Analisis Analisis dan Desain Sistem Informasi, Penerbit
Andi, Yogyakarta, 2005.
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L., Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbitan Buku Kedokteran EGC, 2004
https://mustafatanjong.blogspot.co.id/2016/06/instalasi-farmasi-rumah-sakit.html
https://mahasiswafarmasibicara.blogspot.co.id/2014/10/bab-i-pendahuluan-1.html
http://pharmacy-community.blogspot.co.id/2014/08/makalah-instalasi-farmasi-alat-
kesehatan.html
20