You are on page 1of 4

Jurnal Ilmu Hukum ISSN 2302-0180

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4 Pages pp. 25- 28

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH TERHADAP PEMBERIAN BANTUAN


HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PROVINSI ACEH

Setiawati1, Ilyas Ismail2, Mujibussalim3


1)
Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail : setiash7@gmail.com
2,3)
Staff Pengajar Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala
Diterima : 25/08/2015 Reviewer : 30/06/2016 Dipublish : 15/02/2016

Abstract: Government policy in the provision of legal assistance to the legal aid recipients is
organized by the Ministry and implemented by legal assistances according to Act No. 16 Year
2011 regarding Legal Aid. An equal provision of legal aid has not yet been implemented and
evenly distributed in all districts or cities in Aceh. The aim of this study is to describe the
implementation’s responsibility of governmnet by the provision of legal aid, obstacles, and the
conducted efforts by the provision of legal aid, especially for the poor in Aceh. The method
applied in this study is social juridistic. The implementation of legal assistance has been done
by the verified and accreditized legal aid providers, as well as operator regulator in legal aid
financial disbursement, monitoring and evaluation by the legal aid implementation. Obstacles
that have been indentified during its implementation are: i) there have been no coordination
among the internal institutions belong to the Ministry of Justice and Human Rights, ii) lack of
socialization regarding the availability of legal aid in the community, iii) inadequate number of
lawyers compared to the number of poor people, while most of the legal aid organizations
available only big cities. It is suggested to the Regional Office of Ministry of Law and Human
Rights in Aceh to intesively strenghten its coordination with the law enforcement authorities
and to conduct verification and accreditation programs in order to support the existence of
legal aid organizations in each district or city.

Keywords : responsibility, government, legal aid

Abstrak: Kebijakan pemerintah dalam pemberian bantuan hukum kepada penerima bantuan
hukum diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh pemberi bantuan hukum
berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Pemerataan
pemberian bantuan hukum belum terlaksana dan belum tersebar merata di seluruh
kabupaten/kota di Aceh. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan tanggung jawab
pelaksanaan pemerintah dalam pemberian bantuan hukum, kendala yang dihadapi, serta upaya
yang dilakukan dalam pemberian bantuan hokum, khususnya bagi masyarakat miskin di Aceh.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Pelaksanaan
bantuan hukum dilakukan oleh pemberi bantuan hukum yang terverifikasi dan terakreditasi,
serta sebagai regulator operator dalam penyaluran dana bantuan hokum, pengawasan dan
evaluasi pelaksanaan bantuan hukum. Kendala yang timbul dalam pelaksanaan pemberian
bantuan hukum adalah: i) belum adanya koordinasi diantara institusi internal dari Kementerian
Hukum dan HAM, ii) kurangnya sosialisasi megenai keberadaan bantuan hukum di masyarakat,
iii) jumlah advokat yang tidak memadai dibanding jumlah masyarakat miskin, sementara itu
kebanyakan organisasi bantuan hukum berada di kota-kota besar. Disarankan kepada Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Aceh agar lebih meningkatkan koordinasi antara
Aparat Penegak Hukum dengan lebih intensif dan melakukan program-program verifikasi dan
akreditasi untuk mendorong keberadaan organisasi pemberi bantuan hukum di setiap
kabupaten/kota.

Kata kunci : tanggung jawab, pemerintah, bantuan hukum

-25 Volume 4, No. 1.Febuari 2016


Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN bantuan hukum.(Trimedya Panjaitan dkk,


2007 : 103).
Pengukuhan Indonesia sebagai negara
hukum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 TINJAUAN PUSTAKA
memberi pesan bahwa negara menjamin
Istilah bantuan hukum dipergunakan
terselenggaranya persamaan kedudukan dalam
sebagai terjemahan dari dua istilah yang
hukum, yang antara lain ditandai dengan
berbeda yaitu Legal Aid dan legal Assistance.
terciptanya suatu keadaan dimana hak setiap
Istilah Legal Aid biasanya dipergunakan untuk
orang untuk mendapatkan perlakuan yang sama
menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam
di depan hukum (equality before the law) serta
arti sempit berupa pemberian jasa di bidang
jaminan kepada setiap orang yang berhak
hukum kepada seorang yang terlibat dalam
mendapatkan akses keadilan (justice for all).
suatu perkara secara cuma-cuma atau gratis
Persamaan kedudukan dalam hukum berarti
khususnya bagi mereka yang kurang mampu.
adanya hak yang sama bagi setiap orang untuk
Sedangkan pengertian Legal Assistance
mendapatkan keadilan. Konstitusi menjamin
dipergunakan untuk menunjukkan pengertian
bahwa masyarakat miskin dan anak-anak yang
bantuan hukum oleh para Advokat yang
terlantar dipelihara oleh Negara. (Adnan
mempergunakan honorarium. (Abdurrahman,
Buyung Nasution, 2007 : 27).
1983 : 18)
Lahirnya Undang-Undang Nomor 16
Menurut Adnan Buyung Nasution,
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum,
bantuan hukum adalah sebuah program yang
selanjutnya disebut Undang-Undang Bantuan
tidak hanya merupakan aksi kultural akan tetapi
Hukum adalah dalam rangka mewujudkan
juga aksi struktural yang diarahkan pada
akses terhadap keadilan bagi setiap orang
perubahan tatanan masyarakat yang tidak adil
terutama masyarakat miskin agar memperoleh
menuju tatanan masyarakat yang lebih mampu
jaminan dalam pemenuhan haknya atas bantuan
memberikan nafas yang nyaman bagi golongan
hukum. Jaminan atas hak bantuan hukum
mayoritas. Oleh karenanya, bantuan hukum
merupakan implementasi dari prinsip
bukanlah masalah sederhana, melainkan sebuah
persamaan di hadapan hukum sebagaimana
rangkaian tindakan guna pembebasan
diamanatkan dalam konstitusi pada Pasal 27
masyarakat dari belenggu struktur politik,
ayat (1) dan Pasal 28 ayat (2) UUD 1945,
ekonomi dan sosial yang sarat dengan
negara terutama pemerintah sebagai
penindasan. (Adnan Buyung Nasution, 2007 :
penyelenggara negara memiliki tanggung jawab
7).
dalam pemenuhan hak atas bantuan hukum
Perkembangan program bantuan hukum
sebagai hak konstitusional warga negara. (Frans
merupakan bagian yang terpenting dari
Hendra Winarta, 2000 : 89).
rekognisi dan perlindungan hak asasi manusia.
Pada Undang-Undang Bantuan Hukum
Pemberian bantuan hukum yang dimaksud di
yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah
sini adalah yang khusus diberikan kepada kaum
jasa hukum yang diberikan oleh pemberi
miskin dan tidak mampu. Adapun tujuan yang
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
ingin dicapai dari program bantuan hukum
penerima bantuan hukum. Bantuan hukum
kepada kaum miskin dan tidak mampu adalah
diberikan oleh lembaga bantuan hukum atau
untuk terwujudnya akses keadilan yang merata.
organisasi kemasyarakatan yang memberi
Salah satu bentuk dari bantuan hukum tersebut
layanan bantuan hukum yang meliputi
adalah adanya pembelaan atau pendampingan
menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili,
dari seorang Advokat. (Soerjono Soekanto,
membela dan/atau melakukan tindakan hukum
1983 : 12).
lain untuk kepentingan hukum penerima

Volume 4, No. 1.Febuari 2016 - 26


Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

METODE PENELITIAN kendala yang dihadapi dalam implementasi


Penelitian ini dilakukan dengan program bantuan hukum diantaranya belum
menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. terlihat koordinasi yang efektif antar
Pendekatan yuridis sosiologis akan melihat kelembagaan di internal Kementerian Hukum
hukum dari kenyataannya. Pendekatan yuridis dan HAM yang dalam hal ini BPHN dengan
sosiologis digunakan pertimbangan bahwa Tim Panitia Pengawas Daerah di Kantor
kaidah-kaidah hukum yang berlaku dapat Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti khususnya Provinsi Aceh, pelaksanaan program
masyarakat, kebudayaan yang berkembang dan bantuan hukum terlalu tertumpu pada BPHN.
hukum serta masyarakat saling pengaruh BPHN melakukan verifikasi dan akreditasi,
mempengaruhi satu sama lainnya. (Soerjono menyalurkan dana bantuan hukum serta
Seokanto, 1984 : 10). melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap
OBH.
Data yang dipergunakan dalam Jumlah advokad tidak memadai dibanding
penelitian ini bersumber dari data primer dan jumlah penduduk (miskin) di Aceh dan
data sekunder. Data primer diperoleh responden kebanyakan advokad berdomisili dipusat kota
dan informan melalui wawancara. Data besar seperti kota Banda Aceh. Hampir semua
sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi OBH menampilkan hambatan khususnya
kepustakaan dari ketentuan perundang- minimnya sumber daya manusia dan sumber
undangan dan hasil penelitian sebelumnya dan daya keuangan sebagai penghambat utama
literature lainnya yang terkait dengan untuk dapat bekerja secara maksimal.
penelitian ini. Upaya dalam memaksimalkan pelaksanaan
bantuan hukum yang dilakukan oleh BPHN
HASIL PENELITIAN yaitu menjamin dan mendekatkan akses
keadilan bagi masyarakat miskin khususnya
Pemberian bantuan hukum kepada
dalam prinsip akses bantuan hukum. Namun
penerima bantuan hukum diselenggarakan oleh
disamping beberapa perubahan dan perbaikan
Menteri yang menyelenggarakan urusan
yang dilakukan tersebut masih terdapat
pemerintahan di bidang hak asasi manusia,
beberapa kelemahan dalam pelaksanaan
yaitu Kementerian Hukum dan HAM.
bantuan hukum yang harus menjadi perhatian
Pelaksanaan bantuan hukum dilakukan oleh
yaitu, belum adanya Standar Prosedur
pemberi bantuan hukum yang telah memenuhi
Operasional (SOP) pelaksanaan bantuan hukum
syarat berdasarkan Undang-Undang Bantuan
khususnya bantuan hukum nonlitigasi untuk
Hukum. Syarat-syarat pemberi bantuan hukum
adanya keseragaman sehingga menjadi acuan
adalah terverifikasi dan terakreditasi oleh
panitia pengawas daerah dalam melaksanakan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
pengawasan pelaksanaan Bantuan hukum.
Republik Indonesia.
Berdasarkan laporan Panitia yang telah KESIMPULAN DAN SARAN
melaksanakan semua tahapan
Kesimpulan
verifikasi/akreditasi OBH di seluruh Indonesia,
ada 310 OBH yang lolos verifikasi/akreditasi. 1. Pengelolaan sistem bantuan hukum berada
Pada Provinsi Aceh jumlah OBH yang pada kewenangan Kementerian Hukum dan
mendaftar melalui Panitia Verifikasi dan HAM yang secara teknis kegiatannya
Akreditasi di Kementerian Hukum dan HAM dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum
melalui Badan Pembinaan Hukum Nasional. Nasional. Kewenangan BPHN adalah
Selama penelitian ini masih terdapat membuat aturan pelaksana sistem bantuan
27 - Volume 4, No. 1.Febuari 2016
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

hukum, membentuk Panitia verifikasi dan terdapat atau masih sedikit organisasi
akreditasi untuk menyeleksi yang pemberi bantuan hukum, hal ini untuk
berwenang menjadi Pemberi Bantuan memperluas akses terhadap bantuan hukum
Hukum, menyalurkan dana bantuan hukum oleh masyarakat.
kepada Pemberi Bantua
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA
pemberian bantuan hukum bagi masyarakat
Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan
miskin di Aceh antara lain minimnya
Hukum di Indonesia, Cendana Press,
pemahaman dan pengetahuan dari aparat Jakarta, 1983.
penegak hukum terhadap materi dan isi
Undang-Undang Bantuan Hukum, adanya Adnan Buyung Nasution, Arus Pemikiran
permasalahan terkait pemahaman peran Konstitusionalisme, Kata Hasta
antara aparat penegak hukum dengan OBH, Pustaka, Jakarta, 2007.
minimnya sumber daya manusia dan
________, Bantuan Hukum Akses
keuangan dari OBH, serta minimnya
Masyarakat Marginal terhadap
anggaran pelaksanaan program bantuan Keadilan, Tinjauan Sejarah, Konsep,
hukum. Kebijakan, Penerapan dan
3. Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan Perbandingan, Jakarta, LBH Jakarta,
pemberian bantuan hukum bagi masyarakat 2007.
miskin antara lain melakukan kegiatan
sosialisasi mengenai mengenai bantuan Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum,
Suatu Hak Asasi Manusia Bukan
hukum kepada masyarakat miskin,
Belas Kasihan, Kelompok Gramedia,
melakukan koordinasi antara Kementerian Jakarta, 2000.
Hukum dan HAM dengan Aparat Penegak
Hukum, melakukan program verifikasi dan Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi
akreditasi untuk mendorong keberadaan Penelitian Hukum dan Jurimetri,
organisasi pemberi bantuan hukum di daerah Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998.
yang belum terdapat organisasi pemberi
Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum:
bantuan hukum. Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983.
Saran
1. Perlu dilakukan upaya koordinasi antara _________, Metode Research, Andi Offset,
pengelola program bantuan hukum dalam Yoyakarta, 1988, hlm.3.
hal ini Kementerian Hukum dan HAM
_________, Pengantar Penelitian Hukum,
dengan Aparat Penegak Hukum yaitu UI press, Jakarta, 1984.
Kepolisian, Kejaksaaan, dan Pengadilan
untuk meningkatkan pemahaman dan Trimedya Panjaitan dkk, Bantuan Hukum,
mendukung implementasi bantuan hukum Akses Masyarakat Marjinal
yang sudah diatur dalam Undang-Undang Terhadap Keadilan (Tinjauan
Sejarah, Konsep, Kebijakan,
Bantuan Hukum;
Penerapan dan Perbandingan
2. Kementerian Hukum dan HAM dalam hal di Berbagai Negara), Lembaga
ini BPHN yang merupakan pengelola Bantuan Hukum, Jakarta, 2007.
bantuan hukum perlu melakukan program
verifikasi dan akreditasi untuk mendorong
keberadaan organisasi pemberi bantuan
hukum di daerah-daerah yang masih belum
Volume 4, No. 1.Febuari 2016 - 28

You might also like