You are on page 1of 9

Pengaruh Variasi Cairan Penyari Daun Legundi (Vitex trifolia L.

) terhadap
kandungan senyawa vitexicarpin
Alam G 1), Rahim A 2), and Sutoyo3)
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanudddin, Makassar, Indonesia

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian analisis kadar Viteksikarpin pada ekstrak daun legundi
(Vitex trifolia L.) dengan berbagai variasi cairan penyari. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh cairan penyari terhadap kadar viteksikarpin pada daun legundi.
Analisis kandungan senyawa viteksikarpin pada ekstrak daun legundi dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif pada ekstrak daun legundi dilakukan dengan
melihat warna noda, dan nilai Rf sampel uji dengan pembanding viteksikarpin
menggunakan Kromatografi lapis tipis (KLT), serta melihat waktu retensi (t R) yang
dihasilkan sampel uji dan pembanding viteksikarpin dengan menggunakan KCKT.
Sedangkan analisis kuantitatif ekstrak daun legundi dilakukan dengan menentukan
kadar senyawa viteksikarpin secara KLT densitometri dan KCKT. secara densitometri
diperoleh kadar rata-rata viteksikarpin pada etanol 96% (0,055%), metanol (0,047%),
aseton (0,045%) dengan metode maserasi. Secara kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) diperoleh kadar rata-rata viteksikarpin pada etanol 96% (0,083%), metanol
(0,079%), aseton (0,059%) dengan metode maserasi. Konsentrasi senyawa
viteksikarpin yang optimal adalah pada metode maserasi dengan cairan penyari etanol
96%.

Pendahuluan
Tumbuhan merupakan bahan alam yang banyak digunakan sebagai obat
tradisional dan telah digunakan sejak lama oleh masyarakat Indonesia, bahkan sampai
sekarang pengobatan ini terus berkembang dan mengalami peningkatan baik untuk
pemeliharaan kesehatan maupun pengobatan gangguan kesehatan (1). Pengetahuan
tentang pemanfaatan tumbuhan obat biasanya berdasarkan pada pengalaman dan
keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya (2).
Salah satu tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat dan telah digunakan oleh
masyarakat Indonesia yaitu tumbuhan legundi (Vitex trifolia L.). Legundi merupakan
tumbuhan tropis yang digunakan sebagai salah satu sumber bahan obat tradisional di
Indonesia. Berdasarkan penggunaan empirisnya, daun legundi berguna untuk
mengurangi rasa nyeri, reumatik, asma, obat luka, peluruh air seni, penurun panas dan
pembunuh serangga (3). Legundi merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan kimia
berupa vitexin , isovitexin , luteolin-7-O-β- glucuronopyranoside , quercitrin dan metil
caffeiate (4). Daun legundi mengandung flavonoid viteksikarpin, viteosin A dan asam
polialtak (5). Vitexikarpin (3', 5-dihidroksi-3, 4', 6, 7 -tetramethoxyflavone), merupakan
senyawa polymethoxyflavone yang di isolasi dari tanaman legundi (Vitex trifolia L) yang
sudah lama digunakan sebagai ramuan anti inflamasi dalam pengobatan tradisional
Cina. Sejumlah laporan farmakologi terbaru menunjukkan bahwa vitexicarpin
menginduksi penghambatan pertumbuhan sel kanker prostat (PC-3) dengan IC50 28,8
µM, karsinoma hepatoseluler dan leukemia (6). Mengobati berbagai gangguan seperti
peradangan, peningkatan berat badan dan aktivitas anti-tumor (7), serta digunakan
sebagai anti-inflamasi, antibakteri, antipiretik, hepatoprotektif, dan obat penenang untuk
sakit kepala, rematik, dan flu biasa (8). Proses ekstraksi komponen bioaktif sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah jenis pelarut. Karena kelarutan
suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat
terlarut dengan pelarut, yaitu like dissolves like (9). Dilihat dari sifat kelarutannya
vitexicarpin mudah larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol dan aseton (10).
Data standardisasi Vitex trifolia pada farmakope herbal disebutkan bahwa daun
Vitex trifolia mengandung flavanoid viteksikarpin tidak kurang dari 0,23% diekstraksi
dengan menggunakan cairan penyari etanol 70% dengan metode maserasi (11).
Dengan menggunakan cairan penyari yang berbeda kemungkinan hal tersebut dapat
mempengaruhi kadar senyawa vitexicarpin yang terekstraksi. Sehingga perlu dicari
cairan penyari yang cocok untuk mengekstraksi senyawa vitexicarpin dari daun legundi.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis pelarut yang paling cocok untuk
memperoleh kadar senyawa vitexicarpin yang optimal dalam daun legundi. Sehingga
kedepannya dapat menjadi acuan untuk produksi ekstrak daun legundi skala pilot atau
skala besar.

Metodologi Penelitian
Pengambilan dan Penyiapan Sampel
Sampel daun legundi (Vitex trifolia L) yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan dari kabupaten Takalar. Sampel dicuci bersih kemudian dikeringkan,
selanjutnya dibuat serbuk simplisia untuk diekstraksi.
Ekstraksi Sampel
Serbuk simplisia daun legundi ditimbang sebanyak 500 mg, lalu dimasukkan ke
dalam bejana maserasi dan di ekstraksi masing-masing menggunakan cairan penyari
etanol 96%, metanol dan aseton sebanyak 50 ml, diamkan selama 24 jam. Selanjutnya
disaring dan dipekatkan dengan rotapavor, dimasukkan kedalam labu tentu ukur dan di
cukupkan volumenya masing-masing dengan metanol, etanol 96% dan aseton sampai
10 ml.
Analisis Vitexicarpin
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis dengan
menggunakan fase gerak toluene : etil asetat : asam formiat (4:1:0,1) noda yang
diperoleh diamati dengan menggunakan lampu UV 254 dan UV 366 nm.
Analisis Kuantitatif Vitexicarpin dengan Densitometri
Pembuatan Larutan Baku Vitexicarpin
Ditimbang dengan seksama 1 mg vitexicarpin, dilarutkan dengan etanol dalam
tabung evendorf sebanyak 1 ml (1000 ppm)
Pengukuran Kadar Vitexicarpin
Larutan baku 1000 ppm ditotolkan pada pelat KLT silica gel 60 GF 254 ukuran
20x10 cm dengan volume sebanyak1 μl. Selanjutnya ditotolkan sampel yang
mengandung vitexicarpin pada pelat yang sama dengan volume 5 μl. noda yang
terpisah diukur luas area nya pada panjang gelombang 350 nm menggunakan
Densitometri (Camag TLC Scanner 3).(13)
Analisis secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Pembuatan Larutan Baku Vitexicarpin
Dipipet sebanyak 20 µl dari larutan stock 1 mg vitexicarpin dalam 1 ml etanol,
dimasukkan dalam labu tentu ukur 5 ml, dan dicukupkan volumenya.
Pembuatan Larutan Uji/Sampel
Dipipet sebanyak 500 µl dari masing-masing sampel yang akan di uji, kemudian
dilarutkan dengan metanol dan dicukupkan volumenya hingga 5 ml,. Larutan uji
kemudian disaring dengan penyaring millipore 0,2 µm, kemudian sampel diukur pada
alat KCKT.
Pengukuran Kadar Vitexicarpin dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Sampel yang telah disaring dimasukkan dalam vial autosampler, lalu diinjeksikan
pada alat KCKT sebanyak 5 µl menggunakan kolom Shim-Pack VP ODS, fase gerak
metanol : air = 2:1, kecepatan alir 1 ml/ menit, suhu kolom 300C, waktu pengoperasian
diatur selama 5 menit dan diukur pada panjang gelombang 347 nm.

Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis adanya kandungan Vitexicarpin
pada daun legundi (Vitex trifolia L.) dengan menggunakan beberapa variasi cairan
penyari. Adapun pemilihan cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%, metanol,
aseton. Pada tahap awal ekstraksi sampel yang diperoleh diolah sehingga menjadi
serbuk simplisia yang mana penyerbukan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel
sehingga luas permukaan semakin besar sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung
dengan sempurna.
Cairan penyari yang digunakan pada penelitian ini yaitu etanol 96%, metanol,
aseton dan aquadest, karena dilihat dari sifat kelarutannya vitexicarpin larut dalam air,
mudah larut dalam etanol, metanol, dan aseton (10). Pemilihan cairan penyari bertujuan
untuk membandingkan kemampuan masing-masing penyari untuk mengekstraksi
senyawa vitexicarpin pada daun legundi.
Senyawa vitexicarpin ini dianalisis dengan menggunakan metode KLT dan
pengukuran absorbansi vitexicarpin dengan alat Densitometri. Pembacaan hasil
pemisahan dengan metode KLT dilakukan melalui proses scanning menggunakan
CAMAG TLC-SCANNER. Dari proses pengukuran absorbansi vitexicarpin
menghasilkan data kualitatif berupa suatu kromatogram dan spektrum dari vitexicarpin,
dimana kadar dari vitexicarpin dapat dihitung dengan AUC (Area Under Curve) yang
didapat.
Selanjutnya dilakukan proses scanning pada permukaan lempeng KLT dengan
alat Densitometer yaitu suatu instrumen atau alat yang dapat mengukur intensitas
radiasi yang direfleksikan dari permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV
atau lampu sinar tampak. Solut-solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai
puncak (peak) oleh pencatat (recorder). Melalui deteksi dengan alat Densitometer,
diperoleh konsentrasi zat aktif dari sampel vitexicarpin berdasarkan sifat absorpsi yang
dimiliki oleh vitexicarpin.
Sebelum menentukan puncak, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pada
spektrum dengan rentang tertentu sampai diperoleh puncak dari larutan baku
vitexicarpin. Puncak dari larutan baku vitexicarpin diperoleh dengan mengukur
spektrum pada panjang gelombang 200-800 nm. Dalam larutan etanol vitexicarpin
menunjukkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 350 nm.

Figure 1. Kromatografi lapis tipis dengan eluen toluene : etil asetat : formiat acid (4:1:0,1)
dan penampak noda sinar UV 254 and 366. Ket V1-V3= vitexicarpin, M1-M3= methanol, E1-
E3= ethanol 96 %, A1-A3 = aceton
Analisis kandungan vitexicarpin pada daun legundi (Vitex trifolia L.) dengan
berbagai cairan penyari dilakukan dengan metode analisis kualititatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dengan mengamati warna noda, serta harga Rf dari hasil analisis
kualitatif terhadap berbagai cairan penyari dan metode ekstraksi menunjukkan panjang
gelombang maksimum 200-350 nm dengan warna noda hitam harga Rf 0,19 (etanol,
metanol, aseton), sehingga disimpulkan bahwa pada cairan penyari etanol 96%,
methanol, dan aseton mengandung vitexicarpin.
Nilai Rf yang dihasilkan dari cairan penyari berbeda sedikit dengan pembanding
vitexicarpin, hal ini disebabkan karena pada sampel uji terdapat banyak struktur
senyawa lain yang mempengaruhi proses pemisahan, selain itu penotolan sampel
dengan ukuran spot yang lebar dapat menyebabkan perubahan nilai Rf, Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak
maka akan menurunkan resolusi. Kelebihan beban menyebabkan bercak asimetri
sehingga terjadi perubahan harga Rf.
Tabel 1. Hasil perhitungan kadar rata-rata vitexicarpin
dalam sampel dengan variasi cairan penyari Cairan Penyari
0.07
% Kadar rata-
Cairan Penyari % Kadar 0.06 0.055
rata
(Maserasi) Vitexicarpin 0.047 0.045
Vitexicarpin 0.05
0.057
0.055 ± 0.04
Etanol 96 % 0.054
0.00150 0.03
0.055
0.047 0.02
0.047 ±
Metanol 0.048
0.00057 0.01
0.047
0.046 0
0.045 ± Etanol 96% Metanol Aseton
Aseton 0.045
0.00057
0.045 Figure 2. Grafik Kadar Vitexicarpin terhadap variasi
cairan penyari dengan Densitometri
Analisis kuantitatif dengan mengukur luas area sampel dan kadar vitexicarpin
pada sampel daun legundi (Vitex trifolia L.). Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh
persentase kadar rata-rata vitexicarpin dalam simplisia daun legundi dengan berbagai
cairan penyari etanol, metanol, dan aseton dengan metode maserasi masing-masing
0,055%, 0,047%, dan 0,045%. Hal ini menandakan bahwa metode yang baik dalam
mengekstraksi vitexicarpin adalah maserasi dan pemilihan cairan penyari yang baik
adalah etanol 96%.
Pada penelitian analisis kandungan senyawa vitexicarpin daun legundi ini juga
digunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) karena alat ini dapat memiliki
ketelitian dan kemampuan dalam memisahkan suatu campuran yang kompleks dengan
baik dan dalam waktu yang relatif singkat (cepat). Prinsip pemisahan KCKT yaitu
perbedaan distribusi komponen di antara fase gerak dan fase diam yang menyebabkan
migrasi diferensial komponen-komponen analit dalam kolom kromatografi (23). Pada
penelitian ini digunakan kolom Shim-Pack VP-ODS dengan menggunakan detektor
Photodiodide Array Detector (PDA). Detektor PDA merupakan detektor pada
spektrofotometer yang terdiri dari satu tatanan teratur dari photo diodide aktif dalam
jumlah yang sangat banyak. PDA telah digunakan secara luas sebagai detektor pada
KCKT karena memiliki sensitivitas yang bagus dan selektif terhadap struktur-struktur
tidak jenuh (20).
Parameter atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu
retensi (tR) dalam kondisi alat yang sama atau stabil. Secara kualitatif senyawa yang
sama akan menunjukkan waktu retensi yang perbedaannya tidak lebih dari 0.2-2%. (26)
Identifikasi simplisia daun legundi dengan menggunakan KCKT, volume
penyuntikan yaitu 5 µl dengan laju 1 µl/menit agar diperoleh hasil yang maksimal,
analisis kandungan senyawa vitexicarpin dilakukan pada panjang gelombang 347 nm.
Tabel 2. Hasil perhitungan kadar rata-rata
vitexicarpin dalam sampel dengan variasi
cairan penyari
Cairan Penyari
0.1
Cairan % Kadar 0.09 0.083
% Kadar 0.079
Penyari rata-rata 0.08
Vitexicarpin
(Maserasi) Vitexicarpin 0.07
0.059
0.083 0.06
0.083 ±
Etanol 96 % 0.084 0.05
0.00057
0.083 0.04
0.079 0.03
0.079 ±
Metanol 0.079 0.02
0.0000
0.079 0.01
0.062 0
0.059 ±
Aseton 0.050 Etanol 96% Metanol Aseton
0.0079
0.065 Figure 3. Grafik Kadar Vitexicarpin terhadap variasi
cairan penyari dengan KCKT

Analisis kandungan vitexicarpin pada daun legundi dengan berbagai cairan


penyari dilakukan dengan metode analisis kualititatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dengan melihat waktu retensi (tR) yang dihasilkan. Dari hasil analisis kualitatif terhadap
berbagai cairan penyari dan metode ekstraksi menunjukkan waktu retensi (t R) : etanol
3.835, metanol 3.831, aseton 3.839 (metode maserasi) sehingga disimpulkan bahwa
pada cairan penyari etanol 96%, metanol, aseton, dengan metode maserasi diduga
mengandung vitexicarpin. Analisis kuantitatif dengan mengukur luas area sampel dari
hasil pengukuran tersebut diperoleh persentase kadar rata-rata vitexicarpin dalam
simplisia daun legundi dengan variasi cairan penyari etanol, metanol, dan aseton
masing-masing 0.083%, 0.079%, 0.059%
Hal ini menandakan bahwa berdasarkan data KCKT metode yang baik dalam
mengekstraksi vitexicarpin adalah maserasi dan pemilihan cairan penyari yang baik
adalah etanol 96%.
Hasil analisis statistik anova menunjukkan kadar vitexicarpin pada daun legundi
(Vitex trifolia L.) berbeda sangat nyata antara cairan penyari etanol, metanol dan aseton
(α < 0,01). Analisis lanjutan dengan uji jarak beda nyata tukey menunjukkan bahwa
penggunaan cairan penyari metanol dan aseton pada ekstrak daun legundi
menghasilkan senyawa vitexicarpin yang tidak berbeda, sedangkan cairan penyari
etanol berbeda nyata dengan cairan penyari methanol dan aseton.

Kesimpulan
Cairan penyari yang optimal untuk kelarutan senyawa viteksikarpin pada daun legundi
(Vitex trifolia L.) adalah etanol dengan menggunakan metode maserasi. Penentuan
kadar senyawa viteksikarpin pada daun legundi (Vitex trifolia L.) dengan menggunakan
instrument KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) Hasilnya lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan instrument densitometri, Hal ini karena kepekaan dan ketelitian
KCKT lebih baik daripada densitometri.

Daftar Pustaka
1. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Acuan Sediaan Herbal.
Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2000. Hal
15.
2. Sari K. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya. JSFK. [serial on the internet]. 7 April 2006 [dikutip 27 Oktober 2013]
Vol.3 No.1. Available from :
http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n01/lusia0301.pdf
3. Anonim. Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. 1985. Hal 52.
4. Kousy S, Mohamed M, Mohamed S. Phenolic and biological activities of Vitex
trifolia aerials parts. Life Science Journal 2012. 9(2). Hal 672
5. Alam G, Sudarmanto A, Astuti P, Wahyuono S. Pemodelan Molekul Viteosin A,
Suatu Senyawa Trakeospasmolitik dari Ekstrak n Heksan Daun Vitex trifolia L.
Majalah Farmasi Indonesia. 2002 13(4) Hal 181.
6. Meng F, Yang J, Yang C, Jiang Y, Zhou Y, Yang H. Vitexicarpin Induces Apoptosis
in Human Prostate Carcinoma PC-3 Cells through G2/M Phase Arrest. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention. 2012. Hal 6369.
7. Meena K, Singh U, Yadav A, Singh B, Rao M. Pharmacological and Phytochemical
Evidences for the Extracts from Plants of the Genus Vitex – A Review. International
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 2010. 2(1) Hal 3.
8. Mohamed M, Abdou A, Hamed M and Saad A. Characterization Of Bioactive
Phytochemical From The Leaves Of Vitex trifolia. International Journal of
Pharmaceutical Applications. 2012. 4(3) Hal 419.
9. Widarta R, Nocianitri K, Sari L. Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal
Dengan Beberapa Jenis Pelarut. Jurnal Aplikasi Pangan. 2013. 2(2) Hal 75.
10. Changsha. Physical and Chemical Properties of Agnuside [serial on the internet]. 9
Desember 2013 [dikutip 7 Januari 2014] Available
fromhttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zeUrVFx3FigJ:www.n
utramax.com/jp/PView.asp%3Fid%3D102&hl=en&strip=0
11. Anonim. Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. 2008. Hal. 78
.
Lampiran
1. Hasil Analisis Densitometri Daun Legundi Dengan Berbagai Cairan Penyari
2. Hasil Analisis HPLC Daun Legundi Dengan Berbagai Cairan Penyari
1. Profil Kromatogram Baku Vitexicarpin

2. Profil Kromatogram Sampel Cairan Penyari etanol

3. Profil Kromatogram Sampel Cairan Penyari Metanol


4. Profil Kromatogram Sampel Cairan Penyari Aseton

You might also like