You are on page 1of 6

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Profil Kebun PTPN XII Kebun Teh Wonosari


Sejarah Singkat Perkebunan Teh Wonosari
Pabrik ini pertama kali dibuka pada tahun 1875-1919 dibuka pertama kali oleh
Belanda NV. Cultur Maatchappy untuk menjadi sebuah perkebunan. Kemudian
pada tahun 1910-1942 perkebunan mulai ditanami Teh dan Kina. Sewaktu Jepang
masuk ke Indonesia pada tahun 1942-1945, sebagian tanaman teh diganti dengan
tanaman pangan. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 Kebun Wonosari
diambil oleh Negara dengan nama Pusat Perkebuna Negara (PPN). Tahun 1950,
tanaman Kina diganti dengan tanaman teh. Perkebunan teh dibagi menjadi dua
yaitu di Kebun Gebug Lord dan Kebun Wonosari. Pada tahun 1957, Kebun
Wonosari masuk PPN kesatuan Jawa Timur. Pada tahun 1963, Kebun Wonosari
masuk PPN Aneka Tanaman XII. Pada tahun 1968, Kebun Wonosari masuk PNP
XIII. Pada tahun 1972, Kebun Wonosari masuk PT. Perkebunan XII (Persero).
Kemudian, pada tahun 1995, Kebun Wonosari masuk PTP Group Jawa Timur.
Pada tahun 1996, Kebun Wonosari masuk PTP. Nusantara XII (Persero).

Perkebunan teh yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) ini


memiliki luas 1.144,31 hektare yang terbagi atas tiga bagian perkebunan. Antara
lain, kebun Wonosari seluas 370,31 hektare di Desa Toyomarto Kecamatan
Singosari, kebun Gebug Lor seluas 344,11 hektare di Desa Wonorejo Kecamatan
Lawang, dan kebun Raden Agung seluas 429,89 hektare di Desa Ambal-Ambil
Kecamatan Kejayan. Secara geografis, perkebunan ini berada pada ketinggian
950-1250 meter dari permukaan laut (dpl), dengan temperatur udara 19-26 derajat
celcius. Memiliki kelembaban udara pada waktu siang hari antara 60-20 persen
dan 80-90 persen pada waktu malam hari (Muchtar, 1988).

Berdasarkan Jenis Tanaman Teh yang dikelola di Kebun teh Wonosari


Yaitu:
a. Teh China (Camelia sinensis)
Tanaman Teh Cina disebut Camellia sinensis adalah semak berdaun kecil
dengan banyak cabang yang mencapai tinggi sekitar 3 meter dan berasal
dari Cina tenggara.
b. Teh India (Camelia assamica)
Teh yang berasal dari daerah Assam (India) yang memiliki daun lebih
lebar mempunyai warna hijau tua dan lebih lunak dari jenis teh Cina.
Kualitas teh yang baik diperoleh dari pucuk teh yang belum merekah dan
satu dua daun di bawahnya.
2.2 Pengolahan teh di Kebun PTPN XII Wonosari
2.2.1 Proses Produksi Teh di Kebun PTPN XII Wonosari
Teh yang dihasilkan di kebun PTPN XII Wonosari bermacam-macam, ada
teh hitam dan ada juga teh hjau. Dan pada saat ini, PTPN XII Wonosari sedang
mengembangkan produksi teh putih. Proses pengolahan teh di kebun PTPN XII
Wonosari berbeda dengan pengolahan teh rakyat. Dan biasanya, mutu dan kualitas
teh yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pengolahan teh rakyat.
Proses produksi teh di Kebun wonosari terdiri dari beberapa tahap, yaitu kegiatan
penyediaan bahan baku (pemetikan, pengangkutan dan penerimaan pucuk) dan
pengolahan teh hitam CTC (Siswoputranto, 2008.)
2.2.2 Penyediaan Bahan Baku
Penyediaan bahan baku yang dilakukan di kebun PTPN XII Wonosari
Lawang Malang antara lain:
a. Pemetikan Pucuk Teh

Pemetikan pada perkebunan teh Wonosari dilakukan setiap hari senin


sampai sabtu. Petikan yang dihasilkan mencapai 10-15 ton perhari. Pemetikan
dilakukan secara manual dan menggunakan mesin petik yang dikendalikan
oleh 10 orang dengan tiga orang pengatur mesin dan sisanya penyortir teh.
Kualitas teh yang bagus diantara musim hujan karena kadar air standar dan
jika kemarau harga teh menjadi mahal. Aspek pemetikan yang perlu
diperhatikan yaitu jenis pemetikan, gilir petik, pengaturan areal petik, dan
pelaksanaan petik. Jenis pemetikan antara lain pemetikan jendangan, produksi,
dan gendesan.
Hal ini sesuai dengan pembelajaran dikelas petikan jendangan merupakan
petikan yang dilakukan pada tanaman yang baru dipangkas yang bertujuan
untuk membentuk petikan yang lebar. Pemetikan jendangan dilakukan 3-4
bulan setelah pangkas dengan rumus petik p+1. Pemetikan produksi dilakukan
setelah petikan jendangan selesai dilakukan dan terus dilakukan secara rutin
hingga tiba giliran pemangkasan berikutnya dengan rumus petik p+3.
Sedangkan petikan gendesan yaitu petikan yang dilakukan pada tanaman yang
akan dipangkas, dengan tujuan untuk memanfaatkan daun muda yang masih
tersisa. Jenis petikan halus terdiri dari p+1 atau p+1m, petikan medium yaitu
p+2, p+3m, b+2m, b+3m. Sedangkan untuk petikan kasar yaitu p+4 atau lebih.
b. Pengangkutan Pucuk Teh

Pucuk teh yang telah dipetik dan ditimbang dikebun kemudian diangkut ke
pabrik untuk dilakukan prose pengolahan menjadi teh hijau dan teh hitam.
Selama pengangkutan, pucuk teh harus tetap dalam keadaan baik, artinya
keadaannya tidak mengalami perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi
pengolahan. Hal ini sangat penting karena untuk tetap menjaga mutu dan
kualitas teh yang akan dihasilkan. Pada saat pengangkutan, dharapkan pucuk
teh yang telah dikarungkan tidak terlalu ditekan agar pucuk-pucuk daunnya
tidak mengalami kerusakan.
c. Penerimaan Pucuk
Pucuk yang sudah sampai di pabrik, kemudian harus segera diturunkan dari
truk pengangkut untuk menghindari kerusakan pucuk. Pucuk teh yang telah
ditimbang dikebun kemudian ditimbang kembali dipabrik. Hal ini dilakukan
untuk mensingkronkan hasil timbangan di kebun dan dipabrik. Lalu pucuk teh
yang telah ditimbang diangkut ke whitering through untuk dilayukan.
2.2.3 Proses Pengolahan Teh Hitam CTC
Proses pengolahan teh hitam CTC di PTPN XII Wonosari terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
a. Pelayuan

Pelayuan merupakan tahap awal dari pengolahan teh hitam CTC. Pelayuan
dilakukan dengan tujuan untuk melayukan pucuk teh hingga dengan cara
menguapkan sebagian air yang terkandung didalam pucuk teh, agar lebih
mudah diproses saat penggilingan (Arifin, 2014).
Pelayuan pucuk dilakukan dengan alat yang namanya Withering trough.
Withering trough merupakan bak penampung berkapasitas 700 kg per bak yang
dilengkapi dengan blower yang memiliki fungsi untuk mengurangi kandungan
air sehingga pucuk teh lanih layu. Pucuk teh yang akan dilayukan dihamparkan
di atas withering trough. Setelah dihamparkan, penghembus udara dinyalakan.
Ketebalan hamparan pucuk tehyaitu 25-30 cm. Dengan ketebalan seperti itu
diharapakan pucuk teh dapat layu secara merata. Waktu yang diperlukan dalam
pelayuan 12-15 jam dengan suhu tidak boleh lebih dari 270C, suhu optimal
yang digunakan sekitar 23-270C serta kelembaban pada proses pelayuan 76%
dengan derajat layu pucuk teh 44-46%. Pada proses pelayuan ini, juga
dilakukan pembalikan agar pucuk teh yang dilayukan seimbang antara yang
diatas dan dibawah. Pembalikan ini dilakukan secara manual oleh karyawan.
Pelayuan dilakukan kurang lebih 4 jam untuk melayukan pucuk teh agar tidak
mudah patah. Sehingga dapat menghasilkan teh yang bermutu baik (Arifin,
1994).
b. Penggilingan CTC
Penggilingan CTC terdiri dari pemotongan, pencacahan dan
penggulungan. Pucuk teh yang telah dilayukan dipotong-potong untuk
memperkecil ukuranya. Pengecilan ukuran ini untuk memperbesar luas
permukaannya sehinga memudahkan proses selanjutnya yaitu fermentasi dan
pengeringan (Subchi, 2010). Pada tahap penggilingan CTC ini, daun teh juga
dilakukan sortasi. Sortasi sangat penting untuk memisahkan antara pucuk-
pucuk teh dengan kotoran-kotoran yang terbawa pada saat pemetikan dan
pengangkutan. Kotoran yang dimaksud seperti ranting-ranting kayu, dedaunan
selain daun teh. Sortasi dilkukan secara manual oleh karyawan pabrik.
c. Fermentasi
Fermentasi pada proses pengolahan teh hitam dilakukan untuk
menentukan warna, rasa, dan aroma pucuk teh. Fermentasi dilakukan selama
90 menit denga suhu 250C secara konstan tanpa ada perubahan tahapan suhu.
Fermentasi ini dilakukan dengan alat fermentasi yang ada di pabrik. Pada
bagian bawah, terdapat lubang yang berfungsi agar udara segar dapat masuk
untuk mencegah terjadinya over fermentasi (Nasution, 2011).
d. Pengeringan
Pengeringan teh dilakukan setelah pucuk teh difermentasi. Pengeringan ini
dilakukan selama 20 menirt pada suhu 1150C untuk menghentikan proses
fermentasi dan mensterilkan hasil teh yang difermentasi. Pengeringan pada
pengolahan teh hitam dilakukan dengan alat VFBD (Vibro Fluid Bed Dryer)
untuk sistem CTC. Merunut Rahadian (2011) udara panas yang digunakan
pada pengeringan ini berasal dari udara luar yang dengan sengaja dipanaskan
dengan Heat Exchanger.Selain itu, pengeringan pada pengolahan teh hitam
juga dapat membunuh adanya mikrobia. Hal ini karena mikrobia tidak dapat
bertahan hidup akibat suhu yang terlalu tinggi.
e. Sortasi
Menurut Rahadian (2011), sortasi pada teh hitam dikelompokkan
berdasarkan mutu I (BOP, BOPF,PF, DUST, F I, BT I, BP I) dan mutu II (BOP
II, PF II, DUST II, BT II, F II, dan Bohea. Tujuan dilakukan sortasi yaitu untuk
memisahkan bubuk teh kering berdasarkan bentuk dan ukuran partikelnya,
memperbaiki mutu teh hitam yang dihasilkan dengan menghilangkan benda-
benda asing yang bukan daun teh seperti tangkai, serat, pasir, logam dan benda
asing lainnya atau memecah partikel teh yang terlalu besar. Selama sortasi, suhu
udara ruang berkisar antara 27–32ºC, RH 60%, ruangan sortasi bersih dan
kering, tidak ada bau yang mengganggu, dan pertukaran udara terjamin
(exhauster).
f. Pengepakan/pengemasan
Pengepakan atau pengemasan ini dilakukan digudang khusus pengemasan. Teh
yang telah melalui serangkaian tahapan pengolahan kemudian dikemas dengan
karung khusus berwarna coklat. Setiap karung diberi label dan dibungkus
dengan plastik. Hal ini untuk tetap menjaga mutu teh. Setelah dilakukan
pengemasan, teh siap didistribusikan.

2.3 Perbedaan Pengolahan Teh Secara Teori Dengan Praktik di Lapang

Berdasarkan hasil kunjungan lapang yang telah diperoleh, dapat diketahui


bahwa secara umum proses pengolahan teh di PTPN XII Wonosari Malang tidak
berbeda jauh dengan pengolahan teh yang sudah dipelajari secara teori di bangku
kuliah dan tidak ada perbadaan pada rumus pemetikan teh yang digunakan sama
dengan teori yang sudah dijelaskan dalam perkuliahan. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran dikelas petikan jendangan merupakan petikan yang dilakukan pada
tanaman yang baru dipangkas yang bertujuan untuk membentuk petikan yang
lebar. Pemetikan jendangan dilakukan 3-4 bulan setelah pangkas dengan rumus
petik p+1. Pemetikan produksi dilakukan setelah petikan jendangan selesai
dilakukan dan terus dilakukan secara rutin hingga tiba giliran pemangkasan
berikutnya dengan rumus petik p+3. Sedangkan petikan gendesan yaitu petikan
yang dilakukan pada tanaman yang akan dipangkas, dengan tujuan untuk
memanfaatkan daun muda yang masih tersisa. Jenis petikan halus terdiri dari p+1
atau p+1m, petikan medium yaitu p+2, p+3m, b+2m, b+3m. Sedangkan untuk
petikan kasar yaitu p+4 atau lebih.

You might also like