You are on page 1of 8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

1.1Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan tentang landasan teori yang mendukung guna menambah ilmu

pengetahuan tentang hubungan Homeschooling dengan anak berkebutuhan khusus. Sumber

teori yang mendukung diperoleh dari studi literature yang penulis peroleh dari sumber antara

lain, buku, e-book mupun sumber lainnya.

1.1.1 Hakikat Belajar

elajar adalah sebuah proses perubahan di dalam keperibadian manusia dan perubahan

tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir

dan kemampuan – kemampuan yang lain.

Chaplin menyatakan bahwa belajar memiliki dua definisi yaitu “…acquisition of any

relatively pemanent change in behavior as a result of a practice and experience.” (perolehan

perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman) dan

“process of acquiring responses as a result of special practice.” (proses memperoleh respon-

respon sebagai akibat adanya latihan khusus)).1

1
Ahmad Syarifuddin, Penerapan Model Pembelajaran Cooperative;Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya(Palembang, TA’DIB, Vol. XVI No.1 Edii Juni, 2001) h.114
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk mendapatkan suatu perubahan

yang baru sebagai akibat pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Ada

berbagai macam gaya belajar, yaitu.

1. Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) melibatkan indrawi

telinga-mendengar. Serta indrawi lidah-rasa untuk bisa memahami

dan mengingatnya. Modalitas auditori dapat dilakukan dengan cara

mendengar dan berbicara: melalui suara, musik, nada, irama, dialog,

dan lain-lain yang terkait.

2. Gaya Belajar Visual (Visual Learners) Aktivitas yang melibatkan

indrawi mata-melihat.menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.

Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar

mereka paham bisa mempercayainya.

3. Gaya Belajar Taktil Aktivitas yang melibatkan unsur indrawi

hidung-mencium, dan indrawi kulit-meraba. Modalitas Taktil dapat

dilakukan dengan cara memanipulasi dan memegang.

4. Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic learners) Aktivits yang

melibatkan indrawi kulit-meraba. mengharuskan individu yang

bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi

tertentu agar ia bisa mengingatnya

Berdasarkan kajian diatas, berbagai macam Teknik pembelajaran dapat digunakan

untuk system pembelajaran anak tergantung dengan kemampuannya.

1.1.2 Hakikat Anak


Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan

anatara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa

seseorang yang dilahirkan oleh wanita. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu

generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya

manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa

dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik

keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan

bangsa.Begitu pula sebaliknya, apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan

bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.

Anak bukanlah milik ibu, bukan pula milik ayah, yang bisa dididik

semau hati keduanya. Anak hanyalah titipan Allah SWT, yang

diberikan sebagai amanah untuk dididik dengan baik supaya

menjadi anak sukses seperti yang di kehendaki Allah SWT.2

Berdasarkan kajian diatas anak hanyalah sebagai titipan yang diamanahkan oleh Allah

SWT kepada setiap orang tua untuk mendidik anaknya dengan baik.

Al-Ghazali berpendapat bahwa anak adalah masih suci dan kosong, ia

selalu menerima apapun yang ditanamkan kepadanya (kurniawan,

2011: 92). Pendapat ini, 13 abad kemudian dikembangkan oleh filsuf

inggris john locke (1704-1932) menjadi teori “tebula rasa’ atau

“optimism pedagogis’.3

2
Irwati istadi, Istimewakan setiap anak (Bekasi, Pustaka inti, 2001).h.v
3
Padjrin http://jurnal. Radenfatah.ac.od/index.php/intelektualita volume 5, nomor 1, juni 2016
Dari kajian diatas dapat dimengerti secara umum bahwa anak adalah hal yang polos dan

suci, mereka dapat menerima apapun yang ditanamkan semenjak kecil kepadanya.

1.1.2.1 Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus

Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna)

mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, sosial- emosional)

dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain

seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Anak berkenutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelainan/penyimpangan

dari kondisi rata-rata normal umumnya dalam hal fisik, mental, maupun karakteristik

perilaku sosialnya. Anak berkebutuhan khusus tentu akan menghadapi berbagai

masalah yang berhubungan dengan kekhususannya. Semua masalah tersebut perlu

diselesaikan dengan memberikan layanan Pendidikan, bimbingan serta latihan

sehingga masalah yang timbuldapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu guru atau

orang tua perlu memahamikebutuhan dan potensi anak agar dapat berkembang secara

maksimal sesuai kekhususannya.4

Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan

tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak

memerlukan pelayanan pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan

kebutuhan khusus.

4
Nandiyah Abdullah, Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus (Klaten, magistra No. 86 Th. XXV, 2013)h. 1
1. Aspek fisik

Aspek fisik yaitu ketidak mampuan seorang anak yang berhubungan dengan fisik seperti

anak tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, tunanetra dan tunawicara.

2. Aspek sosial

Aspek sosial adalah dalam hal ini memiliki kesulitan dalam bersosialisasi atau

menyesuaikan perilakunya dengan lingkungan sekitar. Anak dalam kelompok ini

dikategorikan sebagai tunalaras.

3. Aspek mental

Aspek mental adalah anak yang mempunyai kemampuan mental lebih (supernormal) atau

anak yang berbakat dan anak yang mempunyai kemampuan mental sangat rendah

(subnormal) yang disebut tunagrahita.

1.1.3 Hakikat Homeschooling

Homeschooling (HS) adalah model alternatif belajar selain di sekolah. Tak ada sebuah

definisi tunggal mengenai homeschooling. Selain homeschooling, ada istilah “home education”,

atau “home-based learning” yang digunakan untuk maksud yang kurang lebih sama.

Home Schooling berasl dari bahasa Inggris yaitu Home dan Schooling. Home berarti rumah dan

Schooling berarti bersekolah. jadi, Home Schooling berarti bersekolah di rumah. maksudnya

yaitu kegiatan yang biasanya dilakukan di sekolah dilakukan di rumah. Home Schooling juga
sama dengan Home Education yaitu pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga,

dimana materi-materinya di pilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Homeschooling secara etimologis dapat dimaknai sebagai sekolah rumah. Namun pada

hakekatnya Homeschooling merupakan sebuah sekolah alternative yang mencoba menempatkan

anak sebagai subjek belajar dengan pendekatan Pendidikan secara at home. Lalu apakah yang

dimaksud dengan Pendidikan secara at home itu? Pendekatan Pendidikan secara at home yaitu

suatu pendekatan kekeluargaan yang memungkinkan anak belajar dengan nyaman sesuai dengan

keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja.

Dengan pendekatan ini diharapkan anak bias tumbuh kembang secara lebih wajar dan optimal

tanpa terkekang potensi nya.5

Di Indonesia Homeschooling sudah lama ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Hanya

saja dahulu belum memakai istilah Homeschooling tetapi lebih dikenal dengan belajar otodidak.

Ini dapat diketahui dari Bapak Ki Hajar Dewantara yang ternyata keberhasilannya didapat tanpa

menjalani Pendidikan formal. Homeschooling di Indonesia mulai marak terjadi di tahun 2005.

Homeschooling pada mulanya berbentuk “homeschooling Tunggal” yang

diselenggarakan oleh satu keluarga. Kemudian mengalami perkembangan menjadi

“jomeschooling Majemuk” yaitu terdiri dari beberapa keluarga dalam suatu lingkungan. Bila

semakin besar maka akan terbentuk “Homeschooling Komunitas” yang membutuhkan

pengelolaan yang teratur dan terstruktur.6

5
Ali Muhtadi, Pendidikan Dan Pembelajaran Homeschooling (Yogyakarta, majalah Ilmiah Pembelajaran nomor 1,
vol. 4, 2008) h.57
6
Diyah Yuli Sugiarti, Mengenal Homeschooling sebagai Lembaga Pendidikan Alternatif, (Bekasi, Jurnal edukasi, Vol.
1, No. 2,2009) h.13-22
Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk

bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis

rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan

anak; sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem

sekolah.

Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan

homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri,

orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak

pada proses magang (internship), dan sebagainya.

Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses

homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua

homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan

homeschooling anaknya.
1.2 Kerangka Berfikir

Analasis aspek anak berkebutuhan khusus dan

hubungannya dengan homeschooling

You might also like