You are on page 1of 8

AL-AZHAR MEMORIAL GARDEN

PANDUAN PRAKTIS
MENGURUS JENAZAH MUSLIM DAN MUSLIMAT
UNTUK PESERTA PELATIHAN URUSAN
PENYELENGGARAAN JENAZAH (UPJ) AL-AZHAR

Alamat :
Komplek Masjid Agung Al-Azhar
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan

Telepon :
021-7264265, 021-7261233
Hp. 085716279755
2|Al-Azhar Memorial Garden

PANDUAN PRAKTIS
MENGURUS JENAZAH MUSLIM DAN MUSLIMAT

Kematian adalah sesuatu yang pasti bagi setiap insan, untuk itu diperlukan kesiapan dan
persiapan menghadapinya dengan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT serta
memperkaya diri dengan amal-amal kebajikan.
Firman Allah SWT :

Artinya :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk : 2)
Firman Allah SWT dan Hadist Rasulullah yang mengingatkan kita tentang kepastian mati,
antara lain:
Dalam Surat Al-Jumu’ah, ayat 8 :

Artinya :
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia berikan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu‟ah : 8)
Surat An-Nisaa’, ayat 78 :

Artinya :
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisaa‟ : 78)
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya :
“Maut itu bagaikan pintu dan setiap insan pasti akan memasuki pintu kematian itu.”
3|Al-Azhar Memorial Garden

Mengurus jenazah muslim/muslimat merupakan tugas kita semua yang masih hidup,
untuk itu perlu diketahui dan dipahami cara memandikannya, mengkafaninya,
menshalatkannya, dan menguburkannya.
Mengurus jenazah hukumnya adalah: Fardhu Kifayah
Artinya: apabila sudah ada sebagian ummat muslim yang mengurusnya, maka gugurlah
kewajiban itu bagi muslim lainnya.
1. Hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan menjelang seorang muslim/muslimat
diakhir hayatnya:
a. Menuntun dalam membaca kalimat istigfar, tauhid dan sebagainya.
b. Menanyakan mungkin ada wasiatnya.
c. Mengumpulkan keluarga dekatnya (ahli warisnya).
d. Membacakan surat Yaasin, agar dapat meringankan dalam menghadapi sakaratul
maut.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan bila seorang muslim/muslimat telah
meninggal dunia:
a. Segera memberitahukan keluarga dekat dan tetangga serta masyarakat
sekelilingnya.
b. Mengusap mukanya agar dapat menutup matanya.
c. Merapatkan dagunya, agar tertutup mulutnya.
d. Merapatkan kedua kakinya.
e. Meletakkan kedua tangannya di atas dada seperti halnya orang shalat setelah
mengucapkan takbiratul ikhram.
f. Berusaha menyegerakan pengurusannya sesuai sabda Nabi.
A. CARA MEMANDIKAN JENAZAH
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memandikan jenazah. Sebelum
pekerjaan memandikan jenazah dimulai perlu kita menyiapkan terlebih dahulu kain
kafan diletakkan di tempat dimana mayat nantinya dikafani, setelah selesai
dimandikan.
1. Persiapan kain kafan terdiri dari:
a. Panjang kain kafan 12 meter, kemudian dipotong menjadi 5 potong.
b. 3 (tiga) lembar kain kafan, masing-masing ukuran 2,5 meter (disesuaikan).
c. 1 (satu) lembar untuk celana dalam ± 1,5 meter (dibentuk).
d. 1 (satu) lembar untuk baju ± 1,5 meter (dibentuk).
e. Bagi wanita 1 (satu) lembar untuk kerudung ± 1,5 meter (dibentuk).
2. Ramuan yang diperlukan: air mawar 2 botol, kembang secukupnya, kapas 1 kg,
kapur barus yang sudah dihaluskan, serbuk cendana.
3. Kain/tikar 2 (dua) lembar.
4. Persiapan untuk memandikan:
a. Tempat pemandian dan selang besar pembuangan air/kotoran.
b. Bantalan jenazah sebanyak 5 (lima) buah.
4|Al-Azhar Memorial Garden

c. Air kran dan selang, bak penampungan air ± 2 buah (cadangan).


d. Sabun mandi (Lux/Lifebuoy), shampoo
e. Handuk untuk pengering.
f. Tabir/gordeng penghalang di tempat memandikan jenazah agar jenazah tidak
kelihatan oleh semua orang.
5. Cara memandikan jenazah:
a. Jenazah dibaringkan di atas bantalan yang telah disiapkan.
b. Pakaian almarhum dibuka seluruhnya, setelah itu tubuh jenazah ditutupi
dengan kain panjang agar auratnya tidak terlihat.
c. Dalam pelaksanaan memandikan jenazah, tidak boleh ada orang yang melihat
kecuali petugas yang memandikan jenazah atau keluarga dekat (istri, anak).
d. Untuk membasuh aurat agar petugas memakai lap/sarung tangan yang terbuat
dari kain.
e. Selanjutnya jenazah dimandikan dengan urutan-urutan sebagai berikut:
i. Jenazah dimandikan dengan air bersih yang dicampur dengan kapur barus
sebanyak tiga kali balik, dan dimulai dari kepala sampai dengan kaki
(dimulai posisi sebelah kanan).
ii. Kemudian jenazah digosok dengan sabun mulai dari kepala sampai
dengan kaki, sementara itu ada yang membantu menyiramkan air bersih
ke tubuh jenazah yang sedang digosok dengan sabun.
iii. Perut jenazah dipijit perlahan-lahan dan hati-hati, dengan maksud bila
masih ada kotoran di dalam perutnya biar keluar.
iv. Setelah itu jenazah dibersihkan lagi dengan air sebanyak tiga kali, mulai
dari kepala sampai dengan kaki, kalau perlu bilas sampai 5,7 atau 9 kali
balik sampai dianggap bersih betul.
f. Setelah selesai dimandikan, jenazah lalu diwudhukan kemudian dilap dengan
handuk kering yang telah dipersiapkan.
g. Setelah dilap, jenazah dibawa ke tempat yang sudah disediakan untuk
membungkus jenazah.
B. CARA MEMBUNGKUS JENAZAH ATAU MENGKAFANI JENAZAH
1. Tiga lembar kain kafan, masing-masing panjangnya 2,5 meter diletakkan saling
menutupi, dan dalam posisi agak serong ke kanan dan kiri.
2. Satu lembar kain kafan ukuran 1,5 meter yang sudah dibentuk (diberi bolong)
untuk ukuran memasukkan kepala jenazah (untuk bajunya) dan letaknya
disesuaikan dengan bagian tubuh jenazah.
3. Satu lembar kain kafan ukuran 1,5 meter (untuk celananya) diletakkan sejajar
dengan poin 2 di atas.
4. Setelah kain kafan digelar kemudian ditata kapas dan serbuk cendana yang telah
disiapkan.
5. Jenazah diletakkan di atas tumpukan kapas dan kain kafan tersebut (pada poin 4)
dan bagian atas tubuh jenazah dibalut kapas rata, kemudian dibungkus. Dengan
urutan-urutan pembungkusan sebagai berikut:
5|Al-Azhar Memorial Garden

a. Jenazah dikenakan bajunya yang telah dipersiapkan tepat di posisi kepala


yang sebelumnya telah dilubangi (untuk memasukkan kepala jenazah).
b. Setelah itu jenazah dikenakan celana yang telah dipersiapkan di posisinya.
c. Dikenakan sorban/penutup kepala.
d. Bagi jenazah wanita dikenakan kerudung.
e. Yang terakhir jenazah dibungkus serta diberi wangi-wangian.
C. CARA MENSHALATKAN JENAZAH
Dalam melakukan shalat jenazah:
 Untuk jenazah laki-laki, maka imam berdiri di depan setentang dengan kepala si
mayat.
 Untuk jenazah perempuan, maka imam berdiri ditengah-tengah setentang pusar.
Sabda Rasulullah SAW :

Artinya : “Shalatkanlah olehmu orang-orang yang mati.” (Riwayat Ibnu Majah)


Syarat menshalatkan jenazah:
1. Menutup aurat, suci badan dan pakaian, menghadap kiblat.
2. Dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani.
3. Letak mayat di sebelah kiblat orang yang menshalatkan, kecuali kalau shalat itu
dilaksanakan di atas kubur.
Rukun menshalatkan jenazah:
1. Niat.
2. Berdiri jika mampu.
3. Takbir 4 kali dengan Takbiratul Ihram (Allahu’akbar).
a. Takbiratul ihram pertama membaca Surat Al-Fatihah.
b. Takbiratul ihram kedua membaca Sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
c. Takbiratul ihram ketiga mendoakan mayat.

d. Takbiratul ihram keempat memberi salam.


4. Memberi salam. Selesailah shalat jenazah.
Catatan untuk shalat jenazah anak kecil sebagai berikut:
Shalat jenazah untuk anak kecil sama dengan shalat orang laki-laki atau perempuan
yang dewasa, kecuali setelah takbir yang ketiga dibaca doa seperti ini, untuk anak
laki-laki:
6|Al-Azhar Memorial Garden

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah ia bagi kami sebagai titipan, pendahuluan, dan
ganjaran.” (Riwayat Baihaqi)
Doa sesudah takbir keempat sebelum salam:

Artinya :
“Ya Allah, janganlah Engkau halangi (tutupi) kami dari mendapat ganjarannya,
janganlah Engkau beri kami fitnah sepeninggalannya, dan ampunilah kami dan dia.”
(Riwayat Hakim)
MEMBAWA ATAU MENGANTAR JENAZAH
Dianjurkan dalam agama kita untuk mengiringi/untuk mengantarkan jenazah ke
tempat pemakaman, dan sunnah hukumnya membawa jenazah cepat-cepat,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
Artinya: Dari Ibnu Mas‟ud. Ia berkata: “Barang siapa yang mengikuti jenazah,
maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena sesungguhnya cara
yang demikian itu termasuk sunnah Nabi Muhammad SAW.” (HR. Ibnu Majah)

Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah kamu dalam
mengurus jenazah, karena jika dia orang saleh, berarti kamu telah mengerjakan
kebaikan untuknya; dan jika dia bukan orang saleh, berarti kamu telah meletakkan
keburukan dari pundakmu.” (Riwayat Jama‟ah)
Mengantarkan jenazah ada 3 cara antara lain:
1. Sebagai suatu amal kebaikan. Caranya, sebagian ulama berpendapat bahwa orang
yang mengantarkan jenazah itu sebaiknya berjalan lebih dahulu dari mayat,
sedangkan sebagian ulama yang lain berpendapat, sebaiknya orang yang
mengantar itu berjalan di belakang mayat, dengan alasan masing-masing,
sebagaimana hadits di bawah ini:
Artinya :
Dari Ali. Ia berkata: “Berjalan di belakang jenazah lebih baik, sebagaimana
shalat berjamaah, lebih baik daripada shalat seorang diri.” (HR. Bersanad
Hasan, tetapi maukuf, hukumnya marfu)

Artinya :
“Dari Ibnu Umar. Sesungguhnya ia telah melihat Nabi Muhammad SAW beserta
Abu Bakar dan Umar berjalan di depan jenazah.” (HR. Ahmad)
2. Tidak boleh mengikuti jenazah dengan perasapan/pedupaan, karena yang
demikian itu merupakan perbuatan jahiliyah.
7|Al-Azhar Memorial Garden

Artinya :
Abu Musa telah berpesan ketika ia akan mati: “Janganlah kamu mengantar saya
dengan pedupaan.” Orang-orang bertanya, “Pernahkah engkau dengar hal itu?”
Ia menjawab, “Ya, saya dengar larangan ini dari Rasulullah SAW.” (HR. Ibnu
Majah)
3. Apabila seseorang melihat jenazah hendaklah ia berdiri, meskipun mayat itu
bukan orang Islam.

Artinya :
Dari Jabir: “Di hadapan kami telah lewat jenazah, lalu Nabi Muhammad SAW
berdiri, kami pun berdiri pula, lantas kami katakan kepada beliau bahwa jenazah
itu jenazah seorang Yahudi. Beliau berkata: „Apabila kamu melihat jenazah,
hendaklah kamu berdiri.‟” (HR. Bukhari)
D. CARA MENGUBURKAN JENAZAH
Kewajiban yang keempat terhadap mayat ialah mengukurkannya. Hukumnya fardu
kifayah atas yang hidup.
 Dalam kuburan sekurang-kurangnya hingga dada, lebih kurang 150 cm, rapi dan
agak lebar.
 Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad kalau tanah perkuburan itu
keras, tetapi jika tanahnya mudah runtuh, maka lebih baik dibikinkan lubang
tengah.
Sabda Rasulullah :

Artinya :
Dari Amir bin Said, ia berkata: “Buatkan olehmu lubang lahad untukku, dan
pasanglah di atasku batu bata, sebagaimana dibuat pada kuburan Rasulullah SAW.”
(HR. Ahmad dan Muslim)
 Wajib mayat dikuburkan di perkuburan muslimin.
 Sesampainya mayat di kuburan, kepalanya hendaklah diletakkan di sisi kaki
kuburan, lalu diangkat ke dalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke
sebelah kanannya, dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan mayat ke dalam
kubur, disunatkan membaca:

Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.” (HR. Tirmizi dan
Abu Dawud)
8|Al-Azhar Memorial Garden

 Lepaskan ikatan kafan di bagian kepala dan kaki mayat.


 Setelah selesai meletakkan mayat di kuburan, terlebih dahulu mayat ditutup
dengan labin (kepingan-kepingan tanah), atau papan ari barulah ditimbun dengan
tanah seluruhnya.
Hal-hal yang disunatkan dalam kuburan:
1. Kerika memasukkan mayat ke dalam kubur, sunnat menutupi bagian atasnya
dengan kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan.
Haditsnya :
2. Kuburan sunnat ditinggikan kira-kira sejengkal dari tanah biasa, agar diketahui.
3. Kuuran lebih baik didatarkan daripada dimunjungkan.
4. Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya di sebelah kepala.
5. Menaruh kerikil (batu-batu kecil) di atas kuburan.
6. Meletakkan pelepah yang basah di atas kuburan.
7. Menyiram kuburan dengan air.
8. Sesudah mayat dikuburkan disunnatkan mendoakannya.
Hal-hal yang dilarang dalam kuburan:
1. Menembok kuburan.
2. Duduk di atasnya.
3. Membuat rumah di atasnya.
4. Membuat tulisan-tulisan di atasnya.
5. Membuat perkuburan menjadi Masjid.
Lain-lain:
1. Memindahkan mayat:
Hukum memindahkan/membawa mayat dari tempat meninggalnya untuk
dikuburkan di negeri lain, sebagian ulama berpendapat bahwa hukumnya ada
yang mengharamkan (dikhawatirkan akan merusak kehormatan mayat) dan ada
yang membolehkan (asal terjaga dengan baik). Disini tidak ada dalil yang
mengharamkan.
2. Membongkar kuburan:
Apabila mayat telah dikuburkan, tidak boleh dibongkar (haram dibongkar) karena
akan merusak kehormatan mayat, kecuali ada alasan/urusan lain.

xxxxH.DAYAT.01/01/10xxxx

Referensi :
1. Buku fiqh Islam: H. Sulaiman Rasjid.
2. Buku Hukum dan tatacara Mengurus Jenazah: Syaikh M. Nashiruddin Al-Albani.
3. Diktat “Tuntunan Praktis Mengurus Jenazah”: H. Mursji Mahmud.

Terima Kasih

You might also like