You are on page 1of 56

Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura

TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Low rise Apart


Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman1, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana
dan prasarana.
Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah
rumah oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit
rumah yang sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini
tidak tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan
rumah. Bentuknya pun tidak terbatas hanya pada bangunan satu lantai saja, yang
berderet secara horizontal, melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat
yaitu merupakan rumah susun.

2.1.1 Pengertian Perumahan


a. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman2, perumahan adalah sekumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, yaitu baik perkotaan maupun pedesaan, yang memiliki
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni sebagai pelengkap.
b. Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempal tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.
c. Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan3, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi

1
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
2
UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
3
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
8
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi


dengan prasarana dan sarana lingkungan.
d. Menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan
Pengembangan Perumahan, 2006:29)4 Pengertian perumahan adalah
sekelompok rumah yang memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana lingkungan.
e. Menurut Soedarsono, Staf Ahli Menteri Negara Perumahan Rakyat Bidang
Hukum mengemukakan, jika suatu dearah telah tumbuh dan berkembang,
rumah-rumah sebagai suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia dalam
menciptakan ruangdalam lingkungan masyarakat danalam sekitarnya
dianamakan perumahan.
f. Perumahan merupakan sekelompok dari rumah-rumah yang memiliki sarana
dan prasarana di lingkungannya sebagai pelengkap untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

2.1.2 Fungsi Perumahan


a. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas. (UU No. 9 tahun 2009 Tentang Perumahan dan
Permukiman) 5.
b. Pemakaian atau penggunaan perumahan adalah sah apabila ada persetujuan
pemilik dengan mengutamakan fungsi perumahan bagi kesejahtraan
masyarakat. (Pasal 7 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah) 6.

4
Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:29)
5
UU No. 9 tahun 2009 Tentang Perumahan dan Permukiman
6
Pasal 7 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
9
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2.1.3 Klasifikasi Jenis Perumahan Tinjauan


Klasifikasi perumahan di bedekan sebagai berikut:

A. Klasifikas Perumahan Berdasarkan Ukuran


Menurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 534/KPTS/M/20017, tipe rumah berdasarkan tipe kapling atau ukuran
kapling dibagi menjadi:
1. Kecil. Tipe perumahan kecil adalah rumah yang memiliki luas kapling
lebih kecil sama dengan 36m². Perumahan yang termasuk tipe perumahan
kecil yaitu mulai dari tipe 21 sampai tipe 36.
2. Sedang. Tipe perumahan sedang adalah rumah yang memiliki luas
kapling 37m² sampai 54m². Perumahan yang termasuk tipe perumahan
sedang yaitu mulai dari tipe 37 sampai tipe 54.
3. Besar. Tipe perumahan besar adalah rumah yang memiliki luas kapling
lebih besar sama dengan 54m². Perumahan yang termasuk tipe
perumahan besar yaitu tipe 70 sampai 120.

B. Klasifikas Perumahan Berdasarkan Jenis Rumah


Menurut Suparno (2006)8, dalam perumahan, jenis rumah
diklasifikasikan berdasarkan tipe rumah. Jenis rumah tersebut terdiri atas :

Tabel. 2.1 Gambar Klasifikasi Perumahan Berdasarkan Jenis Rumah

No Jenis Rumah (Keterangan) Gambar

7
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001
8
Suparno (2006)
10
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1 Rumah Sederhana
Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil,
yang mempunyai keterbatasan dalam perencanaan
ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok untuk
keluarga kecil. Pada umumnya, rumah sederhana
mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan
luas tanah 60 m² s/d 75 m².

2 Rumah Menengah
Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang.
Pada tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang
dapat direncanakan dan perencanaan ruangnya
lebih leluasa dibandingkan pada rumah sederhana.
Pada umumnya, rumah menengah ini mempunyai
luas rumah 45 m² s/d 120 m², dengan luas tanah 80
m² s/d 200 m².

3 Rumah Mewah
Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar,
biasanya dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan
dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada
rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan
ruang yang dapat direncanakan dalam rumah ini
banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan
pemiliknya. Pada umumnya, rumah mewah ini
biasanya mempunyai luas rumah lebih dari 120 m²
dengan luasan tanah lebih dari 200 m².

C. Klasifikasi Perumahan Berdasarkan Betuk rumah


Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, ada beberapa bentuk perumahan berdasarkan
hubungan atau keterikatan antar bangunan, antara lain:

Tabel. 2.1 Gambar Klasifikasi Perumahan Berdasarkan Jenis Rumah

No Bentuk rumah (Keterangan) Gambar

11
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1 Rumah Tunggal
Rumah Tunggal (Detached) atau rumah terpisah
adalah rumah tinggal yang berdiri sendiri. Rumah
tinggal tunggal biasanya dipakai hanya untuk
satukeluarga dan jarak antar rumahnya berjauhan.
Selain itu cottage, villa,bungalow, dan mansion
juga termasuk dalam kelompok rumah tunggal. Sumber Anonim, 2014

2 Rumah Deret
Rumah deret adalah beberapa tempat kediaman
lengkap dan satu atau lebih dari sisi bangunan
induknya menyatu dengan sisi satu atau lebih
bangunan lain atau tempat kediaman lain, tetapi
masing-masing mempunyai persil sendiri. Sumber: Widji Ananta, 2013

3 Rumah Susun
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah horisontal maupun
vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda Sumber: Ezygria, 2014
bersama dan tanah bersma.

D. Klasifikasi Perumahan Berdasarkan Pola Jalan Lingkungan Perumahan


Menurut De Chiara J (1989) dalam Indrayani (2012), jalan
dilingkungan perumahan adalah elemen yang menentukan pola pergerakan
penghuni. Pola tersebut terjadi dan membentuk pola-pola jaringan jalan
sebagai berikut :

Tabel. 2.1 Gambar Perumahan Berdasarkan Pola Jalan Lingkungan


No Jenis Keteranagan Gambar

12
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1 Pola Grid Pola Grid, yaitu pola jalan yang menghindari


monotonitas dan mengurangi beban lalu
lintas menerus dengan cara membangunan
persimpangan – persimpangan yang
memberikan hambatan terhadap lalu lintas
menerus di dalam lingkungan perumahan

2 Pola Pola Simpangan, yaitu pola jalan yang hampir


Simpangan sama dengan pola Grid, tetapi lebih menghindari
perpotongan jalan dan mempunyai persyaratan
titik simpang jalannya berjarak 40 m.

3 Pola Radial Pola Radial, pola jalan yang dipakai apabila


kondisi topografi berkontur. Tujuannya untuk
menciptakan pergerakan lalu lintas menerus
dengan ciri geometri jalan dengan berbelok.

4 Pola Pola Culdesac, yaitu bentuk jalan masuk ke


Culdesac persil unit rumah yang diakhiri dengan putaran
yang berbentuk radial memanjang sampai 150
m.

5 Pola Taman Pola Taman, yaitu pola jalan yang


mengembangkan Grid dan Culdesac dengan
taman sebagai mediannya.

6 Pola Loop Pola Loop, yaitu pola jalan yang


mengembangkan Culdesac dan Taman

*Sumber : Chiara J; 1989 dalam Indrayani;2012

13
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

E. Klasifikasi Perumahan Berdasarkan konstruksi


Menurut Undang-Undang Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman9, tipe rumah berdasarkan konstruksi ada 3 yaitu rumah
permanen, semi permanen dan non permanen.

Tabel 2.1 Kontruksi Bangunan


Jenis Rumah Bahan Atap Bahan Dinding Bahan Lantai
Permanen Genteng Tembok Keramik
Semi Permanen Seng atau asbes Kayu atau bambu Semen
Non Permanen Kayu atau asbes Bambu/ gedek Tanah
2.1.4 Karakteristik Perumahan
a. Menurut Sidik (2000) dalam Sari (2010) 10, karakteristik perumahan dapat
dipandang melalui hal – hal berikut :
1. Lokasinya yang tetap dan hampir tidak mungkin dipindah
2. Pemanfaatannya dalam jangka panjang
3. Bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam lokasi,
sumber daya alam dan preferensinya.
4. Secara fisik dapat dimodifikasi.
Lokasinya tetap dapat diartikan bahwa lokasi perumahan memiliki
atribut yang khusus tidak saja menyangkut aspek fisik, tetapi juga aspek
kenyamanan, sosial, akses pada fasilitas umum, pusat perbelanjaan dan
kebutuhan sehari-hari lainnya. Pemanfaatan rumah tinggal dalam jangka
panjang adalah ciri umum dari bangunan perumahan. Pada umumnya
penghuni rumah melakukan modifikasi bentuk, interior, eksterior, dan
ruangan bangunan perumahan dari bentuk aslinya. Dari sisi pasar perumahan,
di lokasi yang lain. Di lain pihak, modifikasi hunian yang banyak dilakukan
oleh individu-individu di suatu lingkungan perumahan tertentu akan
mempengaruhi kondisi pasar perumahan di lingkungan tersebut.

9
Undang-Undang Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
10
Sidik (2000) dalam Sari (2010)
14
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

b. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)03-1733-2004ketentuan dasar


fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor berikut ini:
1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali
dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.
2. Kemiringanlahan tidak melebihi 15%dengan ketentuan:
c. De Chiara dan Koppelman (1997) dalam Herasanti (2002) menjelaskan
adanya tujuh karakteristik yang harus diperhatikan pada perencanaan
kawasan perumahan agar layak huni, adalah :
1. Kondisi tanah dan lapisan tanah
2. Air tanah dan drainase
3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan dan Bebas bahaya-
bahaya topografi
4. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah,
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas
5. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan
6. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk

2.1.5 Sarana dan Prasarana dalam Perumahan


a. Menurut Emawati (2011) prasarana adalah kelen gkapan dasar fisik
yang memungkinkan lingkungan perumahan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi,
sosial, budaya. Pengembangan perumahan harus menyiapkan sarana dan
prasarana pendukung yang sesuai dengan klasifikasi perumahan yang
dibangun agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
b. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-200411, yang
termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:
1. Kantor- kantor pelayanan /administrasi pemerintahan dan administrasi
kependudukan.

11
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004; sarana pemerintahan dan pelayanan umum
15
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2. Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM),
listrik (PLN), telepon, dan pos.
3. Pos pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan
dan pos pemadam kebakaran.
c. Standar pelayanan minimal dalam pemenuhan kebutuhan di
lingkungan permukiman diatur dalam Keputusan Menteri Pemukiman
dan Prasarana Wilayah No 534/KPTS/M/200112. Berikut merupakan
prasaran dan sarana yang menjadi persyaratan minimal di wilayah
perkotaan:
1. Prasarana lingkungan meliputi:
 Jalan kota, dan jalan lingkungan
 Air limbah sebagai tempat penyediaan saluran sanitasi
 Drainase dan Persampahan
2. Sarana lingkungan meliputi
 Sarana niaga, merupakan tempet penyediaan kebutuhan barang
dan jasa.
 Sarana pendidikan
 Sarana pelayanan kesehatan
 Sarana pelayanan umum seperti kantor instansi pemerintahan
 Sarana ruang terbuka hijau seperti taman dan pemakaman.
 Sarana sosial/ budaya
3. Utilitas umum meliputi:
 Air bersih
 Pemadam kebakaran
d. Budiharjo (1993) dalam Bowo (2006)13 menyatakan bahwa yang sering
terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan hidup manusia
penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana, yang meliputi:

12
Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No 534/KPTS/M/2001;
Standar pelayanan minimal dalam pemenuhan kebutuhan di lingkungan permukiman
13
Budiharjo (1993) dalam Bowo (2006)
16
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1. Pelayanan sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas,


rumah sakit yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah.
2. Fasilitasa sosial (social facilities), seperti tempat peribadatan,
persemayaman, gedung pertemuan, lapangan olahraga, tempat
bermain/ruang terbuka, pertokoan, pasar, warung, kakilima dan
sebagainya.
3. Prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan
listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan.
e. Sastra dan Marlina (2006) dalam buku Perencanaan dan Pengembangan
Perumahan14 dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan
prasarana untuk memberikan kemudahan. Berdasarkan Undang – Undang
Republik Indonesia nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman pasal 28 menjelaskan perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas
umum perumahan meliputi rencana penyediaan kaveling tanah untuk
perumahan sebagai bagian dari permukiman dan rencana kelengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.

Mengacu pada teori perumahan dan kondisi perumahan yang sudah ada saat
ini, maka sarana prasarana yang ada antara lain yaitu :
 Sarana prasarana dengan persyaratan minimal berupa jalan, air limbah, air
bersih, penyediaan listrik dan jaringan telepon.
 Sarana prasarana tambahan (biasanya pada perumahan menengah dan
mewah) berupa tempat beribadah, sarana kesehatan, sekolah, tempat
perbelanjaan, taman dan tempat olahraga.

2.1.6 Perletakan Unit Rumah


Perencanaan rumah dapat dikatakan berhasil apa bila rumah tersebut dapat
digunakan dengan nyaman untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara sehat dan
layak.

14
Sastra dan Marlina (2006) dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan.

17
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Perletakan unit-unit hunian pada suatu kawasan permukiman dapat


direncanakan dengan pola sebagai berikut: (Badan Standardisasi nasional (BSN).
Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. 2006).
A. Rumah tunggal
Rumah tunggal merupakan tempat kediaman di mana bangunan induk tidak
berhimpitan dengan bangunan lain atau bangunan tetangga maka yang boleh
berhimpitan adalah bangunan turutannya.
B. Rumah gedung dua (Kopel)
Rumah kopel adalah suatu tempat kediaman di mana salah satu sisi
bangunannya berhimpitan dengan bangunan tetangga pada bagian rumah
induk. Pada suatu kelompok perumahan, desain rumah kopel lebih sering
dijumpai. Desain rumah kopel seringkali didapatkan dengan mencerminkan
denah rumah I ke denah rumah II sehingga dua buah rumah akan berhimpitan
dengan denah yang saling berkebalikan.

C. Rumah gandeng banyak


Rumah gandeng banyak adalah sekelompok kediaman dimana satu atau lebih
dari dua bangunan. Pada rancangan gedung banyak akan kelompok rumah
tersebut, baik atau deretan yang arahnya kesamping maupun yang deretan
yang arahnya kebelakang. Maksimum panjang bangunan pada rumah
gandeng banyak adalah 30 m atau 6 unit rumah.

2.1.7 Pemilihan Lokasi Perumahan


Bekerjasama untuk membangun sebuah perumahan, menurut Eddi et. al.
pihak-pihak pembangun perumahan ini adalah:
a. Pemilihan dan penentuan lokasi untuk properti perumahan bagi setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan masing-masing individunya.
Beberapa ahli membuat kesimpulan mengenai pemilihan lokasi properti
perumahan sebagai berikut menurut Richadson(1978) dalam Sari (2010):

18
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1. Filter Down Theory Teori ini muncul pada tahun 1920 oleh EW Burgess
untuk menerangkan pola pemukiman di Chicago. Menurut EW. Burgerss,
perkembangan CBD yang pesat membuat pusat kota menjadi tidak
menarik (tanah mahal, macet, polusi).
2. Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973) Secara
sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang
yang dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan.
Model ini juga mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah
pusat tenaga kerja dan transportasi yang tersedia dimana-mana, semua
lokasi dipertimbangkan secara homogen kecuali jarak ke pusat kota.
Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk properti dengan
lokasi yang lebih dekat dengan CBD karena biaya commuting lebih
rendah.
3. Ellis ( 1967 ) Ellis menekankan pentingnya preferensi lingkungan dan
karakteristik sekitar dalam memilih lokasi perumahan.
4. Senior dan Wilson (1974) Senior dan Wilson (1974) menyatakan bahwa
untuk beberapa rumah tangga, kemudahan pencapaian ke tempat kerja
tidak berarti sama sekali.
5. Little (1974) dan Kirwan & Ball (1974) Mereka meneliti mengenai
implikasi dari keinginan sebagian besar keluarga- keluarga untuk hidup
dengan tetangga yang homogen.
6. Social Aglomeration Theory (1985) Dikemukakan bahwa orang memilih
rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama
dengan kelompok sosial tertentu dimana kelompok ini bisa terbentukk
berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian
timbul segregasi.’
b. Pilihan lokasi untuk rumah tinggal menggambarkan suatu usaha individu
untuk menyeimbangkan dua pilihan yang bertentangan, yaitu kemudhan ke
pusat kota dan luas tanah yang bisa diperoleh. Menurut Synder dan Anthony
(1991) dalam Sari (2010) ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pemilihan lokasi perumahan:
19
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1. Perwilayahan (zoning). Peraturan antara lain terkait dengan tipe dan


ukuran bangunan, persyaratan ketinggian bangunan, garis sepadan
bangunan.
2. Utilitas (utilities) Meliputi ketersediaan dan kondisi saluran pembuangan
air hujan, sanitasi, pemasangan gas, listrik, dan telepon.
3. Faktor-faktor teknis (technical factor). Kondisi tanah, topografi, dan
drainase, desain dan biaya.
4. Lokasi (location). Ketersediaan di pasar untuk penggunaan yang
diusulkan, aksesibilitas, kondisi pesekitaran, dan kondisi lalu lintas.
5. Estetika (eisthetics). Meliputi pemandangan dan bentang alam yang ada.
6. Komunitas (community). Terutama terkait lingkungan termasuk di
dalamnya kesehatan dan jasa-jasa yang diselenggarakan pemerintah.
7. Pelayanan kota (city service). Penyediaan pendidikan, layanan kesehatan,
dan jasa-jasa yang diselenggarakan pemerintah.
8. Biaya (cost). Biaya dan keterjangkauan penyewa
c. Menurut Kuswartojo (1998) dalam bukunya yang berjudul Perumahan dan
Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan menjelaskan bahwa persyaratan
lokasi umumnya mengacu kepada hal – hal yang menyangkut kesesuaian
dengan peraturan dan keamanan serta keselamatan penghuni, seperti misalnya
sesuai dengan rencana kota tentang peruntukan lahan, mudah dicapai, harus
bebas banjir, kondisi lahan stabil, tidak di dekat pencemar, aksesbilitas baik
dan ada sumber air.
d. Pemilihan tapak melalui lokasi dalam suatu kegiatan pembangunan
perumahan adalah penting untuk memperoleh tapak yang sesuai bagi
pembangunan fisik maupun utilitas, rumah, sistem sirkulasi, serta fasilitas
lingkungan, terbebasdari faktor lingkungan yang tidak diinginkan dan
harganya cukup rendah nantinya bisa dijangkau oleh kelompok keluarga
sasaran. Pendapat ini di kemukakan oleh De Chiara dan Koppelman (1997)
dalam Hersanti (2002).

2.1.8 Intensitas Bangunan

20
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Menurut Permen PU Nomor 06 Tahun 2007, intensitas bangunan adalah


tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum terhadap lahan yang mencakup
kepadatan dan ketinggian bangunan gedung.
A. Koefisien dasar bangunan (KDB)
Menurut Pd-T-2005-C Badan Litbang PU mengenai Perencanaan Rumah
Maisonet, KDB15 adalah perbandingan antara luas dasar bangunan dengan
luas persil tanah. Penerapan peraturan pembangunan dengan KDB ini
bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Rumus :
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
Presentase KDB = x 100%
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛

B. Koefisien lantai bangunan (KLB)


Menurut Pd-T-2005-C Badan Litbang PU mengenai Perencanaan Rumah
Maisonet, KLB adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas
persil tanah. Aturan tentang KLB ini juga menyebut perbandingan seluruh
luas lantai terhadap luas lahan, tujuannya adalah untuk menciptakan adanya
keseimbangan antara luas lahan terbangun dengan luasan lahan kosong yang
dapat digunakan antara lain untuk keperluan pertanaman dan parkir
kendaraan.
Rumus :
KLB= jumlah lantai x KDB

Keterangan
A= Lantai Dasar
B= Lantai
C= Lahan

Gambar 2.10 KLB


Sumber : Ashari, 2012

15
Pd-T-2005-C Badan Litbang PU ; Perencanaan Rumah Maisonet, KLB
21
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

C. Koefisien dasar hijau (KDH)


KDH merupakan angka prosentase perbandingan minimal yang
diizinkan antara luasdasar penghijauan yang ada di tapak dengan luas tapak
yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas tanah daerah
perencanaan. Rumus penghitungan:
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢
KDH = x 100%
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛

D. Koefisien tapak basement (KTB)


KTB merupakanprosentase perbandingan maksimum yang diizinkan
antara luas lantai basement dengan luas tanah perpetakan yang dikuasai
sesuai dengan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada.

KTB = 100% - KDH

2.1.9 Persyaratan merancang rumah


Selain ketentuan-ketentuan yang sudah disebutkan di atas, perancangan
sebuah rumah juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

A. Keamanan
Bangunan adalah wadah tempat penggunaanx melakukan aktivitas.
Desain bangunan dikatakan berhasil baik apabila bangunan tersebut benar-
benar dapat mewadahi aktivitas dari fungsi-fungsi yang sesuai dengan yang
direncanakan. Karenanya untuk menghasilkan rancangan bangunan yang baik
maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi-fungsi yang akan ditampung di
dalam bangunan itu. Demikian pula halnya dengan rumah tinggal. Agar
bangunan dapat digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan,
bangunan tersebut harus berdiri kokoh, kuat, mampu mengampu beban-beban
yang di terimanya, baik beban bangunan itu sendiri maupun beban yang
timbul sebagai akibat dari adanya fungsi itu. Pengertian ‘kuat’ disini terkait
erat dengan struktur dan konstruksi bangunan.
Struktur adalah suatu rangkaian yang disusun sedemikian rupa sehingga
mampu mendirikan suatu bentuk tertentu dan dapat difungsikan dengan aman
22
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

sesuai maksud pendiriannya. Dalam pengertian ini terkadang beberapa


pengertian tentang struktur, di antaranya:
1. Struktur bangunan merupakan suatu rangkaian dari beberapa bagian yang
secara keseluruhan bekerja bersama-sama untuk membuat suatu bentuk
dapat berdiri.
2. Struktur bangunan berfungsi untuk mendirikan bangunan sedemikian
rupa sehingga banguanan tersebut dapat difungsikan dengan aman, tidak
mudah roboh. Berdasarkan pengertian ini , rancangan sebuah rumah
tinggal tersebut harus memenuhi persyaratan keamanan, dimana rumah
tersebut haruskokoh, kuat mampu mengampu aktifitas menghuni yang
dilakukan di dalamnya sesuai dengan maksud perancangannya.

B. Kesehatan
Rumah tinggal adalah bangunan yang digunakan untuk mewadahi
seluruh aktivitas menghuni. Agar aktifitas tersebut dapat berkelanjutan dalam
jangka panjang, salah satu persyaratan yang perlu dipenuhi adalah masalah
kesehatan. Untuk memenuhi persyaratan ini sebuah rumah tinggal harus
dilengkapi dengan sarana-arana yang diperlukan untuk memelihra kebersihan
dan kesehatan, di antaranya adalah:
1. Kamar madi dan WC beserta saluran pembuangan dan pengelolaannya
sebagai sarana melakukan aktivitas buang air kecil, mandi dan buang air
besar. Dengan tersedianya sarana ini diharapkan kotoran penghuni
bangunan tersebut dapat di tampung dengan baik, tidak mencemari
lingkungan rumah dan sekitarnya sehingga akan menghindari penghuni
dari bahaya penyakit.
2. Saluran pembunagan air hujan sebagai sarana penyaluran dan
pembuangan air hujan. Dengan tersedianya sarana ini diharapkan dapat
dihindari terjadinya genagan air hujan disekitar bangunan yang dapat

23
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

megakibatkan memancing pembiakan nyamuk yang berbahaya bagi


kesehatan.
3. Tempat penimbunan atau penampungan sampah sementara. Dengan
tersedianya sarana ini maka sampah rumah tangga akan dapat ditimbun
sehingga tidak dikerumuni lalat atau berbau. Apabila lahan di sekitar
bangunan tidak memungkinkan untuk dilakukan penimbunan sampah
maka cukup menyediakan tempat penampungan sampah sementara.
Secara berkala sampah rumah tangga ini di ambil oleh petugas yang
ditunjuk untuk dipindahkan ke TPA yang telah disediakan oleh
pemerintah daerah setempat.
Rumah yang baik adalah rumah yang dapat menjaga kesehatan
penghuninya. Oleh karena itu perancangan sarana-sarana kesehatan ini
merupakan salah satu aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan rumah tinggal.

C. Kenyamanan
Apabila persyaratan di atas telah terpenuhi, lebih jauh lagi perlu
dipertimbangkan masalah kenyamanan rumah tinggal. Aspek kenyaman ini
meliputi ranah yang sangat luas, mencakup beberapa aspek yang di antranya
adalah sebagai berikut:
1. Kenyaman termal
Kenyaman termal adalah kenyamanan yang terkait dengan suhu udara.
Setiap daerah mempunyai iklim dan suhu udara yang berbeda-beda.
Begitupula dengan kemampuan adaptasi dari masyarakatnya.
Perancangan rumah tinggal harus memberikan solusi untuk mendapat
kenyaman termal, yang penyelesaiannya bervariasi antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainnya. Pada daerah bersuhu tinggi ataupun
rendah, sebuah rumah tinggal harus dirancang agar dapat melindungi
penghuninya dari serangan suhu. Pertimbangan-pertimbangan
kenyamanan termal ini akan menentukan material bangunan yang

24
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

digunakan, bentuk bangunan yang dirancang, bukaan-bukaan pada


bangunan dan lain-lain.
2. Kenyamanan audio
Setiap lingkungan mempunyai kondisi yang berbeda-beda, termasuk
kadar kebisingan. Rumah dengan kebisingan tinggi tentu tidak nyaman
dihuni. Pola kondisi seperti ini, perancangan rumah memerlukan solusi
khusus yang mereduksi kebisingan yang berasal dari luar bangunan, yang
dilakukan dengan memasang material peredam bunyi pada dinding
bangunan ataupun menata lanskap, pada rumah tersebut dengan tatanan
pereduksi bunyi, misalnya mengunakan tanaman-tanaman ataupun
gundukan tanah sebgai barier kebisingan.
3. Kenyamanan visual
Kenyaman visual dapat diwujudkan dengan pemilihan warna-warna
dinding dan elemen rumah yang lainnya (furniture, ornament, dan lain-
lain). Selain itu kenyamanan visual ini dapat pula diupayakan dengan
menyatukan elemen luar bangunan, seperti tanaman, air dan lain-lain
dengan elemen dalam bangunan, dengan membuat rancangan bukaan-
bukaan ruang yang relative besar sehingga pemandangan luar menyatu
dengan desain ruang dalam.

D. Keindahan
Di antara pesyaratan-persyaratan untuk rumah, keindahan adalah
aspek terakhir yang harus dipertimbangkan. Setelah pertimbangan-
pertimbangan lain yang harus lebih mendasar terpenuhi, selanjutnya barulah
dipertimbangkan aspek keindahannya. Aspek ini terkait erat dengan
perwujudan rumah tinggal untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan,
pengakuan dan ekstensi diri, serta kebutuhan untuk dapat menikmati
keindahan. Aspek ini dipenuhi setelah perwujudan rumah sebagai kebutuhan
pokok terlewati. Biasanya aspek ini dipertimbangkan oleh masyarakat
golongan ekonomi menengah keatas, di mana kebutuhan pokok jasmaniah
bukan merupakan masalah yang sulit.

25
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2.1.10 Pihak Pembangun Perumahan


Membuat sebuah perumahan secara garis besar akan melibatkan 2 pihak yang
bisa bekerjasama untuk membangun sebuah perumahan, menurut Eddi et. al. pihak-
pihak pembangun perumahan ini adalah:
a. Developer (pengembang perumahan), developer adalah badan yang khusus
bekerja di bidang properti. Contohnya membuat ataupun merencanakan suatu
kawasan, baik kawasan perumahan sederhana sampai pada kawasan
perumahan mewah, yang banyak kita jumpai di kota-kota besar.
b. Swadaya, perumahan swadaya ini adalah sebuah pembangunan rumah yang
individu dan komunitas memegang kendali terhadap keputusan tentang rumah
dan lingkungannya, tanpa perlu membangun sendiri. Untuk definisi ini,
perumahan swadaya didefinisikan sebagai protes pembangunan perumahan
yang memungkinkan penduduk miskin bertindak sebagai pengambil
keputusan pada tahapan perencanaan, desain, pengelolaan dan implementasi
sementara pemerintah hanya menyediakan dana awal, pelatihan pengelolaan
dan pengawasan selama pelaksanaan proyek.

2.1.11 Dasar Perundangan dan Peraturan Pembangunan Perumahan


Adapun peraturan-peraturan dan arahan tersebut antara lain: (Suparno Sastra.
M, Marlina, Endy. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. 2006).
A. Tuntutan kesesuaian peruntukan lahan
Untuk menjamin terciptanya daya dukung lingkungan yang optimal,
pembangunan perumahan harus sesuai dengan daerah peruntukannya, pada
lokasi yang memang diperuntukan bagi hunian dan permukiman.
B. Konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan
Tindakan antisipasi untuk pembangunan perumahan yang berwawasan
lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
mendudukkan objek (lokasi aktifitas) dengan memperhatikan daya dukung
lingkungan, misalnya penanganan untuk hal-hal yang berhubungan dengan

26
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

lingkungan hidup yang dapat berdampak terhadap lingkungan sekitas


perumahan.
C. Perbandingan antara wilayah terbangun (Build Up Area) dengan
wilayah terbuka (Open Space) sebesar 60% : 40%
Peraturan yang harus dipatuhi oleh pengembang dalam membangun suatu
perumahan adalah bahwa pengembang harus membagi daerah peruntukkan
dan wilayah terbuka sebesar 60% dan 40%. Realisasi dari aturan ini adalah
pembagian antara luasan hunian total sebesar 60% dan luas wilayah terbuka
jalan dan ruang terbuka) sebesar 40%.
D. Rencana sarana dan prasarana perumahan
Pengembang harus menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai
dengan klasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan
tetap terjaga, misalnya membuat saluran air bersih dan saluran air kotor,
memasang jaringan telepon, jaringan listrik, melakukan pengerasan jalan
yang menuju lokasi perumahan, dan sebagainya, sehingga memperlancar
sirkulasi lalu-lintas dari perumahan menuju perumahan.
E. Legalitas perusahaan
Agar dapat menjalankan bisnis properti (real estate), pengembang secara
yuridis harus berbadan hokum untuk menjamin kelancaran operasional
perusahaan serta untuk menjamin kewajiban dan tanggung jawab perusahaan
(pengembang) terhadap konsumen (pembeli rumah).
F. Perizinan proyek
Kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh pengembang dalam melaksanakan
pembangunan perumahan adalah izin atas proyek yang akan dibangun
tersebut, yaitu meliputi:
1. Izin Penggunaan dan Peruntukan Tanah (IPPT)
2. Izin Penetapan Lokasi (IPL)
3. Pengajuan dan Pengesahan Site Plan
4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
5. Pengesahan Sertifikiat Tanah

27
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2.2 Tinjauan Arsitektur Rumah Tinggal


Rumah adalah sesuatu bangunan yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan
manusia karena rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai tempat
berlindung manusia dari berbagai gangguan dari luar, salain itu kalau kita lihat dari
beberapa pengertian rumah juga berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, tempat
manusia melangsungkan kehidupannya, tempat manusia berumah tangga dan
sebagainya.
Sesuai hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow, setelah manusia terpenuhi
kebutuhan jasmaniahnya ( sandang, pangan dan kesehatan ), maka kebutuhan akan
rumah merupakan salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih
baik dan tinggi. Dengan memiliki rumah, walaupun kecil, secara hakiki pemilik telah
menguasai ruang yang dapat diatur sesuka hatinya, sesuai seleranya. Ruang tsb akan
memberikan respon terhadapnya, artinya dapat tercipta suasana timbal balik dan
saling menghidupkan. Dengan demikian, suasana home telah tercipta pada house tsb.
Bukan lagi sekedar menghindari hujan dan panas, tetapi memberikan ketenangan,
kesenangan, bahkan kenangan akan segala peristiwa dalam kehidupannya.
Rumah tinggal juga terdiri dari beberapa jenis antara lain: Rumah Susun
(Flat), Rumah Kota (Town House), Rumah berpekarangan Dalam (Patio House),
Maisonet (Maisonette), Rumah teras bertingkat (Terrace House), Rumah Gandeng
(Row House), Rumah tunggal ( detached houses ), Rumah kopel ( semi detached
houses ), Rumah deret ( row houses ), Rumah tipe Maisonettee dan Apartemen.

2.2.1 Pengertian Rumah


a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan
dan Permukiman)
b. Rumah merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti
iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara
fisiologis, rumah haruslah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan, seperti listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat pembuangan
kotoran dan lain-lain. (Koesputranto, 1988).
28
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

c. Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan


melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu
diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu
masyarakat. (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148)
d. Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal
selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia
maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut
sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada
konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan
tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur,
beraktivitas, dan lain-lain. (Wikipedia, 2010)
e. Elemen terpenting dari pembentukan suatu perumahan adalah rumah itu
sendiri. Rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berumah tangga, tempat
tinggal/alamat, lokasi tempat tinggal, bagian dari eksistensi individu/keluarga
(terkait dengan status, tempat kedudukan, identitas), bagian dari kawasan
fungsional kota, investasi (keluarga atau perusahaan), sumber bangkitan
pergerakan (trip production), ruang untuk rekreasi, ruang yang digunakan
untuk menjalin kehidupan keluarga, serta wadah sebagai batas privasi.
(Anonimous, 2008)
f. Pengertian rumah bagi seseorang bisa mengandung dimensi yang luas.
Rumah adalah keluarga dengan budaya internal beserta sejarahnya serta
lingkungan alam, masyarakat dengan budaya lokal.(Allenda, Leonardiansyah
: 1)
g. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.
Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati
kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah,
penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini.
(Frick, 2006 : 1)
29
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

h. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia,


1997). Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya termasuk kebutuhan
yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup secara berpindah-
pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap, yang sekarang
bisa disebut rumah. (Juhana, 2000 : 31)

2.2.2 Fungsi Rumah Tinggal


Rumah merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti
iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Namun tujuan rumah tidaklah lepas dari
fungsinya, antara lain:
a. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Rumah yang ditempati atau dihuni
diharapkan tidak sekedar rumah, tetapi rumah yang layak huni dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. (Pengertian rumah, UU
Pasal 1 : 7 Undangundang No. 1 Tahun 2011)
b. Turner (dalam Jenie, 2001 : 45), mendefinisikan tiga fungsi utama yang
terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu :
1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan
pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.
Kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat
memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat.
2. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk
berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi
pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam
pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna
mendapatkan sumber penghasilan.
3. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya
keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan
keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan
keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).

30
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

4. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi


menurut siapa penghuni atau pemiliknya. Berdasarkan hierarchy of need
(Maslow, 1954:10), kebutuhan akan rumah dapat didekati sebagai:
 Physiological needs (kebutuhan akan makan dan minum),
merupakan kebutuhan biologis yang hampir sama untuk setiaporang,
yang juga merupakan kebuthan terpenting selain rumah, sandang,
dan pangan juga termasuk dalam tahap ini.
 Safety or security needs (kebutuhan akan keamanan),merupakan
tempat berlindung bagi penghuni dari gangguan manusiadan
lingkungan yang tidak diinginkan.
 Social or afiliation needs (kebutuhan berinteraksi), sebagai tempat
untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman.
 Self actualiztion needs (kebutuhan akan ekspresi diri), rumah bukan
hanya sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat
untukmengaktualisasikan diri.

c. Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat
tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia (Doxiadis dalam Dian,
2009), yaitu:
1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.
2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusi.
3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.

2.2.3 Klasifikasi Jenis Rumah


A. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Bentuk Penggunaanya
1. Rumah tangga tunggal : rumah yang mempunyai satu pintu bebas dengan
jalan masuk sendiri,misalnya rumah-rumah di kota, villa.
2. Rumah majemuk : suatu rumah tinggal yang mempunyai beberapa pintu
masuk.

31
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3. Rumah berpindah tempat : rumah yang tidak menetap dalam satu lokasi
misalnya trailer pada rumah mobil.
4. Rumah bukan untuk tempat tinggal : misalnya rumah yang bersifat
darurat atau non permanenkarena dibangun untuk penanggulangan akibat
bencana alam, keadaan darurat perang dan sebagainya.

B. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Tipe


Menurut Richard Untermann & Robert Small (1986) dalam dalam
buku Perencanaan Tapak untuk Perumahan, maka ada beberapa tipe
perumahan antara lain:
1. Rumah Tinggal Tunggal/ Detached
Rumah tinggal tunggal atau rumah terpisah adalah rumah tinggal yang
berdiri sendiri. Rumah tinggal tunggal dipakai biasanya hanya untuk satu
keluarga dan jarak antar rumahnya berjauhan. Selain itu cottage, villa,
bungalow, dan mansion juga termasuk dalam kelompok rumah tinggal
tunggal.

2. Rumah Tinggal Koppel ( Semi Detached )


Rumah Tinggal kopel adalah Rumah Tinggal Tunggal yang di sekat sama
besar antara Kiri dan Kanan, biasanya rumah tinggal kopel ini untuk
disewakan pemiliknya untuk menghemat lahan bangunan.
3. Rumah Kota (Town House)
Adalah sama seperti rumah gandeng dengan penambahan tempat parkir
di dalam bangunannya. Parkir di bagian dalam memerlukan halaman
depan yang lebih lebar (untuk menampung pengemudi dan jalan masuk
dan ruangan bagian dalam untuk kegunaan tertentu) dan kadang-kadang
dibuat dengan suatu kedalaman kira-kira 150 feet. Rumah kota
menawarkan kenyamanan yang tinggi untuk sebuah keluarga tunggal
kecuali bila dibuat tanpa halaman samping.
4. Rumah Susun (Flat)

32
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Rumah yang flesibel, yaitu mampu menyesuaikan berbagai konfigurasi.


Kerugian utama rumah susun adalah BC yang mengurangi unit-unit yang
dapat diorientasikan ke permukaan tanah. Rumah susun umumnya berisi
ganda, artinya mempunyai ruang-ruang yang berada di luar pada unit-
unit tersebut.
5. Rumah berpekarangan Dalam (Patio House)
Adalah suatu variasi pada rumah "ranch” berlantai satu tradisional.
Dengan pintu masuk di bagian tengah, ruang tamu terletak pada sisi dan
ruang-ruang tidur pada sisi lainnya. Untuk menyesuaikan pada bidang
tanah yang sempit, bentuk tersebut "dibengkokkan” dan ruang-ruang
pribadinya dikitari oleh pemagaran. Dengan menghilangkan halaman-
halaman samping dan depan, rumah "ranch” tersebut kini menjadi rumah
berpekarangan dalam (patio).
6. Maisonet (Maisonette)
Adalah sebuah tipe standar dari bangunan berkapasitas tinggi dan
bertingkat rendah. Yang telah sipergunakan secara luas di seluruh dunia.
Dikatakan berkepadatan tinggi karena merupakan suatu penumpukan
vertikal maksimum dari sebuah unit berlantai dua di atas unit bangunan
lainnya, dengan dua tahapan tangga untuk lantai utama dari unit yang
terletak lebih atas.
7. Rumah teras bertingkat (Terrace House)
Rumah gandeng dan berpekarangan dalam dapat saja dibuat menjenjang
ke atas maupun ke bawah sebuah perbukitan guna meningkatkan arah
pandangan, dan memberikan orientasi yang lebih baik, juga
memungkinkan taman-taman atau teras-teras di atas atap-atap dari unit-
unit di bawahnya.
8. Rumah Gandeng (Row Houses)
Rumah gandeng berasal dari rumah berlantai dua tradisional yang
terletak di atas sebidang petak yang sempit.. Fung-fungsi "tempat
tinggal” dasarnya terletak pada lantai bawah: meliputi ruang tamu, ruang

33
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

makan, dapur, kamar mandi kecil dan kemungkinan sebuah ruang


belajar.

Gambar 2.1
Rumah berdasarkan Tipe atau Bentuknya
C. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Pelaku Pembangunan dan Penghunian
Pasal 21 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 menetapkan jenis
rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang
meliput Rumah swadaya, Rumah umum, Rumah khusus, Rumah
komersial, Rumah negara.
1. Rumah Swadaya ; Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas
prakarsa dan upaya masyarakat. Rumah swadaya diselenggarakan atas
prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun
berkelompok.Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan
dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
2. Rumah Umum ; Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
34
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Rumah umum dapat mendapatkan bantuan dan kemudahan dari


Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
3. Rumah Khusus ; Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan khusus; antara lain adalah
kebutuhan untuk perumahan transmigrasi, permukiman kembali korban
bencana alam, dan rumah sosial untuk menampung orang lansia,
masyarakat miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta termasuk juga
untuk pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan rumah di
wilayah perbatasan wilayah negara. Rumah khusus disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Rumah Komersial ; Rumah komersial adalah rumah yang
diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan sesuai
kebutuhan masyarakat.
5. Rumah Negara ; Rumah negara adalah rumah yang dimiliki Negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai
negeri. Rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah. (UndangundangNo. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman).
D. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Langgamnya
Rumah berdasarkan gaya atau Langgamnya terdiri dari :
Rumah Tropis, Rumah Gaya Rennaisance, Rumah Gaya Mediterania/
Spanyol, Rumah Gaya Moderndan Rumah Gaya Modern Minimalis.

Rumah Gaya Tropis Rumah Gaya Rennaisance

35

Rumah Gaya Mediterania Rumah Gaya Modern Minimalis


Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar 2.2 Rumah Berdasarkan Gaya atau Langgamnya

E. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Kondisi Lingkungan (Cuaca-Bahan-


Kebiasaan)
1. Rumah Goa
2. Rumah Pohon
3. Rumah Ranting
4. Rumah Tanah ( Rumah Yomon Jepang)
5. Rumah Es ( Iglo)
6. Rumah Bale (Tropis)
7. Rumah Pangung

2.1.3 Syarat-Syarat dan Kriteria Rumah Sehat


A. Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health
Association) harus memiliki syarat, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
(ventilasi), ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang
mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat
tinggal yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama.

36
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni


rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam
persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya
kebakaran, tidak menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan
lalu lintas, dan lain sebagainya.

2.3 Tinjauan Banjir Kota Jayapura


2.3.1 Definisi Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap
atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai tersebut.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas
saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan
37
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan
akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang
lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai
menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik

2.3.2 Klasifikasi Jenis Banjir


Peristiwa banjir yang terjadi tentunya bermacam-macam tergantung pada
penyebabnya. Oleh karena itu, terjadinya banjir dilihat dari penyebabnya terbagi
menjadi beberapa jenis, antara lain:
a. Banjir Air; Banjir air merupakan banjir yang sering sekali terjadi saat ini.
Penyebab dari banjir ini adalah kondisi air yang meluap di beberapa tempat,
seperti sungai, danau maupun selokan. Meluapnya air dari tempat-tempat
tersebut yang biasanya menjadi tempat penampungan dan sirkulasinya
membuat daratan yang ada di sekitarnya akan tergenang air.
b. Banjir Cileuncang; Banjir cileuncang ini terjadi karena hujan yang derat
dengan debit/aliran air yang begitu besar. Sedemikian sehingga air hujan yang
sangat banyak ini tidak mampu mengalir melalu saluran air (drainase)
sehingga air pun meluap dan menggenangi daratan

c. Banjir Rob (Laut Pasang); Banjir laut pasang atau dikenal dengan sebutan
banjir rob merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh naiknya atau
pasangnya air laut sehingga menuju ke daratan sekitarnya. Banjir jenis ini
biasanya sering menimpa pemukiman bahkan kota-kota yang berada di
pinggir laut, seperti daerah Muara Baru di ibukota Jakarta. Terjadinya air
pasang ini di laut akan menahan aliran air sungai yang seharusnya menuju ke
laut. Karena tumpukan air sungai tersebutlah yang menyebabkan tanggul
jebol dan air menggenangi daratan
d. Banjir Bandang; Banjir bandang merupakan banjir yang tidak hanya
membawa air saja tapi material-material lainnya seperti sampah dan lumpur.
38
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Biasanya banjir ini disebabkan karena bendungan air yang jebol. Sehingga
banjir ini memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir air.
Bukan hanya karena mengangkut material-material lain di dalamnya yang
tidak memungkinkan manusia berenang dengan mudah, tetapi juga arus air
yang terdakang sangat deras.
e. Banjir Lahar; Banjir lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh
lahar gunung berapi yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus.
Dari proses erupsi inilah nantinya gunung akan mengeluarkan lahar dingin
yang akan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Air dalam sungai akan
mengalami pendangkalan sehingga juga akan ikut meluap merendam daratan.
f. Banjir Lumpur; Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh
lumpur. Salah satu contoh identic yang masih terjadi sampai saat ini adalah
banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir lumpur ini hampir
menyerupai banjir bandang, tetapi lebih disebabkan karena keluarnya lumpur
dari dalam bumi yang kemudian menggenangi daratan. Tentu lumpur yang
keluar dari dalam bumi tersebut berbeda dengan lumpur-lumpur yang ada di
permukaan. Hal ini bisa dianalisa dari kandungan yang dimilikinya, seperti
gas-gas kimia yang berbahaya.

2.3.3 Penyeba Banjir


Penyebab banjir dan tanah longsor bisa sangat beragam dan membahayakan
keselamatan jiwa. Banjir bisa saja terjadi karena banyak faktor yang menjadi
penyebabnya. Secara umum, beberapa penyebab terjadinya banjir, antara lain:
a. Air sungai yang meluap
Meluapnya air sungai yang terjadi merupakan salah satu faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya banjir. Meluapnya air sungai ini bisa saja disebabkan
karena adanya pengendapan di dasar sungai. Endapan yang terjadi bisa
disebabkan karena turunnya hujan dalam waktu yang cukup lama sehingga
sungai kehilangan daya tampung terhadap air tersebut. Selainnya itu, bisa
39
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

juga disebabkan karena adanya penyempitan permukaan aliran sangai


sehingga air yang mengalir semakin terbatas.
b. Banjir yang terjadi di muara
Banjir ini terjadi di bagian muara yang biasanya disebabkan oleh perubahan
cuaca. Di mana pada keadaan tersebut terjadi proses naiknya/pasangnya air
laut yang terkadang memancing terjadinya badai di lautan. Faktor badai inilah
yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir di kawasan muara. Badai
tersebut biasanya adalah badai jenis siklon tropis atau siklon ekstratropis.
c. Bencana alam
Banjir juga bisa terjadi karena adanya bencana alam. Sehingga banjir ini
biasanya akan datang secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Bencana alam yang bisa saja menyebabkan terjadinya banjir ini, antara lain
gempa bumi, gunung meletus hingga menyebabkan banjir lahar maupun
karena adanya tanggul yang jebol, seperti yang terjadi pada tahun 2009 di
Situ Gintung.
d. Air laut yang meluap
Meluapnya air laut yang terjadi sehingga menyebabkan banjir biasanya terjadi
karena ada beberapa faktor yang mendahuluinya terlebih dahulu. Contohnya
dengan adanya pasang air laut sehingga air laut tersebut meluap ke daratan
yang ada di sekitarnya, adanya gempa bumi sehingga menyebabkan tsunami,
seperti yang terjadi di Aceh, dan berbagai kejadian lainnya, seperti badai.
2.3.4 Banjir Kota Jayapura
Bencana banjir termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap
datangnya musim penghujan, Seperti yang terjadi di beberapa derah di Kota Jayapura
provinsi papua, yang mengalami masalah banjir disetiap tahun.
Kota Jayapurab dan 3 Kabupaten lain di Papua menjadi Daerah peringatan
dini dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Berdasarkan data prospek cuaca yang
di peroleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia di Jayapura
Daerah Papua bagian utara seperti Jayapura, Sentani, Keerom dan Teluk Wondama
menjadi peringatan dini dengan curah hujan intensitas tinggi. (BMKG, prediksi
banjir Papua). Dari hasil prediksi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan
40
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Geofisika (BBMKG) Wilayah V Kota Jayapura, Terdapat Lima Distrik yang


berpotensi banjir, antara lain, Distrik Jayapura Selatan, Jayapura Utara, Kotaraja
(Distrik Abepura), dan Distrik Heram.
Menurut hasil RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Jayapura tahun2016 )
Wilayah-wilayah rawan bencana Banjir/ genangan air Kota Jayapura terjadi di
beberapa tempat;
a. Distrik Jayapura Utara : kawasan Pusat Kota Kelurahan Gurabesi, putaran
SPBU APO Kelurahan Bhayangkara, kantor Dinas Perikanan Provinsi Papua
Kelurahan Imbi, Perempatan Kantor Polsek Jayapura Utara Kelurahan Imbi,
Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Kelurahan
Tanjung Ria, Pantai Basa-G Kelurahan Tanjung Ria dan SD Inpres Angkasa,
Kelurahan Angkasa.
b. Distrik Jayapura Selatan : kawasan kelapa dua Entrop Kelurahan Entrop,
Papua Trade Center (PTC) Kelurahan Entrop, Pasar Hamadi Kelurahan
Hamadi, Hotel Rais dan Hotel Relat Kelurahan Argapura dan Posponpes DDI
Kelurahan Entrop.
c. Distrik Abepura: Jalan Baru Abepura, Kelurahan Abepura, Kotaraja dalam,
Pasar Yoteva, Kali Acai,
d. Distrik Heram : Padang Bulan, BTN Organda, BTN Perumnas 4, BTN dan
Perumnas 3.
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Jayapura Tahun 2016)
Faktor penyebab terjadinya banjir di kota jayapura adalah Curah hujan yang
tinggi, Pemanasan global, mencairnya es di puncak jayawijaya, Sedimentasi
limpasan air sungai di beberapa tempat di dataran rendah, penurunan permukaan
tanah, Sistem drainase di beberapa titik kota jayapura yang kurang memadai, Alih
fungsi lahan, meluapnya air dari danau sentani, sampah, dan kurangnya kesadran
masyarakat untuk menjaga lingkungan.
Pemerintah Kota Jayapura Mempunyai Peran yang sangat Penting dalam
menangani banjir yang melanda Kota Jayapura. Terkait dengan penangan banjir,
Walikota Jayapura, Benhur Tommy Mano akan all out dan action (turun tangan).
Tidak hanya melihat serta mengunjungi korban. Benhur mengaku, pihaknya juga
41
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

mendapatkan laporan akan melakukan pengerukan di sejumlah titik yang rawan


banjir. Beberapa daerah yang dilanda banjir antara lain Organda, Kamkey, Pasar
Youtefa, Abepura, dan Entrop. Daerah tersebut merupakan langganan banjir ketika
hujan deras mengguyur kota Jayapura.Pemerintah kota Jayapura telah berusaha
semaksimal Mungkin dalam menangani banjir tersebut. Bukan hanya pemerintah
kota Jayapura yang prihatin akan kondisi tersebut namun pemerintah Provinsi Papua
dan Pemerintah Pusat juga. Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah kota Untuk
Warga yang menjadi korban banjir diantara memberikan Bantuan berupa sembako
dan pangan serta alat masak lainnya. Walikota juga menghimbau kepada Masyarakat
atau Warga agar menjaga lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah
disembarang tempat.

2.3.5 Identifikasi Daerah Rawan Banjir Kota Jayapura di Tinjjau dari Aspek
Morfologi Wilayah
Secara alami ada dua faktor penyebap terjadinya banjir yakni tingginya curah
hujan dan faktor topografig dimana suatu kawasan merupakan dataran rendah.
Kawasan dataran rendah rendah atau berupa cekungan sangat potensial dilanda banjir
apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Kota Jayapura yang terletak di bagian Utara Provinsi Papua sebagian
wilayahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, dimana
sangat rentan dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup
tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan rawan bencana alam
khususnya bencana banjir ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan rawan
banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami
genangan lebih dari enam jam saat hujan turun dan dalam keadaan musim hujan
normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara
sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di
tempat tersebut.

42
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Peta Morfologi Wilayah Kota Jayapura

Berdasarkan keadaan morfologi wilayah seperti terlihat pada peta diatas,


daerah rawan banjir berada di semua distrik karena semua terdapat dataran rendah.
Banjir sangat potensial terjadi di daerah yang satuan morfologinya berupa dataran
rendah, khususnya dataran aluvial dan fluvial. Penyebaran satuan morfologi fluvial
ini berada di sejumlah kawasan di Kota Jayapura, yakni Kotaraja, Abepura, Koya
Barat, Koya Barat, Koya Timur, Skoumabo, Skouyambe. Ciri-ciri dataran fluvial
adalah memiliki relief yang relatif datar hingga hampir datar, memiliki ketinggian
tempat 1-10 meter diatas permuakaan laut (mdpl), dengan kemiringan lereng 0-3%.
Material penyusun satuan ini berupa kerakal, kerikil, pasir dan lempung.
Sedangkan penyebaran satuan morfologi dataran fluvial sebagaian besar
berada di kawasan Distrik Muara Tami. Faktor yang berpengaruh membentuk satuan
ini adalah proses fluvial yang diaktori oleh proses aliran sungai yang mengalir secara
periodik. Kawasan Muara Tami dilewati sungai berkategori besar, seperti Sungai
Tami dan Sungai Mosso, jadi sangat wajar kalau proses fluvial sangat dominan.
Satuan ini dicirikan oleh relief yang relatif datar hingga hampir datar dan memiliki
ketinggian tempat 1-2 mdpl, dengan kemiringan lereng 0-3%. Karena sangat datar
sehingga terbentuk meander dan oxbow lake pada aliran Sungai Tami dan Mosso
43
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

akibat kecepatan air yang melambat. Material penyusun satuan ini adalah endapan
lepas berupa kerakal, kerikil, pasir, lempung yang terangkut oleh aliran run off dan
aliran.
Dengan alasan kosentrasi penduduk dan kosentrasi kegiatan ekonomi maka
kawasan rawan bencana banjir hanya dibahas beberapa titik prioritas yakni kawasan
Jantung Kota Jayapura, kawasan Entrop, kawasan Abepura dan Kotaraja sertaWaena.

Peta Daerah Rawan Banjir


(Daerah Rawan Banjir Ditandai dengan Bulatan Kuning)

Berikut ini adalah peta kawasan Pesebaran titik rawan Banjir di kota jayapura;
1. Kawasan Jantung Kota
Berdasarkan peristiwa banjir yang melanda APO beberapa bulan lalu, faktor
penyebap banjir lebih dominan karena penyempitnya aliran kali APO, sehingga perlu
dilakukan perbaikan penampang sungai (normalisasi). Untuk kawasan Jantung Kota
prioritas penangaan lebih kepada perbaikan dan pengerukan sampah-sampah yang
mengendap di dasar saluran.

44
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2. Kawasan Entrop
Ada beberapa titik kawasan rawan banjir di Entrop yakni kawasan SMU 4
Entrop, seputaran CV Thomas, dan PTC, karena tempatnya sangat landai dengan
ketingian 5-20mbpl

3. Kawasan Abepura dan Kotaraja


Kawasan dataran Kotaraja sampai Abepura merupakan dataran banjir (flood
plain Abepura) yang dikelilingi oleh perbukitan dan dilalui dua sungai utama yakni
sungai Acai dan Siborogoni, sehingga kawasan Abepura dan Kotaraja sangat rentan
dilanda banjir, contohnya seputaran kawasan Otonom Kotaraja, Organda, Perumnas
IV dan Pasar Youtefa. Khusus untuk seputaran Pasar Youtefa kawasannya memang
sangat landai, elevasinya antara 5-10 mdpl. Idealnya areal pasar harus lebih tinggi
45
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

agar terhindar dari luapan air kali Acai dan Kotaraja. Opsi lain agar Pasar Youtefa
terhindar dari banjir adalah memindahkan pasar ke tempat lain, tapi itu solusi yang
tidak menyelesaikan masalah banjir, malah lari dari banjir.

4. Waena
Kawasan Waena Perumnas I, II dan III merupakan daerah yang datar dengan
ketinggian tempat antara 70 Mdpl sampai dengan dengan 150 Mdpl, potensi dilanda
banjir kecil. Titik rawan banjir berada di Perumnas IV karena kawasan ini sangat
landai dan cekung dengan ketinggian tempat antara 10 sampai 20 Mdpl.

46
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Sumber :

 Perda Kota Jayapura Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura
Tahun 2008
 Data DEM dari Citra SRTM Resolusi 90 Meter

2.4 Tinjauan Arsitektur Post Modern


2.4.1 Sejarah
Sejarah arsitektur post modern, tonggak perubahan mendasar dalam sejarah
dunia arsitektur adalah saat hadirnya arsitektur modern. Karena sampai abad ke-19
arsitektur hanya dianggap sebagai seni bangunan. Reformasi pemikiran arsitektur
modernini sebenarnya sudah mulai muncul pada abad ke-18, tetapi pada saat itu,
yang dimaksud arsitektur modern bukan karya arsitektur, melainkansebatas ide,
gagasan pikiran atau hanya pengetahuan dasar tentang arsitektur. Pemikiran tersebut
baru dapat direalisasikan pada pertengahan abad ke-19, karena pendidikan arsitektur
dibagi menjadi dua bagian, sebagai kesenian dan sebagai ilmu teknik sipil, dan
disertai dengan munculnya industri bahan bangunan. Antara tahun 1890- 1930
muncul pergerakan, antara lain : art and Craft, Art Noveau, Ekspresionisme,

47
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School dan lain lain. Periode tersebut
merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur modern. Selanjutnya pada
tahun 1950 – 1960, terdapat dua pihak yang berlawanan :
a. Kelompok yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi; tahun 1950
dikatakan sebagai titik puncak kejayaan arsitektur modern 21.
b. Kelompok yang memuja estetik dan artistic; tahun 1950-an dilihat sebagai
titik awal kemerosotan arsitektur modern. Sekitar tahun 1960-an,
pertentangan antara kedua pihak itu terjadi lagi dikarenakan pendapat tentang
untuk siapa arsitektur itu diciptakan. Hal tersebut yang menjadi titik awal
lahirnya ‘Post Modernisme’ yang melawan modernisme dengan pernyataan
‘Less is bore’. Media massa juga ikut berperan dalam memicu timbulnya
pluralism yang menjadi bahan post modernisme. Secara umum, perbedaan
karakter antara modernisme dan post modernisme adalah:
1. Modernisme : Singular, seragam, tunggal
2. Post Modernisme : plural, beraneka ragam, bhineka
( Sumber : Vico Pawene, Museum Biot Laut dengan pendekatan Aritektur Post
Modern ).

2.4.2 Pengertian
Post modern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir,
dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian
tersendiri tentang dan mengenai post modern, dan karena itu tidaklah mengherankan
bila ada yang mengatakan bahwa postmodern itu berarti ‘sehabis modern’ (modern
sudah usai); ‘setelah modern’ (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan
dominan); atau yang mengartikan sebagai ‘kelanjutan modern’ (modern masih
berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan
perkembangan dan pembaruan yangterjadi di masa kini). Dalam dunia arsitektur,
Post modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai
sebuah langgam, yakni langgam postmodern. Dalam kenyataan hasil karya
arsitekturnya, langgam ini munculdalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna
Modern, Neo Modern dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai
48
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

dan pengikut dari sub-langam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada


sublanggam/ versi yang lain, masing-masing menamakannya langgam purna modern,
neo Modern dan dekonstruksi.
a. Purna Modern
1. Merupakan pengindonesiaan dari post-modern versi charles Jencks
(pengertian ini berbeda dari pengertian umum post modern).
2. Ditandai dengan munculnya ornament, dekorasi dan elemenelemen kuno
(dari pra modern), tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno
tadi.
3. Menyertakan warna dan tekstur menjadi elemen arsitektur yang penting
yang ikut diproses menjadi elemen arsitektur yang penting yang ikut
diproses dengan bentuk dan ruang.
4. Tokohnya antara lain : Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrel.
b. Neo Modern
1. Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga
pengetiannya tetaplah tidak berubah.
2. Tidak menampilkan ornamen, dekorasi dan elemen arsitektur yang
penting, tetapi menonjolkan Tektonika (The Art of Construction).
Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang
mutakhir terutama teknologi.
3. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni
menonjolkan tampilan geometri.
4. Menonjolkan bentuk-bentuk tri - matra sebagai hasil dari teknik proyeksi
dwi - matra (misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi juga
menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai
proyeksi dari bentukan yang dwi - matra).
5. Tampilan dominan bentuk geometri.
6. Tidak menonjolkan warna dan tekstur. Keduanya hanya ditampilkan
sebagai aksen. Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna
perak.

49
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

(Sumber : Vico Pawene , Perencanaan Museum Biota Laut dengan


Pendekatan Arsitektur Post Modern )
2.4.3 Ideologi Arsitektur Post Modern
Jenis Ideologi dalam arsitektur post modern dan pengertiannya. Ideologi
dalam arsitektur post modern menurut Charles Jencks adalah :
a. Double - coding of style, menggabungkan unsur-unsur modern dengan unsur-
unsur lain (vernakuler, local, comersial,kontekstual), juga berarti
memperhatikan nilai-nilai yang dianut arsitek dan masyarakat awam.
b. Popular and pluralist, umum dan bersifat majemuk, serta tidak terikat oleh
aturan atau kaidah tertentu, tetapi mempunyai tingkat fleksibilitas yang
tinggi, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Semiotic Form, bentuk yang ada mempunyai tanda makna dan tujuan,
sehingga penampilannya sangat mudah dipahami.
d. Traditional and Chioce, bentuk yang ada mengandung nilai-nilai atau unsur-
unsur tradisi yang penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan
maksud dan tujuan perancangan.
e. Artist / Client, Arsitek mengemban dua hal pokok yang menjadi dua tuntutan
perancangan, bersifat seni (intern) dan bersifat umum (ekstern), sehingga
mudah dipahami.
f. Ellist end parcipative, arsiteklebih menonjolkan kebersamaan serta
mengurangi sikap keangkuhan.
g. Piecemeal, adanya penerapan unsur-unsur dasar seperti history, vernakuler,
lokasi dan lain sebagainya.
h. Architeactas representative and activist, arsitek berfungsi sebagai wakil
penterjemah ide kepada perencangan dan secara aktif berperan serta dalam
perancangan.

2.4.4 Jenis Sylist Dalam Aritektur Post Modern


Jenis staylistic tampilan dalam arsitektur post modern dan pengertiannya.
Jenis staylistic tampilan dalam post modern ada bermacam – macam yaitu:
a. Hybrid exspression :
50
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1. Tampilan merupakan hasil gabungan dari unsur unsur yang lain.

b. Complexcity :
1. Kerumitan menyeluruh
2. Keanekaragaman yang tersusun dalam kerumitan
3. Kombinasi unsur - unsur arsitektur yang menghasilkan harmoni.
c. Variable spaces with surprices :
1. Perubahan-perubahan ruang yang terjadi, tercipta atau diciptakan dengan
adanya kejutan. Perbedaan dan sesuatu yang lain dari ruang yang
sebelumnya, misalnya perbedaan atau kejutan pada warna detail elemen
arsitektur, suasana interior, dan sebagainya.
2. Suasana ruang yang satu beda dari suasana ruang yang berikutnya.
d. Conventional and abstract from :
1. Lampilannya menampilkan bentuk-bentuk konvensional dan bentuk-
bentuk yang popular, sehingga mudah ditangkap artinya.
2. Rujukan stylistic sejarah
e. Eclectic, bentuknya merupakan campuran langgam-langgam yang saling
bergabungan secara kontinyu untuk mencapai kesatuan (unity).
f. Simiotik Articulation :
1. Mempunyai arti yang hendak ditampilkan secara fungsi.
2. Artikulasi mengacu pada simiotik
g. Variable mixed ashtetic depending on context, expression of content and
semahtic appropriateness toward function, arsitekturnya merupakan
gabungan dari unsure estetis dan fungsi yang mana keduanya tidak saling
mengacaukan.
h. Pro - organic and applied ornament, mencerminkan kedinamisan sesuatu
yang hidup dan dekoratif.
i. Pro - representation, merupakan ciri-ciri yang gamlang, sehingga dapat
memperjelas arti dan fungsi.
j. Pro - Methapor/ Metaphisyc

51
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

1. Mengingatkan pengamat pada organ atau tubuh mahkluk hidup, baik


langsung maupun tidak langsung, untuk memberi kesan hidup.
2. Tiap bangunan, kelompok bangunan mempunyai cirri khasnya masing
masing
k. Pro - Historical Reference
1. Mengingatkan pengamat pada keadaan lama.
2. Menampilkan nilai-nilai history padasetiap rancangan sehingga menjadi
penegas rancangan.
l. Pro – Humour, Memperlihatkan nilai – nilai humoris, sehingga dapat
mengajak pengamat menikmatinya.
m. Pro – Symbolic
1. Penampilan yang mempertahankan olahan geometric dengan memakai
symbol.
2. Menekankan perlambangan.

2.4.5 Gagasan Perancangan Dalam Arsitektur Post Modern.


a. Contextual Urbanism, melibatkan pemakai dalam proses perancangan dan
memperhatikan unsure asosiatifyang dikenal di masyarakat.
b. Functional Mixing, Merupakan gabungan dari beberapa fungsi yang menjadi
tuntutan perancangan.
c. Manneristtand Baroque, adanya kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d. All Rehetorical Means, semua bentuk rancangan mempunyai arti.
e. Skew Space and Extensions, ruang dinyatakan secara tidak nyatadan
mengakomodir perluasan.
f. Street Building, merupakan pergerakan, tumbuh dan berjalan, menunjuk pada
kedinamisan.
g. Ambiguity, Ke-dwi artian atau ragu ragu karena adanya image berguna dan
penafsirannya tergantung dari masing – masing pengamat terhadap image dari
obyek yang dilihat.
( Sumber : Mersi Alik Natalia, Perencanaan Waterpomp di Jayapura Dengan
Pendekatan Arsitektur post Modern )
52
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2.4.6 Ciri-Ciri aliran arsitektur Post Modern

No Aliran Dasar Ideologi Dasar Gaya / Style Dasar Ide Design


01 Historicym Bentuk simiotik Kompleks dan Mannersm & barok
Double coding berlawanan Ambiguitas
Pluralisme Ekletic Kolase
Tradisi Pro - sejarah
Penggunaan
ornament
Artikulasi simiotik
Pro- representatif
02 Straight- Bentuk semiotic Kompleks dan Kontekstual
Revivalism Pluralisme berlawanan Fungsi bercampuran
Ehtis Eclectic Bangunan rata jalan
Peace meal Pro-sejarah Ambiguitas
Arsitek sebagai artis Penggunaan Queen anne revival
dan klien ornament
Tergantung konteks
Ekspresi hybrid
Artikulasi simiotik
Pro representatif
03 Neo Bentuk simiotik Kompleks dan Kontekstual
Vernakuler Double coding berlawanan urbanisme
Popular dan Eclectic Fungsi bercampuran
pluralisme Pro-sejarah Bangunan rata jalan
Artis dan klien Pro-organis Ambiguitas
Ekspresi hybrid kolase
Artikulasi simiotik
Pro-represetatif
04 Ad-Hoc Bentuk simiotik Kompleks dan Kontekstual
Urbanisme Double coding berlawanan Fungsi bercampuran
Popular dan Eclectic Bangunan rata jalan
pluralisme Pro-organis Ambiguitas
Artis dan klien Ekspresi hybrid Kolase/collision
Arsitek sebagai Tergantung
aktifis konteks
&Representatif Artikulasi simiotik

53
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

05 Methapor dan Double coding Pro-organis Kontekstual


Metaphysics Bentuk simiotik Pro-simbolisme Abiguitas
Popular dan Artikulasi semiotic
Pluralisme Pro-methapor
Pro-humour
06 Post Modern Double coding Ekspresi hybrid Fungsi bercampuran
Space Pluralisme Kompleksdan Bentuk miring
Bentuk simiotik berlawanan Ambiguitas
Arsitek sebagai Kejutan dlm ruang Keseimbangan
Representatif Bentuk abstrak asimetris
Artikulasi simiotik Berarti harfiah

( Sumber : Skripsi, Vico pawene, Museum Papua Biota Laut dengan Pendekatan
Arsitektur Post Modern)

2.5 Tinjauan Arsitektur Post modern (Tradisional modern) sebagai Konsep


Rumah Ramah Banjir
Arsitektur Tradisional Modern termasuk dalam faham arsitektur purna
modern (post modern), sangat populer sekitar tahun 1950. Paham ini banyak
diperdebatkan di kalangan akademis maupun profesional, pro dan kontra terjadi
dalam implementasinya dalam hasil perancangan dilapangan.
Dalam Penerapan Arsitektur Post modern pada konsep Rumah ramah banjir
akan di Aplikasikan dalam desain perancangan banguanan perumahan berupa
pengabungan antara Arstektur tradisional dan Arsitektur moderen berupa bangunan
Rumah Pangung dengan mengunakan bahan/ material bangunan yang sudah moderen
yaitu material beton bertulang, yang di desain pada struktur rumah panggung .

54
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

2.5.1 Rumah Pangung

Rumah Pangung atau Rumah Kolong jika dilihat dari namanya saja kita bisa
mengetahui bahwa rumah tersebut dibangun diatas tiang-tiang yang dibentuk seperti
panggung dan memiliki ruang kosong pada bagian bawah atau kolong. Berbeda
halnya dengan rumah pada umumnya yang berdiri langsung diatas tanah dan
dibuatkan pondasi di dalam tanah, rumah kolong atau rumah panggung ini berdiri
diatas pilar-pilar atau tiang-tiang besar yang saling berhubungan, tiang-tiang tersebut
ada yang ditanam, namun banyak juga yang hanya sekedar berdiri saja, meskipun
tidak tertanam, tiang-tiang tersebut sangat kuat dan bisa menahan berat rumah
diatasnya, akses untuk turun naik ke rumah tersebut adalah tangga yang dibuat di
depan pintu rumah. Karena dibangun diatas tiang-tiang penyangga maka pada bagian
bawah akan ada ruang kosong atau kolong, karena itulah mengapa rumah ini disebut
rumah kolong.
Secara Tradisional di Asia tenggara, hampir semua masyarakat membangun
rumah panggung, kecuali jawa, madura, bali, lombok, buru, dan pantai barat dari
Vietnam. Di antara masyarakat tradisional tersebut juga ada suku yang tidak
mengenal tanah sebagai dasar pembangunan, misalnya orang laut yang membangun
rumah pangung di atas air, dan orang kalai yang hidup dikapal.
55
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Membangun di daerah berawa-rawa Membangun di atas permukaan air


Dengan mengunakan rumah pangung dengan mengunakan kapal Hunian

*(Sumber; buku, Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS)

Rumah Pangung (Platfrom houses) biasanya di bangun di atas tiang setinggi


60-300 cm, sedangkan rumah tongkkak (houses on stilts) biasanya lebih tinggi,
menggunakan pohon hidup (rumah pohon) atau tiang panjang > 300cm.

Rumah pohon kati di Irian Rumah Panggung tradisional di Yunnan

*(Sumber; buku, Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS)


56
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Lahan rawa-rawa, lahan yang terkena pasang surut atau yang sering banjir
biasanya tidak merupakan lahan yang subur, dan jika bangunan rumah di tempat
tersebut tidak akan mengurangi hasil panen. Disisi lain, lahan tersebut terutama yang
di pesisir, secara ekologis merupakan lahan keaneka ragaman hayati paling kaya
karena komunitas akuatik dan komunitas terestrial bertemu di situ (hutan bakau).
Jika lahan rawa-rawa yang berfungsi sebagai sepon yang mengatur kelebihan air dari
darat (banjir) dan kelebihan air dari laut (pasang purnama dan rob) akan ditimbun
tanah untuk pembangunan, maka pengaturan banjir dan rob serta ekosistem akan
rusak. Sebaiknya pada lahan tersebut digunakan rumah panggung.
Rumah panggung dapat dimanfaatkan juga untuk meningkatkan penyegaran
udara secara alamiah. Pengunanan cross ventilation memindahkan udara panas yang
diakibatkan sinar matahari ke luar. Pembukaan dinding diadakan di sebelah atas
permukaan lantai, ditegah ruang, serta di bawah atap. Karena angin juga bergerak di
lantai, maka semua permukaan rumah di kenai udara segar.

Rumah panggung dapat menjamin cross ventilation yang paling efisien

Ruang hunian selalu berada di atas panggung, sedangkan bagian bawahnya yang juga
di kenai air di manfaatkan untuk pemasangan instalasi teknis (air bersih, air kotor,
dan sebaginya)yang membutuhkan tinggi minimal 60-80cm, atau untuk memelihara
hewan, menyimpan kendaraan, untuk ruang pelayanan (ruang cuci, mandi, dan
sebaginya) atau untuk home industry membutuhkan tinggi kurang lebih 300 cm.

57
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Sistem ini juga di promosikan oleh pemerintah As pada masa pembangunan kembali
di daerah tropis sesudah perang dunia kedua (sebelum AC dikenal umum).

Rumah panggung yang di promosikan Pemerintah AS sebagai rumah tenaga Ahli AS di


negara tropis sesudah perang dunia kedua.

Denga menggunakan rumah panggung, entah berkomstruksi kayu atau beton


bertulang, selain menjamin penyegaran udara secara alami di daerah dengan
kelembapan tinggi, junga memberi keuntungan untuk memasang seng pencegah
terhadap rayap di antara tiang dan sloof.
(Sumber; buku, Seri Eko-Arsitektur 2 ARSITEKTUR EKOLOGIS)

2.5.2 Rumah Pangung Modern sebagai solusi Rumah Ramah Banjir


Rumah panggung memang identik dengan rumah tradisional dan rumah
panggung tidak harus rumah yang terbuat dari material kayu. Jika kita lihat
perumahan modern di Amerika Serikat, di pedesaan, dibuat dalam bentuk rumah
panggung. Hal itu dibuat karena pemikiran sanitasi dan sistim pengudaraan yang
lebih sehat ditinjau dari fungsi arsitekturalnya.
Rumah panggung modern bisa terbuat dari baja, beton dan kayu atau bisa
juga perpaduan dari ketiganya. Bentuknya bisa minimalis, etnis atau futuristik, Jadi
mengapa bangunan yang berada di daerah rawan banjir tidak dibuat dalam bentuk
rumah panggung?

58
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Gambar Rumah pangung modern


Konsep rumah panggung sebenarnya memiliki skema antisipasi dan
pencegahan. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa konsep rumah panggung
adalah bangunan berkaki dimana dasar bangunan diangkat keatas sehingga tidak
menyentuh tanah. Jarak lantai bangunan dari tanah variatif, antara satu sampai dua
meter. Jika dahulu rumah panggung dikonsepkan agar hunian mereka terhindar dari
binatang liar, sekarang rumah panggung bisa dikonsep sebagai alternatif untuk
meminimalkan dampak akibat banjir dan gempa.
Selain itu, jika dahulu kolong rumah panggung digunakan untuk memelihara
ternak, sekarang mungkin bisa dikonsep untuk garasi mobil atau gudang. Untuk
pembagian ruang rumah panggung sendiri, tidak ada bedanya dengan rumah pada
umumnya. Yang berbeda hanya dibagian bawah atau kaki-kakinya saja. Artinya
sebenarnya konsep rumah panggung bisa diterapkan pada rumah modern seperti saat
ini, terutama untuk kawasan yang sering menjadi langganan banjir.
Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan di atas
permukaan tanah bukanlah sekedar mengatasi banjir, menghindari kelembaban atau
menghindari binatang buas, melainkan mengandung intensi menjaga ekologis bumi
agar tidak rusak oleh pondasi. Selain itu semakin banyak tanah yang tertutup oleh
bangunan akan membuat tanah sukar menyerap air. Hal itu terlihat, bahwa serangan

59
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

banjir setiap tahun tidak terhindarkan karena semakin banyak tanah yang tertutup
oleh bangunan-bangunan baru membuat air semakin sukar terserap oleh tanah.
Konstruksi rumah panggung harus ringan, maka dari itu, biasanya
menggunakan konstruksi kayu dengan pondasi umpak, karena selain lebih ringan
dari konstruksi beton, juga sudah teruji kekuatannya mengingat dari dulu nenek
moyang kita sudah menggunakan bahan ini sebagai bahan pembuat rumah.
Sambungan ditiap pertemuan kayu biasanya juga menggunakan kayu. Hal ini
berguna apabila bangunan terkena gempa. Sambungan yang terbuat dari kayu
bersifat lentur sehingga memungkinkan bangunan bergerak mengikuti arah gempa.
Hal ini akan membuat konstruksi terhindar dari patahan struktur. Tapi sebenarnya
rumah panggung bisa dibuat dari bahan apa saja selain kayu, misal bambu dan beton.
Adapun Keuntungan-keuntungan dari rumah pangung atau rumah kolong,
yaitu:
1. Terhindar dari banjir tentunya, karena ketinggian rumah panggung jauh lebih
tinggi dari lingkungan sekitar.
2. Konstruksi rumah panggung diciptakan supaya bangunan memungkinkan
bergerak jika terkena gempa, agar bangunan tidak rusak atau rubuh.
3. Kolong rumah panggung menjadi area resapan air yang optimal. Bisa dibuat
sumur biopori atau menanam rumput-rumputan agar lingkungan kita tampak
lebih hijau.
4. Penyesuaian suhu di dalam rumah cepat berubah karena tidak langsung
bersentuhan dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus.
5. Pada rumah panggung zona privat dan publik terpisah secara tegas.

60
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

A. Ide Desain Rumah Panggung Modern


Berikut adalah beberapa ide desain Rumah panggung modern yang dapat
menjadi contoh dalam pengembangan desain perumahan ramah banjir.
- Rumah panggung kubus : Lofted Living Oleh John Pardey
Rumah panggung berbentuk kubus tampak elegan kalau dilihat
dari jauh. Bagian luarnya berlapis kayu. Sedangkan jendelanya
mengelilingi rumah secara horizontal agar privasi penghuni tetap terjaga.
Lantai atas rumah ini disangga oleh pilar beton dan struktur di lantai
bawah yang terbuat dari beton. Lantai bawah sengaja dikosongkan, siap
kapan saja menerima kedatangan banjir. Saat tidak banjir, lantai bawah
bisa digunakan sebagai garasi.
Sebenarnya disain arsitektur rumah yang satu ini adalah untuk
sebuah rumah yang akan dibangun di pinggir danau, tetapi setelah kami
pikir, mungkin disainnya juga akan cocok untuk rumah di indonesia,
terutama yang rumahnya sering kebanjiran.

Disain rumah ini dibuat oleh John Pardey Architects yang memang
mendisain rumah untuk tepi danau ini tidak akan kebanjiran bila air sedang naik.
Tiang-tiang rumah akan tidak terlihat apabila air naik dan menjadikan bentuk rumah
ini seperti rumah biasa pada umumnya.
Mendukung struktur tipis (yang modernis awal seperti Le Corbusier akan
bangga) terus rumah ini unik oleh Arsitek John Pardey tinggi di atas dataran banjir.
61
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Tangga pintu masuk memimpin dari tanah (atau air) tingkat langsung sampai ke
jantung rumah di satu sisi dan untuk dek depan di sisi lain.

Baja dibingkai dengan infill kayu, ini sayap dorong masing-masing keluar ke
bagian yang berbeda dari pemandangan sekitarnya - desain kustom melayani
pandangan yang tersedia dan jumlah yang bervariasi privasi yang diberikan oleh air
terbuka dan pohon padat.

Sumber : dornob.com, deskonstruksi.wordpress.com.

62
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis

Rumah yang didirikan di dataran rendah memang perlu memiliki


pengamanan ganda terhadap banjir. Bisa dilakukan dengan membuat pagar tinggi
dan sulit ditembus air, seperti pagar batako dalam contoh ini. Kemudian membangun
rumah dengan lantai dasar yang kuat dan lantai atas yang lapang untuk menyimpan
barang. Jika ini tidak memungkinkan dan lantai atas tidak terlalu luas, usahakan agar
lantai pertama tidak terlalu penuh dengan barang atau perabotan.
Prinsip dasar dalam memanfaatkan alam adalah bersikap arif, beradaptasi dan
bersahabat terhadap kaidah kekuatan alam, serta menyikapi hakekat bentuk rupa
muka bumi (kontur) yang memang sudah terbentuk dalam proses pembentukan rupa
daratan selama jutaan tahun, tanpa kita paksakan untuk merubahnya. Jika kita
merubahnya maka berkonsekuensi terhadap kita sendiri atau malah merugikan orang
lain yang harus menanggung akibatnya.
Contohnya suatu kawasan persawahan dan rawa, kita urug dengan tanah,
kemudian kita jadikan pemukiman, maka ribuan atau jutaan meter kubik air yang
biasa tertahan di daerah itu sebagai sebuah embung (polder) alami, akan melejit
menggenangi ke pemukiman daerah lain yang lebih rendah di hilir, walau dahulunya
bukan sebuah daerah persawahan. Bersahabat terhadap banjir sebagai perilaku alam,
dengan mendisain konstruksi rumah dalam bentuk rumah panggung modern.
Mempersiapkan secara teknis semua infrastruktur dan jaringan utilitas, seperti kabel
listrik, saluran pipa air bersih dan sebagainya yang ada di rumah dan lingkungan kita
harus sudah kebal jika banjir akan datang secara rutin.
Biarkan banjir datang jika memang sudah menjadi bagian dari kondisi
kawasan yang kita diami, asalkan datangnya banjir tidak menimbulkan kerugian,
mengganggu aktivitas rutin sehari-hari dan kita tetap merasa nyaman ketika banjir itu
datang. Solusinya adalah "Rumah Panggung Modern Sebagai Solusi Perumahan
Daerah Banjir"

63

You might also like