Professional Documents
Culture Documents
KKK
KKK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
2
UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
3
SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
8
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
4
Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:29)
5
UU No. 9 tahun 2009 Tentang Perumahan dan Permukiman
6
Pasal 7 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
9
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
7
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001
8
Suparno (2006)
10
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
1 Rumah Sederhana
Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil,
yang mempunyai keterbatasan dalam perencanaan
ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok untuk
keluarga kecil. Pada umumnya, rumah sederhana
mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan
luas tanah 60 m² s/d 75 m².
2 Rumah Menengah
Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang.
Pada tipe ini, cukup banyak kebutuhan ruang yang
dapat direncanakan dan perencanaan ruangnya
lebih leluasa dibandingkan pada rumah sederhana.
Pada umumnya, rumah menengah ini mempunyai
luas rumah 45 m² s/d 120 m², dengan luas tanah 80
m² s/d 200 m².
3 Rumah Mewah
Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar,
biasanya dimiliki oleh masyarakat berpenghasilan
dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada
rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan
ruang yang dapat direncanakan dalam rumah ini
banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan
pemiliknya. Pada umumnya, rumah mewah ini
biasanya mempunyai luas rumah lebih dari 120 m²
dengan luasan tanah lebih dari 200 m².
11
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
1 Rumah Tunggal
Rumah Tunggal (Detached) atau rumah terpisah
adalah rumah tinggal yang berdiri sendiri. Rumah
tinggal tunggal biasanya dipakai hanya untuk
satukeluarga dan jarak antar rumahnya berjauhan.
Selain itu cottage, villa,bungalow, dan mansion
juga termasuk dalam kelompok rumah tunggal. Sumber Anonim, 2014
2 Rumah Deret
Rumah deret adalah beberapa tempat kediaman
lengkap dan satu atau lebih dari sisi bangunan
induknya menyatu dengan sisi satu atau lebih
bangunan lain atau tempat kediaman lain, tetapi
masing-masing mempunyai persil sendiri. Sumber: Widji Ananta, 2013
3 Rumah Susun
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah horisontal maupun
vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda Sumber: Ezygria, 2014
bersama dan tanah bersma.
12
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
13
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
9
Undang-Undang Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
10
Sidik (2000) dalam Sari (2010)
14
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
11
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004; sarana pemerintahan dan pelayanan umum
15
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
2. Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM),
listrik (PLN), telepon, dan pos.
3. Pos pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan
dan pos pemadam kebakaran.
c. Standar pelayanan minimal dalam pemenuhan kebutuhan di
lingkungan permukiman diatur dalam Keputusan Menteri Pemukiman
dan Prasarana Wilayah No 534/KPTS/M/200112. Berikut merupakan
prasaran dan sarana yang menjadi persyaratan minimal di wilayah
perkotaan:
1. Prasarana lingkungan meliputi:
Jalan kota, dan jalan lingkungan
Air limbah sebagai tempat penyediaan saluran sanitasi
Drainase dan Persampahan
2. Sarana lingkungan meliputi
Sarana niaga, merupakan tempet penyediaan kebutuhan barang
dan jasa.
Sarana pendidikan
Sarana pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan umum seperti kantor instansi pemerintahan
Sarana ruang terbuka hijau seperti taman dan pemakaman.
Sarana sosial/ budaya
3. Utilitas umum meliputi:
Air bersih
Pemadam kebakaran
d. Budiharjo (1993) dalam Bowo (2006)13 menyatakan bahwa yang sering
terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan hidup manusia
penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana, yang meliputi:
12
Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No 534/KPTS/M/2001;
Standar pelayanan minimal dalam pemenuhan kebutuhan di lingkungan permukiman
13
Budiharjo (1993) dalam Bowo (2006)
16
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Mengacu pada teori perumahan dan kondisi perumahan yang sudah ada saat
ini, maka sarana prasarana yang ada antara lain yaitu :
Sarana prasarana dengan persyaratan minimal berupa jalan, air limbah, air
bersih, penyediaan listrik dan jaringan telepon.
Sarana prasarana tambahan (biasanya pada perumahan menengah dan
mewah) berupa tempat beribadah, sarana kesehatan, sekolah, tempat
perbelanjaan, taman dan tempat olahraga.
14
Sastra dan Marlina (2006) dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan.
17
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
18
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
1. Filter Down Theory Teori ini muncul pada tahun 1920 oleh EW Burgess
untuk menerangkan pola pemukiman di Chicago. Menurut EW. Burgerss,
perkembangan CBD yang pesat membuat pusat kota menjadi tidak
menarik (tanah mahal, macet, polusi).
2. Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973) Secara
sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang
yang dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan.
Model ini juga mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah
pusat tenaga kerja dan transportasi yang tersedia dimana-mana, semua
lokasi dipertimbangkan secara homogen kecuali jarak ke pusat kota.
Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk properti dengan
lokasi yang lebih dekat dengan CBD karena biaya commuting lebih
rendah.
3. Ellis ( 1967 ) Ellis menekankan pentingnya preferensi lingkungan dan
karakteristik sekitar dalam memilih lokasi perumahan.
4. Senior dan Wilson (1974) Senior dan Wilson (1974) menyatakan bahwa
untuk beberapa rumah tangga, kemudahan pencapaian ke tempat kerja
tidak berarti sama sekali.
5. Little (1974) dan Kirwan & Ball (1974) Mereka meneliti mengenai
implikasi dari keinginan sebagian besar keluarga- keluarga untuk hidup
dengan tetangga yang homogen.
6. Social Aglomeration Theory (1985) Dikemukakan bahwa orang memilih
rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama
dengan kelompok sosial tertentu dimana kelompok ini bisa terbentukk
berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian
timbul segregasi.’
b. Pilihan lokasi untuk rumah tinggal menggambarkan suatu usaha individu
untuk menyeimbangkan dua pilihan yang bertentangan, yaitu kemudhan ke
pusat kota dan luas tanah yang bisa diperoleh. Menurut Synder dan Anthony
(1991) dalam Sari (2010) ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pemilihan lokasi perumahan:
19
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
20
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Keterangan
A= Lantai Dasar
B= Lantai
C= Lahan
15
Pd-T-2005-C Badan Litbang PU ; Perencanaan Rumah Maisonet, KLB
21
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
A. Keamanan
Bangunan adalah wadah tempat penggunaanx melakukan aktivitas.
Desain bangunan dikatakan berhasil baik apabila bangunan tersebut benar-
benar dapat mewadahi aktivitas dari fungsi-fungsi yang sesuai dengan yang
direncanakan. Karenanya untuk menghasilkan rancangan bangunan yang baik
maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi-fungsi yang akan ditampung di
dalam bangunan itu. Demikian pula halnya dengan rumah tinggal. Agar
bangunan dapat digunakan sesuai dengan fungsi yang direncanakan,
bangunan tersebut harus berdiri kokoh, kuat, mampu mengampu beban-beban
yang di terimanya, baik beban bangunan itu sendiri maupun beban yang
timbul sebagai akibat dari adanya fungsi itu. Pengertian ‘kuat’ disini terkait
erat dengan struktur dan konstruksi bangunan.
Struktur adalah suatu rangkaian yang disusun sedemikian rupa sehingga
mampu mendirikan suatu bentuk tertentu dan dapat difungsikan dengan aman
22
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
B. Kesehatan
Rumah tinggal adalah bangunan yang digunakan untuk mewadahi
seluruh aktivitas menghuni. Agar aktifitas tersebut dapat berkelanjutan dalam
jangka panjang, salah satu persyaratan yang perlu dipenuhi adalah masalah
kesehatan. Untuk memenuhi persyaratan ini sebuah rumah tinggal harus
dilengkapi dengan sarana-arana yang diperlukan untuk memelihra kebersihan
dan kesehatan, di antaranya adalah:
1. Kamar madi dan WC beserta saluran pembuangan dan pengelolaannya
sebagai sarana melakukan aktivitas buang air kecil, mandi dan buang air
besar. Dengan tersedianya sarana ini diharapkan kotoran penghuni
bangunan tersebut dapat di tampung dengan baik, tidak mencemari
lingkungan rumah dan sekitarnya sehingga akan menghindari penghuni
dari bahaya penyakit.
2. Saluran pembunagan air hujan sebagai sarana penyaluran dan
pembuangan air hujan. Dengan tersedianya sarana ini diharapkan dapat
dihindari terjadinya genagan air hujan disekitar bangunan yang dapat
23
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
C. Kenyamanan
Apabila persyaratan di atas telah terpenuhi, lebih jauh lagi perlu
dipertimbangkan masalah kenyamanan rumah tinggal. Aspek kenyaman ini
meliputi ranah yang sangat luas, mencakup beberapa aspek yang di antranya
adalah sebagai berikut:
1. Kenyaman termal
Kenyaman termal adalah kenyamanan yang terkait dengan suhu udara.
Setiap daerah mempunyai iklim dan suhu udara yang berbeda-beda.
Begitupula dengan kemampuan adaptasi dari masyarakatnya.
Perancangan rumah tinggal harus memberikan solusi untuk mendapat
kenyaman termal, yang penyelesaiannya bervariasi antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainnya. Pada daerah bersuhu tinggi ataupun
rendah, sebuah rumah tinggal harus dirancang agar dapat melindungi
penghuninya dari serangan suhu. Pertimbangan-pertimbangan
kenyamanan termal ini akan menentukan material bangunan yang
24
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
D. Keindahan
Di antara pesyaratan-persyaratan untuk rumah, keindahan adalah
aspek terakhir yang harus dipertimbangkan. Setelah pertimbangan-
pertimbangan lain yang harus lebih mendasar terpenuhi, selanjutnya barulah
dipertimbangkan aspek keindahannya. Aspek ini terkait erat dengan
perwujudan rumah tinggal untuk memenuhi kebutuhan akan penghargaan,
pengakuan dan ekstensi diri, serta kebutuhan untuk dapat menikmati
keindahan. Aspek ini dipenuhi setelah perwujudan rumah sebagai kebutuhan
pokok terlewati. Biasanya aspek ini dipertimbangkan oleh masyarakat
golongan ekonomi menengah keatas, di mana kebutuhan pokok jasmaniah
bukan merupakan masalah yang sulit.
25
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
26
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
27
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
30
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
c. Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat
tinggal yang layak dan sehat bagi setiap manusia (Doxiadis dalam Dian,
2009), yaitu:
1. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.
2. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusi.
3. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.
4. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.
31
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
3. Rumah berpindah tempat : rumah yang tidak menetap dalam satu lokasi
misalnya trailer pada rumah mobil.
4. Rumah bukan untuk tempat tinggal : misalnya rumah yang bersifat
darurat atau non permanenkarena dibangun untuk penanggulangan akibat
bencana alam, keadaan darurat perang dan sebagainya.
32
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
33
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Gambar 2.1
Rumah berdasarkan Tipe atau Bentuknya
C. Klasifikasi Rumah Berdasarkan Pelaku Pembangunan dan Penghunian
Pasal 21 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 menetapkan jenis
rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang
meliput Rumah swadaya, Rumah umum, Rumah khusus, Rumah
komersial, Rumah negara.
1. Rumah Swadaya ; Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas
prakarsa dan upaya masyarakat. Rumah swadaya diselenggarakan atas
prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun
berkelompok.Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan
dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
2. Rumah Umum ; Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
34
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
35
36
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan
akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang
lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai
menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik
c. Banjir Rob (Laut Pasang); Banjir laut pasang atau dikenal dengan sebutan
banjir rob merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh naiknya atau
pasangnya air laut sehingga menuju ke daratan sekitarnya. Banjir jenis ini
biasanya sering menimpa pemukiman bahkan kota-kota yang berada di
pinggir laut, seperti daerah Muara Baru di ibukota Jakarta. Terjadinya air
pasang ini di laut akan menahan aliran air sungai yang seharusnya menuju ke
laut. Karena tumpukan air sungai tersebutlah yang menyebabkan tanggul
jebol dan air menggenangi daratan
d. Banjir Bandang; Banjir bandang merupakan banjir yang tidak hanya
membawa air saja tapi material-material lainnya seperti sampah dan lumpur.
38
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Biasanya banjir ini disebabkan karena bendungan air yang jebol. Sehingga
banjir ini memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi daripada banjir air.
Bukan hanya karena mengangkut material-material lain di dalamnya yang
tidak memungkinkan manusia berenang dengan mudah, tetapi juga arus air
yang terdakang sangat deras.
e. Banjir Lahar; Banjir lahar merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh
lahar gunung berapi yang masih aktif saat mengalami erupsi atau meletus.
Dari proses erupsi inilah nantinya gunung akan mengeluarkan lahar dingin
yang akan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Air dalam sungai akan
mengalami pendangkalan sehingga juga akan ikut meluap merendam daratan.
f. Banjir Lumpur; Banjir ini merupakan jenis banjir yang disebabkan oleh
lumpur. Salah satu contoh identic yang masih terjadi sampai saat ini adalah
banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Banjir lumpur ini hampir
menyerupai banjir bandang, tetapi lebih disebabkan karena keluarnya lumpur
dari dalam bumi yang kemudian menggenangi daratan. Tentu lumpur yang
keluar dari dalam bumi tersebut berbeda dengan lumpur-lumpur yang ada di
permukaan. Hal ini bisa dianalisa dari kandungan yang dimilikinya, seperti
gas-gas kimia yang berbahaya.
2.3.5 Identifikasi Daerah Rawan Banjir Kota Jayapura di Tinjjau dari Aspek
Morfologi Wilayah
Secara alami ada dua faktor penyebap terjadinya banjir yakni tingginya curah
hujan dan faktor topografig dimana suatu kawasan merupakan dataran rendah.
Kawasan dataran rendah rendah atau berupa cekungan sangat potensial dilanda banjir
apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Kota Jayapura yang terletak di bagian Utara Provinsi Papua sebagian
wilayahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, dimana
sangat rentan dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup
tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan rawan bencana alam
khususnya bencana banjir ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan rawan
banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami
genangan lebih dari enam jam saat hujan turun dan dalam keadaan musim hujan
normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara
sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di
tempat tersebut.
42
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
akibat kecepatan air yang melambat. Material penyusun satuan ini adalah endapan
lepas berupa kerakal, kerikil, pasir, lempung yang terangkut oleh aliran run off dan
aliran.
Dengan alasan kosentrasi penduduk dan kosentrasi kegiatan ekonomi maka
kawasan rawan bencana banjir hanya dibahas beberapa titik prioritas yakni kawasan
Jantung Kota Jayapura, kawasan Entrop, kawasan Abepura dan Kotaraja sertaWaena.
Berikut ini adalah peta kawasan Pesebaran titik rawan Banjir di kota jayapura;
1. Kawasan Jantung Kota
Berdasarkan peristiwa banjir yang melanda APO beberapa bulan lalu, faktor
penyebap banjir lebih dominan karena penyempitnya aliran kali APO, sehingga perlu
dilakukan perbaikan penampang sungai (normalisasi). Untuk kawasan Jantung Kota
prioritas penangaan lebih kepada perbaikan dan pengerukan sampah-sampah yang
mengendap di dasar saluran.
44
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
2. Kawasan Entrop
Ada beberapa titik kawasan rawan banjir di Entrop yakni kawasan SMU 4
Entrop, seputaran CV Thomas, dan PTC, karena tempatnya sangat landai dengan
ketingian 5-20mbpl
agar terhindar dari luapan air kali Acai dan Kotaraja. Opsi lain agar Pasar Youtefa
terhindar dari banjir adalah memindahkan pasar ke tempat lain, tapi itu solusi yang
tidak menyelesaikan masalah banjir, malah lari dari banjir.
4. Waena
Kawasan Waena Perumnas I, II dan III merupakan daerah yang datar dengan
ketinggian tempat antara 70 Mdpl sampai dengan dengan 150 Mdpl, potensi dilanda
banjir kecil. Titik rawan banjir berada di Perumnas IV karena kawasan ini sangat
landai dan cekung dengan ketinggian tempat antara 10 sampai 20 Mdpl.
46
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Sumber :
Perda Kota Jayapura Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura
Tahun 2008
Data DEM dari Citra SRTM Resolusi 90 Meter
47
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School dan lain lain. Periode tersebut
merupakan puncak sekaligus titik awal dari arsitektur modern. Selanjutnya pada
tahun 1950 – 1960, terdapat dua pihak yang berlawanan :
a. Kelompok yang berpihak pada teknologi dan industrialisasi; tahun 1950
dikatakan sebagai titik puncak kejayaan arsitektur modern 21.
b. Kelompok yang memuja estetik dan artistic; tahun 1950-an dilihat sebagai
titik awal kemerosotan arsitektur modern. Sekitar tahun 1960-an,
pertentangan antara kedua pihak itu terjadi lagi dikarenakan pendapat tentang
untuk siapa arsitektur itu diciptakan. Hal tersebut yang menjadi titik awal
lahirnya ‘Post Modernisme’ yang melawan modernisme dengan pernyataan
‘Less is bore’. Media massa juga ikut berperan dalam memicu timbulnya
pluralism yang menjadi bahan post modernisme. Secara umum, perbedaan
karakter antara modernisme dan post modernisme adalah:
1. Modernisme : Singular, seragam, tunggal
2. Post Modernisme : plural, beraneka ragam, bhineka
( Sumber : Vico Pawene, Museum Biot Laut dengan pendekatan Aritektur Post
Modern ).
2.4.2 Pengertian
Post modern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir,
dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian
tersendiri tentang dan mengenai post modern, dan karena itu tidaklah mengherankan
bila ada yang mengatakan bahwa postmodern itu berarti ‘sehabis modern’ (modern
sudah usai); ‘setelah modern’ (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan
dominan); atau yang mengartikan sebagai ‘kelanjutan modern’ (modern masih
berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan
perkembangan dan pembaruan yangterjadi di masa kini). Dalam dunia arsitektur,
Post modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai
sebuah langgam, yakni langgam postmodern. Dalam kenyataan hasil karya
arsitekturnya, langgam ini munculdalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna
Modern, Neo Modern dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai
48
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
49
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
b. Complexcity :
1. Kerumitan menyeluruh
2. Keanekaragaman yang tersusun dalam kerumitan
3. Kombinasi unsur - unsur arsitektur yang menghasilkan harmoni.
c. Variable spaces with surprices :
1. Perubahan-perubahan ruang yang terjadi, tercipta atau diciptakan dengan
adanya kejutan. Perbedaan dan sesuatu yang lain dari ruang yang
sebelumnya, misalnya perbedaan atau kejutan pada warna detail elemen
arsitektur, suasana interior, dan sebagainya.
2. Suasana ruang yang satu beda dari suasana ruang yang berikutnya.
d. Conventional and abstract from :
1. Lampilannya menampilkan bentuk-bentuk konvensional dan bentuk-
bentuk yang popular, sehingga mudah ditangkap artinya.
2. Rujukan stylistic sejarah
e. Eclectic, bentuknya merupakan campuran langgam-langgam yang saling
bergabungan secara kontinyu untuk mencapai kesatuan (unity).
f. Simiotik Articulation :
1. Mempunyai arti yang hendak ditampilkan secara fungsi.
2. Artikulasi mengacu pada simiotik
g. Variable mixed ashtetic depending on context, expression of content and
semahtic appropriateness toward function, arsitekturnya merupakan
gabungan dari unsure estetis dan fungsi yang mana keduanya tidak saling
mengacaukan.
h. Pro - organic and applied ornament, mencerminkan kedinamisan sesuatu
yang hidup dan dekoratif.
i. Pro - representation, merupakan ciri-ciri yang gamlang, sehingga dapat
memperjelas arti dan fungsi.
j. Pro - Methapor/ Metaphisyc
51
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
53
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
( Sumber : Skripsi, Vico pawene, Museum Papua Biota Laut dengan Pendekatan
Arsitektur Post Modern)
54
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Rumah Pangung atau Rumah Kolong jika dilihat dari namanya saja kita bisa
mengetahui bahwa rumah tersebut dibangun diatas tiang-tiang yang dibentuk seperti
panggung dan memiliki ruang kosong pada bagian bawah atau kolong. Berbeda
halnya dengan rumah pada umumnya yang berdiri langsung diatas tanah dan
dibuatkan pondasi di dalam tanah, rumah kolong atau rumah panggung ini berdiri
diatas pilar-pilar atau tiang-tiang besar yang saling berhubungan, tiang-tiang tersebut
ada yang ditanam, namun banyak juga yang hanya sekedar berdiri saja, meskipun
tidak tertanam, tiang-tiang tersebut sangat kuat dan bisa menahan berat rumah
diatasnya, akses untuk turun naik ke rumah tersebut adalah tangga yang dibuat di
depan pintu rumah. Karena dibangun diatas tiang-tiang penyangga maka pada bagian
bawah akan ada ruang kosong atau kolong, karena itulah mengapa rumah ini disebut
rumah kolong.
Secara Tradisional di Asia tenggara, hampir semua masyarakat membangun
rumah panggung, kecuali jawa, madura, bali, lombok, buru, dan pantai barat dari
Vietnam. Di antara masyarakat tradisional tersebut juga ada suku yang tidak
mengenal tanah sebagai dasar pembangunan, misalnya orang laut yang membangun
rumah pangung di atas air, dan orang kalai yang hidup dikapal.
55
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Lahan rawa-rawa, lahan yang terkena pasang surut atau yang sering banjir
biasanya tidak merupakan lahan yang subur, dan jika bangunan rumah di tempat
tersebut tidak akan mengurangi hasil panen. Disisi lain, lahan tersebut terutama yang
di pesisir, secara ekologis merupakan lahan keaneka ragaman hayati paling kaya
karena komunitas akuatik dan komunitas terestrial bertemu di situ (hutan bakau).
Jika lahan rawa-rawa yang berfungsi sebagai sepon yang mengatur kelebihan air dari
darat (banjir) dan kelebihan air dari laut (pasang purnama dan rob) akan ditimbun
tanah untuk pembangunan, maka pengaturan banjir dan rob serta ekosistem akan
rusak. Sebaiknya pada lahan tersebut digunakan rumah panggung.
Rumah panggung dapat dimanfaatkan juga untuk meningkatkan penyegaran
udara secara alamiah. Pengunanan cross ventilation memindahkan udara panas yang
diakibatkan sinar matahari ke luar. Pembukaan dinding diadakan di sebelah atas
permukaan lantai, ditegah ruang, serta di bawah atap. Karena angin juga bergerak di
lantai, maka semua permukaan rumah di kenai udara segar.
Ruang hunian selalu berada di atas panggung, sedangkan bagian bawahnya yang juga
di kenai air di manfaatkan untuk pemasangan instalasi teknis (air bersih, air kotor,
dan sebaginya)yang membutuhkan tinggi minimal 60-80cm, atau untuk memelihara
hewan, menyimpan kendaraan, untuk ruang pelayanan (ruang cuci, mandi, dan
sebaginya) atau untuk home industry membutuhkan tinggi kurang lebih 300 cm.
57
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Sistem ini juga di promosikan oleh pemerintah As pada masa pembangunan kembali
di daerah tropis sesudah perang dunia kedua (sebelum AC dikenal umum).
58
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
59
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
banjir setiap tahun tidak terhindarkan karena semakin banyak tanah yang tertutup
oleh bangunan-bangunan baru membuat air semakin sukar terserap oleh tanah.
Konstruksi rumah panggung harus ringan, maka dari itu, biasanya
menggunakan konstruksi kayu dengan pondasi umpak, karena selain lebih ringan
dari konstruksi beton, juga sudah teruji kekuatannya mengingat dari dulu nenek
moyang kita sudah menggunakan bahan ini sebagai bahan pembuat rumah.
Sambungan ditiap pertemuan kayu biasanya juga menggunakan kayu. Hal ini
berguna apabila bangunan terkena gempa. Sambungan yang terbuat dari kayu
bersifat lentur sehingga memungkinkan bangunan bergerak mengikuti arah gempa.
Hal ini akan membuat konstruksi terhindar dari patahan struktur. Tapi sebenarnya
rumah panggung bisa dibuat dari bahan apa saja selain kayu, misal bambu dan beton.
Adapun Keuntungan-keuntungan dari rumah pangung atau rumah kolong,
yaitu:
1. Terhindar dari banjir tentunya, karena ketinggian rumah panggung jauh lebih
tinggi dari lingkungan sekitar.
2. Konstruksi rumah panggung diciptakan supaya bangunan memungkinkan
bergerak jika terkena gempa, agar bangunan tidak rusak atau rubuh.
3. Kolong rumah panggung menjadi area resapan air yang optimal. Bisa dibuat
sumur biopori atau menanam rumput-rumputan agar lingkungan kita tampak
lebih hijau.
4. Penyesuaian suhu di dalam rumah cepat berubah karena tidak langsung
bersentuhan dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus.
5. Pada rumah panggung zona privat dan publik terpisah secara tegas.
60
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Disain rumah ini dibuat oleh John Pardey Architects yang memang
mendisain rumah untuk tepi danau ini tidak akan kebanjiran bila air sedang naik.
Tiang-tiang rumah akan tidak terlihat apabila air naik dan menjadikan bentuk rumah
ini seperti rumah biasa pada umumnya.
Mendukung struktur tipis (yang modernis awal seperti Le Corbusier akan
bangga) terus rumah ini unik oleh Arsitek John Pardey tinggi di atas dataran banjir.
61
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
Tangga pintu masuk memimpin dari tanah (atau air) tingkat langsung sampai ke
jantung rumah di satu sisi dan untuk dek depan di sisi lain.
Baja dibingkai dengan infill kayu, ini sayap dorong masing-masing keluar ke
bagian yang berbeda dari pemandangan sekitarnya - desain kustom melayani
pandangan yang tersedia dan jumlah yang bervariasi privasi yang diberikan oleh air
terbuka dan pohon padat.
62
Apartemen Terjangkau Untuk Masyarakat Kelas Menengah Di Kota Jayapura
TUGAS AKHIR dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis
63