Kesimpulan

You might also like

You are on page 1of 2

Kesimpulan:

EUGMS menganjurkan strategi pencegahan fraktur komprehensif dan multidisipliner pada individu
berusia 65 atau lebih yang lebih tua yang membutuhkan:

a. pendidikan yang lebih baik bagi orang tua dan profesional perawatan kesehatan berkaitan
dengan gaya hidup dan tindakan medis umum untuk mengoptimalkan kesehatan tulang dan
mencegah terjatuh;
b. meningkatkan pengetahuan tentang skrining dan mengoptimalkan pengelolaan orang tua dengan
kerapuhan tulang atau risiko tinggi terjatuh dalam perawatan primer dan masyarakat serta
pengaturan kelembagaan;
c. kolaborasi yang kuat antara layanan penghubung fraktur, departemen kedokteran geriatrik
(layanan pencegahan gabungan dan persalinan gabungan) dan perawatan primer.

Pembuat kebijakan perlu memainkan peran utama dalam mengembangkan program masyarakat dan
kelembagaan pencegahan jatuh, untuk menetapkan layanan penghubung jatuh dan patah tulang
dan jalur yang tepat untuk pencegahan patah tulang yang mencakup penilaian dan pengelolaan
kegagalan dan pengelolaan medis yang optimal pada mereka yang memiliki kerapuhan tulang untuk
mengurangi risiko fraktur

EUGMS sangat percaya bahwa fokus untuk pencegahan patah tulang tidak boleh terpolarisasi
menjadi pencegahan jatuh atau memperbaiki kampanye kesehatan tulang. Melainkan strategi ideal
harus mengoptimalkan kesehatan tulang, terutama pada mereka yang memiliki kerapuhan tulang,
selain menerapkan langkah-langkah untuk mencegah jatuh.

Aplikasi di Indonesia:

Kasus di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009 tercatat 24 kasus fraktur pada lansia berumur 49
tahun ke atas dengan proporsi 21,1%. Sementara itu menurut penelitian tahun 2010 di Rumah Sakit
Haji Medan tercatat 110 kasus fraktur pada lansia berumur lebih dari 55 tahun pada tahun 2005-
2009. Dimana untuk setiap presentasi kebanyakan penyebabnya adalah osteoporosis.

Pencegahan patah tulang pada lansia di Indonesia diantaranya:

a. Kalsium
Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan sehari-hari ataupun dari tambahan kalsium,
pada umumnya aman kecuali pada pasien dengan hiperkalsemia atau nefrolitiasis. Jenis
makanan yang cukup mengandung kalsium adalah sayuran hijau dan jeruk sitrun. Sedangkan
diet tinggi protein hewani dapat menyebabkan kehilangan kalsium bersama urin. Dalam
suatu penelitian dikatakan bahwa perempuan yang melakukan diet vegetarian lebih dari 20
tahun mengalami kehilangan mineral tulang lebih rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan
perempuan non vegetarian sebesar 35%6.
b. Latihan Fisik (Exercise)
Latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan
penekanan pada aksis tulang seperti jalan, joging, aerobik atau jalan naik turun bukit.
Olahraga renang tidak memberikan manfaat yang cukup berarti. Sedangkan jika latihan
berlebihan yang mengganggu menstruasi (menjadi amenorrhea) sangat tidak dianjurkan
karena akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kehilangan massa tulang. Demikian pula
pada laki-laki dengan latihan fisik berat dan berat dapat terjadi kehilangan massa tulang.
Hindari faktor yang dapat menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi tulang, atau
mengganggu pembentukan tulang, seperti merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi obat
yang berkaitan dengan terjadinya osteoporosis. Kondisi yang diduga akan menimbulkan
osteoporosis sekunder, harus diantisipasi sejak awal.
c. EstrogenReplacementTherapy (ERT)
Semua perempuan pada saat menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karenai tu
dianjurkan pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT menurunkan
resiko fraktur sampai dengan 50% pada panggul, tulang radius dan vertebra.
d. Pemberian Kalsitonin
Kalsitoninbekerja menghambat resorpsi tulang dan dapat meningkatkan massa tulang apabila
digunakan selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan berkurang karena adanya efek peningkatan
stimulasi endorfin. Pemakaian kalsitonin diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat
menggunakan ERT, pasien pasca menopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri akibat
fraktur osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam waktu
lama.
e. Mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan.
f. Melakukan evaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan
pindah tempat dan pindah posisi
g. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan
memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil,
ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai yang tidak
licin dan penerangan yang cukup.
h. Memberikan edukasi terkait pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan kepada lansia itu
sendiri dan keluarga

You might also like