Professional Documents
Culture Documents
6837 13378 1 SM PDF
6837 13378 1 SM PDF
1
Monica L. Meloh
2
Karel Pandelaki
2
Cerelia Sugeng
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: monica_meloh@yahoo.com
Abstract: Diabetes Mellitus (DM) type 2 is one of the chronic disease which related to the
increased risk of cognitive decline. Uncontrolled blood glucose levels and duration of DM
affect the pathophysiology of the occurrence of cognitive function disruption to DM type 2
subject. Uncontrolled blood glucose levels is HbA1c levels > 7% and cognitive function
measured by using Mini Mental State Examination (MMSE). The objective of this research is
to find out the relation between an uncontrolled blood glucose levels and duration of DM to
cognitive function from DM type 2 subject. Methods: This research is descriptive analytic
with cross sectional approach. The sampling technique used was consecutive sampling.
Result: The discoveries from all the 36 samples are a mean age of 55.2; length of sustaining
DM 9.0; HbA1c 9.9; and MMSE score 24.7. Pearson correlation test results obtained the
relation of HbA1c with MMSE score (p=0,215 ; r=-0,212) and the relation of the duration of
sustaining DM with MMSE score (p=0,237 ; r=-0,202). Conclusion: There is a negative
connection between uncontrolled blood sugar level and the duration of sustaining DM with
cognitive function but statistically both of them are not significant to the DM type 2 subject.
Keywords: diabetes mellitus, HbA1c, length of sustaining DM, cognitive function.
Abstrak: Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah salah satu penyakit kronis yang berhubungan
dengan peningkatan risiko penurunan kognitif. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dan
lama menderita DM, mempengaruhi patofisiologi terjadinya gangguan fungsi kognitif pada
subyek DM tipe 2. Kadar gula darah yang tidak terkontrol adalah kadar HbA1c >7% dan
fungsi kognitif diukur berdasarkan Mini Mental State Examination (MMSE). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar gula darah yang tidak terkontrol dan lama
menderita DM dengan fungsi kognitif subyek DM tipe 2. Metode: Penelitian ini bersifat
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu consecutive sampling. Hasil: Dari 36 sampel didapatkan rerata usia 55,2; lama
menderita DM 9,0; HbA1c 9,9; dan skor MMSE 24,7. Hasil uji korelasi pearson didapatkan
hubungan HbA1c dengan skor MMSE (p=0,215; r=-0,212) dan hubungan lama menderita DM
dengan skor MMSE (p=0,237;r=-0,202). Simpulan: Terdapat hubungan negatif antara kadar
gula darah tidak terkontrol dengan fungsi kognitif dan terdapat hubungan negatif antara lama
menderita DM dengan fungsi kognitif namun secara statistik keduanya tidak bermakna pada
subyek DM tipe 2.
Kata kunci: diabetes melitus, HbA1c, lama menderita DM, fungsi kognitif.
321
Meloh, Pandelaki, Sugeng: Hubungan kadar gula...
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu tingkat keparahan yang diukur dari jenis
kelompok penyakit metabolik dengan pengobatan dan komplikasi diabetes, bisa
karakteristik hiperglikemia yang terjadi menjadi hal penting dalam mempengaruhi
karena kelainan sekresi insulin, kerja patofisiologi terjadinya gangguan fungsi
insulin, atau kedua-duanya.1 Berbagai kognitif pada subyek diabetes. Sebaliknya,
penelitian epidemiologi menunjukkan late onset of diabetes, menderita diabetes
adanya kecenderungan peningkatan angka dalam jangka pendek, atau diabetes yang
insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di terkendali dengan baik, memilik dampak
seluruh dunia, sekitar 90% kasus. World yang lebih rendah terhadap gangguan
Health Organization (WHO) memprediksi fungsi kognitif.8
adanya peningkatan jumlah penyandang Dalam mendiagnosis subyek DM,
diabetes yang cukup besar pada tahun- terdapat empat kriteria untuk menegakkan
tahun mendatang.2 Riset Kesehatan Dasar diagnosis, yaitu pemeriksaan kadar glukosa
(Riskesdas) melaporkan pada tahun 2013 plasma sewaktu, kadar glukosa plasma
terdapat 2,4% kejadian DM di Indonesia. puasa, kadar glukosa plasma 2 jam pada
Prevalensi berdasarkan diabetes yang Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dan
terdiagnosis, tertinggi terdapat di pemeriksaan hemoglobin-glikosilat A1c
Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%), (HbA1c).1 Pemeriksaan HbA1c merupakan
Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan pemeriksaan yang menjadi tolak ukur
Timur (2,3%). Prevalensi berdasarkan paling tepat dalam pengendalian DM.
diabetes yang terdiagnosis dokter atau HbA1c dapat digunakan sebagai tes
gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi diagnostik untuk diabetes yang
Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), menunjukkan jaminan tes yang berkualitas
Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa dan sesuai dengan standar kriteria nilai-
Tenggara Timur 3,3%.3 nilai rujukan internasional.9Pemeriksaan
DM tipe 2 adalah salah satu HbA1c merupakan gold standard dalam
penyakit kronis yang berhubungan dengan pengukuran kadar glikemik bahkan pada
peningkatan risiko penurunan kognitif dan orang non-diabetes yang terkait dengan
demensia.4 Bila gejala penurunan kognitif kinerja kognitif dan volume otak.4 Kontrol
dapat dikenali lebih awal maka dapat gula darah merupakan dasar dari
dilakukan upaya-upaya untuk pengelolaan diabetes.10
meningkatkan atau mempertahankan fungsi Instrumen untuk mengkaji atau alat
kognitif agar tak jatuh dalam keadaan bantu untuk penapisan gangguan fungsi
demensia.5 Beberapa faktor utama yang kognitif dipergunakan skor Mini Mental
mempengaruhi hubungan antara diabetes State Examination (MMSE).11 Mini Mental
melitus dan disfungsi kognitif, antara lain: State Examination adalah salah satu tes
aterosklerosis, penyakit mikrovaskular, yang sering digunakan dalam pengobatan
advanced protein glycation dan stres klinis untuk menilai fungsi kognitif subyek
oksidatif akibat toksisitas glukosa; dan secara keseluruhan, secara signifikan
insufficient insulin action sedangkan faktor terhadap memori dan perhatian.12,13
lain yang mempengaruhi adalah penuaan, Pemeriksaan MMSE memiliki keuntungan
genetik dan penyakit penyerta seperti waktunya cepat (5-10 menit) dan mudah
hipertensi, dislipidemia.6 Gangguan dikerjakan serta dapat digunakan untuk
glukosa darah, seperti hiperglikemia dan memonitor perubahan dan perkembangan
hipoglikemia menjadi penyebab utama fungsi kognitif. Status kognitif pada orang
terjadinya gangguan kognitif pada subyek dewasa yang lebih tua dapat
diabetes. Selain hiperglikemia dan mengidentifikasi perubahan awal dalam
hipoglikemia, gangguan insulin seperti status fisiologis, kemampuan untuk belajar
resistensi insulin dan insufisiensi insulin, dan mengevaluasi respon subyek terhadap
telah terbukti menyebabkan penurunan pengobatan juga menilai kemampuan
fungsi kognitif.7 Lama menderita DM dan fungsi kognitif yang berhubungan dengan
322
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan Karakteristik Sampel Penelitian
bersifat deskriptif analitik dengan Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian
pendekatan cross sectional. Penelitian
Karakteristi
dilaksanakan pada bulan November- N Min Maks Rerata SB
k
Desember 2014. Populasi penelitian adalah
subyek DM tipe 2 yang berobat di Usia 34 60 55,2 4,4
36
poliklinik Endokrin Metabolik RSUP (tahun)
Prof.Dr.dr.R.D.Kandou Manado. Subyek Lama DM
penelitian adalah populasi terjangkau yang tipe 2 36 5 30 9,0 5,9
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. (tahun)
Kriteria inklusi meliputi subyek DM tipe 2,
kadar HbA1c > 7%, usia 30-60 tahun, lama HbA1c 36 7,1 14,4 9,9 2,1
menderita DM ≥ 5 tahun dan bersedia ikut
dalam penelitian dengan menandatangani Skor
36 11 30 24,7 0,6
(informed consent). Kriteria ekslusi MMSE
meliputi subyek DM tipe 2 yang menderita Ket :N = jumlah sampel penelitian, min = minimum,
stroke, anemia, gangguan psikiatri, tidak maks = maksimal, SB = Simpangan Baku
dapat mendengar dan berbicara.Sampel
penelitian berjumlah 36 orang serta dipilih Berdasarkan Tabel 1, hasil
dengan cara consecutive sampling. Variabel menunjukkan bahwa sampel berjumlah 36
yang digunakan untuk variabel bebas kadar orang dengan usia termuda 34 tahun dan
HbA1c > 7 mg/dL dan lama DM ; variabel tertua 60 tahun memiliki rata-rata 55,2.
tergantung skor MMSE. Analisis data Dari 36 sampel terbaru menderita DM
adalah analisis univariat dan bivariat adalah 5 tahun dengan terlama yaitu 30
dengan menggunakan uji statistik korelasi tahun, memiliki nilai rata-rata yaitu 9,1
dengan bantuan komputer program SPSS dengan simpangan baku sebesar 5,9. Nilai
versi 21. HBA1c terendah adalah 7,1 mg/dl
sedangkan nilai HBA1c tertinggi adalah
HASIL PENELITIAN 14,4 mg/dl, kadar HBA1c rata-rata sebesar
Penelitian ini dilaksanakan dalam 9,9 mg/dl dengan simpangan baku sebesar
rentang waktu 2 bulan, selama periode 2,1. Skor MMSE terendah yaitu 11 danskor
bulan November - Desember 2014 di MMSE tertinggi adalah 30, skor rata-rata
poliklinik Endokrin Metabolik RSUP adalah 24,7 dengan simpangan baku adalah
Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Penelitian 3,8.
ini dilakukan secara observasional cross
sectional terhadap 36 orang responden DM
tipe 2 terhadap HbA1c dan gangguan
kognitif yang datang berobat dengan
menggunakan consecutive sampling.
323
Meloh, Pandelaki, Sugeng: Hubungan kadar gula...
Distribusi DM tipe 2 berdasarkan jenis yang diuji dengan Uji Korelasi Pearson
kelamin menyatakan ada hubungan negatif antara
lama menderita DM dengan skor MMSE
Tabel 2. Distribusi Sampel berdasarkan Jenis namun secara statistik tidak bermakna
Kelamin (p=0,237 ; r=-0,202).
Skor MMSE
Series1
Perempuan 14 38,9% 20
15
Total 36 100% 10 Linear
5 (Series1
)
Berdasarkan tabel 2, hasil 0
menunjukkan bahwa 22 orang subyek 0 50
penelitian berjenis kelamin laki-laki dengan HbA1c
presentasi 61,1% dan 14 orang subyek
penelitian berjenis kelamin perempuan
dengan presentasi 38,9% dari 36 sampel. Gambar 1. Hubungan antara kadar HbA1c >
7% dengan Skor MMSE
Tabel 3. Hubungan antara kadar HbA1c > 7
dengan Skor MMSE
35
Koefisien
Variabel Kemaknaan 30
Korelasi
HBA1C *
r = -0,212 p = 0,215 25
MMSE
Skor MMSE
glukosa yang memburuk dapat rata 55,2. Hal ini berbeda dengan penelitian
menyebabkan memburuknya fungsi Huang dkk pada tahun 2012, melaporkan
kognitif pada subyek.7 bahwa HbA1c yang tinggi berhubungan
Berdasarkan hasil uji korelasi, dengan memori yang buruk pada usia 75
didapatkan tidak ada hubungan yang tahun ke atas. Hubungan antara HbA1c
bermakna antara kadar HbA1c dengan skor dengan memori dan bahasa menunjukkan
MMSE (p=0,215; r=-0,212) dan lama hubungan yang positif seiring dengan
menderita DM dengan skor MMSE bertambahnya usia.18 Penelitian Bruce dkk
(p=0,237; r=-0,202). Hasil yang didapatkan pada tahun 2008 melaporkan bahwa faktor
berbeda dengan penelitian yang dilakukan resiko terjadinya demensia pada pasien
Takahiko Kawamura dkk dimana terdapat berumur 70 ke atas adalah lama menderita
hubungan yang progresif dalam dan aterosklerosis sedangkan HbA1c, kadar
mempengaruhi penurunan fungsi kognitif.7 insulin dan hipertensi bukan merupakan
Faktor-faktor seperti penggunaan faktor utama penyebab gangguan fungsi
insulin, makanan tinggi karbohidrat, kognitif.19
infeksi, penyakit, stress dan aktivitas dapat Penelitian The Action to Control
mempengaruhi kadar gula darah yang tidak Cardiovascular Risk in Diabetes
terkontrol. Begitu juga dengan penurunan (ACCORD) – Memory in Diabetes (MIND)
fungsi kognitif, dapat dipengaruhi oleh yang dilakukan oleh Yaffe TC dkk pada
banyak faktor, diantaranya: Usia, tahun 2009 terhadap 10.251 subyek
hipoglikemia, resistensi insulin, defisiensi penderita DM tipe 2 dengan resiko tinggi
insulin, merokok, diet, exercise, stress, penyakit kardiovaskuler menunjukkan
depresi, genetik, aterosklerosis, penyakit bahwa terdapat hubungan antara kadar
penyerta, dan dukungan keluarga. HbA1c yang tinggi dengan kognitif yang
Penelitian Beardlsey & Goldstein rendah. Kadar glukosa tinggi berhubungan
pada tahun 1993, mendapatkan tingginya dengan prevalensi faktor resiko penyakit
tingkat stress dapat dihubungkan dengan kardiovaskuler dimana penyakit
buruknya regulasi gula darah. Pada kondisi kardiovaskuler menjadi perantara
depresi, tubuh akan mengeluarkan hormon- terjadinya gangguan fungsi kognitif.20
hormon stress yang akan mempengaruhi Dukungan keluarga juga turut
peningkatan kadar gula darah (HbA1c).15 mempengaruhi kadar gula darah subyek
Penelitian Kumar dkk pada tahun 2002, DM tipe 2. Hasil penelitian yang dilakukan
depresi dapat meningkatkan kerentanan oleh Atyanti Isworo & Saryono Saryono
terhadap dan / atau memperburuk defisit pada tahun 2010, terdapat hubungan yang
kognitif yang ada. Mekanisme signifikan antara hubungan dukungan
neurobiologis yang tepat yang mendasari keluarga dan kadar gula darah pada pasien
depresi dan kelainan kognitif pada diabetes DM tipe 2. Umur, pendidikan dan
tipe 2 tidak diketahui, penyakit komplikasi juga menjadi faktor perancu
mikrovaskuler yang mendasari terjadi dalam penelitian ini.21
komplikasi pada DM tipe 2 dan penyakit Peneliti menyadari bahwa hasil
pembuluh darah telah diamati di antara penelitian ini masih memiliki banyak
orang dewasa yang lebih tua dengan keterbatasan dan kekurangan. Peneliti tidak
depresi berat.16 Penelitian Watari dkk pada melakukan anamnesis lebih lengkap
tahun 2006, tidak terdapat hubungan antara mengenai faktor-faktor yang dapat
HbA1c dengan fungsi kognitif terhadap mempengaruhi fungsi kognitif pada subyek
subyek depresi, hal ini mengindikasikan DM tipe 2. Diantaranya: penggunaan
bahwa kontrol gula darah tidak berkorelasi insulin, merokok, diet, exercise, genetik,
terhadap fungsi kognitif.17 dan penyakit penyerta yang diderita
Berdasarkan data yang diperoleh subyek. Dalam pemeriksaan fungsi kognitif
subyek DM tipe 2 dengan usia termuda 34 dengan MMSE juga harus didampingi oleh
tahun dan tertua 60 tahun memiliki rata- dokter specialis atau yang lebih
325
Meloh, Pandelaki, Sugeng: Hubungan kadar gula...
326
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
327