You are on page 1of 11

RANGKUMAN MATAKULIAH TEORI EKONOMI KEPENDUDUKAN

SAP XIII: IMPLIKASI SOSIAL EKONOMI PENUAAN STRUKTUR UMUR


PENDUDUK; STUDI EKONOMI PENDUDUK LANJUT USIA

Dibuat Oleh:
Ni Komang Argia Gemah Utari P. 1506105086

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM REGULER
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
A. Dilema Migrasi dan Urbanisasi
1) Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat
lain melampaui batas negara atau batas administrasi (batas bagian) suatu
negara dengan tujuan menetap. Migrasi dapat dibedakan menjadi dua.
a. Migrasi Internasional (migrasi antar negara)
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari satu negara ke
negara lain. Migrasi internasional meliputi tiga hal. Imigrasi adalah
masuknya penduduk ke suatu negara dari Negara lain dengan tujuan
menetap di negara yang didatangi. Orang yang melakukan Imigrasi
disebut imigran, contohnya orang Malaysia datang di Indonesia.
Emigrasi adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain
dengan tujuan menetap di negara yang dituju. Orang yang melakukan
emigrasi disebut emigran, contohnya orang Indonesia pindah ke Mesir.
Remigrasi atau repatriasi adalah perpindahan penduduk yang kembali ke
tanah airya (negara asalnya).
b. Migrasi Nasional (migrasi intern)
Migrasi nasional atau migrasi lokal adalah perpindahan penduduk
dari suatu daerah ke daerah lain dalam satu wilayah negara. Pola migrasi
nasional adalah sebagai berikut. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar. Transmigrasi adalah
perpindahan penduduk dari provinsi atau pulau yang padat penduduknya ke
provinsi atau pulau lain yang jarang penduduknya dalam satu wilayah
negara. Ruralisasi adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa untuk
menetap di desa. Biasanya dilakukan oleh penduduk kota yang pulang
kembali ke desanya.

1
Indikator-indikator Pembangunan
Jumlah penduduk 2005 (dalam ribuan) 226.063
Tingkat pertumbuhan penduduk 2005 (%) 1,24
Tingkat pertumbuhan penduduk berusia 15-39 tahun 2000-2005 1,06
Tingkat kesuburan total 2005
(%) 2,28
Persentase perkotaan 2005 48,1
Tingkat migrasi bersih di tahun 2005 (per 1000) -0,9
Produk Domestik Bruto per kapita 2005 (dalam AS$ 2000) 942
Sumber: Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM)

Kecuali perpindahan penduduk di atas masih ada lagi perpindahan


penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, baik bersifat nasional
maupun internasional, yaitu evakuasi.
Evakuasi adalah perpindahan penduduk untuk menghindari bahaya
yang mengancam, misalnya bencana alam dan perang. Contoh evakuasi
yang bersifat nasional ialah perpindahan penduduk di daerah Gunung
Merapi, Yogyakarta. Contoh evakuasi yang bersifat internasional ialah
perpindahan penduduk Palestina ke Saudi Arabia dan penduduk Kuwait ke
Saudi Arabia karena perang. Jadi, pola mobilitas penduduk yang ada di
Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, mobilitas permanen (migrasi)
yang meliputi urbanisasi, transmigrasi, ruralisasi, dan mobilitas tidak
permanen atau mobilitas sirkuler yang meliputi mobilitas ulang-alik
(harian) dan mobilitas bermusim.

2
Gambar 1. Skema Perpindahan Migrasi Internasional dan Nasional

2) Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau
dari kota kecil ke kota besar. Orang yang melakukan urbanisasi disebut
urban. Contohnya orang-orang dari daerah pedesaan pergi ke kota-kota
besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung.

Faktor Penyebab
Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh adanya
beberapa faktor yang secara garis besarnya dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor pendorong dari desa (daya tolak desa) dan faktor penarik dari
kota (daya tarik kota).
1. Faktor pendorong dari desa
- Pemilikan tanah di desa semakin sempit sebagai akibat pertambahan
penduduk yang cepat sehingga pendapatan rendah. Kesempatan kerja atau
lapangan kerja di desa terbatas.
- Upah tenaga kerja rendah.
- Kurangnya fasilitas-fasilitas di desa, misalnya fasilitas pendidikan,
kesehatan, penerangan, dan hiburan.
2. Faktor penarik dari kota

3
- Kesempatan kerja di kota lebih banyak, misalnya di sektor industri,
perdagangan, bidang jasa, dan sebagainya.
- Upah tenaga kerja lebih tinggi.
- Kota memiliki kemudahan fasilitas, misalnya fasilitas pendidikan,
kesehatan, hiburan, penerangan, dan transportasi.
- Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sebagainya.

Akibat Urbanisasi
Urbanisasi akan menimbulkan akibat, baik di daerah pedesaan yang
ditinggalkan maupun di kota yang dituju. Akibat daridanya urbanisasi
adalah sebagai berikut.
1. Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di desa antara lain :
a. Terjadi kekurangan tenaga muda karena pemuda banyak
yang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan,
b. Sulit mencari tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak
pembangunan sebab mereka yang mempunyai pendidikan
cukup tinggi tidak mau pulangke desanya, sedangkan yang tinggal
di desa sebagian besar hanyalah anak-anak dan orang tua,
c. Terhambatnya pembangunan di desa,
d. Produktivitas pertanian dan sumber-sumber penghasilan di
daerah pedesaan makin menurun sebab kekurangan tenaga
pengelola.
2. Akibat negatif urbanisasi yang terjadi di kota antara lain :
a. Di bidang kependudukan, semakin meningkatnya kepadatan
penduduk di kota,
b. Di bidang ekonomi, akibat kurangnya keterampilan yang
dimiliki oleh para urban sehingga meningkatnya pekerja kasar
di kota, penghidupan semakin sulit, kesempatan kerja semakin
sempit, dan jumlah pengangguran meningkat,
c. Di bidang sosial, perumahan makin sulit diperoleh sehingga
timbul golongan tunawisma (gelandangan), gubuk-gubuk liar,
daerah pemukiman kumuh atau slum area, dan lingkungan
kota menjadi kotor,

4
d. Di bidang transportasi, sering terjadi kemacetan lalu lintas
terutama dijalan-jalan besar, meningkatnya kecelakaan lalu
lintas, jumlah transportasi umum tidak mencukupi jumlah
penumpang,
e. Di bidang keamanan, meningkatnya angka kejahatan, seperti
pencopetan, penodongan, pencurian, penipuan, dan
perampokan.

Meskipun urbanisasi banyak membawa akibat negatif, ada juga akibat


positifnya. Akibat positif urbanisasi bagi desa:
a. Mengurangi pengangguran di pedesaan, Mengurangi kepadatan
pendudukdi desa,
b. Tertanamnya sifat dinamis masyarakat desa akibat pengaruh dan
urban yang pulang ke desa, sehingga menunjang pembangunan
desa.
Akibat positif urbanisasi bagi kota adalah dapat memperoleh tenaga kerja
yang murah untuk pembangunan, terutama tenaga kerja kasar.

Penduduk dunia makin lama semakin banyak yang tinggal di kota, PBB melaporkan
bahwa hampir separuh penduduk dunia tinggal di wilayah perkotaan (UN, 1998:2). Laporan
ini juga menyajikan proyeksi yang menarik. Pertama, begitu melewati milenium baru, untuk
pertama kali dalam sejarah umat manusia, penduduk perkotaan akan melampaui jumlah
penduduk yang tinggal di pedesaan. Kedua, pada tahun 2030 diperkirakan 3 dari 5 penduduk
dunia akan tinggal di wilayah perkotaan, baik kota kecil, kota besar maupun kota
metropolitan. Beberapa pakar sependapat bahwa dasawarsa terakhir abad ke-20 akan menjadi
saksi apakah penduduk perkotaan melebihi penduduk perdesaan untuk pertama kalinya dalam
sejarah (Clark, 1996). Kendati fenomena ini amat monumental, kejadian historis ini relatif
kurang mendapat perhatian.
Tingkat urbanisasi di negara-negara Asia Tenggara lebih tinggi dibanding negara-
negara Asia lainnya. Selama empat dasawarsa terakhir, tingkat urbanisasi— yang diukur
dengan persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan— meningkat hampir dua kali
lipat di negara-negara ASEAN (Tabel 1). Pada tahun 1960, tingkat urbanisasi di negara-
negara ASEAN sebesar 20 persen, sedikit di bawah negara-negara Asia lainnya. Pada tahun
1985, hampir semua negara-negara ASEAN memiliki tingkat urbanisasi yang jauh lebih

5
tinggi dibanding rata-rata negara Asia. Kendati demikian, pada skala global, tingkat
urbanisasi di negara-negara ASEAN masih tergolong rendah. Ini terbukti dari tingkat
urbanisasi dunia pada tahun 1960 dan 1995 masing-masing sebesar 34 persen dan 45 persen,
yang lebih tinggi daripada rata-rata tingkat urbanisasi ASEAN.
Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik urbanisasi yang
cepat di kawasan Asia sejak dasawarsa 1980-an. Kecuali dalam kasus industri berbasis
sumberdaya (resource-based industries), industri manufaktur cenderung berlokasi di dalam
dan di sekitar kota. Pertanian dan industri berdampingan, bahkan kadang berebut lahan, di
seputar pusat-pusat kota, yang pada gilirannya semakin mengaburkan perbedaan baku antara
desa dan kota (McGee, 1991). Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah di mana
potensi dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka mendapat
manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan. Kota umumnya menawarkan
berbagai kelebihan dalam bentuk produktifitas dan pendapatan yang lebih tinggi, yang
menarik investasi baru, teknologi baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh
lebih tinggi dibanding perdesaan (Malecki, 1991)

6
Tabel 1. Urbanisasi di Negara ASEAN, 1995 dan 1960

Negara Tingkat Urbanisasi (%)


1995 1960
Thailand 20.0 12.5
Indonesia 35.4 14.6
Philippines 54.0 30.3
Malaysia 53.6 26.6
Brunei 69.2 43.4
Cambodia 20.4 10.3
Laos 20.7 7.9
Vietnam 19.4 14.7
1
ASEAN 36.6 20.0

Asia 34.7 20.8


World 45.3 33.6

Tidak termasuk Singapura karena merupakan negara kota dengan 100% penduduk tinggal di
kawasan perkotaan.
Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila aglomerasi (agglomeration), baik aktifitas
ekonomi maupun penduduk di perkotaan, menjadi isu sentral dalam literatur geografi
ekonomi (Krugman, 1998), strategi bisnis dan peningkatan daya saing nasional (Porter,
1998a; Porter, 1998b), dan studi-studi regional (Maskell, et al. 1997; Scott & Storper, 1992).
Ini disebabkan karena pertanyaan “mengapa” (why) industri manufaktur cenderung memilih
berlokasi di dalam dan di sekitar kota-kota utama belum terjawab dengan memuaskan. Kita
masih belum memahami seberapa jauh dan menyebarnya fenomena aglomerasi antar daerah,
kota, dan industri.
Ada beberapa motivasi yang bersifat umum yang mendorong terjadinya Urbanisasi,
yaitu:
 Motivasi Ekonomi
Dalam motivasi ini tercakup keinginan untuk mencari nafkah, meningkatkan
pendapatan atau memperbaiki standar hidup; mencari uang kontan untuk kebutuhan
hidup dan lain-lain.
 Motivasi Pendidikan

7
Di dalamnya tercakup keinginan untuk meningkatkan pengetahuan, pengembangan
bakat, dan lain-lain.
 Motivasi Kultural
Di dalamnya tercakup dorongan untuk menghindar diri dari norma-norma dan nilai-
nilai budaya yang tidak dipandang lagi sesuai dengan perkembangan kemajuan.
 Motivasi Politik
Di dalamnya tercakup desakan-desakan dari mereka untuk yang berkuasa; adanya
ketidakpuasan terhadap golongan yang memerintah, tapi tidak mampu untuk
menentang, dan lain-lain
 Motivasi Hukum
Tercakup di dalamnya ialah penghindar diri dari tuntutan hukum karena adanya
pelanggaran, dan lain-lain.
 Motivasi rekreasi
Meskipun bersifat sementara, tapi pergi datangnya penduduk pedesaan ke kota-kota
untuk berekreasi, dapat menimbulkan masalah kepadatan penduduk, lalu lintas, dan
sebagainya.
Urbanisasi diartikan sebagai suatu proses berpindahnya bagian yang semakin besar
penduduk di suatu negara untuk bermukim di pusat-pusat perkotaan. Namun, pengertian
urbanisasi itu dapat di rinci ke dalam pengertian-pengertian berikut :
1. Arus perpindahan penduduk dari desa ke kota;
2. Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non-agraris di sektor industri dan sektor
tersier;
3. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota;
4. Meluasnya pengaruh kota di daerah-daerah pedesaan dalam segi ekonomi, sosial,
budaya, dan psikologi.

B. Peranan Kota: Aglomerasi


1) Pertumbuhan Perkotaan
Pertumbuhan kota- kota ternyata meliputi berbagai faktor yang lebih kompleks
daripada sekadar penghematan aglomerasi. Teori skala kota yang optimal (theories of
optimum city size) yang dikaji ulang oleh Fujita & Thisse (1996), menggambarkan
ekuilibrium konfigurasi spasial aktivitas ekonomi sebagai hasil tarik menarik antara kekuatan
sentripetal dan sentrifugal. Kekuatan Sentripetal yang ditunjukkan oleh penghematan

8
aglomerasi adalah semua kekuatan yang menarik aktivitas ekonomi ke daerah perkotaan.
Kekuatan sentrifugal adalah kebalikan dari kekuatan sentripetal yaitu kekuatan dispersi. Ini
diperlihatkan oleh adanya kenaikan upah tenaga kerja yang terampil ataupun kasar serta
kenaikan gaji manajer yang mendorong perusahan memilih lokasi di luar pusat kota.
Pertumbuhan kota juga cenderung meningkatkan harga tanah secara rill karena jumlahnya
tidak bertambah.
Pendekatan yang lebih luas dipelopori oleh Paul Krugmanm yang nyarus sendirian
memproklamasikan paradigma Geografi Ekonomi Baru (New Economic Geography)
(Krugman, 1995; 1998). Krugman, mahaguru MIT ini menempatkan aglomerasi perkotaan
sebagai pusat perhatian. Kendati banyak menggunakan kerangka sistem perkotaan ala Neo-
Klasik, Krugman telah membuka misteri penghematan eksternal dan memasukkan dimensi
spasial serta semangat “Proses kausalitas kumulatif” dalam mendeskripsikan perkembangan
perkotaan dan daerah. Ia menyoroti adanya empat hal yang secara empiris tidak berubah
mengenai konsentrasi perkotaan ( Krugman, 1996: 12-3).
Pertama, pendapatan perkapita berhubungan negatif dengan konsentrasi perkotaan.
Kedua, konsentrasi penduduk di perkotaan berkorelasi dengan konsentrasi kekuasaan politis.
Ketiga, infrastruktur transportasi memiliki dampak penting terhadap konsentrasi perkotaan.
Yang terakhir, semakin terbuka suatu perekonomian, sebagaimana diukur dengan pangsa
ekspor terhadap PDB, cenderung memiliki kota – kota utama yang lebih kecil dibanding
perekonomian yang tidak memiliki perdagangan sebesar itu.

2) Awal Terbentuknya Kota


Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya sebuah kota. Pertama, sebuah
kota dapat terbentuk di suatu wilayah yang memiliki sumber daya alam yang kaya. Sebagai
contoh, kita dapat melihat kegemilangan Kuala Lumpur di negeri jiran yang dahulu
merupakan kawasan pertambangan. Kedua, wilayah yang menjadimedian location atau
tempat transit juga bisa berkembang menjadi sebuah kota. Kota-kota seperti ini biasanya
dibangun di kawasan pelabuhan di mana terjadi pergantian moda transportasi dalam
pengangkutan barang (dari kapal ke truk) atau yang bisa disebut sebagai transitment
point. Ketiga, sebuah kota bisa pula dibuat atau didesain langsung oleh pemangku kebijakan.
Misalnya saja, Bandung, Bogor, dan Malang yang sengaja dibuat oleh pemerintah kolonial
Belanda sebagai kota peristirahatan karena memiliki udara yang dingin. Ada pula kota
Palangkaraya yang menjadi satu-satunya kota yang dibangun setelah Indonesia merdeka di
tengah-tengah belantara Kalimantan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief. 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustakan
Utama.
Djoyohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Cetakan pertama.
Jakarta: Penerbit PT. Pustaka LP3ES
Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, masalah dan kebijakan. Cetakan
pertama. Yogyakarta: Unit penerbitan dan percetakan akademi manajemen perusahaan
YKPN.
Todaro, Michael P and Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.

10

You might also like