Professional Documents
Culture Documents
KTI Ami
KTI Ami
PNEUMONIA ASPIRASI
Tim penulis :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,atas Rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pneumonia Aspirasi”
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas akhir Modul Diagnostik fisik semsester IV.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,khususnya
kepada:
Akhirnya penulis berharap semoga ALLAH memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah,Aaminn Ya Rabbala’Alamin.
Penulis
2
ABSTRAK
Aspirasi adalah infeksi paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan asing,
cairan atau benda padat seperti makanan, minuman, bahan muntahan tau terhirupnya
gas uap beracun kedalam salluran pernapasan.
3
ABSTRACT
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. 3
ABSTRACT ............................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN
5
BAB IV KESIMPULAN/SARAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Definisi
1.2 Anatomi
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru ke hidung, faring,
laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernapasan dari hidung ke bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,
dihangatkan,dan dilembabkan. Ketika proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epital toraks bertingkat,bersilia dan bersel goblet. Permukaan
7
epitel diliputi oleh lapisan mukus yang di sekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa.
Partikel debu yang kasar di saring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong
lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem
pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau di
batukkan keluar. Lapisan mukus memberiakan air untuk kelembaban, dan dibanyaknya
jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara
inspirasi telah di sesuaikan sedemekian rupa sehingga udara yang mencapai faring hampir
bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembaban nya mencapai 100%.
(Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara.Laring terdiri dari
rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara.Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (yaitu glotis) bermuara ke dalam trakea
dan membenbentuk bagian antara pernapasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah
antara saluran pernafasab bagian atas dan bawah.meskipun laring terutama dianggap
berhubungan dengan fonasi,tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.
Pada waktu menelan,gerakan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari
epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk mengarahkan
makanan dan cairan masuk kedalam esofagus. Jika benda asing masih mampu masuk
melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan membantu menghalau benda dan
secret ke luar dari saluran pernapasan bagian bawah.(Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci).struktur trakea dan bronkus di analogkan dengan
sebuah pohon,dan karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.permukaan posterior trakea
agak pipih dibandingkan sekelilingnya karena cincin tulang rawan di daerah itu tidak
sempurna, dan letaknya tepat didepan esofagus. Akibatnya jika suatu pipa endotrakea bulat
yang kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, dapat
timbul erosi di posterior membrane tersebut, dan membentuk fistula trakeoesofageal.Erosi
bagian anterior menembus cincin tulang rawan dapat juga timbul tapi tidak
sering.Pembengkakan dan kerusakan pita suara juga merupakan komplikasi dari pemakaian
8
pipa ET.Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan di kenal sebagai
karina.Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
berat jika dirangsang. (Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan lebih pendek
dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari
trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya,bronkus utama kiri lebih panjang dan
lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
(Sylvia&Lorraine, 2005:738)
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis,yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus termalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan,tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru. (Sylvia&Lorraine,
2005:738)
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru,yaitu tepat pertukaran gas. Asinus terdiri dari 3 bagian, yang pertama yaitu bronkiolus
respiratoruis,kedua ductus alveolaris dan yang ketiga sakus alveolaris terminalis. Asinus ini
memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1,0 cm. Terdapat 23 kali percabangan mulai dari trakea
sampai sakus alveolaris terminalis. Alveolus (dalam kelompok sakus alveolaris menyerupai
anggur, yang membentuk sakus terminalis) dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh
dinding tipis(septum). Lubang kecil pada dinding ini dinamakan pori-pori khon yang
fungsinya untuk menghubungkan aliran udara antara sakus alveolaris terminalis .Alveolus
hanya mempunyai satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel
darah merah.Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan
seluas sebuah lapangan tenis.(Sylvia&Lorraine, 2005:738)
Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar; pneumosit tipe 1 merupakan lapisan tipis yang
menyebar menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang
9
bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu
gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara kapiler dan gas
membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah kolaps alveolus pada waktu
ekspirasi.Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang
dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan
pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan
dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (sel tipe II) bergantung pada beberapa
factor, yaitu kematangan sel-sel alveolus dan system enzim biosintetik, kecepatan
pergantian surfaktan yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding
alveolus. Surfaktan relative lambat terbentuk pada kehidupan fetal; sehingga bayi yang
lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit (biasanya pada kelahiran premature) dapat
berkembang menjadi sindrom gawat napas pada bayi.Surfaktan disintesis secara cepat dari
asam lemak yang diekstraksi dari darah, dengan kecepatan pergantiannya yang cepat.
Sehingga bila aliran darah ke daerah paru terganggu maka jumlah surfaktan ke daerah
tersebut akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi aktif, volume tidal
yang memadai, dan hiperventilasi periodic (cepat dan dalam) yang dicegah oleh
konsentrasi O2 tinggi pada udara yang diinspirasi. Sehingga pemberian O2 konsentrasi
tinggi dalam jangka waktu yang lama atau kegagalan untuk bernapas cepat dan dalam pada
seorang pasien yang menggunakan ventilasi mekanik akan menurunkan produksi surfaktan
dan menyebabkan kolaps alveolar (ateletaksis). (Sylvia&Lorraine, 2005:738)
1.4 Etiologi
Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi
yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda. Dapat berupa pneumonia asprasi oleh
infeksi kuman, pneumonitis kimia yang diakibatkan oleh aspirasi bahan toksik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat dan terinhalasinya cairan amnion oleh janin.Pada
pneumonia aspirasi (PA), ludah orofaring yang mengandung kuman terisap hingga
menimbulkan infeksi bakteri pada paru. Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulang
kali adalah adanya (Arjatmo, 2001:811) :
10
1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, refleks batuk
(kejang,stroke, pembiusan )
2. Disfagia sekunder akibat esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh slang nasogastric. Juga berperan jumlah bahan
aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas.
Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial
namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di
Rumah Sakit. Pada PAK, kuman pathogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-
46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus
yang juga dapat disertai Klebsiella pneumonia dan stafilokokus, atau Fusobacterium
nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS
kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif , batang Gram negative,
pseudomonas, proteus, serratia, dan S.aureus di samping bisa juga di sertai oleh kuman
anaerob obligat di atas. Pada pasien yang berasal dari rumah perawatan (nursing home)
dapat terinfeksi pathogen seperti halnya pada infeksi nosocomial.(Zul Dahlan, 2009:2207)
Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada sifat benda asing, lokasi, ukuran, dan
derajat sumbatan yang ditimbulkan. Berdasarkan perjalanan atau urutannya, gejala klinis
yang timbul dapat menjadi tiga tahapan, yaitu (Putu Suwendra, 2008:424) :
Gejala awal
Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba,
sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan
dikerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan berlangsung singkat, sehingga gejala ini
tidak diperhatikan. (Putu Suwendra, 2008:424)
Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten. Masa
laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini dapat dijumpai gejala
11
sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah laring. (Putu Suwendra,
2008:424)
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau patologis yang
ditimbulkan benda asing.Gejala susulan ini sangat bergantung pada lokasi dan bentuk
kelainan yang ditimbulkannya. (Putu Suwendra, 2008:424)
12
Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada saat batuk atau
ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah tiroid, dapat didengar suara hentakan
benda asing ke pita suara atau daerah subglotis.Tanda ini disebut audible slap.Dengan
palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan dan disebut sebagai palpatory thud.
Benda asing di dalam bronkus
Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat mencapai 83-90% kasus.Gejala yang
terjadi merupakan akibat langsung dari benda asing yang teraspirasi, seperti obstruksi
atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang melemah atau berkurang, mengi yang
kadang-kadang bilateral dan sulit sembuh), peradangan (bronchitis, bronkiektasis,
pneumonia lobaris yang sering berulang, abses, empyema), atau merupakan akibat yang
tidak langsung seperti atelectasis dan empisema.Gejala mengi dapat timbul segera
setelah aspirasi terjadi, atau dapat berjalan kronis.Apabila obstruksi terjadi pada kedua
bronkus utama, dapat terjadi sesak yang berat hingga anoksia.Kadang-kadang dapat
terjadi hemoptysis setelah beberapa bulan atau tahun.Apabila benda asing tersebut
berasal dari tumbuhan disebut sebagai bronchitis arakiditis atau vegetalis, dengan gejala
batuk, demam septik, dan sesak.
1.6 Patofisiologi
Patofisologi pneumonia aspirasi sesuai dengan jenis dan jumlah bahan yang
teraspirasi.Respon yang ditimbulkan juga tergantung pada agen yang menginfeksi. Tiga
sindrom asprasi yaitu (Lorraine, 2005:808) :
13
a. Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang tersering dan menyebabkan pneumonia bakteri.
Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari
mikroorganisme anaerobik seperti Bacteroides, fusobacterium, Peptococcus,
Pneumococcus dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang sering ditemukan
diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia anaerobik paling
sering mengenai pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan
alkoholisme kronik dengan infeksi pada gusi dan predisposisi mengalami aspirasi.
Akhir-akhir ini semua kasus pneumonia yang didapat di rumah sakit disebabkan oleh
campuran mikroorganisme anaerobic dan aerobic ( missal, basil gram negative,
S.aureus ). Awitan gejala biasanya perlahan terjadi secara perlahan-lahan selama 1
sampai 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis,
dyspnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang
terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empyema dapat timbul seperti mikroba-
mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut
terbentuk pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat
gaya gravitasi karena banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama
kanan. Sering timbul jari tabuh bila abses menjadi kronik. (Lorraine, 2005:808)
14
3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena deposisi fibrin
semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di alveoli dan terjadi proses
fagositosis yang cepat.
4. Resolusi (7 sampai 11 hari) :jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
b. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan
regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung . Bertolak belakang dengan pneumonia
anaerobik yang berawitan lambat, pneumonitis akibat kimia atau pneumonitis akibat
aspirasi dapat berkembang dalam waktu beberapa jam dan sangat parah. Inhalasi massif
isi gaster dapat menyebabkan kematian mendadak akibat obstruksi , sedangkan aspirasi
sedikit isi gaster dapat menyebabkan edema yang meluas, takipnea, dyspnea,
takikardia, demam, leukositosis, dan gagal nafas. Berat ringannya respon peradangan
lebih banyak bergantung pada pH cairan yang diaspirasi dibandingkan dengan factor-
faktor lain. Pneumonitis akibat aspirasi selalu terjadi apabilaa pH dari zat yang
diaspirasi 2,5 atau kurang. Pneumonitis akibat aspirasi memiliki 3 bentuk tersering ,
yaitu (Lorraine, 2005:809) :
1. Kesembuhannya cepat (biasanya bila jumlah zat yang diaspirasi sedikit atau bersifat
basa)
2. Berkembang cepat menjadi sindrom distress pernafasan akut.
3. Superinfeksi oleh bakteri
Pneumonia bakterial yang berkembang sebagian oleh bahan kimia akibat reaksi
caairan gaster dan sebagian lagi akibat superinfeksi bacterial yang timbul stelah
beberapa hari dari organisme yang mungkin hidup di mulut atau di lambung. Aspirasi
isi gaster paling sering terjadi selama dianestesi atau setelah dianestesi (khususnya pada
pasien obsetri dan setelah bedah darurat karena gangguan pada saat persiapan operasi) ,
pada bayi, dan pada beberapa pasien dengan depresi refleks muntah dan batuk. Paling
penting, pasien-pasien ini harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret
orofaring dapat keluar dari mulut. (Lorraine, 2005:809)
15
Bahan kimia lain yang memicu pneumonia aspirasi yaitu hidrokarbon seperti polis
peralatan rumah, minyak tanah, cairan arang yang lebih ringan, dan bensin kadang-
kadang tidak sengaja tertelan oleh anak kecil. Bensin dapat teraspirasi oleh anak kecil
belasan tahun yang beupaya menyedot bensin. Makin encer senyawa hidrokarbon
makin tinggi penguapannya ,makin besar toksisitasnya terhadap paru. Hidrokarbon
mungkin teraspirasi saat penelanan, muntah, atau sonde lambung.hidrokarbon
berviskositas rendah memungkinkannya mengalir dari hipofaring ke dalam
laring.Hidrokarbon berinteraksi dengan surfaktan paru, mengakibatkan kolaps
alveolus.Makrofag alveolus dapat juga terkena jejas.Pasca penelanan segera terjadi batu
dan muntah. Dalam beberapa jam mungkin terjadi kenaikan suhu (38-40 0C). Tanda-
tanda paru bisa berupa dyspnea, resonansi pada perkusi berkurang, suara pernapasan
melemah atau bronkial dan krepitasi.Hipoksemia dan sianosis yang disebabkan oleh
radang dan edema.Pasien mengantuk, kejang-kejang dan koma dapat terjadi dan
kadang-kadang mendominasi perjalanannya. (David, 1998: 1489)
Bahan lain yang menimbulkan pneumonia aspirasi ialah lipoid. Pemberian lipoid
atau bahan makanan minyak dengan cara dan posisi tubuh yang salah. Misalnya saat
memaksa anak memakan minyak ikan, lemak binatng yang dicairkan dan lain-lain.Susu
yang teraspirasi pada bayi, pengkilap bibir yang digunakan berlebihan bisa
menimbulkan pneumonitis.Reaksinya mulai sebagai radang proliferative interstisial,
dan mungkin ada pneumonia eksudatif.Pada stadium kedua ada fibrosis proliferative,
kronis, difus, dan kadang-kadang ditumpangi oleh bronkopneumoni infeksius akut.Pada
stadium ketiga ada banyak nodulus yang terlokalisasi. (David, 1998: 1490)
c. Sindrom aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau
cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan)
yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka
gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya di
16
dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea,
akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat.
Bila bahan tersebut tidak bisa dikeluarkan dengan jari maka lakukan trakeotomi (
krikotirotomi ). Jika bahan (misalnya kacang) tersangkut pada bagian saluran
pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk kronik dan
infeksi berulang. Pengobatan mengeluarkan bahan yang tersangkut biasanya dengan
bronkoskopi. (Lorraine, 2005:809)
Pneumonia aspirasi bisa terjadi pada bayi yang terinhalasi cairan amnion yang
mengandung meconium pada kandungan yang menderita gawat janin, pada bayi
dismaturitas ( kecil untuk masa kehamilan ), serta neonates lebih bulan. Biasanya bayi
lahir dengan afiksia disertai riwayat resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan
pernapasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. Kadang-kadang
terdengar ronki pada kedua paru.Bergantung pada jumlah meconium yang terinhalasi,
mungkin terlihat emfisema.Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh
kehamilan.(IKA UI, 1985:1088)
Teknik Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya
sinar-X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat bersinar-sinar.Jaringan
lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, serta diafragma lebih
sukar ditembus sinar-X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian-bagian tubuh ini
tampak lebih padat pada radiogram. (Lorraine, 2005:756)
Pemeriksaan radiograf dada rutin dilkaukan pada satu jarak standar setelah inspirasi
maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma. Radiograf diambil dengan
sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan
melintang. Radiograf yang dihasilkan memberikan informasi berikut (Lorraine, 2005:756) :
17
1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura dan kontur diafragma dan saluran napas
atas pada waktu memasuki dada
2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta,
kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.
3. Tekstur dan derajat aaerasi parenkim paru.
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis dan
daerah konsolidasi.
Tomografi computer (CT scan) merupakan satu teknik radiologic yang serangkaian
radiografnya, masing-masing merupakan gambaran dari suatu “irisan paru” yang diambil
sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu gambaran yang cukup rinci. CT scan
berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama
bronkus, menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor, struktur vascular)
dan secara umum untuk mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang
terdapat pada paru dan jaringan toraks lain. (Lorraine, 2005:757)
Ultrasound
18
Pola dan aliran arteria pulmonalis dapat didemonstrasikan dengan menyuntikkan cairan
radioopak melalui kateter yang dimasukkan lewat vena lengan ke dalam atrium kanan,
ventrikel kanan, lalu ke dalam arteria pulmonalis utama. Teknik ini untuk menentukan
lokasi emboli massif atau untuk menentukan derajat infark paru.Resiko utama yang dapat
terjadi pada angiografi adalah timbulnya aritmia jantung saat kateter dimasukkan ke dalam
bilik jantung. (Lorraine, 2005:757)
Pemindaian Paru
Pemindaian paru dengan memakai isotope dan teknik ini lebih aman dibandingkan
dengan angiografi.Pemindaian perfusi dilakukan dengan penyuntikan mikrositer albumin.
Gambarannya hampir selalu abnormal pada embolisme (daerah yang tidak mengandung
radioaktif), tetapi tidak spesifik karena kelainan ini juga ditemukan pada keadaan lain
seperti emfisema dan pneumonia. Pemindaian ventilasi memanfaatkan inhalasi bolus gas
radioaktif, biasanya memakai xenon-133.Pemindaian ventilasi paru biasanya tampak
normal pada embolisme, tetapi tampak abnormal pada infark, peneumonia, dan emfisema.
(Lorraine, 2005:757)
Bronkoskopi
Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran pernapan bagian
atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau
bronkoskop.(Lorraine, 2005:758)
19
Pemeriksaan Sputum
Warna, sputum, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.Waktu terbaik
pengumpulan sputum adalah segera sesudah bangun karena sekresi bronkus yang abnormal
cenderung tertimbun saat tidur.(Lorraine, 2005:759)
Volume paru statik adalah volume udara di dalam paru yang bersifat statis
pemeriksaannya tanpa dibatasi waktu.(Lorraine, 2005:759)
I. Volume Paru
1. Volume alun napas VAN (volume tidal=VT), yaitu junlah udara yang masuk ke
dalam dan keluar dari paru pada pernapasan biasa. Seorang normal dengan berat 70
kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai isi alun napas sebesar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI)/ inspirasi reseve volume (IRV), yaitu jumlah udara
yang masih dapat masuk ke paru pasca inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 2500 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) / expiratory reserve volume/ERV, yaitu volume
udara yang masih bisa dikeluarkan setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan
berat badan 70 kg besarnya sekitar 1500 ml.
4. Volume residu(VR)/residual volume(RV) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya
sekitar 1500 ml.
20
Kapasitas Vital (KV) : udara yang dikeluarkan maksimal sesudah inspirasi
maksimal. Aktifitas pernapasannya tanpa kekuatan .
Kapasitas Vital Paksa (KVP) : pemeriksaan dilakukan dengan aktifitas
pernapasan maksimal, aktifitas pernapasannya dengan kekuatan penuh.
2. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang dapat dihirup maksimal setelah
inspirasi biasa (VAN+VCI) besarnya 3500 cc
3. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) udara yang ada dalam paru setelah ekspirasi
biasa (VCE+VR) besarnya 2300 cc
4. Kapasitas Paru Total (KPT) jumlah udara yang ada di paru pada akhir inspirasi
maksimal (VCI+VAN+VCE+VR) besarnya 5800 cc
1. Volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan
sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah
inspirasi maksimal.
2. Maximal voluntary ventilation (MVV) Jumlah udara yang bisa dikeluarkan sebanyak-
banyaknya dalam 1 menit dengan bernapas cepat dan dalam secara maksimal.
Biasanya digunakan contoh darah arteri untuk analisis gas darah. Arteri radialis (atau
brakialis) sering dipilih karena arteri ini mudah dicapai.Pergelangan tangan diekstensikan
dengan menempatkannya di atas gulungan handuk. Setelah kulit disterilkan, lalu arteri
distabilkan dengan dua jari dari satu tangan sedangkan tangan yang lain menusuk arteria
tersebut dengan alat suntik yang sudah diisi heparin. Setelah 5 ml darah terhisap ke dalam
alat suntik, udara dikeluarkan, dan darah disimpan di atas es dan langsung dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.Hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratorik dan
kenaikan pH darah.Hiperventilasi sering timbul pada asma dan pneumonia dan
menggambarkan usaha tubuh untuk meningkatkan PaO2 dengan usaha membuang CO2
yang berlebihan dari paru. (Lorraine, 2005:766)
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anamnesa
Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap
penyakitnya.Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.Prinsip
utama dalam anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat penyakitnya
dalam kata-katanya sendiri. Dalam karya tulis ini akan dipaparkan bentuk-bentuk
anamnesa yang berkaitan dengan penyakit system pernapasan terutama pneumonia
aspirasi.Informasi yang diperoleh pewawancara disusun menjadi suatu pernyataan
komprehensif mengenai kesehatan pasien. Format penyusunan riwayat penyakit
meliputi (Swartz, 1995:3) :
a. Sumber informasi
Sumber informasi biasanya pasien.Jika pasien memerlukan penerjemah,
sumbernya adalah pasien dan penerjemah.Jika anggota keluarga membantu dalam
dalam wawancara ini, namanya harus dicantumkan dalam satu kalimat.Dalam kasus
pneumonia aspirasi misalnya, sumber informasi bisa dari pasien itu sendiri atau
anggota keluarga. (Swartz, 1995:13)
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah pernyataan singkat pasien yang menjelaskan mengapa ia
mencari bantuan medis. Pewawancara bisa menanyakan “Apa problem yang
membawa anda datang ke rumah sakit?”.Jawaban dari pertanyaan ini merupakan
keluhan utama.(Swartz, 1995:13)
Pada kasus pneumonia aspirasi keluhan utama bisa berupa:
“ sesak napas secara tiba-tiba disertai panas sejak tiga hari yang lalu”
“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai nyeri menelan”
“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai batuk dan ingus”
22
Riwayat penyakit sekarang menunjukkan perubahan dalam kesehatan akhir-
akhir ini yang membuat pasien mencari bantuan medis sekarang.Pewawancara
harus bisa mengarahkan pertanyaan pada narasumber terkait dengan keluhan utama
dan gejala spesifik yang ditimbulkan dari penyakit.(Swartz, 1995:13)
Terkait dengan pneumonia aspirasi berarti pasien mengalami masalah dengan
system pernapasan. Beberapa gejala terkait tentang gejala utama penyakit paru
yaitu:
BATUK
Gejala penyakit paru yang paling sering ditemukan.Refleks batuk merupakan
mekanisme pertahanan normal paru-paru yang berfungsi melindungi paru-paru dari
benda asing dan sekresi berlebihan.Batuk adalah suatu ekspirasi paksa yang
terkoordinasi, diselingi dengan penutupan glotis secara berulang-ulang.Otot
ekspirasi berkontraksi melawan glotis yang tertutup sebagian, sehingga
menimbulkan tekanan tinggi di dalam paru-paru.Kalau glotis tiba-tiba membuka,
ada arus udara eksplosif yang membersihkan saluran pernapasan. Bila pasien
mengeluh batuk, penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
“berapa lama anda menderita batuk?”
“apakah batuknya timbul secara tiba-tiba?”
“apakah batuk Anda berlendir? Jika ya, “Dapatkah Anda memperkirakan jumlah
dahak yang Anda keluarkan?Apa warna dahak tersebut? Apakah dahak Anda
berbau busuk?”
“apakah batuk itu berlangsung untuk waktu yang lama?”
“apakah yang meringankan batuk Anda?”
“apakah batuk itu terjadi setelah makan?”
“apakah batuk itu memburuk dengan posisi tertentu?”
“apakah ada gejala-gejala lain yang berkaitan dengan batuk?....demam?....sakit
kepala?...keringat malam?...nyeri dada?....hidung berair?...sesak napas?....berat
badan turun?....serak?...hilang kesadaran?”
“apakah anda memelihara burung sebagai binatang kesayangan?”
23
Batuk dapat volunteer atau involunter, produktif atau tidak produktif. Batuk
produktif adalah batuk yang mengeluarkan lender atau bahan lain. Pada pneumonia
aspirasi yang teraspirasi mikroorganisme patologik seperti bakteri maka batuknya
produktif kronis. (Swartz, 1995:158)
PRODUKSI SPUTUM
Sputum atau dahak adalah bahan yang dikeluarkan dengan batuk. Ada 4 jenis
sputum yang mempunyai karakteristik yang berbeda (Amirmuslim, 2012:39):
1. Serous : - jernih dan encer, pada edem paru akut
- Berbus, kemerahan, pada alveolar sel kanker
2. Mukoid : - jernih keabu-abuan, pada bronchitis kronik
- Putih kental, pada asma
3. Purulen :- kuning, pada pneumonia
- Kehijauan, pada bronkiektasis, abses paru
4. Rusty (blood-stained) : kuning tua/coklat/merah-kecoklatan seperti warna karat,
pada pneumococcal pneumonia dan edema paru.
HEMOPTISIS
24
Hemoptisis adalah batuk darah.Batuk yang mengeluarkan bekuan darah adalah
gejala yang sangat penting karena sering menunjukkan penyakit berat.Bekuan darah
biasanya berkaitan dengan lesi kavitasi pada paru, tumor paru, atau emboli.Sputum
yang mengandung darah biasanya berkaitan dengan merokok atau infeksi ringan
tetapi dapat pula dijumpai pada tumor atau penyakit yang lebih berat. Bila pasien
mengeluh hemoptisis penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut
(Swartz, 1995:159):
“apakah anda merokok?
“Apakah batuk darah terjadi tiba-tiba ?”
“Apakah batuk darah tersebut terjadi berulang-ulang?”
“Apakah dahaknya mengandung darah, atau memang benar-benar ada bekuan
darah?”
“sudah berapa lama anda melihat darah tersebut?”
“Apa yang menyebabkan batuk darah tersebut?...muntah?...batuk?...nausea?”
“Apakah Anda pernah menderita tuberculosis?”
“Apakah ada riwayat keluarga batuk darah?”
“Apakah baru-baru ini Anda menjalani tindakan pembedahan?”
“Apakah Anda menelan obat ‘pengencer darah’?”
“Apakah Anda mudah mengalami perdarahan?”
“Apakah Anda berkeringat di malam hari?...menderita sesak
napas?....palpitasi?...denyut jantung tidak teratur?....parau?...berat badan
turun?....bengkak atau nyeri di tungkai?”
“Apakah Anda mengalami rasa tidak biasa di dada Anda setelah batuk darah?” jika
ya,”Dimana?”
Untuk wanita yang batuk darah,”Apakah Anda minum pil KB?”
25
SESAK NAPAS
Sesak napas (dyspnea) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada
perasaan yang tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya saat bernapas
yang tidak sebanding dengan tingkat aktifitas. Rasa sesak napas ini biasanya
diutarakan pasien sebagai kesulitan untuk memperoleh udara segar, rasa terengah-
engah atau kelelahan. (Swartz, 1995:161)
Suatu anmnesis mengenai sesak napas ini harus ditanyakan mengenai awal mula
keluhan, lamanya, progresifitas, variabilitas, derajat beratnya, factor-faktor yang
memperberat/memperingan dan keluhan yang berkaitan lainnya. Tentukan apakah
sesak napas terjadi secara mendadak dan semakin berat dalam waktu beberapa
menit (misalnya akibat pneumotoraks, ventil, emboli paru massif, asma, aspirasi
benda asing) atau terjadi secara bertahap dan semakin memberat secara progresif
dalam waktu beberapa jam atau hari ( akibat pneumonia, asma, PPOK eksaserbasi
akut) atau bahkan memberat dalam waktu beberapa minggu, bulan, atau tahun
(akibat efusi pleura, PPOK, TB Paru, anemia, gangguan otot pernapasan). (Swartz,
1995:161)
Keadaan atau aktifitas apa yang dapat menimbulkan sesak perlu diketahui,
karena dapat memberi petunjuk akan kemungkinan penyebabnya. Pada kasus
pneumonia aspirasi ini sesak yang timbul secara tiba-tiba setelah teraspirasi benda
asing.Kualitas sesak tergantung jenis dan sifat bahan yang teraspirasi.
Kepada semua pasien yang mengeluh sesak napas perlu ditanyakan pertanyaan-
pertanyaan berikut ini (Swartz, 1995:161):
“Sudah berapa lama Anda menderita sesak napas?”
“Apakah sesak napas itu terjadi secara tiba-tiba?”
“Apakah sesak napasnya terjadi secara terus menerus?”
“Apakah sesak napasnya terjadi saat berolahraga?...waktu istirahat?....berbaring
lurus?....duduk?”
“Apa yang membuat sesak napasnya memburuk?Apa yang meredakannya?”
“Apakah sesak napasnya disertai dengan wheezing?...demam?...batuk?....batuk
darah?...nyeri dada?...palpitasi?...parau?”
“Apakah Anda merokok?” jika ya, “Berapa banyak?Sudah berapa lama?”
26
“Apakah Anda pernah terpapar dengan asbes?....semburan pasir?....memelihara
burung merpati?”
SAKIT DADA
Nyeri dada harus diuraikan secara rinci yang mencakup lokasi nyeri serta
penyebarannya, awal mula keluhan, derajat nyeri, factor yang
memperberat/meringankan misalnya efek terhadap pernapasan dan pergerakan.
Sakit dada dapat berasal dari nyeri dinding dada, nyeri pleura, dan nyeri
mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)
NYERI DINDING DADA. Nyeri dinding dada dapat terjadi akibat adanya
gangguan pada saluran napas maupun kelainan musculoskeletal.Nyeri yang timbul
mendadak dan terlokalisir setelah mengalami batuk-batuk yang hebat atau trauma
langsung menunjukkan adanya injury pada otot-otot intercostal ataupun fraktur
iga.Nyeri dada sering terjadi pada pasien herpes zoozter dan kompresi pada radiks
nervus interkostalis (nyeri terlokalisir), asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)
27
yang semakin berat bila pasien batuk.Pada pneumonia aspirasi bisa saja
kemungkinan pasien mengalami nyeri mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)
Wheezing adalah bunyi siulan bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara
yang melalui saluran napas yang sempit.Umumnya terjadi saat ekspirasi, namun
pada keadaan yang berat dapat terdengar baik pada ekspirasi maupun
inspirasi.Pasien sering menggambarkan wheezing sebagai bunyi yang mendesir
akibat adanya secret pada saluran napas atas.Wheezing sering didapatkan pada
pasien asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)
SIANOSIS
28
Pada kasus pneumonia aspirasi misalnya beberapa pekerja seperti tukang las
listrik, menghirup kadar toksik gas nitrogen yang dapat menimbulkan sianosis
dengan methemoglobinemia. (Swartz, 1995:163)
GEJALA-GEJALA LAIN
Disamping gejala utama penyakit paru yang disebut di atas, ada gejala-gejala
lain yang jarang ditemukan, mencakup:
Stridor (pernapasan yang bising)
Perubahan suara
Pembengkakan mata kaki (edema tergantung)
Stridor merupakan jenis kasar dari pernapasan yang berisik dan biasanya
berkaitan dengan obstruksi bronkus utama yang terjadi karena aspirasi.Perubahan
suara dapat terjadi karena peradangan pita suara atau gangguan pada nervus
recurrent laringeus.Pembengkakan mata kaki adalah suatu manifestasi edema
tergantung, yang berkaitan dengan gagal jantung kanan, penyakit ginjal, penyakit
hati, atau sumbatan aliran vena.Bila keadaanya memburuk, akumulasi cairan
abnormal menimbulkan edema umum, yang dikenal sebagai anasarka.(Swartz,
1995:163)
29
Penyalahgunaan zat
Diet
Pola tidur
Obat-obat yang sedang digunakan
30
“Apakah Anda terpapar dengan bahan berbahaya?”Apakah Anda pernah memakai
alat pelindung?”
“jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan sebelum pekerjaan sekarang ini?”
“Dimana Anda tinggal?...Sudah berapa lama?”
“Apakah Anda pernah tinggal di dekat pabrik, galangan kapal, atau fasilitas lain
yang potensial berbahaya?”
“Apakah ada salah seorang anggota keluarga Anda yang pernah bekerja dengan
bahan-bahan berbahaya yang dapat dibawanya ke rumah?”
“Apa jenis hobi Anda? Hobi ini menyebabkan Anda terpapar dengan zat apa?”
f. Informasi Biografis
g. Riwayat Keluarga
h. Riwayat Psikososial
31
gejala dan penyakitnya mengganggu waktu kerja pasien?Apa pengertian pasien
mengenai gejala-gejala penyakitnya? Apakah ia memikirkan masa depan?
(Amirmuslim, 2012:17)
i. Tinjauan Sistem
32
Lokasi kelainan pada dinding dada dapat ditentukan dalam 2 dimensi yaitu
sepanjang aksis vertical dan sepanjang lingkar dada. (Amirmuslim, 2012:40)
Penentuan lokasi berdasarkan aksis vertical dilakukan dengan menghitung sela
iga.Angulus sternalis Ludovici dapat dijadikan pedoman dalam menghitung sela
iga.Untuk mengidentikfikasi angulus sterni ini pertama-tama letakkan jari pada
suprasternal notch, kemudian gerakkan jari ke caudal kira-kira 5 cm untuk
mendapatkan angulus sterni tersebut yang merupakan penonjolan (sudut) yang
dibentuk oleh manubrium sterni dan corpus sterni. Dengan menggerakkan jari kea
rah lateral akan didapatkan perlengketan iga ke dua pada sternum. Selanjutnya
dengan menggunakan dua jari dapat dihitung sela iga satu persatu dengan arah
oblique.Pada perempuan untuk menghitung sela iga maka payudaraa harus
disingkirkan ke arah lateral. Tujuh rawan iga pertama melekat pada sternum
sedangkan rawan iga ke 8,9 dan 10 melekat pada rawan iga yang berada di atasnya.
Iga ke 11 dan 12 yang merupakan iga melayang bagian anteriornya tidak
mengadakan perlekatan.Ujung rawan iga 11 biasanya dapat diraba pada daerah
lateral, sedangkan ujung iga ke 12 pada daerah posterior. (Amirmuslim, 2012:40)
Untuk menentukan lokasi kelainan pada dada bagian posterior dapat dilakukan
beberapa cara yaitu: 1) Cara yang umum dilakukan yaitu dengan menggunakan
pedoman Processus vertebrae prominens (penonjolan Processus spinosus vertebrae
cervical 7). Dengan melakukan palpasi dapat dihitung processus yang ada
dibawahnya khususnya pada tulang belakang yang lentur; 2) Untuk menentukan
lokasi pada bagian posterior yaitu dengan menggunakan pedoman iga ke 12 sebagai
titik awal penghitungan.Letakkan jari salah satu tangan pada tepi bawah iga ke 12,
kemudian kea rah kranial dihitung sela iga. Cara ini khususnya dapat membantu
menentukan lokasi kelainan pada daerah dada posterior bagian bawah; 3) Cara lain
yaitu dengan menggunakan angulus inferior scapula (yang biasanya terletak pada
iga/sela iga 7) sebagai pedoman penghitungan. (Amirmuslim, 2012:41)
Untuk menentukan lokasi disekitar lingkar dada digunakan beberapa garis
vertical yaitu (Amirmuslim, 2012:41):
Garis midsternal : garis vertical yang melalui pertengahan sternum
Garis midklavikula : garis vertical yang melalui pertengahan klavikula
33
Garis aksilaris anterior : garis vertical yang melalui lipat aksila anterior
Garis midaksilaris : garis vertical yang melalui puncak aksila
Garis aksilaris posterior : garis vertical yang melalui lipat aksila posterior
Garis skapularis : garis vertical yang melalui angulus inferior scapula
Garis vertebralis (midspinalis) : garis vertical yang melalui processus spinalis
vertebrae
Teknik Pemeriksaan
a. Inspeksi
Pada pasien dengan aspirasi pneumonia, hasil inspeksi didapat berupa:
Pucat atau sianosis perifer (pada kuku jari tangan atau pada bibir)
menunjukkan hipoksemia
Retraksi otot-otot intercostal
Kelainan dinding dada mungkin bisa ditemukan parut bekas operasi
Frekuensi napas meningkat sehingga pasien terlihat sesak napas. Frekuensi
pernapasan normal 14-20 kali permenit.
Pola pernapasan cepat dan dangkal (takipnea) serta teratur
Jenis pernapasan bisa berupa pernapasan cuping hidung
Stridor, suara napas yang mendengkur secara teratur. Terjadi karena ada
penyumbatan daerah laring. Suara ini bisa didengar tanpa menggunakan alat
bantu. Yang terbanyak adalah stridor inspiratory.
b. Palpasi
34
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil palpasi didapat berupa:
c. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding dada
dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut ditekan ke
dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi. Bagian tengah
falang medial tangan kiri tersebut kemudian diketuk dengan menggunakan ujung
jari tengah tangan kanan, dengan sendi pergelangan tangan sebagai penggerak.
Jagan menggunakan poros siku karena akan memberikan ketokan yang tidak
seragam. Sifat-sifat ketokan selain didengar, juga harus dirasakan dengan jari-
jari.(Amirmuslim, 2012:44)
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil perkusi didapati redup (dull) karena
adanya konsolidasi/infiltrate pada parenkim paru atau pada rongga alveolus. Pada
paru bagian depan dilakukan pemeriksaan perkusi perbandingan secara bergantian
kiri dan kanan (zigzag). Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang sonor
pada kedua paru. (Amirmuslim, 2012:44)
35
Pemeriksaan lain yang penting dilakukan pada paru adalah perkusi untuk
menentukan batas paru hati dan paru lambung. Untuk menentukan batas paru hati
dilakukan perkusi sepanjang garis midklavikula kanan sampai didapatkan adanya
perubahan bunyi dari sonor menjadi redup.Perubahan ini menunjukkan batas antara
paru dan hati.Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2
kanan, dan umumnya didapatkan setinggi sela iga ke 6.Setelah batas paru hati
diketahui selanjutnya dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi.
Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apayang akan dilakukan, kemudian
letakkan 2 jari tangan kiri tepat dibawah batas tersebut. Pasien diminta untuk
menarik napas dalam dan kemudian ditahan, sementara itu dilakukan perkusi pada
ke2 jari tersebut. Dalam keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari
yang tadinya redup kemudian menjadi sonor kembali. Dalam keadaan normal
didapatkan peranjakan sebesar 2 jari.(Amirmuslim, 2012:45)
Untuk menentukan batas paru dan lambung dilakukan perkusi sepanjang garis
aksilaris anterior kiri sampai didapatkan perubahan bunyi dari sonor ke
timpani.Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke 8.Batas ini sangat dipengaruhi
oleh isi lambung.(Amirmuslim, 2012:45)
36
di daerah ini menunjukkan adanya kelainan pada apeks paru.(Amirmuslim,
2012:45)
d. Auskultasi
37
Amforik : suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar yang
letaknya perifer dan berhubungan dengan bronkus, terdengar seperti tiupan
dalam botol kosong.
Dalam keadaan normal suara napas vesicular yang berasal dari alveoli dapat
didengar pada hampir seluruh lapangan paru. Sebaliknya suara napas bronkial tidak
akan terdengar karena getaran suara yang berasal dari bronkus tersebut tidak dapat
dihantarkan ke dinding dada karena dihambat oleh udara yang terdapat di dalam
alveoli. Dalam keadaan abnormal mislanya pada pneumonia dimana alveoli terisi
infiltrate maka udara didalamnya akan berkurang atau menghilang. Infiltrate yang
merupakan penghantar getaran suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial
sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai suara napas
bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli yang terisi infiltrate) atau bronkial
(bila semua alveoli yang terisi infiltrate). (Amirmuslim, 2012:46)
Ronki basah (crackles atau rales) : suara napas yang terputus-putus, bersifat
nonmusical, dan biasanya terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang
melewati cairan dalam saluran napas. Ronki basah lebih lanjut dibagi
menjadi ronki basah halus dan kasar tergantung besarnya bronkus yang
terkena. Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus,
sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi terutama
dapat didengar pada fibrosis paru. Sifat ronki basah ini dapat bersifat
nyaring (bila ada infiltrate mislanya pada pneumonia) ataupun tidak nyaring
(pada edema paru)
Ronki kering : suara napas kontinu, yang bersifat musical, dengan frekuensi
yang relative rendah, terjadi karena udara mengalir melalui saluran napas
yang menyempit, misalnya akibat adanya secret yang kental. Wheezing
adalah ronki yang kering yang frekuensinya tinggi dan panjang biasanya
terdengar pada serangan asma.
38
Bunyi gesekan pleura (pleura friction rub) : terjadi karena pleura parietal
dan visceral yang meradang saling bergesekan bergesekan satu dengan yang
lainnya. Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
Hippocrates succession : suara cairan pada rongga dada yang terdengar bila
pasien digoyang-goyangkan. Biasanya didapatkan pada pasien
hidropneumotoraks.
Pneuomothorax click : bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat
kontraksi jantung, terjadi bila didapatkan adanya udara diantara kedua
lapisan pleura yang meliputi jantung.
Pasien diminta juga untuk mengucapkan “ee” dimana dalam keadaan normal
akan terdengar suara E panjang yang halus. Bila suara “ee” terdengar sebagai “ay”
maka perubahan “E” menjadi “A” ini disebut egofoni, misalnya pada pneumonia.
Pasien kemudian diminta untuk berbisik dengan mengucapkan kata 99.Dalam
keadaan normal suara berbisik itu terdengar halus dan tidak jelas. Bila suara
berbisik tersebut semakin jelas dan keras disebut whispered
pectoriloquy.(Amirmuslim, 2012:46)
39
pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah perifer lengkap.Jika pneumonia teraspirasi
mikroorganisme seperti virus dan mikoplasma umumnya ditemukan lekosit dalam batas
normal atau sedikit meningkat.Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan
PMN.Leukopenia (<5000/ mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.Leukositosis
hebat hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada
keadaan bakteremi, dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.Terkadang juga
ditemukan eosinophilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN
berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5 g/dl, dan glukosa relative lebih rendah
daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah
yang meningkat.Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak
dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti. (Mardjanis,
2010:358)
Pada pasien aspirasi makanan dan vomitus didapati hasil rontgenogram dada
menunjukkan adanya infiltrate alveolar, dan kadang-kadang, infiltrate retikuler yang
dapat bersifat setempat namun seringkali lebih luas dan bilateral. Pada pneumonia
lipoid rontgenogram menunjukkan kenaikan densitas hilus yang menyebar ke semua
arah, terutama lobus kanan atas.Pada sindrom aspirasi meconium pemeriksaan foto
rontgen toraks yang menunjukkan gambaran infiltrasi kasar dikedua paru dan disertai
dengan bagian yang mengalami emfisema. (David, 1998:1489-1490)
40
berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal
sebagai round pneumonia.
Bronkopneumonia , ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan penigkatan corakan peribronkial.
Gambar A. Gambar anteroposterior seorang anak laki laki usia 2 tahun yang
mengalami gejala batuk tiba tiba, dijumpai air trapping pada dada kanan dan
pergeseran mediastinum ke kiri. B. Dengan Rigid bronkoskopi dijumpai kacang
pada cabang bronkus kanan
41
pasien di diagnose menderita gangguan jaringan parenkim paru akibat teraspirasinya
benda asing yang dikenal dengan istilah Pneumonia Aspirasi.Diagnosis ini ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis yang menyokong adanya pneumonia aspirasi, dijumpainya
kuman saluran napas normal pada sputum, pewarnaan Gram yang menunjukkan adanya
bahan neutrophil dan kuman campuran.Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah
aspirasi, dengan keluhan demam menggigil, nyeri pleuritik, batuk dan dahak purulent
berbau (pada 50% kasus). Terdapat leukositosis, LED meningkat, foto dada
menunjukkan gambaran infiltrate pada segmen paru unilateral yang dependen serta
mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Secara umum predictor yang paling kuat
adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori berikut
: takipnea, batuk, napas cuping hidung, ronki , retraksi, dan suara napas melemah. (Zul
Dahlan, 2009:2208)
1. Asthma Bronchiale
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di atas usia 2
tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita bronchiolitis setelah
agak besar menjadi penderita asthma.
Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :
- Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik
- Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic
- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi saluran
pernapasan bagian atas.
- Ekspirasi yang sangat memanjang
- Ronchi lebih terbatas
- Pulmonary inflation lebih ringan
- Laboratoris ditemukan eosinophilia
- Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.
2. Bronchiolitis akut
- inflamasi di bronkiolus
42
- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
- karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing
- ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru
- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar, penekanan
diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada
fotolateral.
3. Bronchitis Acuta
- Terjadi di bronchus
- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronchi : basah,
kasar.
- Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.
4. Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada
umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala–gejala obstruksi bronkiolus.
Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi,
dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada.
5. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.Penyebab bronkitis
infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Gejalanya berupa:
43
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.
6.Payah Jantung
Suatu keadaan di mana jantung sudah tidak mampu lagi memberikan darah kaya oksigen ke
organ-organ tubuh yang membutuhkan. Gejalanya pada fase awal, penderita akan merasakan
mudah lelah dan sesak (tersengal-sengal) pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat.
Kadangkala penderita terbangun tengah malam karena sesak dan membaik setelah duduk
beberapa saat. Pada fase lebih lanjut keluhan tersebut lebih berat sehingga waktu istirahat pun
penderita merasa sesak nafas. Selain gejala diatas pada umumnya penderita juga mengalai
pembengkakan kaki yang akan berkurang bila kaki diletakkan paa posisi lebih tinggi.
8. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis tuberkulosis
dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang
terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat
hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain akan sesuai dengan organ
yang terlibat ). Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa
juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis
antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada
kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya
terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up
44
2.7 Penatalaksanaan
45
atau alergi terhadap penisilin. Bila aspirasi didapat dari rumah sakit diberikan
antibiotic spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya
aminiglikosida dikombinasikan dengan penisilin, sefalosporin generasi 3, atau
klindamisin. AB perlu diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran
radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6
minggu. (Zul Dahlan, 2009:2208)
Pencegahan
2.8 Komplikasi
2.9 Prognosa
Prognosis pneumonia aspirasi tergantung pada keparahan aspirasi dan sebagian lagi
pada penyakit yang mendasarinya.Kebanyakan penderita memperagakan pembersihan
infiltrate dalam 2 minggu; angka mortalitas untuk penderita dengan aspirasi massif
besarnya sekitar 25%. (David, 1998: 1489)
47
BAB III
DISKUSI / PEMBAHASAN
48
yang penting adalah mengeluarkan benda asing sesegera mungkin dari saluran
pernapasan dengan mengaktifkan refleks batuk atau muntah.Apabila tindakan tersebut
tidak berhasil bisa dilakukan dengan bronkoskopi atau torakotomi.
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
50
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar IPD FKUI.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta;FKUI
51