You are on page 1of 51

Karya Tulis Ilmiah

PNEUMONIA ASPIRASI

Tim penulis :

Ariza Esakti Rahmi 10-105

Yeni apriyani 10-184

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,atas Rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pneumonia Aspirasi”

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas akhir Modul Diagnostik fisik semsester IV.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sengat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,khususnya
kepada:

1. Fasilitator skillab kami dr.Yorva sayoeti SpA


2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga ALLAH memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan,dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah,Aaminn Ya Rabbala’Alamin.

Penulis

2
ABSTRAK

Aspirasi adalah infeksi paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan asing,
cairan atau benda padat seperti makanan, minuman, bahan muntahan tau terhirupnya
gas uap beracun kedalam salluran pernapasan.

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya


polimikrobial namun terjadinya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di
komunitas atau RS.

Manifestasi klinis,amat bervariasi seperti asma bronkial dengan obstruksi


bronkus.Dsypneu, wheezing, ronki, pulmonary edema, tachycardia, hemoragic, trachea-
bronchitis, hypotension, oksigen rendah, sampai ke cardiac arrest.

Pneumonia aspirasi dapat disebabkan oleh infeksi kuman, penumonitis kimia


akibat aspirasi bahan toksik, akibat cairan inert.

3
ABSTRACT

Aspiration is pulmonary infection cause in hall foreign material , liquids or solid


object such of food, drink, material on vomitus in hall noxious or gas into the
respiratory.

Infection occurring in endogenous manner by germs orofaring that is usually


polimicroba out the occurrence of depend upon the location, the location of, the
location of the, is a community or hospitasl.

The manifestation of clinically very varing as asthma by symproms of


obstruction of the bronchi, dsypneu, wheezing, rhonchi, pulmonary edema, tachycardia,
hemoragic, trachea bronchitis, hypotension, low oxygen, until to cardiac arrest.

Pneumonia the aspirations can be caused by infection germs, pneumonitis


chemistry resulting from aspirations toxic aspiration toxic, resulting from a liquid inert.

4
DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT ............................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

ABSTRAK .............................................................................................................. 3

ABSTRACT ............................................................................................................ 4

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 7


1.2 Definisi .................................................................................................... 7
1.3 Anatomi Traktus Respiratorius & Paru ..................................................... 7
1.4 Etiologi ..................................................................................................... 10
1.5 Gambaran klinis......................................................................................... 11
1.6 Patofisiologi .............................................................................................. 13
1.7 Prosedur Diagnostik Pada Penyakit Pernapasan ...................................... 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesa ............................................................................................... 22


2.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 32
2.3 Pemeriksaan Laboratorium ...................................................................... 39
2.4 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 40
2.5 Diagnosa Kerja ........................................................................................ 41
2.6 Differensial Diagnosa (DD)..................................................................... 42
2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 45
2.8 Komplikasi .............................................................................................. 46
2.9 Prognosa .................................................................................................. 47

BAB III DISKUSI /PEMBAHASAN ...................................................................... 48

5
BAB IV KESIMPULAN/SARAN

4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 50

4.2 Saran ........................................................................................................ 50

BAB V DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi
ke saluran nafas bawah yang dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.Seperti
makanan, minuman, bahan muntahan atau terhirupnya gas uap racun.Hisapan bahan-bahan
ini menyebabkan dua keadaan yang agak berbeda yaitu “ Aspirasi Pneumonia”.
Aspirasi pneumonia merupakan infeksi saluran atas yang terjadi secara kronis,benda
asing yang hirup jumahnya sedikit yang berasal dari orofaring.
Aspirasi Pneumonitis adalah kerusakan mukosa trakeo-bronkial, secara akut maupun
kronis akibat cairan atau bahan-bahan yang masuk kedalam saluran pernafasan
bawah.Secara akut bisa terjadi akibat muntahan cairan lambung yang masuk saluran
nafas.Penyakit ini sering terjadi pada penderita keracunan(overdosis pengbatan, trauma
kepala)dan pada tumor otak.Penurunan udara meningkat resiko aspirasi, juga meningkatkan
ciranlambung yang terhirup.

1.2Definisi

Pneumonia aspirasi merupakan kerusakan parenkim paru, distal dari bronkiolus


terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius , dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat akibat proses terbawanya
bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke saluran nafas bawah .Kerusakan yang
terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh.(Sudoyo,
2009:2207)

1.2 Anatomi
Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru ke hidung, faring,
laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.Saluran pernapasan dari hidung ke bronkiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring,
dihangatkan,dan dilembabkan. Ketika proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epital toraks bertingkat,bersilia dan bersel goblet. Permukaan

7
epitel diliputi oleh lapisan mukus yang di sekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa.
Partikel debu yang kasar di saring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung,
sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong
lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior di dalam sistem
pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau di
batukkan keluar. Lapisan mukus memberiakan air untuk kelembaban, dan dibanyaknya
jaringan pembuluh darah di bawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara
inspirasi telah di sesuaikan sedemekian rupa sehingga udara yang mencapai faring hampir
bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembaban nya mencapai 100%.
(Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara.Laring terdiri dari
rangkaian tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara.Ruang berbentuk segitiga di antara pita suara (yaitu glotis) bermuara ke dalam trakea
dan membenbentuk bagian antara pernapasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah
antara saluran pernafasab bagian atas dan bawah.meskipun laring terutama dianggap
berhubungan dengan fonasi,tetapi fungsinya sebagai organ pelindung jauh lebih penting.
Pada waktu menelan,gerakan laring ke atas,penutupan glotis,dan fungsi seperti pintu dari
epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,berperan untuk mengarahkan
makanan dan cairan masuk kedalam esofagus. Jika benda asing masih mampu masuk
melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan membantu menghalau benda dan
secret ke luar dari saluran pernapasan bagian bawah.(Sylvia&Lorraine, 2005:737)

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 12,5 cm (5 inci).struktur trakea dan bronkus di analogkan dengan
sebuah pohon,dan karena itu dinamakan pohon trakeobronkial.permukaan posterior trakea
agak pipih dibandingkan sekelilingnya karena cincin tulang rawan di daerah itu tidak
sempurna, dan letaknya tepat didepan esofagus. Akibatnya jika suatu pipa endotrakea bulat
yang kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, dapat
timbul erosi di posterior membrane tersebut, dan membentuk fistula trakeoesofageal.Erosi
bagian anterior menembus cincin tulang rawan dapat juga timbul tapi tidak
sering.Pembengkakan dan kerusakan pita suara juga merupakan komplikasi dari pemakaian

8
pipa ET.Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan di kenal sebagai
karina.Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk
berat jika dirangsang. (Sylvia&Lorraine, 2005:737)
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris.Bronkus utama kanan lebih pendek
dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan kelanjutan dari
trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya,bronkus utama kiri lebih panjang dan
lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam.
(Sylvia&Lorraine, 2005:738)
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis,yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus termalis memiliki garis tengah
kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan,tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru. (Sylvia&Lorraine,
2005:738)
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional
paru,yaitu tepat pertukaran gas. Asinus terdiri dari 3 bagian, yang pertama yaitu bronkiolus
respiratoruis,kedua ductus alveolaris dan yang ketiga sakus alveolaris terminalis. Asinus ini
memiliki garis tengah kira-kira 0,5-1,0 cm. Terdapat 23 kali percabangan mulai dari trakea
sampai sakus alveolaris terminalis. Alveolus (dalam kelompok sakus alveolaris menyerupai
anggur, yang membentuk sakus terminalis) dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh
dinding tipis(septum). Lubang kecil pada dinding ini dinamakan pori-pori khon yang
fungsinya untuk menghubungkan aliran udara antara sakus alveolaris terminalis .Alveolus
hanya mempunyai satu lapis sel yang diameternya lebih kecil dibandingkan diameter sel
darah merah.Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan
seluas sebuah lapangan tenis.(Sylvia&Lorraine, 2005:738)

Terdapat dua tipe lapisan sel alveolar; pneumosit tipe 1 merupakan lapisan tipis yang
menyebar menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang

9
bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu
gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara kapiler dan gas
membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah kolaps alveolus pada waktu
ekspirasi.Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein (disebut surfaktan) yang
dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan
pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan
dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (sel tipe II) bergantung pada beberapa
factor, yaitu kematangan sel-sel alveolus dan system enzim biosintetik, kecepatan
pergantian surfaktan yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding
alveolus. Surfaktan relative lambat terbentuk pada kehidupan fetal; sehingga bayi yang
lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit (biasanya pada kelahiran premature) dapat
berkembang menjadi sindrom gawat napas pada bayi.Surfaktan disintesis secara cepat dari
asam lemak yang diekstraksi dari darah, dengan kecepatan pergantiannya yang cepat.
Sehingga bila aliran darah ke daerah paru terganggu maka jumlah surfaktan ke daerah
tersebut akan berkurang. Produksi surfaktan dirangsang oleh ventilasi aktif, volume tidal
yang memadai, dan hiperventilasi periodic (cepat dan dalam) yang dicegah oleh
konsentrasi O2 tinggi pada udara yang diinspirasi. Sehingga pemberian O2 konsentrasi
tinggi dalam jangka waktu yang lama atau kegagalan untuk bernapas cepat dan dalam pada
seorang pasien yang menggunakan ventilasi mekanik akan menurunkan produksi surfaktan
dan menyebabkan kolaps alveolar (ateletaksis). (Sylvia&Lorraine, 2005:738)

1.4 Etiologi

Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi
yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda. Dapat berupa pneumonia asprasi oleh
infeksi kuman, pneumonitis kimia yang diakibatkan oleh aspirasi bahan toksik, akibat
aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, obstruksi
mekanik simple oleh bahan padat dan terinhalasinya cairan amnion oleh janin.Pada
pneumonia aspirasi (PA), ludah orofaring yang mengandung kuman terisap hingga
menimbulkan infeksi bakteri pada paru. Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulang
kali adalah adanya (Arjatmo, 2001:811) :

10
1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, refleks batuk
(kejang,stroke, pembiusan )
2. Disfagia sekunder akibat esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh slang nasogastric. Juga berperan jumlah bahan
aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas.

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial
namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di
Rumah Sakit. Pada PAK, kuman pathogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-
46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus
yang juga dapat disertai Klebsiella pneumonia dan stafilokokus, atau Fusobacterium
nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS
kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif , batang Gram negative,
pseudomonas, proteus, serratia, dan S.aureus di samping bisa juga di sertai oleh kuman
anaerob obligat di atas. Pada pasien yang berasal dari rumah perawatan (nursing home)
dapat terinfeksi pathogen seperti halnya pada infeksi nosocomial.(Zul Dahlan, 2009:2207)

1.5 Gambaran Klinis

Gejala klinis yang timbul sangat bergantung pada sifat benda asing, lokasi, ukuran, dan
derajat sumbatan yang ditimbulkan. Berdasarkan perjalanan atau urutannya, gejala klinis
yang timbul dapat menjadi tiga tahapan, yaitu (Putu Suwendra, 2008:424) :

Gejala awal

Gejala awal yang timbul dapat berupa tersedak, serangan batuk keras dan tiba-tiba,
sesak napas, rasa tidak enak di dada, mata berair, rasa perih di tenggorokan dan
dikerongkongan. Gejala awal seringkali ringan dan berlangsung singkat, sehingga gejala ini
tidak diperhatikan. (Putu Suwendra, 2008:424)

Periode laten atau tanpa gejala

Setelah gejala awal dilalui diikuti periode bebas gejala yang disebut masa laten. Masa
laten ini mulai beberapa jam sampai beberapa tahun. Pada periode ini dapat dijumpai gejala

11
sakit menelan karena terjadinya pembengkakan di daerah laring. (Putu Suwendra,
2008:424)

Gejala susulan atau lanjutan

Gejala susulan tidak spesifik, sebagai akibat perubahan fisiologis atau patologis yang
ditimbulkan benda asing.Gejala susulan ini sangat bergantung pada lokasi dan bentuk
kelainan yang ditimbulkannya. (Putu Suwendra, 2008:424)

 Benda asing di dalam hidung


Gejala yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam hidung umumnya unilateral, seperti
hidung tersumbat, beringus kental dan berbau.
 Benda asing di dalam nasofaring
Benda asing yang masuk ke dalam nasofaring akan menimbulkan gejala seperti yang
disebutkan pada gejala awal di atas. Lintah yang dapat masuk ke dalam hidung atau
nasofaring dapat menimbulkan perdarahan berulang dari hidung.
 Benda asing di dalam laring
Laring merupakan daerah yang sempit dan peka, sehingga mudah mengalami
peradangan, edema, spasme, dan lain-lain. Oleh karena itu, benda asing yang masuk ke
dalam laring dapat menimbulkan gejala yang beragam, seperti sesak napas, stridor,
mengi, nyeri pada saat menelan, berbicara atau bernapas dalam, serak atau parau hingga
afoni, batuk serak disertai stridor, hemoptysis, reaksi intercostal, epigastrial, dan
supraklavikular, serta detak jantung yang meningkat. Bila terjadi sumbatan total dapat
terjadi sianosis dan kematian.
 Benda asing di dalam trakea
 Benda asing di dalam trakea akan dikeluarkan melalui batuk dan eskalasi mukosiliar.
Apabila gagal benda asing tersebut akan menetap di dalam trakea atau masuk ke dalam
bronkus. Di dalam trakea benda asing dapat menimbulkan berbagai akibat yang dapat
berubah-ubah karena masih dapat berpindah tempat (mobile). Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa obstruksi, reaksi peradangan, atau konstriksi. Gejala patognomonik terdiri
dari batuk, sesak, dan suara mengi yang terdengar sangat mirip dengan asma, sehingga
disebut sebagai asmatoid.

12
Apabila benda asing masih dapat berpindah tempat (mobile) pada saat batuk atau
ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi di daerah tiroid, dapat didengar suara hentakan
benda asing ke pita suara atau daerah subglotis.Tanda ini disebut audible slap.Dengan
palpasi tanda ini kadang-kadang dapat dirasakan dan disebut sebagai palpatory thud.
 Benda asing di dalam bronkus
Bentuk ini merupakan bentuk tersering, dan dapat mencapai 83-90% kasus.Gejala yang
terjadi merupakan akibat langsung dari benda asing yang teraspirasi, seperti obstruksi
atau konstriksi (sesak napas, suara napas yang melemah atau berkurang, mengi yang
kadang-kadang bilateral dan sulit sembuh), peradangan (bronchitis, bronkiektasis,
pneumonia lobaris yang sering berulang, abses, empyema), atau merupakan akibat yang
tidak langsung seperti atelectasis dan empisema.Gejala mengi dapat timbul segera
setelah aspirasi terjadi, atau dapat berjalan kronis.Apabila obstruksi terjadi pada kedua
bronkus utama, dapat terjadi sesak yang berat hingga anoksia.Kadang-kadang dapat
terjadi hemoptysis setelah beberapa bulan atau tahun.Apabila benda asing tersebut
berasal dari tumbuhan disebut sebagai bronchitis arakiditis atau vegetalis, dengan gejala
batuk, demam septik, dan sesak.

1.6 Patofisiologi

Patofisologi pneumonia aspirasi sesuai dengan jenis dan jumlah bahan yang
teraspirasi.Respon yang ditimbulkan juga tergantung pada agen yang menginfeksi. Tiga
sindrom asprasi yaitu (Lorraine, 2005:808) :

13
a. Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang tersering dan menyebabkan pneumonia bakteri.
Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari
mikroorganisme anaerobik seperti Bacteroides, fusobacterium, Peptococcus,
Pneumococcus dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang sering ditemukan
diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Pneumonia anaerobik paling
sering mengenai pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan
alkoholisme kronik dengan infeksi pada gusi dan predisposisi mengalami aspirasi.
Akhir-akhir ini semua kasus pneumonia yang didapat di rumah sakit disebabkan oleh
campuran mikroorganisme anaerobic dan aerobic ( missal, basil gram negative,
S.aureus ). Awitan gejala biasanya perlahan terjadi secara perlahan-lahan selama 1
sampai 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis,
dyspnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang
terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empyema dapat timbul seperti mikroba-
mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut
terbentuk pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat
gaya gravitasi karena banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama
kanan. Sering timbul jari tabuh bila abses menjadi kronik. (Lorraine, 2005:808)

Diantara semua pneumonia bakteri, pneumonia pneumococcus yang sering


diselidiki.Kuman ini umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus atau
saliva.Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek garvitasi. Setelah
mencapai alveoli maka pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4
tahap berurutan (Lorraine, 2005:806) :
1. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama ) : eksudat serosa masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya ) : paru tampak merah dan bergranular
(hepatisasi=seperti hepar) karena adanya konsolidasi yaitu serbukan sel-sel darah
merah, fibrin, cairan edem, leukosit PMN dan ditemukannya kuman yang mengisi
alveoli.

14
3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena deposisi fibrin
semakin bertambah, terdapat fibrin dan lekosit PMN di alveoli dan terjadi proses
fagositosis yang cepat.
4. Resolusi (7 sampai 11 hari) :jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.

b. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan
regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung . Bertolak belakang dengan pneumonia
anaerobik yang berawitan lambat, pneumonitis akibat kimia atau pneumonitis akibat
aspirasi dapat berkembang dalam waktu beberapa jam dan sangat parah. Inhalasi massif
isi gaster dapat menyebabkan kematian mendadak akibat obstruksi , sedangkan aspirasi
sedikit isi gaster dapat menyebabkan edema yang meluas, takipnea, dyspnea,
takikardia, demam, leukositosis, dan gagal nafas. Berat ringannya respon peradangan
lebih banyak bergantung pada pH cairan yang diaspirasi dibandingkan dengan factor-
faktor lain. Pneumonitis akibat aspirasi selalu terjadi apabilaa pH dari zat yang
diaspirasi 2,5 atau kurang. Pneumonitis akibat aspirasi memiliki 3 bentuk tersering ,
yaitu (Lorraine, 2005:809) :
1. Kesembuhannya cepat (biasanya bila jumlah zat yang diaspirasi sedikit atau bersifat
basa)
2. Berkembang cepat menjadi sindrom distress pernafasan akut.
3. Superinfeksi oleh bakteri

Pneumonia bakterial yang berkembang sebagian oleh bahan kimia akibat reaksi
caairan gaster dan sebagian lagi akibat superinfeksi bacterial yang timbul stelah
beberapa hari dari organisme yang mungkin hidup di mulut atau di lambung. Aspirasi
isi gaster paling sering terjadi selama dianestesi atau setelah dianestesi (khususnya pada
pasien obsetri dan setelah bedah darurat karena gangguan pada saat persiapan operasi) ,
pada bayi, dan pada beberapa pasien dengan depresi refleks muntah dan batuk. Paling
penting, pasien-pasien ini harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret
orofaring dapat keluar dari mulut. (Lorraine, 2005:809)

15
Bahan kimia lain yang memicu pneumonia aspirasi yaitu hidrokarbon seperti polis
peralatan rumah, minyak tanah, cairan arang yang lebih ringan, dan bensin kadang-
kadang tidak sengaja tertelan oleh anak kecil. Bensin dapat teraspirasi oleh anak kecil
belasan tahun yang beupaya menyedot bensin. Makin encer senyawa hidrokarbon
makin tinggi penguapannya ,makin besar toksisitasnya terhadap paru. Hidrokarbon
mungkin teraspirasi saat penelanan, muntah, atau sonde lambung.hidrokarbon
berviskositas rendah memungkinkannya mengalir dari hipofaring ke dalam
laring.Hidrokarbon berinteraksi dengan surfaktan paru, mengakibatkan kolaps
alveolus.Makrofag alveolus dapat juga terkena jejas.Pasca penelanan segera terjadi batu
dan muntah. Dalam beberapa jam mungkin terjadi kenaikan suhu (38-40 0C). Tanda-
tanda paru bisa berupa dyspnea, resonansi pada perkusi berkurang, suara pernapasan
melemah atau bronkial dan krepitasi.Hipoksemia dan sianosis yang disebabkan oleh
radang dan edema.Pasien mengantuk, kejang-kejang dan koma dapat terjadi dan
kadang-kadang mendominasi perjalanannya. (David, 1998: 1489)

Bahan lain yang menimbulkan pneumonia aspirasi ialah lipoid. Pemberian lipoid
atau bahan makanan minyak dengan cara dan posisi tubuh yang salah. Misalnya saat
memaksa anak memakan minyak ikan, lemak binatng yang dicairkan dan lain-lain.Susu
yang teraspirasi pada bayi, pengkilap bibir yang digunakan berlebihan bisa
menimbulkan pneumonitis.Reaksinya mulai sebagai radang proliferative interstisial,
dan mungkin ada pneumonia eksudatif.Pada stadium kedua ada fibrosis proliferative,
kronis, difus, dan kadang-kadang ditumpangi oleh bronkopneumoni infeksius akut.Pada
stadium ketiga ada banyak nodulus yang terlokalisasi. (David, 1998: 1490)

Inhalasi nitrogen oksida juga menyebakan pneumonitis terutama pada pekerja


pengisi gudang dimana terdapat gas nitrogen oksida dalam gudang yang baru saja diisi
terutama pada gudang jagung. Asam nitrit dan nitrat terbentuk bila gas-gas ini larut ,
dapat menimbulkan luka bakar berat diseluruh epitel pernapasan. (David, 1998: 1492)

c. Sindrom aspirasi berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau
cairan bukan asam (misalnya, karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan)
yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka
gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya di

16
dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea,
akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat.
Bila bahan tersebut tidak bisa dikeluarkan dengan jari maka lakukan trakeotomi (
krikotirotomi ). Jika bahan (misalnya kacang) tersangkut pada bagian saluran
pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk kronik dan
infeksi berulang. Pengobatan mengeluarkan bahan yang tersangkut biasanya dengan
bronkoskopi. (Lorraine, 2005:809)
Pneumonia aspirasi bisa terjadi pada bayi yang terinhalasi cairan amnion yang
mengandung meconium pada kandungan yang menderita gawat janin, pada bayi
dismaturitas ( kecil untuk masa kehamilan ), serta neonates lebih bulan. Biasanya bayi
lahir dengan afiksia disertai riwayat resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan
pernapasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. Kadang-kadang
terdengar ronki pada kedua paru.Bergantung pada jumlah meconium yang terinhalasi,
mungkin terlihat emfisema.Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh
kehamilan.(IKA UI, 1985:1088)

1.7 Prosedur Diagnostik Pada Penyakit Pernapasan

Teknik Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya
sinar-X, karena itu parenkim menghasilkan bayangan yang sangat bersinar-sinar.Jaringan
lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar, serta diafragma lebih
sukar ditembus sinar-X dibandingkan parenkim paru sehingga bagian-bagian tubuh ini
tampak lebih padat pada radiogram. (Lorraine, 2005:756)

Radiografi Dada Rutin

Pemeriksaan radiograf dada rutin dilkaukan pada satu jarak standar setelah inspirasi
maksimum dan menahan napas untuk menstabilkan diafragma. Radiograf diambil dengan
sudut pandang posteroanterior dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan
melintang. Radiograf yang dihasilkan memberikan informasi berikut (Lorraine, 2005:756) :

17
1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura dan kontur diafragma dan saluran napas
atas pada waktu memasuki dada
2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta,
kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus.
3. Tekstur dan derajat aaerasi parenkim paru.
4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis dan
daerah konsolidasi.

Tomografi Komputer (CT scan)

Tomografi computer (CT scan) merupakan satu teknik radiologic yang serangkaian
radiografnya, masing-masing merupakan gambaran dari suatu “irisan paru” yang diambil
sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu gambaran yang cukup rinci. CT scan
berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama
bronkus, menentukan lesi pada pleura atau mediastinum (nodus, tumor, struktur vascular)
dan secara umum untuk mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang
terdapat pada paru dan jaringan toraks lain. (Lorraine, 2005:757)

Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) menggunakan resonansi magnetic sebagai


sumber energy untuk mengambil gambaran potongan melintang tubuh.MRI khususnya
digunakan dalam mengevaluasi penyaakit pada hilus dan mediastinum. (Lorraine,
2005:757)

Ultrasound

Ultrasound tidak berguna dalam mengevaluasi penyakit parenkim paru. Namun,


ultrasound dapat membbantu mendeteksi cairan pleura yang akan timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentris. (Lorraine, 2005:757)

Angiografi Pembuluh Paru

18
Pola dan aliran arteria pulmonalis dapat didemonstrasikan dengan menyuntikkan cairan
radioopak melalui kateter yang dimasukkan lewat vena lengan ke dalam atrium kanan,
ventrikel kanan, lalu ke dalam arteria pulmonalis utama. Teknik ini untuk menentukan
lokasi emboli massif atau untuk menentukan derajat infark paru.Resiko utama yang dapat
terjadi pada angiografi adalah timbulnya aritmia jantung saat kateter dimasukkan ke dalam
bilik jantung. (Lorraine, 2005:757)

Pemindaian Paru

Pemindaian paru dengan memakai isotope dan teknik ini lebih aman dibandingkan
dengan angiografi.Pemindaian perfusi dilakukan dengan penyuntikan mikrositer albumin.
Gambarannya hampir selalu abnormal pada embolisme (daerah yang tidak mengandung
radioaktif), tetapi tidak spesifik karena kelainan ini juga ditemukan pada keadaan lain
seperti emfisema dan pneumonia. Pemindaian ventilasi memanfaatkan inhalasi bolus gas
radioaktif, biasanya memakai xenon-133.Pemindaian ventilasi paru biasanya tampak
normal pada embolisme, tetapi tampak abnormal pada infark, peneumonia, dan emfisema.
(Lorraine, 2005:757)

Bronkoskopi

Bronkoskopi merupakan suatu teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea


dan cabang-cabang utamanya.Cara inu sering digunakan untuk memastikan diagnostic
karsinoma bronkogenik, tetapi dapat juga digunakan untuk mengangkat benda
asing.Bronkoskopi konvensional berupa suatu pipa logam berlubang dengan system lensa
cermin berlampu.Pipa ini dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam percabangan
trakeobronkial sesudah pasien diberi anestesi local.Sesudah menjalani bronkoskopi, pasien
yang bersangkutan tidak boleh makan atau minum selama paling tidak 2-3 jam, yaitu
sampai refleks muntah timbul lagi. (Lorraine, 2005:758)

Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari saluran pernapan bagian
atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yang memakai laringoskop atau
bronkoskop.(Lorraine, 2005:758)

19
Pemeriksaan Sputum

Warna, sputum, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.Waktu terbaik
pengumpulan sputum adalah segera sesudah bangun karena sekresi bronkus yang abnormal
cenderung tertimbun saat tidur.(Lorraine, 2005:759)

Pemeriksaan Uji Fungsi Paru

Dengan menggunakan spirometri.Spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur


volume paru statik dan dinamik seseorang dengan alat spirometri. (Lorraine, 2005:759)

Volume paru statik adalah volume udara di dalam paru yang bersifat statis
pemeriksaannya tanpa dibatasi waktu.(Lorraine, 2005:759)

I. Volume Paru
1. Volume alun napas VAN (volume tidal=VT), yaitu junlah udara yang masuk ke
dalam dan keluar dari paru pada pernapasan biasa. Seorang normal dengan berat 70
kg dalam keadaan istirahat biasanya mempunyai isi alun napas sebesar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI)/ inspirasi reseve volume (IRV), yaitu jumlah udara
yang masih dapat masuk ke paru pasca inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya sekitar 2500 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (VCE) / expiratory reserve volume/ERV, yaitu volume
udara yang masih bisa dikeluarkan setelah inspirasi biasa. Pada orang dewasa dengan
berat badan 70 kg besarnya sekitar 1500 ml.
4. Volume residu(VR)/residual volume(RV) yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg besarnya
sekitar 1500 ml.

II. Kapasitas Paru


1. Kapasitas Vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan maksimal setelah inspirasi maksimal
(VCI+VAN+VCE) besarnya 4600 cc.
Ada 2 macam kapasitas vital berdasarkan cara pengukurannya:

20
 Kapasitas Vital (KV) : udara yang dikeluarkan maksimal sesudah inspirasi
maksimal. Aktifitas pernapasannya tanpa kekuatan .
 Kapasitas Vital Paksa (KVP) : pemeriksaan dilakukan dengan aktifitas
pernapasan maksimal, aktifitas pernapasannya dengan kekuatan penuh.
2. Kapasitas Inspirasi (KI) yaitu jumlah udara yang dapat dihirup maksimal setelah
inspirasi biasa (VAN+VCI) besarnya 3500 cc
3. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) udara yang ada dalam paru setelah ekspirasi
biasa (VCE+VR) besarnya 2300 cc
4. Kapasitas Paru Total (KPT) jumlah udara yang ada di paru pada akhir inspirasi
maksimal (VCI+VAN+VCE+VR) besarnya 5800 cc

Volume paru dinamik pemeriksaannya mempunyai batas waktu yaitu:

1. Volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 yaitu jumlah udara yang bisa dikeluarkan
sebanyak-banyaknya dalam 1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah
inspirasi maksimal.
2. Maximal voluntary ventilation (MVV) Jumlah udara yang bisa dikeluarkan sebanyak-
banyaknya dalam 1 menit dengan bernapas cepat dan dalam secara maksimal.

Analisis Gas Darah

Biasanya digunakan contoh darah arteri untuk analisis gas darah. Arteri radialis (atau
brakialis) sering dipilih karena arteri ini mudah dicapai.Pergelangan tangan diekstensikan
dengan menempatkannya di atas gulungan handuk. Setelah kulit disterilkan, lalu arteri
distabilkan dengan dua jari dari satu tangan sedangkan tangan yang lain menusuk arteria
tersebut dengan alat suntik yang sudah diisi heparin. Setelah 5 ml darah terhisap ke dalam
alat suntik, udara dikeluarkan, dan darah disimpan di atas es dan langsung dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.Hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratorik dan
kenaikan pH darah.Hiperventilasi sering timbul pada asma dan pneumonia dan
menggambarkan usaha tubuh untuk meningkatkan PaO2 dengan usaha membuang CO2
yang berlebihan dari paru. (Lorraine, 2005:766)

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anamnesa
Tujuan utama suatu anamnesis adalah untuk mengumpulkan semua informasi dasar
yang berkaitan dengan penyakit pasien dan adaptasi pasien terhadap
penyakitnya.Komunikasi adalah kunci untuk berhasilnya suatu wawancara.Prinsip
utama dalam anamnesis adalah membiarkan pasien mengutarakan riwayat penyakitnya
dalam kata-katanya sendiri. Dalam karya tulis ini akan dipaparkan bentuk-bentuk
anamnesa yang berkaitan dengan penyakit system pernapasan terutama pneumonia
aspirasi.Informasi yang diperoleh pewawancara disusun menjadi suatu pernyataan
komprehensif mengenai kesehatan pasien. Format penyusunan riwayat penyakit
meliputi (Swartz, 1995:3) :
a. Sumber informasi
Sumber informasi biasanya pasien.Jika pasien memerlukan penerjemah,
sumbernya adalah pasien dan penerjemah.Jika anggota keluarga membantu dalam
dalam wawancara ini, namanya harus dicantumkan dalam satu kalimat.Dalam kasus
pneumonia aspirasi misalnya, sumber informasi bisa dari pasien itu sendiri atau
anggota keluarga. (Swartz, 1995:13)

b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah pernyataan singkat pasien yang menjelaskan mengapa ia
mencari bantuan medis. Pewawancara bisa menanyakan “Apa problem yang
membawa anda datang ke rumah sakit?”.Jawaban dari pertanyaan ini merupakan
keluhan utama.(Swartz, 1995:13)
Pada kasus pneumonia aspirasi keluhan utama bisa berupa:
“ sesak napas secara tiba-tiba disertai panas sejak tiga hari yang lalu”
“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai nyeri menelan”
“ sesak napas sejak dua hari yang lalu disertai batuk dan ingus”

c. Riwayat Penyakit Sekarang

22
Riwayat penyakit sekarang menunjukkan perubahan dalam kesehatan akhir-
akhir ini yang membuat pasien mencari bantuan medis sekarang.Pewawancara
harus bisa mengarahkan pertanyaan pada narasumber terkait dengan keluhan utama
dan gejala spesifik yang ditimbulkan dari penyakit.(Swartz, 1995:13)
Terkait dengan pneumonia aspirasi berarti pasien mengalami masalah dengan
system pernapasan. Beberapa gejala terkait tentang gejala utama penyakit paru
yaitu:

BATUK
Gejala penyakit paru yang paling sering ditemukan.Refleks batuk merupakan
mekanisme pertahanan normal paru-paru yang berfungsi melindungi paru-paru dari
benda asing dan sekresi berlebihan.Batuk adalah suatu ekspirasi paksa yang
terkoordinasi, diselingi dengan penutupan glotis secara berulang-ulang.Otot
ekspirasi berkontraksi melawan glotis yang tertutup sebagian, sehingga
menimbulkan tekanan tinggi di dalam paru-paru.Kalau glotis tiba-tiba membuka,
ada arus udara eksplosif yang membersihkan saluran pernapasan. Bila pasien
mengeluh batuk, penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
“berapa lama anda menderita batuk?”
“apakah batuknya timbul secara tiba-tiba?”
“apakah batuk Anda berlendir? Jika ya, “Dapatkah Anda memperkirakan jumlah
dahak yang Anda keluarkan?Apa warna dahak tersebut? Apakah dahak Anda
berbau busuk?”
“apakah batuk itu berlangsung untuk waktu yang lama?”
“apakah yang meringankan batuk Anda?”
“apakah batuk itu terjadi setelah makan?”
“apakah batuk itu memburuk dengan posisi tertentu?”
“apakah ada gejala-gejala lain yang berkaitan dengan batuk?....demam?....sakit
kepala?...keringat malam?...nyeri dada?....hidung berair?...sesak napas?....berat
badan turun?....serak?...hilang kesadaran?”
“apakah anda memelihara burung sebagai binatang kesayangan?”

23
Batuk dapat volunteer atau involunter, produktif atau tidak produktif. Batuk
produktif adalah batuk yang mengeluarkan lender atau bahan lain. Pada pneumonia
aspirasi yang teraspirasi mikroorganisme patologik seperti bakteri maka batuknya
produktif kronis. (Swartz, 1995:158)

PRODUKSI SPUTUM
Sputum atau dahak adalah bahan yang dikeluarkan dengan batuk. Ada 4 jenis
sputum yang mempunyai karakteristik yang berbeda (Amirmuslim, 2012:39):
1. Serous : - jernih dan encer, pada edem paru akut
- Berbus, kemerahan, pada alveolar sel kanker
2. Mukoid : - jernih keabu-abuan, pada bronchitis kronik
- Putih kental, pada asma
3. Purulen :- kuning, pada pneumonia
- Kehijauan, pada bronkiektasis, abses paru
4. Rusty (blood-stained) : kuning tua/coklat/merah-kecoklatan seperti warna karat,
pada pneumococcal pneumonia dan edema paru.

Hal yang perlu ditanyakan lebih lanjut mengenai sputum adalah :


Sputum harus dilukiskan berdasarkan warnanya, konsistensinya, jumlah, waktu
terjadinya (pagi,siang,malam), dan ada atau tidaknya darah. Peningkatan produksi
sputum merupakan manifestasi bronchitis yang paling dini.Sputum dapat
mengandung debris sel, mucus, darah, pus, atau mikroorganisme.Sputum yang tidak
terinfeksi tidak berbau, transparan, dan berwarna abu keputihan menyerupai mucus,
disebut mukoid.Sputum terinfeksi mengandung pus dan disebut purulent,
sputumnya mungkin kuning, kehijauan, atau merah. (Swartz, 1995:159)
Tampilan sputum pada pneumonia aspirasi bisa berupa mukopurulen, purulent
berkarat (pneumokokus), atau merah mudan berdarah (Streptokokus atau
Stafilokokus). (Swartz, 1995:160)

HEMOPTISIS

24
Hemoptisis adalah batuk darah.Batuk yang mengeluarkan bekuan darah adalah
gejala yang sangat penting karena sering menunjukkan penyakit berat.Bekuan darah
biasanya berkaitan dengan lesi kavitasi pada paru, tumor paru, atau emboli.Sputum
yang mengandung darah biasanya berkaitan dengan merokok atau infeksi ringan
tetapi dapat pula dijumpai pada tumor atau penyakit yang lebih berat. Bila pasien
mengeluh hemoptisis penting untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut
(Swartz, 1995:159):
“apakah anda merokok?
“Apakah batuk darah terjadi tiba-tiba ?”
“Apakah batuk darah tersebut terjadi berulang-ulang?”
“Apakah dahaknya mengandung darah, atau memang benar-benar ada bekuan
darah?”
“sudah berapa lama anda melihat darah tersebut?”
“Apa yang menyebabkan batuk darah tersebut?...muntah?...batuk?...nausea?”
“Apakah Anda pernah menderita tuberculosis?”
“Apakah ada riwayat keluarga batuk darah?”
“Apakah baru-baru ini Anda menjalani tindakan pembedahan?”
“Apakah Anda menelan obat ‘pengencer darah’?”
“Apakah Anda mudah mengalami perdarahan?”
“Apakah Anda berkeringat di malam hari?...menderita sesak
napas?....palpitasi?...denyut jantung tidak teratur?....parau?...berat badan
turun?....bengkak atau nyeri di tungkai?”
“Apakah Anda mengalami rasa tidak biasa di dada Anda setelah batuk darah?” jika
ya,”Dimana?”
Untuk wanita yang batuk darah,”Apakah Anda minum pil KB?”

Hemoptysis disebabkan oleh invasi mukosa, nekrosis tumor atau pneumonia di


sebelah distal obstruksi bronkus oleh tumor.Bronchitis mungkin menyebabkan
penyebab tersering hemoptysis.Pneumonia yang disebabkan oleh Pneumococcus
khas menghasilkan sputum yang berwarna seperti karat. (Swartz, 1995:159)

25
SESAK NAPAS
Sesak napas (dyspnea) merupakan keluhan subjektif yang timbul bila ada
perasaan yang tidak nyaman maupun gangguan/kesulitan lainnya saat bernapas
yang tidak sebanding dengan tingkat aktifitas. Rasa sesak napas ini biasanya
diutarakan pasien sebagai kesulitan untuk memperoleh udara segar, rasa terengah-
engah atau kelelahan. (Swartz, 1995:161)
Suatu anmnesis mengenai sesak napas ini harus ditanyakan mengenai awal mula
keluhan, lamanya, progresifitas, variabilitas, derajat beratnya, factor-faktor yang
memperberat/memperingan dan keluhan yang berkaitan lainnya. Tentukan apakah
sesak napas terjadi secara mendadak dan semakin berat dalam waktu beberapa
menit (misalnya akibat pneumotoraks, ventil, emboli paru massif, asma, aspirasi
benda asing) atau terjadi secara bertahap dan semakin memberat secara progresif
dalam waktu beberapa jam atau hari ( akibat pneumonia, asma, PPOK eksaserbasi
akut) atau bahkan memberat dalam waktu beberapa minggu, bulan, atau tahun
(akibat efusi pleura, PPOK, TB Paru, anemia, gangguan otot pernapasan). (Swartz,
1995:161)
Keadaan atau aktifitas apa yang dapat menimbulkan sesak perlu diketahui,
karena dapat memberi petunjuk akan kemungkinan penyebabnya. Pada kasus
pneumonia aspirasi ini sesak yang timbul secara tiba-tiba setelah teraspirasi benda
asing.Kualitas sesak tergantung jenis dan sifat bahan yang teraspirasi.
Kepada semua pasien yang mengeluh sesak napas perlu ditanyakan pertanyaan-
pertanyaan berikut ini (Swartz, 1995:161):
“Sudah berapa lama Anda menderita sesak napas?”
“Apakah sesak napas itu terjadi secara tiba-tiba?”
“Apakah sesak napasnya terjadi secara terus menerus?”
“Apakah sesak napasnya terjadi saat berolahraga?...waktu istirahat?....berbaring
lurus?....duduk?”
“Apa yang membuat sesak napasnya memburuk?Apa yang meredakannya?”
“Apakah sesak napasnya disertai dengan wheezing?...demam?...batuk?....batuk
darah?...nyeri dada?...palpitasi?...parau?”
“Apakah Anda merokok?” jika ya, “Berapa banyak?Sudah berapa lama?”

26
“Apakah Anda pernah terpapar dengan asbes?....semburan pasir?....memelihara
burung merpati?”

SAKIT DADA

Nyeri dada harus diuraikan secara rinci yang mencakup lokasi nyeri serta
penyebarannya, awal mula keluhan, derajat nyeri, factor yang
memperberat/meringankan misalnya efek terhadap pernapasan dan pergerakan.
Sakit dada dapat berasal dari nyeri dinding dada, nyeri pleura, dan nyeri
mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)

NYERI PLEURA.Karakteristik nyeri pleura yaitu bersifat tajam, menusuk, dan


semakin berat bila menarik napas/batuk.Iritasi pleura parietal pada daerah 6 iga
bagian atas dirasakan sebagai nyeri yang terlokalisir, sedangkan iritasi pada pleura
parietal yang meliputi diafragma yang dipersarafi oleh nervus prenikus dirasakan
sebagai nyeri yang menjalar ke leher atau puncak bahu.Enam nervus interkostalis
bagian bawah mempersarafi pleura parietal bagian bawah dan lapisan luar
diafragma sehingga nyeri pada daerah ini dapat menjalar ke abdomen bagian atas.
(Amirmuslim, 2012:40)

NYERI DINDING DADA. Nyeri dinding dada dapat terjadi akibat adanya
gangguan pada saluran napas maupun kelainan musculoskeletal.Nyeri yang timbul
mendadak dan terlokalisir setelah mengalami batuk-batuk yang hebat atau trauma
langsung menunjukkan adanya injury pada otot-otot intercostal ataupun fraktur
iga.Nyeri dada sering terjadi pada pasien herpes zoozter dan kompresi pada radiks
nervus interkostalis (nyeri terlokalisir), asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)

NYERI MEDIASTINUM.Nyeri mediastinum mempunyai ciri-ciri yaitu bersifat


sentral/retrosternal serta tidak berkaitan dengan pernapasan ataupun batuk.Namun
demikian nyeri yang berasal dari trakea dan bronkus akibat infeksi maupun iritasi
oleh debu-debu iritan dapat dirasakan sebagai rasa panas pada daerah retrosternal,

27
yang semakin berat bila pasien batuk.Pada pneumonia aspirasi bisa saja
kemungkinan pasien mengalami nyeri mediastinum. (Amirmuslim, 2012:40)

NAPAS BERBUNYI (WHEEZING)

Wheezing adalah bunyi siulan bernada tinggi yang terjadi akibat aliran udara
yang melalui saluran napas yang sempit.Umumnya terjadi saat ekspirasi, namun
pada keadaan yang berat dapat terdengar baik pada ekspirasi maupun
inspirasi.Pasien sering menggambarkan wheezing sebagai bunyi yang mendesir
akibat adanya secret pada saluran napas atas.Wheezing sering didapatkan pada
pasien asma dan PPOK. (Amirmuslim, 2012:40)

SIANOSIS

Sianosis biasanya ditemukan oleh anggota keluarga.Sianosis sentral terjadi


karena tidak memadainya pertukaran gas di dalam paru-paru yang menyebabkan
penurunan oksigenasi arterial secara bermakna.Perubahan warna menjadi kebiruan
paling baik dilihat pada membrane mukosa mulut (misalnya frenulum) dan
bibir.Sianosis perifer disebabkan oleh ekstraksi oksigen yang berlebihan di bagian
perifer.Keadaan ini terbatas pada sianosis ekstremitas (misalnya jari tangan, jari
kaki, hidung).(Swartz, 1995:162)
Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut (Swartz, 1995:162):
“Dimana letak sianosis tersebut?”
“Sudah berapa lama Anda mengalami sianosis tersebut?”
“Apakah Anda mengetahui bahwa Anda menderita penyakit paru?...penyakit
jantung?...penyakit darah?”
”Apa yang membuat sianosisnya menjadi lebih berat?”
“Apakah ada keluhan lain yang berkaitan seperti sesak
napas?...batuk?....perdarahan?”
“Jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan?”
“Apakah ada anggota keluarga lain yang menderita sianosis tersebut?”

28
Pada kasus pneumonia aspirasi misalnya beberapa pekerja seperti tukang las
listrik, menghirup kadar toksik gas nitrogen yang dapat menimbulkan sianosis
dengan methemoglobinemia. (Swartz, 1995:163)

GEJALA-GEJALA LAIN
Disamping gejala utama penyakit paru yang disebut di atas, ada gejala-gejala
lain yang jarang ditemukan, mencakup:
 Stridor (pernapasan yang bising)
 Perubahan suara
 Pembengkakan mata kaki (edema tergantung)
Stridor merupakan jenis kasar dari pernapasan yang berisik dan biasanya
berkaitan dengan obstruksi bronkus utama yang terjadi karena aspirasi.Perubahan
suara dapat terjadi karena peradangan pita suara atau gangguan pada nervus
recurrent laringeus.Pembengkakan mata kaki adalah suatu manifestasi edema
tergantung, yang berkaitan dengan gagal jantung kanan, penyakit ginjal, penyakit
hati, atau sumbatan aliran vena.Bila keadaanya memburuk, akumulasi cairan
abnormal menimbulkan edema umum, yang dikenal sebagai anasarka.(Swartz,
1995:163)

d. Riwayat Medis Yang Lalu


Riwayat penyakit yang lalu adalah penilaian kesehatan pasien secara
keseluruhan sebelum penyakit sekarang ini. Riwayat ini mencakup (Amirmuslim,
2012:13) :
 Keadaan kesehatan umum
 Penyakit yang lalu
 Cedera
 Perawatan di rumah sakit
 Pembedahan
 Alergi
 Imunisasi

29
 Penyalahgunaan zat
 Diet
 Pola tidur
 Obat-obat yang sedang digunakan

Sebagai pengantar riwayat medis yang lalu pewawancara dapat menanyakan


,”Bagaimana keadaan kesehatan Anda di masa lalu?” Jika pasien tidak memberikan
jawaban yang spesifik tetapi hanya mengatakan, misalnya “Sangat baik” atau
“cukup baik” , pewawancara dapat menanyakan “Apa arti sangat (atau cukup) baik
bagi Anda?” (Amirmuslim, 2012:13)
Riwayat penyakit yang lalu seharusnya mencakup pernyataan mengenai
penyakit pada masa anak-anak dan dewasa.Pada kasus pneumonia aspirasi bisa saja
pasien sebelumnya melakukan operasi dan secara tidak sadar terjadi aspirasi isi
lambung.Atau bisa saja pasien teraspirasi mikroorganisme seperti Streptokokus atau
Pneumokokus selama perawatan di rumah sakit dan lain-lain. (Amirmuslim,
2012:13)

e. Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan

Riwayat pekerjaan dan lingkungan mempertimbangkan pemaparan dengan zat-


zat atau lingkungan yang secara potensial dapat menimbulkan penyakit. Lama
bekerja dan aktifitas yang tepat harus ditanyakan. Pemakaian alat pelindung dan
praktek-praktek kebersihan dan juga pekerjaan di daerah yang berdekatan harus
ditanyakan.Perlu juga ditanyakan apakah pasien pernah bermukim di daerah
pertambangan, peternakan, pabrik, atau galangan kapal.(Amirmuslim, 2012:16)
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengenai pemaparan di tempat kerja dan di
lingkungan harus ditanyakan pada semua pasien:
“Jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan?”
“Anda melakukan pekerjaan ini sudah berapa lama?”
“Ceritakanlah tentang pekerjaan Anda.”

30
“Apakah Anda terpapar dengan bahan berbahaya?”Apakah Anda pernah memakai
alat pelindung?”
“jenis pekerjaan apa yang Anda lakukan sebelum pekerjaan sekarang ini?”
“Dimana Anda tinggal?...Sudah berapa lama?”
“Apakah Anda pernah tinggal di dekat pabrik, galangan kapal, atau fasilitas lain
yang potensial berbahaya?”
“Apakah ada salah seorang anggota keluarga Anda yang pernah bekerja dengan
bahan-bahan berbahaya yang dapat dibawanya ke rumah?”
“Apa jenis hobi Anda? Hobi ini menyebabkan Anda terpapar dengan zat apa?”

Pada kasus pneumonia aspirasi, riwayat pekerjaan dan lingkungan sangat


penting ditanyakan untuk memperkuat penegakan diagnose pasien karena aspirasi
berkaitan erat dengan pemaparan zat-zat asing dari lingkungan luar.

f. Informasi Biografis

Informasi biografis adalah pernyataan mengenai tanggal, tempat lahir, jenis


kelamin, ras, dan latar belakang etnis. (Amirmuslim, 2012:17)

g. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga memberi informasi mengenai kesehatan seluruh keluarga,


hidup atau mati.Harus diberikan perhatian khusus terhadap kemungkinan aspek
genetic dan lingkungan dari penyakit yang mungkin berdampak terhadap
pasien.Umur dan kesehatan semua anggota keluarga dekat harus dicatat.
(Amirmuslim, 2012:17)

h. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial memberikan informasi pendidikan, pengalaman hidup, dan


hubungan pribadi pasien.Pernyataan mengenai pengetahuan pasien tentang gejala-

31
gejala dan penyakitnya mengganggu waktu kerja pasien?Apa pengertian pasien
mengenai gejala-gejala penyakitnya? Apakah ia memikirkan masa depan?
(Amirmuslim, 2012:17)

i. Tinjauan Sistem

Tinjauan system meringkas semua gejala dalam bentuk system-sistem tubuh


yang mungkin terlupakan dalam riwayat penyakit-penyakit sekarang atau riwayat
medis yang lalu. Pasien diberitahukan bahwa mereka akan ditanya apakah pernah
mempunyai gejala tertentu, dan mereka hanya menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’. Jika
jawabannya ‘ya’, sebaiknya diajukan pertanyaan langsung selanjutnya.
Pewawancara dapat menyatakan dalam riwayat penyakit tertulis atau presentasi
verbalnya bahwa “ Pasien mempunyai jawaban positif terhadap tinjauan system”.
Perhatikan semua hal spesifik yang terkaitdengan penyakit pasien. (Amirmuslim,
2012:17)
Menurut perjanjian kalau pemeriksaan system disebutkan atau dituliskan, semua
gejala yang dialami pasien dituliskan pada kesempatan pertama.Gejala positif
terkait adalah gejala-gejala yang mungkin mempunyai relevansi dengan penyakit
sekarang.Gejala negative terkait adalah gejala-gejala yang tidak ada tetapi mungkin
sering berkaitan dengan penyakit sekarang. (Amirmuslim, 2012:20)
Jika informasi pada tinjauan system telah diuraikan sebelumnya di riwayat
penyakit sekarang, dibawah tinjauan system gejala itu tuliskanlah, “Lihat riwayat
penyakit sekarang.” (Amirmuslim, 2012:20)

2.2 Pemeriksaan Fisik


Untuk dapat melakukan pemeriksaan fisis paru dengan baik perlu dipelajari
mengenai dinding dada dan paru. (Amirmuslim, 2012:40)

Menentukan Lokasi Pada Dinidng Dada

32
Lokasi kelainan pada dinding dada dapat ditentukan dalam 2 dimensi yaitu
sepanjang aksis vertical dan sepanjang lingkar dada. (Amirmuslim, 2012:40)
Penentuan lokasi berdasarkan aksis vertical dilakukan dengan menghitung sela
iga.Angulus sternalis Ludovici dapat dijadikan pedoman dalam menghitung sela
iga.Untuk mengidentikfikasi angulus sterni ini pertama-tama letakkan jari pada
suprasternal notch, kemudian gerakkan jari ke caudal kira-kira 5 cm untuk
mendapatkan angulus sterni tersebut yang merupakan penonjolan (sudut) yang
dibentuk oleh manubrium sterni dan corpus sterni. Dengan menggerakkan jari kea
rah lateral akan didapatkan perlengketan iga ke dua pada sternum. Selanjutnya
dengan menggunakan dua jari dapat dihitung sela iga satu persatu dengan arah
oblique.Pada perempuan untuk menghitung sela iga maka payudaraa harus
disingkirkan ke arah lateral. Tujuh rawan iga pertama melekat pada sternum
sedangkan rawan iga ke 8,9 dan 10 melekat pada rawan iga yang berada di atasnya.
Iga ke 11 dan 12 yang merupakan iga melayang bagian anteriornya tidak
mengadakan perlekatan.Ujung rawan iga 11 biasanya dapat diraba pada daerah
lateral, sedangkan ujung iga ke 12 pada daerah posterior. (Amirmuslim, 2012:40)
Untuk menentukan lokasi kelainan pada dada bagian posterior dapat dilakukan
beberapa cara yaitu: 1) Cara yang umum dilakukan yaitu dengan menggunakan
pedoman Processus vertebrae prominens (penonjolan Processus spinosus vertebrae
cervical 7). Dengan melakukan palpasi dapat dihitung processus yang ada
dibawahnya khususnya pada tulang belakang yang lentur; 2) Untuk menentukan
lokasi pada bagian posterior yaitu dengan menggunakan pedoman iga ke 12 sebagai
titik awal penghitungan.Letakkan jari salah satu tangan pada tepi bawah iga ke 12,
kemudian kea rah kranial dihitung sela iga. Cara ini khususnya dapat membantu
menentukan lokasi kelainan pada daerah dada posterior bagian bawah; 3) Cara lain
yaitu dengan menggunakan angulus inferior scapula (yang biasanya terletak pada
iga/sela iga 7) sebagai pedoman penghitungan. (Amirmuslim, 2012:41)
Untuk menentukan lokasi disekitar lingkar dada digunakan beberapa garis
vertical yaitu (Amirmuslim, 2012:41):
 Garis midsternal : garis vertical yang melalui pertengahan sternum
 Garis midklavikula : garis vertical yang melalui pertengahan klavikula

33
 Garis aksilaris anterior : garis vertical yang melalui lipat aksila anterior
 Garis midaksilaris : garis vertical yang melalui puncak aksila
 Garis aksilaris posterior : garis vertical yang melalui lipat aksila posterior
 Garis skapularis : garis vertical yang melalui angulus inferior scapula
 Garis vertebralis (midspinalis) : garis vertical yang melalui processus spinalis
vertebrae

Teknik Pemeriksaan

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan dada adalah stetoskop.Pemeriksaan


dada dan paru dapat dilakukan pada pasien dengan posisi berbaring terlentang,
sedangkan pemeriksaan dada dan paru belakang pada pasien dengan posisi duduk.
Pada saat pasien duduk kedua lengannya menyilang pada dada sehingga kedua
tangan dapat diletakkan pada masing-masing bahu kontralateral. (Amirmuslim,
2012:42)

a. Inspeksi
Pada pasien dengan aspirasi pneumonia, hasil inspeksi didapat berupa:
 Pucat atau sianosis perifer (pada kuku jari tangan atau pada bibir)
menunjukkan hipoksemia
 Retraksi otot-otot intercostal
 Kelainan dinding dada mungkin bisa ditemukan parut bekas operasi
 Frekuensi napas meningkat sehingga pasien terlihat sesak napas. Frekuensi
pernapasan normal 14-20 kali permenit.
 Pola pernapasan cepat dan dangkal (takipnea) serta teratur
 Jenis pernapasan bisa berupa pernapasan cuping hidung
 Stridor, suara napas yang mendengkur secara teratur. Terjadi karena ada
penyumbatan daerah laring. Suara ini bisa didengar tanpa menggunakan alat
bantu. Yang terbanyak adalah stridor inspiratory.

b. Palpasi

34
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil palpasi didapat berupa:

 Suhu tubuh meningkat


 Takikardi
 Tactile fremitus meningkat.
Fremitus merupakan hantaran suara dari paru ke telapak tangan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan
pada permukaan dinding dada, kemudian pasien diminta menyebutkan
angka 77 atau 99, sehingga getaran suara yang ditimbulkan akan lebih jelas.
Bandingkan tactile fremitus secara bertahap dari atas ke tengah dan
seterusnya ke bawah baik pada paru bagian depan maupun belakang. Pada
saat pemeriksaan kedua telapak tangan harus selalu disilang secara
bergantian.
 Dapat juga dipalpasi apakah terjadi pembesaran kelenjar getah bening di
supraklavikula, submandibular dan kedua aksila atau tidak.

c. Perkusi

Perkusi dilakukan dengan meletakkan telapak tangan kiri pada dinding dada
dengan jari-jari sedikit meregang. Jari tengah tangan kiri tersebut ditekan ke
dinding dada sejajar dengan iga pada daerah yang akan diperkusi. Bagian tengah
falang medial tangan kiri tersebut kemudian diketuk dengan menggunakan ujung
jari tengah tangan kanan, dengan sendi pergelangan tangan sebagai penggerak.
Jagan menggunakan poros siku karena akan memberikan ketokan yang tidak
seragam. Sifat-sifat ketokan selain didengar, juga harus dirasakan dengan jari-
jari.(Amirmuslim, 2012:44)
Pasien dengan pneumonia aspirasi, hasil perkusi didapati redup (dull) karena
adanya konsolidasi/infiltrate pada parenkim paru atau pada rongga alveolus. Pada
paru bagian depan dilakukan pemeriksaan perkusi perbandingan secara bergantian
kiri dan kanan (zigzag). Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang sonor
pada kedua paru. (Amirmuslim, 2012:44)
35
Pemeriksaan lain yang penting dilakukan pada paru adalah perkusi untuk
menentukan batas paru hati dan paru lambung. Untuk menentukan batas paru hati
dilakukan perkusi sepanjang garis midklavikula kanan sampai didapatkan adanya
perubahan bunyi dari sonor menjadi redup.Perubahan ini menunjukkan batas antara
paru dan hati.Tentukan batas tersebut dengan menghitung mulai dari sela iga ke 2
kanan, dan umumnya didapatkan setinggi sela iga ke 6.Setelah batas paru hati
diketahui selanjutnya dilakukan tes peranjakan antara inspirasi dan ekspirasi.
Pertama-tama pasien dijelaskan mengenai apayang akan dilakukan, kemudian
letakkan 2 jari tangan kiri tepat dibawah batas tersebut. Pasien diminta untuk
menarik napas dalam dan kemudian ditahan, sementara itu dilakukan perkusi pada
ke2 jari tersebut. Dalam keadaan normal akan terjadi perubahan bunyi yaitu dari
yang tadinya redup kemudian menjadi sonor kembali. Dalam keadaan normal
didapatkan peranjakan sebesar 2 jari.(Amirmuslim, 2012:45)

Untuk menentukan batas paru dan lambung dilakukan perkusi sepanjang garis
aksilaris anterior kiri sampai didapatkan perubahan bunyi dari sonor ke
timpani.Biasanya didapatkan setinggi sela iga ke 8.Batas ini sangat dipengaruhi
oleh isi lambung.(Amirmuslim, 2012:45)

Pada paru belakang dilakukan juga pemeriksaan perkusi perbandingan secara


zigzag.Selanjutnya untuk menentukan batas paru belakang bawah kanan dan kiri
dilakukan dengan pemeriksaan perkusi sepanjang garis skapularis kanan dan
kiri.Dalam keadaan normal didapatkan hasil perkusi yang sonor pada kedua paru.
Scapula sebaiknya dikesampingkan dulu dengan cara meminta pasien menyilang
kedua lengannya di dada. Biasanya batasnya adalah setinggi vertebrae torakalis 10
untuk paru kiri sedangkan paru kanan 1 jari lebih tinggi.(Amirmuslim, 2012:45)

Daerah aksila dapat diperkusi dengan cara meminta pasien mengangkat


tangannya ke atas kepala. Pemeriksa menaruh jari-jari tangan setinggi mungkin di
aksilla pasien untuk diperkusi.Perkusi pada daerah kronig yaitu daerah supraskapula
seluas 3 sampai 4 jari di pundak.Perkusi di daerah ini sonor.Hilangnya bunyi sonor

36
di daerah ini menunjukkan adanya kelainan pada apeks paru.(Amirmuslim,
2012:45)

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran


udara melalui system trakeobronkial.Pemeriksaan auskultasi ini meliputi
pemeriksaan suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan dan jika
didapatkan adanya kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan suara
ucapan atau bisikan pasien yang dihantarkan melalui dinding dada.Pola suara napas
diuaraikan berdasarkan intensitas, frekuensi serta lamanya fase inspirasi dan
ekspirasi. Auskultasi dilakukan secara berurutan dan selang seling baik paru bagian
depan maupun bagian belakang. (Amirmuslim, 2012:45)
Suara pokok yang normal terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):
 Vesicular : suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi rendah dimana
fase inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspirasi tanpa diselingi jeda,
dengan perbandingan 3:1. Dapat didengarkan pada hampir kedua lapangan
paru.
 Bronkovesikular : suara napas pokok dengan intensitas dan frekuensi yang
sedang, dimana fase ekspirasi menjadi lebih panjang sehingga hampir
menyamai fase inspirasi dan diantaranya kadang-kadang dapat diselingi
jeda. Dalam keadaan normal bisa didapatkan pada dinding anterior setinggi
sela iga 1 dan 2 serta daerah interskapula.
 Bronkial : suara napas pokok yang keras dan berfrekuensi tinggi, dimana
fase ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan diantaranya
diselingi jeda. Terjadi perubahan kualitas suara sehingga terdengar seperti
tiupan dalam tabung. Dalam keadaan normal dapat didengar pada daerah
manubrium sterni.
 Trakeal : suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat didengarkan pada
daerah trakea.

37
 Amforik : suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar yang
letaknya perifer dan berhubungan dengan bronkus, terdengar seperti tiupan
dalam botol kosong.
Dalam keadaan normal suara napas vesicular yang berasal dari alveoli dapat
didengar pada hampir seluruh lapangan paru. Sebaliknya suara napas bronkial tidak
akan terdengar karena getaran suara yang berasal dari bronkus tersebut tidak dapat
dihantarkan ke dinding dada karena dihambat oleh udara yang terdapat di dalam
alveoli. Dalam keadaan abnormal mislanya pada pneumonia dimana alveoli terisi
infiltrate maka udara didalamnya akan berkurang atau menghilang. Infiltrate yang
merupakan penghantar getaran suara yang baik akan menghantarkan suara bronkial
sampai ke dinding dada sehingga dapat terdengar sebagai suara napas
bronkovesikuler (bila hanya sebagian alveoli yang terisi infiltrate) atau bronkial
(bila semua alveoli yang terisi infiltrate). (Amirmuslim, 2012:46)

Suara napas tambahan terdiri dari (Amirmuslim, 2012:46):

 Ronki basah (crackles atau rales) : suara napas yang terputus-putus, bersifat
nonmusical, dan biasanya terdengar pada saat inspirasi akibat udara yang
melewati cairan dalam saluran napas. Ronki basah lebih lanjut dibagi
menjadi ronki basah halus dan kasar tergantung besarnya bronkus yang
terkena. Ronki basah halus terjadi karena adanya cairan pada bronkiolus,
sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi terutama
dapat didengar pada fibrosis paru. Sifat ronki basah ini dapat bersifat
nyaring (bila ada infiltrate mislanya pada pneumonia) ataupun tidak nyaring
(pada edema paru)
 Ronki kering : suara napas kontinu, yang bersifat musical, dengan frekuensi
yang relative rendah, terjadi karena udara mengalir melalui saluran napas
yang menyempit, misalnya akibat adanya secret yang kental. Wheezing
adalah ronki yang kering yang frekuensinya tinggi dan panjang biasanya
terdengar pada serangan asma.

38
 Bunyi gesekan pleura (pleura friction rub) : terjadi karena pleura parietal
dan visceral yang meradang saling bergesekan bergesekan satu dengan yang
lainnya. Bunyi gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
 Hippocrates succession : suara cairan pada rongga dada yang terdengar bila
pasien digoyang-goyangkan. Biasanya didapatkan pada pasien
hidropneumotoraks.
 Pneuomothorax click : bunyi yang bersifat ritmik dan sinkron dengan saat
kontraksi jantung, terjadi bila didapatkan adanya udara diantara kedua
lapisan pleura yang meliputi jantung.

Bunyi Hantaran Suara

Bila pada pemeriksaan auskultasi didapatkan adanya bising napas


bronkovesikuler atau bronkial, maka pemeriksaan dilanjutkan untuk menilai
hantaran bunyi suara.Stetoskop diletakkan pada dinding dada secara simetris,
kemudian pasien diminta untuk mengucapkan 99. Dalam keadaan normal suara
yang dihantarkan ke dinding dada tersebut akan menjadi tidak jelas. Bila suara
yang terdengar menjadi lebih jelas dankeras disebut bronkoponi. Pemeriksaan
dengan cara ini disebut pemeriksaan auditory fremitus.(Amirmuslim, 2012:46)

Pasien diminta juga untuk mengucapkan “ee” dimana dalam keadaan normal
akan terdengar suara E panjang yang halus. Bila suara “ee” terdengar sebagai “ay”
maka perubahan “E” menjadi “A” ini disebut egofoni, misalnya pada pneumonia.
Pasien kemudian diminta untuk berbisik dengan mengucapkan kata 99.Dalam
keadaan normal suara berbisik itu terdengar halus dan tidak jelas. Bila suara
berbisik tersebut semakin jelas dan keras disebut whispered
pectoriloquy.(Amirmuslim, 2012:46)

2.3 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan sputum ditemukannya kuman saluran napas normal, pewarnaan
gram yang menunjukkan adanya banyak neutrophil dan kuman campuran.Selain

39
pemeriksaan sputum, pemeriksaan darah perifer lengkap.Jika pneumonia teraspirasi
mikroorganisme seperti virus dan mikoplasma umumnya ditemukan lekosit dalam batas
normal atau sedikit meningkat.Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan
leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan predominan
PMN.Leukopenia (<5000/ mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.Leukositosis
hebat hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan pada
keadaan bakteremi, dan resiko terjadinya komplikasi lebih tinggi.Terkadang juga
ditemukan eosinophilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN
berkisar antara 300-100.000/mm3, protein >2,5 g/dl, dan glukosa relative lebih rendah
daripada glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah
yang meningkat.Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak
dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti. (Mardjanis,
2010:358)

2.4 Pemeriksaan Penunjang Rontgen Toraks

Pada pasien aspirasi makanan dan vomitus didapati hasil rontgenogram dada
menunjukkan adanya infiltrate alveolar, dan kadang-kadang, infiltrate retikuler yang
dapat bersifat setempat namun seringkali lebih luas dan bilateral. Pada pneumonia
lipoid rontgenogram menunjukkan kenaikan densitas hilus yang menyebar ke semua
arah, terutama lobus kanan atas.Pada sindrom aspirasi meconium pemeriksaan foto
rontgen toraks yang menunjukkan gambaran infiltrasi kasar dikedua paru dan disertai
dengan bagian yang mengalami emfisema. (David, 1998:1489-1490)

Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari (Mardjanis, 2010:360) :


 Infiltrate interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
 Infiltrate alveolar , merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau
terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis,

40
berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru, dikenal
sebagai round pneumonia.
 Bronkopneumonia , ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan penigkatan corakan peribronkial.

Gambaran Anteroposterior dan lateral radiologis menunjukkan gambaran radio


opak sebuah benda asing dari larink sampai karina.

Gambar A. Gambar anteroposterior seorang anak laki laki usia 2 tahun yang
mengalami gejala batuk tiba tiba, dijumpai air trapping pada dada kanan dan
pergeseran mediastinum ke kiri. B. Dengan Rigid bronkoskopi dijumpai kacang
pada cabang bronkus kanan

2.5 Diagnosa Kerja

Diagnose kerja didapat setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik ,


pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien. Pada kasus ini

41
pasien di diagnose menderita gangguan jaringan parenkim paru akibat teraspirasinya
benda asing yang dikenal dengan istilah Pneumonia Aspirasi.Diagnosis ini ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis yang menyokong adanya pneumonia aspirasi, dijumpainya
kuman saluran napas normal pada sputum, pewarnaan Gram yang menunjukkan adanya
bahan neutrophil dan kuman campuran.Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah
aspirasi, dengan keluhan demam menggigil, nyeri pleuritik, batuk dan dahak purulent
berbau (pada 50% kasus). Terdapat leukositosis, LED meningkat, foto dada
menunjukkan gambaran infiltrate pada segmen paru unilateral yang dependen serta
mungkin disertai kavitasi dan efusi pleura. Secara umum predictor yang paling kuat
adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori berikut
: takipnea, batuk, napas cuping hidung, ronki , retraksi, dan suara napas melemah. (Zul
Dahlan, 2009:2208)

2.6 Differential Diagnosa (DD)

1. Asthma Bronchiale
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di atas usia 2
tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang menderita bronchiolitis setelah
agak besar menjadi penderita asthma.
Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :
- Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik
- Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic
- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi saluran
pernapasan bagian atas.
- Ekspirasi yang sangat memanjang
- Ronchi lebih terbatas
- Pulmonary inflation lebih ringan
- Laboratoris ditemukan eosinophilia
- Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.
2. Bronchiolitis akut
- inflamasi di bronkiolus

42
- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
- karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing
- ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru
- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar, penekanan
diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP meningkat pada
fotolateral.
3. Bronchitis Acuta
- Terjadi di bronchus
- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronchi : basah,
kasar.
- Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.
4. Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada
umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala–gejala obstruksi bronkiolus.
Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, wheezing pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi,
dan air trapping/hiperaerasi paru pada foto dada.

5. Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.Penyebab bronkitis
infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri
(Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).

Gejalanya berupa:

 batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)


 sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
 sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
 bengek
 lelah
 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

43
 pipi tampak kemerahan
 sakit kepala
 gangguan penglihatan.

6.Payah Jantung

Suatu keadaan di mana jantung sudah tidak mampu lagi memberikan darah kaya oksigen ke
organ-organ tubuh yang membutuhkan. Gejalanya pada fase awal, penderita akan merasakan
mudah lelah dan sesak (tersengal-sengal) pada waktu melakukan aktivitas fisik yang berat.
Kadangkala penderita terbangun tengah malam karena sesak dan membaik setelah duduk
beberapa saat. Pada fase lebih lanjut keluhan tersebut lebih berat sehingga waktu istirahat pun
penderita merasa sesak nafas. Selain gejala diatas pada umumnya penderita juga mengalai
pembengkakan kaki yang akan berkurang bila kaki diletakkan paa posisi lebih tinggi.

7. Atelektasis (Atelectasis)adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat


penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.

8. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinis tuberkulosis
dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang
terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat
hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain akan sesuai dengan organ
yang terlibat ). Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa
juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis
antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai
tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada
kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya
terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

44
2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia aspirasi tergantung jenis bahan yang teraspirasi


misalnya pada kasus :

 Aspirasi bahan makanan dan vomitus


Tindakan profilaksis penting dilakukan.Harus hati-hati menhindari jumlah
makanan yang membuat lambung menjadi kembung, terutama pada bayi yang
diberi makan dengan sonde. (David, 1998:1488)
Penanganan dengan pengisapan segera jalan napas dan pemberian oksigen
terindikasi untuk aspirasi.Intubasi endotrakea dengan pengisapan dan ventilasi
mekanik sering dilakukan untuk kasus yang berat.(David, 1998:1489)
 Aspirasi hidrokarbon
Gejala dan infiltrate radiologis dapat terlambat dan tidak ada penderita yang
boleh dipulangkan dalam waktu kurang dari 6 jam walaupun tidak ada
gejala.Jika kemungkinan besar hidrokarbon berada dalam lambung, isap dengan
nasogastric dengan hati-hati untuk meminimalisir resiko aspirasi paru.Untuk
dyspnea, sianosis, atau pneumonitis bahan kimia, cara-cara pendukung termasuk
oksigen, fisioterapi, dan jika perlu, tekanan jalan napas positif yang kontinu atau
bentuk-bentuk bantuan ventilasi lainnya, merupakan komponen terapi yang
penting.Kejadian infeksi sekunder paru-paru yang terkena biasanya dapat
dengan mudah terdeteksi dengan munculnya kembali demam pada hari ke 3
sampai ke-5 sesudah penelanan dan kemudian dapat dengan tepat diobati
dengan Penisilin G dan tobramisin. (David, 1998:1489)
 Aspirasi meconium
Perawatan umum berupa :pengaturan secara adekuat suhu dan kelembaban
lingkungan, pembersihan jalan napas, seluruh cairan lambung harus segera
dibuang untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi ulangan, pemberian
oksigen dan NaHCO3, dan pemberian antibiotic kombinasi Penisilin atau
ampisilin dengan gentamisin. (IKA UI,1985:1088)
 Pneumonia aspirasi dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan penisilin
5-10 juta U/hr, atau klindamisin 600 mg iv/8 jam bila penisilin tidak mempan

45
atau alergi terhadap penisilin. Bila aspirasi didapat dari rumah sakit diberikan
antibiotic spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya
aminiglikosida dikombinasikan dengan penisilin, sefalosporin generasi 3, atau
klindamisin. AB perlu diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran
radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6
minggu. (Zul Dahlan, 2009:2208)

Pencegahan

Pencegahan pneumonia aspirasi yang sangat penting adalah menghindari


teraspirasinya bahan-bahan yang berbahaya secara kimia maupun fisis yang bisa
menghambat jalan napas.Letakkanlah bahan-bahan yang berbahaya tersebut
ditempat yang aman terutama aman dari jangkauan anak-anak.Selain itu sanitasi
lingkungan harus dijaga.

2.8 Komplikasi

Menurut Zul Dahlan, 1998:807 yaitu:


 Efusi pleura dan empyema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama pada
infeksi bacterial akut berupa efusi parapneumonik Gram negative sebesar 60%,
Staphylococcus aureus 50%. S.pneumoniae 40-60%, kuman anerob 35%.
Sedangkan pada Mycoplasma pneumonia sebesar 20%. Cairannya transudate
dan steril. Terkadang pada infeksi bacterial terjadi empyema dengan cairan
eksudat.
 Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau bakteriemia berupa
meningitis. Dapat juga terjadi dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi
kronik, peninggian ureum dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian
fosfatase alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatic.
 Hipoksemia akibat gangguan difusi.
 Pneumonia kronik yang dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S.aureus, dan kuman Gram (-) seperti
Pseudomonasaeruginosa.
46
 Bronkiektasis. Biasanya terjadi karena pneumonia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic fibrosis
atau hipogamaglobulinemia, tuberculosis, atau pneumonia nekrotikans.

2.9 Prognosa

Prognosis pneumonia aspirasi tergantung pada keparahan aspirasi dan sebagian lagi
pada penyakit yang mendasarinya.Kebanyakan penderita memperagakan pembersihan
infiltrate dalam 2 minggu; angka mortalitas untuk penderita dengan aspirasi massif
besarnya sekitar 25%. (David, 1998: 1489)

47
BAB III

DISKUSI / PEMBAHASAN

Pneumonia aspirasi merupakan teraspirasinya benda asing ke dalam saluran


pernapasan dan dapat terjadi pada semua usia namun kejadian yang cukup sering
terjadi pada anak di bawah 3 tahun (80%) serta kejadian ini lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan (3:1). Factor resiko terjadinya aspirasi pada
anak bisa ditinjau dari struktur saluran pernapasan anak yang belum sempurna sehingga
memudahkan benda asing masuk ke dalam saluran ini. Benda asing yang masuk ke
dalam saluran pernapasan akan menghambat aliran udara dari dan ke paru. Besar
kecilnya defek yang terlihat tergantung dari jenis dan bahan yang diaspirasikan serta
adaptasi tubuh terhadap agen tersebut.Benda asing yang masuk ke dalam saluran
pernapasan tersebut bisa dibedakan berdasarkan asal (eksogen dan endogen), jenis
(organic dan anorganik), dan sifatnya.Pada umumnya benda asing tersebut dapat
dikeluarkan secara refleks dengan batuk atau muntah. Namun jika tidak bisa
dikeluarkan dengan refleks tersebut, bahan yang teraspirasi masuk ke saluran
pernapasan bahkan sampai di jaringan parenkim paru sehingga terjadi konsolidasi
makrofag, eritrosit,fibrin dan lekosit PMN untuk melawan agen yang masuk. Sehingga
jika di rontgen toraks secara umum terlihat gambaran infiltrate pada lapang pandang
paru sebelah kanan atas atau keseluruhan lapang pandang paru. Paru sebelah kanan
cabang bronkusnya lebih curam sehingga benda asing lebih mudah masuk ke bagian
paru kanan.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil inspeksi berupa sianosis, pucat,
retraksi, takipnoe, napas cuping hidung ataupun stridor.Pada palpasi bisa ditemukan
suhu tubuh panas, takikardi, fremitus taktil meningkat.Pada perkusi dapat ditemukan
bunyi redup pada dinding dada daerah paru karena adanya konsolidasi di daerah
tersebut. Pada auskultasi dapat didengar ronki basah halus ataupun kasar, bronkofoni,
egofoni, maupun whispered pectoriloquy. Sangat penting menganamnesa dengan baik
karena sebagian besar informasi penyakit bisa didapat dari hasil anamnesa saja.Pada
kasus aspirasi sangat penting sekali menanyakan pekerjaan, lingkungan, serta kegiatan
pasien sebelum mengeluh sakit disamping menanyakan keluhan utama.Manajemen

48
yang penting adalah mengeluarkan benda asing sesegera mungkin dari saluran
pernapasan dengan mengaktifkan refleks batuk atau muntah.Apabila tindakan tersebut
tidak berhasil bisa dilakukan dengan bronkoskopi atau torakotomi.

49
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia aspirasi merupakan variable penting, berkaitan dengan morbilitas,


mortilitas dan biaya perawatan pada penderita yang dirawat di rumah sakit terutama
perawatan penderita sakit kronis, antara lain stroke, tumor otak dan bila memungkinkan
dihindari factor resiko pada penderita-penderita tersebut.Langkah diagnostic tetap
memakai metode anamnesa diagnosa fisik.Pemakaian antibiotic dipilih secara empiric.

4.2 Saran

Diadakan pelatihan dan penyegaran tentang pneumonia aspirasi,antara lain


penanganan, pengobatan dan cara merujuknya bila terjadi Pneumonia Aspirasi.

50
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo,aru.dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta; Interna Publishing

Rahajoe,Nastiti n,dkk.2010.Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta ;IDAI

A.Price,Sylvia,dkk.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume


2.Jakarta;EGC

Behrman,Richard,dkk.1997.Ilmu Kesehatan Anak NelsonVolume 2.Jakarta;EGC

Staf Pengajar IKA FKUI.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta;FKUI

Stein,jay H.1998.Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta;EGC

Bickley,lynn.2009.Buku Ajar Pemeriksaan Fisik& Riwayat Kesehatan Bates.Jakarta;EGC

Staf Pengajar IPD FKUI.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta;FKUI

Malik,amirmuslim.2012.Buku Rancangan Pengajaran Modul Diagnostik Fisik.Padang;FK


UNBRAH

Swartz,mark.1995.Buku Ajar Diagnostik Fisik.Jakarta;EGC

Burnside&McGlynn.1995.Adams Diagnostik Fisik Edisi 17.Jakarta;EGC

51

You might also like