Professional Documents
Culture Documents
DM PDF
DM PDF
TINJAUAN PUSTAKA
kelainan yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula dalam darah atau yang
kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL dan pada tes kadar gula darah sewaktu ≥200
mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes melitus
bahwa Diabetes Melitus adalah kumpulan dari suatu gejala penyakit metabolik
jaringan terhadap insulin yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi atau
10
11
2. Diabetes melitus tipe II yang juga dikenal dengan diabetes melitus tidak
jaringan target terhadap efek metabolik insulin, yang dikenal dengan istilah
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan berikatan dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang dikenal
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi yang
akan memberikan sinyal yang berguna dalam proses regulasi atau metabolisme
gula, dimana rangsangan sinyal ini akan berperan dalam meningkatkan jumlah
GLUT-4 ke membrane sel, yang berfungsi seperti “kendaraan” bagi gula untuk
masuk ke dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi penyerapan gula oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2002
; Sudoyo, 2006).
sehingga akan terjadi kondisi toleransi gula terganggu (TGT). Pada pasien TGT,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar gula akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
kebutuhan akan insulin maka kadar gula akan meningkat dan terjadilah diabetes
melitus tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes melitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
Diabetes Melitus Tipe II sering terjadi pada usia diatas 30 tahun dan
obesitas, akibat dari kondisi TGT yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif maka kondisi DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama
sembuhnya, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa terlalu
insulin yang disekresikan terkait dengan kerusakan pada sel-sel beta pankreas.
Sel-sel beta pankreas yang merupakan salah satu dari empat pulau-pulau
13
insulin atau sekresi insulin akan meningkat yang selanjutnya akan menggerakkan
gula ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel akan
bentuk glikogen di hati dan otot, meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan
pemecahan gula, protein dan lemak. Hal ini terjadi berkesinambungan sehingga
kebutuhan gula akan terpenuhi untuk metabolism sel, dalam proses menghasilkan
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa pada DM tipe I ini terjadi akibat produksi glukosa
oleh hati yang tidak terukur. Asupan glukosa yang berasal dari makanan juga
tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga hal ini
2002).
glukosa muncul dalam urin (glukosuria). Saat glukosa dikeluarkan dalam urin, hal
ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih yang
14
dikenal dengan diuresis osmotic. Kehilangan cairan yang berlebih pada pasien ini
akan berakibat pada peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini akan
berdampak pada penurunan simpanan kalori yang berdampak pada pasien yang
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun
pada penderita defisisensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan, yang
lebih lanjut ikut berperan dalam menimbulkan kondisi hiperglikemia. Selain itu
keton sebagai hasil sampingan dari pemecahan lemak. badan keton merupakan
yaitu nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, dan bila
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia serta ketoasidosis. Diit dan latihan disertai pemantauan yang sering
sekresi insulin pada diabetes melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
a. Genetik
terhadap penyakit ini. Bila terjadi mutasi gen yang menyebabkan kekacauan
2007). Risiko seorang anak mendapat DM tipe II adalah 15% bila salah satu orang
tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko anak untuk
menderita DM akan meningkat mencapai 75%. Orang yang memiliki ibu dengan
DM memiliki risiko 10-30% lebih besar daripada orang yang memiliki ayah
dengan DM. hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih
besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita
DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik
b. Usia
dengan hasil penelitian di Negara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang
kelompok umur yang berisiko untuk menderita DM tipe II adalah usian 46-64
16
tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi gula atau TGT. Proses penuaan
c. Gaya Hidup
khususnya yang tipe II adalah gaya hidup yang kurang gerak, konsumsi makanan
yang tinggi lemak, karbohidrat dan rendah serat dengan kata lain kesalahan pada
d. Obesitas
digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap
terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25%
panjang pada penumpukan gula dalam darah sehingga terjadi gula darah tinggi
beta pankreas yang etiologinya kombinasi antara faktor genetik, imunologi dan
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantai
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang seola-olah
sebagai jaringan asing. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin
endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa
tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis DM tipe I (Smeltzer & Bare, 2002).
tingkat kesadaran (sense of awerness). Pada saat yang sama tidak terjadi atau
pada sindrom ini. Berbeda dengan KAD (ketoasidosis diabetik) yang tidak
terdapat insulin pada kasus HHNK masih ada insulin walau jumlahnya sedikit
2) Hipoglikemia
60 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang
berlebihan. Ditandai degan tremor, takikardi, palpitasi, gelisah, dan rasa lapar
2002).
diabetik (gangguan pada nefron atau ginjal), dan retinopati diabetik (gangguan
terdiri dari dua poin utama yaitu yang pertama terapi non farmakologi dan yang
kedua adalah terapi farmakologi. Dimana terapi non farmakologis ini meliputi
melitus dan pemantauan gula darah yang dilakukan secara terus menerus dan
pemberian obat anti diabetes oral dan juga injeksi insulin. Pemberian terapi
farmakologis ini, tetap tidak meninggalkan terapi non farmakologi yang telah
diberikan jika penerapan terapi non farmakologis yang telah dilakukan tidak dapat
mengendalikan kadar gula darah seperti yang diharapkan (Yunir & Soebardi,
2009).
a. Edukasi
pasien dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada
c. Latihan Jasmani
pengambilan gula oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah
dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang
relative sehat latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat
d. Terapi Farmakologi
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar gula darah jika diet dan obat hipoglikemia
oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II
yang biasanya mengendalikan kadar gula darah dengan diet dan obat kadang
akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang kegunaannya
dikontrol insulin. Gula darah adalah gula yang terdapat pada darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan di otot
rangka (Joyce LeeFever, 2007). Gula merupakan bentuk paling sederhana dari
molekul gula, yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan
bentuk dimana karbohidrat diserap dari usus kedalam aliran darah. Terkadang
terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup, jagung dan tetes tebu. Di
dalam tubuh gula didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa
Pada kondisi normal, tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif
dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi gula menurun, karena dikonsumsi untuk
menjadi gula (proses ini disebut glikogenolisis). Gula dilepaskan kedalam aliran
darah, hingga meningktakan level gula darah (Herman dalam Purba, 2009).
Apabila level gula darah meningkat, baik karena perubahan glikogen atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang
terdapat didalam pankreas. Hormon ini yang disebut insulin, menyebabkan hati
mengubah lebih banyak gula menjadi glikogen (proses ini disebut glikogenosis)
yang mengurangi level gula (Herman dalam Purba, 2009). Sehingga dengan
beberapa bentuk sederhana seperti gula, fruktosa dan galaktose. Dimana gula
sel untuk masuk ke dalam sel dan dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Di
22
membrane usus akan terjadi transport aktif dengan memanfaatkan ikatan dengan
diangkut hanya dari konsentrasi yang lebih tinggi menuju ke konsentrasi yang
lebih rendah, yang dimungkinkan dengan ikatan khusus dari protein pembawa
erat dengan metabolism gula diamana insulin akan meningkatkan difusi gula
pengangkutan gula ke dalam sel akan meningkat sampai 10 kali atau dalam
Segera setelah masuk ke dalam sel gula akan bergabung dengan satu radikal fosfat
dan heksokinase di dalam sel lainnya. Fosforilasi gula pada umumnya irreversible
kecuali di sel hati, epitel tubulus ginjal, dan sel epitel usus. Di dalam sel-sel
tersebut ada suatu enzim yang lain, glucose fosfatase dan bila enzim ini aktif
sensitivitas insulin atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin, akan
berdampak pada regulasi gula darah, tidak hanya pada jaringan perifer tapi juga di
23
jaringan hepar. Dalam hal ini jaringan hepar berperan dalam mengatur
homeostasis gula tubuh. Peningkatan kadar gula darah puasa, lebih ditentukan
oleh peningkatan produksi gula secara endogen yang berasal dari proses
resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi hormon insulin terhadap mekanisme
produksi gula endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal (Manaf,
Asman 2009).
terdiri atas dua rantai polipeptida. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam
amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan
oleh adanya dua buah rantai disulfida. Insulin disekresi sebagai respon atas
sekresi tersebut adalah kadar gula pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL.
Respon maksimal diperoleh pada kadar gula yang berkisar dar 300-500 mg/dL.
Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur
24
insulin dalam aliran darah sangat cepat, waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit
(Suriani, 2012).
yang terdapat pada membran sel. Reseptor insulin tersebut merupakan suatu
dua subunit alfa (α) yang terletak di luar membran sel dan dua subunit beta (β)
yang menembus membran dan menonjol ke dalam sel mengalami aktivitas tirosin
satu sinyal. Dalam kondisi dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada obesitas
melalui aktivitas tirosin kinase subunit (β) pada reseptor insulin. RIS
berbagai mekanisme kompleks yang efek nettonya adalah peningkatan kadar gula
dalam darah. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus yang jumlah insulinnya
25
tidak mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia. Ada 4
molekular. Ada 5 jenis protein pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2, GLUT3,
GLUT4 dan GLUT 5. GLUT1 merupakan pengangkut gula yang ada pada otak,
ginjal, kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel hati, pankreas, usus halus dan
ginjal. GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta. GLUT4 terletak di
jaringan adiposa, otot jantung dan otot skeletal. GLUT5 bertanggung jawab
terhadap absorpsi gula dari usus halus. Insulin meningkatkan secara signifikan
insulin menarik pengankut gula ke tempat yang aktif pada membran plasma.
Translokasi protein pengangkut ini bergantung pada suhu dan energi serta tidak
bergantung pada sintesis protein. Efek ini tidak terjadi pada hati.
Pada orang yang normal, sekitar separuh dari gula yang dimakan diubah
menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau
glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses
Mekanisme defosforilasi enzim dilakukan melalui reaksi kaskade yang dipicu oleh
fosforilasi substrat reseptor insulin. Sebagai contoh adalah pengeruh insulin pada
rendah, terutama pada otot jantung, otot rangka dan jaringan adiposa karena
Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat akan enzim yang berperan dalam
kedua jalur tersebut diinaktivasi tanpa kehadiran insulin. Sedangkan tanpa insulin,
oleh glukagon dan epinefrin yang bekerja melalui cAMP yang memiliki sifat
antagonis terhadap insulin. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus baik tipe I
atau tipe II kurang dapat menggunakan gula yang diperolehnya melalui makanan.
berespon, maka gula tersebut akan dikeluarkan melalui urin. Gula disaring oleh
dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas
ginjal mereabsorpsi gula terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar gula amat
ini disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes melitus.
Kadar gula yang amat tinggi pada liran darah maupun pada ginjal,
banyak air, sehingga pasien akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal
Gejala yang diterima oleh pasien diabetes tipe I biasanya lebih komplek,
karena mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Akibatnya
bahkan asam amino. Pasien tidak dapat memperoleh energi dari katabolisme gula.
Energi adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh sel tubuh, sehingga tubuh akan
digunakan oleh tubuh adalah dengan merombak simpanan lemak pada jaringan
Asam lemak dikatabolisme lebih lanjut dengan melepas dua atom karbon yang
senyawa ini disebut sebagai badan keton yang terdapat pada urin pasien serta
dideteksi dari bau mulut seperti keton. Pasien mengalami ketoasidosis dan dapat
meninggal dalam keadaan koma diabetik. Ketidaktersediaan gula dalam sel juga
meniungkatkan produksi gula dari substrat lain, salah satunya adalah dengan
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Gula yang dihasilkan kemudian akan
terbuang melalui urin. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot dan
jaringan adiposa secara signifikan. Pasien akan kehilangan berat tubuh yang hebat
kendati terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal
atau meningkat.
karena VLDL yang disintesis dan dilepaskan tidak mampu diimbangi oleh kerja
rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Defek pada produksi enzim ini juga
Berbeda dengan pasien diabetes tipe I, pada pasien diabetes tipe II,
de novo dari asam lemak tidak diimbangi oleh kecepatan penyimpanannya pada
diperparah oleh aktivitas fisik pasien diabetes melitus tipe II yang pada umumnya
sangat kurang. Akibatnya kadar lemak dalam darah akan meningkat. Pada pasien
yang akut, akan terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada bagian
Kelainan tekanan darah akibat kadar gula yang tinggi menyebabkan kerja
jantung, ginjal dan organ dalam lain untuk mempertahankan kestabilan tubuh
menjadi lebih berat. Akibatnya pada pasien diabetes akan mudah dikenai berbagai
serta kerusakan otak, yang biasanya ditandai dengan penglihatan yang kabur.
Terapi gizi medis pada pasien diabetes merupakan salah satu terapi
melakukan pengaturan pola diit yang didasari oleh status gizi pasien diabetes, dan
31
Status gizi ini ditentukan berdasarkan dengan nilai IMT (indeks massa tubuh), dan
tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan kadar gula darah dengan anjuran
(Tjokroprawiro, 2001).
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan
tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi
dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang
dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin
Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas
Klasifikasi obesitas
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang <18,5
Kisaran normal 18,5-22,9
Berat badan lebih >23,0
Beresiko obes 23,0-24,9
Obese I 25,0-29,9
Obese II >30,0
32
ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa
kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender
yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi
4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa
Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan
2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Ini menunjukkan adanya nilai cut
off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu (Sugondo, 2006)
metabolik yang lebih baik. Tujuan diit diabetes melitus ini yaitu :
normal.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%),
dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing
10-15%).
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar gula darah sudah
7) Asupan serat dianjurkan 25 gr per hari dengan mengutamakan serat larut air
bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000 mg/hari. Jika pasien DM
Garam)
Tabel 2. Jenis Diit Diabetes Melitus menurut Kandungan Energi Protein, Lemak dan Karbohidrat
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Tabel 3. Jumlah Bahan Makanan Sehari menurut Standar Diit Diabetes Melitus
(dalam satuan penukar II)
Tabel 4. Pembagian Makanan Sehari tiap Standar Diit Diabetes Melitus dan Nilai Gizi (dalam
satuan penukar II)
Energy
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
kkal
Pagi
1
Nasi /2 1 1 1 11/2 11/2 11/2 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
Tempe - - /2 /2 1 1 1 1
Sayur A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang
Nasi 1 1 2 2 2 21/2 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 21/2 21/2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 1
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Nilai Gizi
Energy (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gram) 43 45 51.5 55.5 60 62 73 80
Lemak (gram) 30 35 36.5 36.5 48 53 59 62
KH (gram) 172 192 235 275 299 319 369 396
Keterangan : S = sekehendak
36
Ini berarti daftar menu berikut merupakan daftar menu yang dapat digunakan
dalam sehari untuk menu makan oleh pasien diabetes yang membutuhkan jumlah
Tabel 5. Contoh Menu Makanan Sehari tiap Standar Diit Diabetes Melitus dan Nilai Gizi
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diit dabetes melitus adalah sebagai
berikut:
1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi
dan sagu
37
2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
7) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diit
seperti gula pasir, gula jawa, sirop, jam, jelly, buah-buahan yang diawetkan
dengan gula, susu kental manis, minuman ringan dan es krim serta kue-kue manis,
dodol, cake, dan tarcis. Selain itu bahan makanan lain yang sebaiknya dihindari
adalah makanan yang mengandung banyak lemak, seperti cake, makanan siap saji,
seperti : ikan asin, telur asin, serta makanan yang diawetkan (Sudoyo, 2006).
Senam diabetes adalah salah satu bentuk exercise untuk pasien diabetes
melitus yang berupa senam khusus. Senam diabetes merupakan senam yang
memilliki rangkaian gerakan yang dirancang khusus untuk pasien diabetes melitus
oleh para ahli, baik dari ahli diabetes, kedokteran olahraga, ahli rehab medis serta
sanggar senam yang mengatur olah gerak. Senam diabetes merupakan senam
yang mudah dan enak dilakukan, memiliki gerakan yang ritmis, low impact
38
(rendah beban) serta dinamis dan senam diabetes ini sangat membantu dalam
kali dalam seminggu, dengan intensitas ringan sampai sedang (60-70% Maximum
Tahapan Senam Diabetes terdiri dari empat tahapan gerakan, yaitu gerakan
Terlampir
Prinsip latihan jasmani bagi pasien diabetes melitus persis sama dengan
latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan
teratur 3-5 kali perminggu dengan intensitas ringan sampai sedang ( mencapai 60-
menit, dengan jenis latihan jasmani endurans atau aerobik untuk meningkatkan
Heart Rate) yaitu 220 – umur. Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR
(Target Heart Rate). Sebagai contoh : suatu latihan bagi seorang pasien diabetes
yang berusia 50 tahun disasarkan sebesar 70%, maka THR = 70% X (220-50) =
39
119. Dengan demikian, sasaran denyut nadi pasien dalam melakukan latihan
Menurut Soegondo (2008) ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat
(retinopati).
b) Kurangi dosis insulin sebelum melakukan aktivitas fisik dan atau tingkatkan
c) Hindari pemberian insulin pada bagian yang aktif (sebaiknya insulin diberikan
di bagian perut/abdomen)
d) Lakukan aktivitas fisik secara teratur dan konsisten. Waktu yang tepat untuk
melakukan aktivitas fisik yaitu kira-kira 60-90 menit setelah makan karena saat
itu kadar gula berada di puncak dan cukup menyediakan kalori yang anda
butuhkan
3. Kenakan sepatu yang sesuai dan usahakan kaki agar selalu bersih dan
kering.
4. Monitor kadar gula darah jangan sampai melebihi 300 mg/dl karena akan
40
dapat mengatur dan mengendalikan gula darah, lemak darah (kolesterol) serta
dapat memperbaiki sensitivitas otot terhadap insulin. Efek lain dari senam
diabetes adalah mampu memperbaiki atau mencegah komplikasi yang terjadi pada
sistem jantung, pembuluh darah mengontrol berat badan, serta saraf sehingga
kesemutan, pegal-pegal, rasa kebal (baal) pada kaki dan tangan serta sangat baik
bagi pernafasan. Selain itu melakukan senam diabetes akan dapat menghilangkan
stress, sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pasien diabetes melitus.
melitus, yaitu diet, olahraga, obat-obatan oral atau insulin, penyuluhan dan self
control. Apabila kelima prosedur tersebut dijalankan, maka hasil optimal regulasi
dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus. Terkait dengan
hal ini, jika seorang pasien diabetes melitus tidak memperhatikan pola diitnya
maka hal ini lambat laun dapat memperburuk kondisi kadar gula darah sehingga
berdampak pada berbagai komplikasi. Kadar gula darah dalam tubuh manusia
41
terkait dengan fungsi pankreas yang mensekresikan insulin, namun pankreas tetap
terjadi kondisi hiperinsulinemia, yaitu kadar insulin yang berlebih dalam tubuh.
lama maka pankreas pun akan mencapai kapasitas maksimalnya sehingga tubuh
akan merespon dengan memperlihatkan gejala berupa trias Diabetes Melitus yaitu
yang tepat dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar gula darah yang
mendadak dan mencegah terjadinya lonjakan yang teralalu tinggi, dan dibarengi
atau ambilan gula oleh otot yang aktif. Latihan fisik adalah stimulus yang kuat
mungkin terjadi, baik dari segi diitnya maupun senam diabetesnya yang semuanya
saling berkitan. Adapun beberapa risiko perlakuan yang mungkin dapat terjadi
selama proses penelitian dan pengumpulan data yaitu pasien yang mengalami
hipoglikemia, cidera saat melakukan senam, dan kelelaha otot. Pada kondisi
hipoglikemia terdapat beragam keluhan yang menonjol diantara pasien dan pasien
itu sendiri pada waktu yang berbeda-beda. Namun pada umumnya gejala atau
keluhan biasanya timbul pada pola tertentu sehingga klien, peneliti, perawat,
Tabel 6. Keluhan dan Gejala Hipoglikemia Akut yang Sering Dijumpai pada Pasien Diabetes
Beberapa risiko ini akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku pada penanganan
terlihat tanda dan gejala yang mengarah pada kondisi hipoglikemia serta setelah
pemberian glukosa dalam bentuk tablet, jelly atau 150-200 ml minuman yang
mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat
manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorbsi
glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan
10-20 g karbohidrat kompleks. Bila glukosa oral tidak dapat diberikan, pemberian