You are on page 1of 7

ISSN 2302-1616

Vol 2, No. 2, Desember 2014, hal 119-125

Isolasi dan Pengukuran Aktivitas Enzim Bromelin dari Ekstrak Kasar


Bonggol Nanas (Ananas comosus) pada Variasi Suhu dan pH

MASHURI MASRI
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar
Jl. Sultan Alauddin 36 Samata, Kab. Gowa 92113
email: mashurimasri@uin-alauddin.ac.id

ABSTRACT
This study was conducted to isolate the bromelain enzyme from pineapple weevil (Ananas
comosus) and measure the protein and enzyme activity of bromelain with gelatin substrate. Research
stage involves determining the protein content of the bromelain enzyme in the treatment of
ammonium sulfate precipitation by 10-60% concentration and determination of bromelain enzyme
activity at various pH 4.0; 5.0; 6.0; 7.0 and 8.0, with the incubation time of 10 minutes at a
temperature of 650 C. Each stage performed three repetitions and analyzed using spectrometry. The
results obtained showed the highest protein content in precipitation with ammonium sulfate 60% in
the amount of 37.214 mg / ml and the optimum pH of bromelain enzyme activity at pH 7.0 with the
value of the activity of 1,081 units / gram.

Keywords: ammonium sulfate precipitation, bromelain enzyme, pineapple weevil (Ananas comosus),
pH

PENDAHULUAN bahwa enzim akan memiliki peranan penting


Nanas termasuk tanaman herba epifit, dalam industri. Enzim adalah protein tidak
umumnya memiliki batang pendek. Daunnya beracun namun mampu mempercepat laju
panjang dan sempit, umumnya berkumpul di reaksi kimia dalam suhu dan derajat keasaman
dasar atau merupakan roset, serta memiliki yang sesuai. Enzim akan menghasilkan produk
duri. Bunga terminal (Syamsiah, 2006). Nanas yang sangat spesifik sehingga dapat
termasuk buah buni majemuk, jika bakal buah diperhitungkan dengan mudah. Pada saat ini
masing-masing bunga dalam bunga majemuk dan bahkan di masa yang akan datang, enzim
membentuk suatu buah buni. Pada buah nanas menjadi primadona industri karena melalui
pada pembentukan buah ikut pula mengambil penggunaannya, energi dapat dihemat dan
bagian daun-daun pelindung dan daun-daun akrab dengan lingkungan. Saat ini penggunaan
tenda bunga, sehingga keseluruhannya enzim dalam industri makanan dan minuman,
nampak sebagai satu buah saja. Keseluruhan industri tekstil, industri kulit dan kertas di
buah yang bergabung menjadi satu Indonesia semakin meningkat (Lipi, 2013).
dihubungkan oleh batang tengah yang disebut Bromelin adalah enzim yang diekstrak
hati/bonggol (Tjitrosoepomo, 2009). Adapun dari buah nanas (Ananas comosus). Bromelin
klasifikasi dari tanaman nanas adalah sebagai diisolasi dari buah nanas dengan
berikut: menghancurkan daging buah untuk
Divisio : Magnoliophyta mendapatkan ekstrak kasar enzim bromelin
Classis : Liliopsida (Hairi, 2010). Bromelin ini berbentuk serbuk
Subclassis : Zingiberidae amori dengan warna putih bening sampai
Ordo : Bromeliales kekuning-kuningan, berbau has, larut sebagian
Familia : Bromeliaceae dalam aseton, eter, dan CHCl3 (Fajrin, 2012).
Genus : Ananas Penggunaan nama bromelin untuk enzim
Species : Ananas comosus pemecah protein yang berasal dari nanas
(Gembong dalam Syamsiah, 2006). sekilas menimbulkan kesan tidak taat asas,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia karena nama nanas adalah Ananas comosus,
(LIPI) sejak tahun 70-an telah menyadari, walaupun tanaman ini termasuk tanaman
MASHURI MASRI Biogenesis 120

Bromeliaceae. Tampaknya, penamaan enzim Bromelin merupakan unsur pokok dari


menurut organisme sumber ini hanya berhasil nanas yang penting dan berguna dalam bidang
dilakukan terhadap enzim tumbuh-tumbuhan farmasi dan makanan. Fungsi bromelin mirip
dan itupun jumlahnya tidak banyak. dengan papain dan fisin, sebagai pemecah
Bersamaan dengan itu, penggunaan akhiran – protein. Pada akhir-akhir ini enzim bromelin
in pada nama enzim mulai ditinggalkan dan lebih banyak digunakan untuk penjernihan bir
hanya bertahan pada enzim yang sudah (“chillpoofing bir”) dan pengempukan daging.
terlanjur dikenal dengan tatanama seperti itu Selain itu enzim bromelin sering pula
(Sadikin, 2002). dimanfaatkan sebagai bahan kontrasepsi KB
Bromelin termasuk ke dalam golongan untuk memperjarang kehamilan. Ibu-ibu yang
sufrihidil yang mengandung enzim proteolitik. sedang mengandung tidak dianjurkan makan
Selain itu juga mengandung peroksida, asam nanas karena dapat mengakibatkan keguguran
fosfat, beberapa protease inhibitor, dan (Wuryanti, 2004).
organik yang mengikat kalsium. Enzim Enzim bromelin merupakan enzim
bromelin menghidrolisis protein yang protease seperti halnya renin (renet), papain
mengandung ikatan peptida menjadi asam dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisis
amino yang lebih sederhana. Dalam hal ini protein (Effendi, Winarni dan Sumarni, 2012,
sistein endopeptidase secara khusus memotong 2). Hidrolisis yang terjadi dengan enzim
ikatan peptida pada gugus karbonil seperti protease adalah putusnya ikatan peptida dari
yang ditemukan dalam ariginin atau asam ikatan substrat, di mana enzim protease
amino aromatik yaitu fenilalanin atau tirosin bertugas sebagai katalisator di dalam sel dan
(Gautam et al., 2010). bersifat khas (Suhermiyati dan Setyawati,
Enzim bromelain termasuk golongan 2005).
glikoprotein yaitu protein yang mengandung Uji Bradford merupakan suatu uji dengan
satu bagian oligosakarida pada tiap molekul, tujuan untuk mengukur konsentrasi protein
yang terikat secara kovalen dengan rantai total secara kolorimetri dalam suatu larutan.
polipeptida enzim tersebut. Adapun deretan Pada uji Bradford melibatkan pewarna
asam amino disekitar lokasi aktifnya: -Cys – Coomassie Brilliant Blue (CBB) yang akan
Gly – Ala – Cys – Trp-Asn – Gly – Asp – Pro berikatan dengan protein dalam suatu larutan.
– Cys – Gly – Ala – Cys – Cys – Trp. Sistein Dari warna yang dihasilkan, secara kolorimetri
(Cys) menunjukkan tempat lokasi aktifnya maka dapat diukur absorbansinya dengan
(Gautam et al., 2010). menggunakan spektrofotometri (Lambert‐
Berdasarkan beberapa penelitian Beer) pada panjang gelombang 465‐595 nm
terdahulu diketahui bahwa nanas beserta (cahaya tampak) (Bradford, 1976).
limbahnya (batang dan kulit) dapat,
menghasilkan enzim bromelin. Enzim ini METODE
dapat diisolasi dari daging buah, kulit buah, Pembuatan Ekstrak Kasar Bonggol
bonggol (hati), tangkai daun, dan daun Buah Nanas. Isolasi ekstrak bonggol nanas
(Suhermiyati dan Setyawati, 2005). dilakukan berdasarkan metode Gautam, et al.
Buah nanas yang muda maupun yang tua (2010, 67-76). Bonggol nanas yang digunakan
juga mengandung enzim bromelin. Buah nanas pada penelitian ini yaitu nanas yang masih
muda mengandung enzim bromelin lebih mengkal, ditandai dengan warna kulitnya hijau
banyak. Sedangkan buah nanas yang matang kekuningan. Bonggol nanas dicuci dengan
enzim bromelin lebih sedikit dibandingkan aquades, kemudian dipotong kecil-kecil dan
yang muda (Hairi, 2010). ditimbang sebanyak 500 gram. Selanjutnya
Aktivitas bromelin optimum pada suhu dihomogenisasi dengan menggunakan 66,67
500C, di atas suhu tersebut keaktifan akan ml larutan buffer natrium asetat (pH 6,5), dan
menurun. pH optimum 6,5-7 dimana enzim kemudian disaring.
akan mempunyai konformasi yang mantap dan Pengendapan dengan Amonium Sulfat.
aktivitas maksimal (Fajrin, 2012). Presipitasi ekstrak kasar enzim bromelin
Vol 2, Desember 2014 Biogenesis 121

diadaptasi dari Soares, et al. (2010). dilakukan pengukuran terhadap standar


Pengendapan dilakukan dengan cara protein dengan menambahkan 0,05 ml seri
penambahan amonium sulfat sebanyak 10%, larutan standar dengan 2,5 ml reagen
20%, 30%, 40%, 50% dan 60%. Masing- Bradford. Pengamatan dilakukan dengan
masing 7 ml ammonium sulfat ditambahkan 3 3 kali pengulangan. Kemudian larutan
ml ekstrak kasar bonggol nanas yang telah divortex dan di inkubasi pada suhu ruang
disaring sambil diaduk menggunakan selama 10‐60 menit. Larutan ini
pengaduk magnet selama 45 menit. memberikan warna biru dan selanjutnya
Selanjutnya diinkubasi semalam pada suhu diukur absorbansinya pada λ 595 nm.
4oC di dalam lemari es. Setelah itu, 2. Pengukuran Protein Terlarut. Pengukuran
disentrifugasi pada 3500 rpm selama 25 menit sampel dilakukan dengan cara 0,5 ml seri
untuk memisahkan ekstrak kasar enzim dari ekstrak enzim kasar ditambahkan dengan
sisa-sisa jaringan nanas. Hasil sentrifugasi 2,5 ml reagen Bradford divortex lalu
akan didapatkan supernatan dan pelet yang diinkubasi pada suhu ruang selama 10‐60
merupakan ekstrak kasar enzim bromelin. menit. Pengamatan dilakukan 3 kali
Pelet yang dihasilkan dicuci dengan 10 mL pengulangan. Absorbansi larutan sampel
buffer natrium asetat 0,1 M pada kisaran pH protein selanjutnya diukur pada λ 595 nm.
6,5. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan. Penentuan pH Optimum Enzim
Penentuan Kadar Protein Ekstrak Bromelin. Sebanyak 0,125 ml gelatin
Enzim Bromelin. Penentuan kadar protein ditambahkan dengan 0,5 ml buffer asam fosfat
dilakukan dengan menggunakan metode 1M (pH 6,5) dan 0,125 gram ekstrak enzim
Bradford (1976). Uji Bradford adalah suatu uji bromelin yang telah dikeringkan dalam oven
untuk mengukur konsentrasi protein total selama 15 menit pada suhu 500 C. Selanjutnya
dengan secara kolorimetri dalam suatu larutan. larutan diinkubasi pada suhu 65oC selama 10
Dalam uji Bradford melibatkan pewarna menit pada nilai pH yakni : 4,0; 5,0; 6,0; 7,0;
Coomassie Brilliant Blue (CBB) yang 8,0. Pengamatan dilakukan 3 kali
berikatan dengan protein dalam suatu larutan pengulangan. Reaksi dihentikan dengan
yang bersifat asam sehingga memberikan pemanasan pada air mendidih selama 10
warna (kebiruan). Karena menghasilkan warna menit. Setelah itu, absorbansi diukur pada λ
biru maka absorbansi diukur pada λ 595 nm. 595 nm dengan menggunakan
Kadar protein ditentukan dengan spektrofotometer.
membandingkan absorbansi ekstrak enzim Analisis Data. Penentuan kadar protein
bromelin dengan kurva standar gelatin. ditentukan dengan membandingkan
1. Pengukuran Larutan Standar Protein. absorbansi ekstrak enzim bromelin dengan
Sebelum melakukan pengukuran larutan persamaan linear kurva standar gelatin.
standar protein maka terlebih dahulu Sedangkan aktivitas enzim bromelin dapat
dibuat larutan standar protein dengan cara ditentukan dengan rumus di bawah ini:
menimbang 0,01 g gelatin kemudian
dilarutkan dengan 10 ml aquades steril Aktivitas Enzim = Substrat Terhidrolisis x
sehingga diperoleh larutan stok gelatin 1 Volume Larutan
pada konsentrasi 1000 ppm. Larutan stok x
BM Enzim Berat Enzim
pada konsentrasi 1000 ppm diencerkan
dengan melarutkan 0,5 ml larutan stok
ditambahkan 4,5 ml aquades steril BM Enzim = 181.19 g/mol (Ishak, 2012)
sehingga diperoleh larutan stok gelatin
100 ppm. Dari larutan stok tersebut HASIL
dilakukan pengukuran terhadap standar Pengukuran Kadar Protein Enzim
protein terlarut dengan konsentrasi 10, 20, Bromelin pada Variasi 10-60 % Amonium
30, 40, 50 dan 60 ppm. Kemudian Sulfat. Pengukuran kadar protein enzim
MASHURI MASRI Biogenesis 122

bromelin dari ekstrak bonggol nanas diberikan 50 % dan 60 % lalu diinkubasi agar enzim
perlakuan yaitu bonggol nanas yang telah bromelin akan terendapkan. Adapun kadar
disaring akan ditambahkan larutan amonium protein yang diperoleh pada pengendapan
sulfat dengan variasi 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, amonium sulfat ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kadar Protein Enzim Bromelin dari Ekstrak Bonggol Nanas pada Variasi Konsentrasi Amonium
Sulfat
U1 (nm) U2 (nm) U3 (nm) Jumlah (nm) Rata-rata (nm) Kadar protein
Konsentrasi (%)
(µg/ml)
10 0,974 0,974 1 2,948 0,983 36,357
20 1 1 1 3 1 36,964
30 1 1 1 3 1 36,964
40 1 0,94 1 2,94 0,980 36,250
50 1 1 1 3 1 36,964
60 1 1 1,02 3,02 1,007 37,214
Keterangan:
U1 = ulangan 1. U2 = ulangan 2. U3 = ulangan 3

Kadar Protein
37,400
kandungan protein

37,200
37,000
(mg/ml)

36,800
36,600
36,400
36,200
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi amonium sulfat (%)

Gambar 1. Grafik Pengaruh Konsentrasi Amonium Sulfat terhadap Pengendapan Protein Enzim Bromelin

Pengukuran Aktivitas Enzim pada Pengukuran dilakukan secara spektrofotometri


Variasi Ph. Aktivitas enzim bromelin diukur pada panjang gelombang 595 nm. Hasil
berdasarkan kemampuannya menghidrolisa pengukuran yang diperoleh dapat dilihat pada
substrat gelatin pada suhu inkubasi 650C. tabel 2.

Tabel 2. Pengukuran Aktivitas Enzim Bromelin dari Ekstrak Bonggol Nanas pada Variasi pH
pH U1 U2 U3 Rata-rata Substrat Aktivitas enzim
(nm) (nm) (nm) (nm) terhidrolisis (unit/g)
(g/ml)
4 1 1 1 1 36,964 1,020
5 0,996 1,002 1,006 1,001333 37 1,021
6 1,004 1,025 0,998 1,009 37,286 1,029
7 0,983 1,005 1,199 1,062333 39,179 1,081
8 0,994 0,01 1,007 0,670333 25,179 0,695
Keterangan:
U1 = ulangan 1. U2 = ulangan 2. U3 = ulangan 3
Vol 2, Desember 2014 Biogenesis 123

1.5
Hubungan pH dengan Aktivitas Enzim
aktivitas enzim (unit/g)

0.5

0
0 1 2 3 4 pH 5 6 7 8 9
Gambar 2. Grafik Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Bromelin

PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Protein Enzim


Enzim bromelin adalah enzim yang Bromelin pada Variasi 10-60 % Amonium
diekstrak dari buah nanas (Ananas comosus). Sulfat. Amonium sulfat berfungsi untuk
Bromelin termasuk ke dalam golongan mengendapkan protein bromelin tanpa ikut
sufrihidil yang mengandung enzim proteolitik. mengendapkan protein non bromelin. Selain
Selain itu juga mengandung peroksida, asam itu, ammonium sulfat juga menghasilkan
fosfat, beberapa protease inhibitor, dan peningkatan kemurnian bromelin. Beberapa
organik yang mengikat kalsium. Enzim protein berbeda kelarutannya dalam
bromelin menghidrolisis protein yang konsentrasi garam yang berbeda. Pengendapan
mengandung ikatan peptida menjadi asam dengan amonium sulfat dapat dilakukan pada
amino yang lebih sederhana. Dalam hal ini konsentrasi 10-100 %. Semakin tinggi
sistein endopeptidase secara khusus memotong konsentrasi amonium sulfat maka
ikatan peptida pada gugus karbonil seperti pengendapan protein semakin baik namun
yang ditemukan dalam arginin atau asam pengendapan dengan amonium sulfat terdapat
amino aromatik yaitu fenilalanin atau tirosin titik kejenuhannya. Menurut Soares, et al.
(Gautam et al., 2010). Dalam penelitian ini (2010) pengendapan protein enzim bromelin
substrat yang digunakan yaitu gelatin. Gelatin dengan amonium sulfat dari ekstrak kasar
merupakan protein yang mengandung 19 asam daging buah paling baik pada konsentrasi 40 %
amino yang dihubungkan dengan ikatan namun jika sudah berada pada konsentrasi 60-
peptida termasuk arginin dan tirosin 100 % maka pengendapannya semakin
(Hajrawati, 2006). berkurang dikarenakan larutan protein
Jika ekstrak kasar enzim bromelin telah mengalami titik kejenuhan.
didapatkan maka selanjutnya ekstrak akan Pada penelitian ini digunakan variasi
diukur kadar proteinnya dengan amonium sulfat 10-60 % untuk mengendapkan
membandingkan absorbansi ekstrak enzim enzim bromelin. Hasilnya belum didapatkan
bromelin dengan kurva standar gelatin. Kadar titik kejenuhan amonium sulfat untuk
protein enzim bromelin dari ekstrak kasar mengendapkan enzim bromelin dari bonggol
bonggol nanas diukur dengan menggunakan nanas namun pengendapan tertinggi terjadi
spektrofotometer. Spektrofotometer akan pada konsentrasi 60 % dengan kadar protein
menentukan kadar protein baik secara 37,214 µg/ml. Hal ini menandakan konsentrasi
kuantitatif maupun kualitatif dengan 60 % mencapai titik isolistrik protein yang
mengukur transmitan ataupun absorban larutan diinginkan. Pada titik isolistrik kelarutan
blanko ataupun pembanding. Dari hasil protein berkurang non bromelin hingga
pembacaan spektrofotometer pada λ 595 nm minimum dan protein yang diinginkan akan
maka diperoleh kurva standar gelatin dengan mengendap, sedangkan protein lain yang tidak
persamaan regresi y = 0,028x – 0,035. diinginkan tetap dalam larutan.
MASHURI MASRI Biogenesis 124

Pengendapan tersebut dapat terjadi karena (Wiradikusumah, 2001). Pada umumnya


adanya persaingan antara garam dan protein aktivitas maksimum enzim berada pada
untuk mengikat air. Ion-ion pada protein kisaran pH optimum 4,5-8,0. pH optimum
mengikat banyak molekul air dengan sangat enzim bromelin dari ekstrak kasar bonggol
kuat. Namun ion-ion garam memiliki densitas nanas berbeda dengan pH optimum enzim
muatan yang lebih besar dibandingkan protein bromelin yang didapatkan dari ekstrak kasar
sehingga garam dapat lebih mengikat molekul batang nanas. Menurut Nurhidayah (2013) pH
air. Menurunnya jumlah air yang terikat pada optimum enzim bromelin dari ekstrak kasar
protein menyebabkan gaya tarik menarik dari batang nanas berada pada pH 6 sedangkan
antara molekul protein lebih kuat bila pH optimum enzim bromelin yang diisolasi
dibandingkan dengan gaya tarik menarik dari ekstrak kasar bonggol nanas berada pada
anatara molekul protein dan air (mempertinggi pH 7. Hal tersebut di karenakan sumber enzim
interaksi hidrofobik), sehingga protein akan diisolasi dari organ yang berbeda meskipun
mengendap dari larutan atau berikatan dengan enzimnya sama. Menurut Winarmo (1986)
kolom hidrofobik. enzim tertentu mempunyai kisaran pH
Pengukuran Aktivitas Enzim Bromelin optimum yang sangat sempit. Di sekitar pH
pada Variasi pH. Pada penelitian ini optimum mempunyai stabilitas yang tinggi.
didapatkan aktivitas tertinggi berada pada pH Dalam hal ini, enzim yang sama sering kali pH
7,0 yaitu 1,081 unit/g dengan substrat optimumnya berbeda tergantung dari sumber
terhidrolisis sebesar 39,179 µg/ml. Dari bentuk enzim tersebut.
kurva pada gambar 4.4, tampak bahwa pH
optimum dari aktivitas enzim bromelin dari KESIMPULAN
ekstrak kasar bonggol nanas berada pada pH Semakin tinggi konsentrasi amonium
7,0. Hal ini menandakan bahwa pada pH 7,0 sulfat maka semakin banyak kadar protein
enzim mempunyai konformasi yang paling enzim bromelin dari bongol nanas yang
sesuai dengan substrat gelatin sehingga dapat diendapkan. Pada penelitian ini konsentrasi
membentuk kompleks enzim-substrat yang 60% menghasilkan kadar protein yang
tepat (Puspita, 2005). Pada pH optimum terjadi tertinggi yaitu 37,214 µg/ml.
perubahan ionisasi dalam gugus ionik enzim pH lingkungan sangat mempengaruhi
pada sisi aktifnya atau pada sisi lainnya yang aktivitas enzim bromelin dari bonggol nanas
secara tidak langsung mempengaruhi sisi aktif. pH rendah atau pH tinggi dapat menyebabkan
Gugus pemberi dan penerima proton berada terjadinya proses denaturasi dan ini akan
dalam tingkat ionisasi yang diinginkan, mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim.
sehingga konformasi sisi aktif menjadi efektif Pada penelitian ini jumlah aktivitas enzim dari
dalam mengikat dan mengubah substrat pH 4,0 sampai pH 7,0 mengalami kenaikan
menjadi produk (Nielsen et al., 1999). sedangkan di pH 8,0 sudah mengalami
Pada pH 4,0; 5,0; 6,0; dan 8,0 aktivitas penurunan. pH optimum enzim bromelin yang
enzim lebih rendah dibandingkan dengan pH diekstrak dari bonggol nenas berada pada pH
7,0 hal ini dikarenakan pada pH yang lebih 7,0 dengan substrat terhidrolisis sebesar
rendah atau lebih tinggi aktivitas enzim akan 39,179 µg/ml dan aktivitas enzim sebesar
menurun, rantai samping beberapa asam amino 1,081 unit/g.
berperan sebagai asam atau basa lemah yang Isolasi enzim bromelin dapat dilakukan
melakukan fungsi kritis pada sisi aktif enzim pada organ lain dari buah nenas dan penelitian
sehingga enzim menjadi inaktif. Hal ini selanjutnya dapat digunakan kisaran variasi
menyebabkan perubahan pH mengakibatkan pH yang sempit.
perubahan intramolekuler dari enzim
(Lehninger, 2009). Selain itu penurunan DAFTAR PUSTAKA
aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh Bradford MM. 1976. A Rapid and Sensitive
lingkungan di sekitar sisi aktif enzim Method for The Quantitation of
mengalami kekurangan jumlah proton Microgram Quantities of Protein Utilizing
Vol 2, Desember 2014 Biogenesis 125

The Principle of Protein-Dye Binding. Nurhidayah. 2013. Isolasi dan Pengukuran


Georgia: Anal Biochem University of Aktivitas Enzim Bromelin dari Ekstrak
Georgia. Kasar Batang Nanas (Ananas comosus)
Gautam et al. 2010. Comparative study of Pada Variasi Suhu dan pH. [Skripsi].
extraction, purification and estimation of Makassar: UIN Alauddin Makassar.
bromelain from stem and fruit of Sadikin MH. Biokimia Enzim. Jakarta: Widya
pineapple plant. Thai J. Pharm. Sci. vol Medika, 2002.
34(1):1. Soares P et al. 2010. Studies on Bromelain
Fajrin E. 2012. Penggunaan Enzim Bromelin Precipitation by Ethanol, Poly (Ethylene
Pada Pembuatan Minyak Kelapa (Cocos Glycol) and Ammonium Sulphate. Brazil:
nucifera) Secara Enzimatis. [Skripsi]. Universidade de São Paulo, 2010.
Makassar: Universitas Hasanuddin. http://www.method-of-bromelai-
Hairi M. 2010. Pengaruh Umur Buah Nanas extraction.pdf. Diakses 19 Mei 2013.
dan Konsentrasi Ekstrak Kasar Enzim Suhermiyati S dan Sylvia JS. 2005. Potensi
Bromelin Pada Pembuatan Virgin Limbah Nanas untuk Peningkatan
Coconut Oil dari Buah Kelapa Typical Kualitas Limbah lkan Tongkol sebagai
(Cocos nucifera L.) [Skripsi]. Malang: Bahan Pakan Unggas. Purwokerto:
Jurusan Kimia Fakultas Sains Dan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Teknologi Universitas Islam Negeri Sudirman. Animal Production. vol.
Maulana Malik Ibrahim Malang. 10(3):174-178.
Hajrawati. 2006. Sifat Fisik dan Kimia Gelatin Syamsiah. 2006. Taksonomi Tumbuhan
Tulang Sapi Dengan Perendaman Asam Tinggi. Makassar: Universitas Negeri
Klorida Pada Konsentrasi dan Lama Makassar.
Perendaman yang Berbeda. Bogor: Puspita A. 2005. Determination of Optimum
Institut Pertanian Bogor. Condition of Papain Enzyme from Papaya
Ishak MC. 2012. Pengaruh Proses Pengeringan var Java (Carica papaya). International
dan Imobilisasi Terhadap Aktivitas dan Journal Chemistry. vol 5(2):1.
Kestabilan Enzim Bromelin dari Buah Tjitrosoepomo G. 2009. Morfologi Tumbuhan.
Nana (Ananas comosus). [Skripsi]. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Makassar: Jurusan Teknologi Pertanian Press.
Universitas Hasanuddin. Winarno FG. 1986. Enzim Pangan. Jakarta:
Lehninger AL. 2009. Dasar – Dasar Biokomia. Gramedia.
Jilid 1. Penerjemah Maggy T. Jakarta: Wirahadikusumah M. 2001. Biokimia Protein,
Erlangga. Enzim dan Asam Nukleat. Bandung:
LIPI. 2011. Enzim. Pusat Penelitian Institut TB.
Bioteknologi. Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan
http://www.biotek.lipi.go.id. Diakses 11 Aktivitas Spesifik Enzim Bromelin Dari
Januari 2011. Buah Nanas (Ananas comosus L.).
Nielsen et al. 1999. Electrostatics in The Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu
Active Site of An α-Amylase. Eur. J. Pengetahuan Alam Universitas
Biochem. vol 246: 816-824. Diponegoro. JKSA. vol VII(3):1.

You might also like