Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu bentuk pelayanan gizi
rumah sakit dimana pasien tersebut akan dirawat serta diberikan makanan yang sesuai
dengan keadaan pasien demi mempercepat proses penyembuhan dan memperpendek
masa rawat.
Fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit antaranya adalah
pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) yang merupakan sarana terpenting dalam
memberikan asuhan gizi di rawat inap, penyuluhan, konsultasi serta pengembangan
gizi terapan (PGRS, 2013). Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit, maka semua sistem pelayanan yang terdapat didalamnya harus dilakukan
secara terstruktur.
Pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu bentuk pelayanan gizi
rumah sakit dimana pasien tersebut akan dirawat serta diberikan makanan yang sesuai
dengan keadaan pasien demi mempercepat proses penyembuhan dan memperpendek
masa rawat.
Salah satu kompetensi lulusan sarjana ahli gizi adalah mampu memberikan
asuhan gizi yang terstandar. Asuhan gizi merupakan bagian penting dari sistem
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan status kesehatan pasien. Maka dari itu semua mahasiswa yang sedang
melaksanakan asuhan gizi kepada pasien di rumah sakit.
Studi kasus dalam pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam
melaksanakan asuhan gizi terpadu kepada pasien. Kasus yang digunakan dalam studi
kasus ini adalah pasien dengan penyakit CKD on HD overload, Hipertensi, DM, CAD,
dan Sups Pneumonia yang dirawat di ruang H2 bed 2 di RS PGI Cikini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan gizi terstandar pada pasien CKD on HD
overload, Hipertensi, DM, CAD, dan Sups Pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi karakteristik pasien
b. Melakukan pengkajian gizi pada pasien dengan kasus penyakit CKD on HD
overload, Hipertensi, DM, CAD, dan Sups Pneumonia
c. Melakukan diagnosa gizi pada pasien CKD on HD overload, Hipertensi, DM,
CAD, dan Sups Pneumonia
d. Melakukan monitoring dan evaluasi asupan makanan selama 3 hari pada pasien
CKD on HD overload, Hipertensi, DM, CAD, dan Sups Pneumonia
C. Waktu dan Tempat
Monitoring pasien yang dilakukan tanggal 09 Januari – 11 Januari 2018 di ruang H2
bed 2 Rumah Sakit PGI Cikini
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer meliputi data antropometri, riwayat makan Os (food recall 24 jam)
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data diagnosis medis, biokimia fisik dan klinis yang
didapatkan dari rekam medis Os
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan buku status
pasien
Metode yang digunakan dalam pengambilan data pada studi kasus ini yaitu :
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai pasien tentang data riwayat
pasien meliputi keluhan pasien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, pola
makan, dan kebiasaan makan sebelum dirawat, serta melakukan recallselama 4
x 24 jam selama di rumah sakit.
b. Observasi
Observasi yang dilakukan dengan melihat :
Melihat buku status pasien untuk melihat diagnosa medis pasien dan
perkembangan data laboratorium serta keadaan umum terkait penyakit yang
diderita pasien.
Menimbang sisa makanan yang diberikan selama 3 hari berturut-turut.
E. Manfaat
1. Mahasiswa, sebagai bahan pembelajaran dalam melaksanakan proses asuhan gizi
terstandar bagi pasien rawat inap di RS PGI Cikini
2. RS PGI Cikini, untuk meningkatkan pelayanan gizi rumah sakit sebagai bahan
masukan dalam pelaksanaan asuhan gizi bagi pasien rawat inap
3. Pasien, menambah pengetahuan Os dan keluarga mengenai diet pada penyakit
CKD on HD overload, Hipertensi, DM, CAD, dan Sups Pneumonia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Chronic Kidney Disease (CKD)
Chronic Kidney Disease adalah suatu kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal
yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan glomerular filtration
rate (GFR). Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan
ginjal (National Kidney Foundation, 2002). Penyebab tersering terjadinya CKD adalah
diabetes dan tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National
Kidney Foundation, 2015).
Gambaran klinis pasien CKD meliputi gambaran yang sesuai dengan penyakit
yang mendasari, sindrom uremia dan gejala kompikasi. Pada stadium dini, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal dimana GFR masih normal atau justru meningkat.
Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar 60%, pasien
masih belum merasakan keluhan. Ketika GFR sebesar 30%, barulah terasa keluhan
seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan.
Sampai pada GFR di bawah 30%, pasien menunjukkan gejala uremia yang nyata
seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terserang infeksi,
terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan air. Pada GFR di bawah 15%, maka
timbul gejala dan komplikasi serius dan pasien membutuhkan RRT (Suwitra, 2009).
Prinsip penatalaksanaan diet CKD yaitu memberi diet dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal sehingga tidak memberatkan kerja ginjal. Salah satu diet penyakit
CKD yaitu protein rendah (0,8 g/kg BB) dengan nilai biologik tinggi (Almatsier, 2009).
B. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) berpotensi menjadi ancaman terhadap beberapa organ
dalam tubuh termasuk jantung. Keterkaitan diabetes mellitus dengan penyakit jantung
sangatlah erat. Resiko serangan jantung pada penderita DM adalah 2-6 kali lipat lebih
tinggi dibandingkan orang tanpa DM. Jika seorang penderita DM pernah mengalami
serangan jantung, resiko kematiannya menjadi tiga kali lipat lebih tinggi. Peningkatan
kadar gula darah dapat disebabkan oleh kekurangan insulin dalam tubuh, insulin yang
tidak cukup atau tidak bekerja
dengan baik (Yahya, 2010).
DM adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter) sebagai akibat dari
kurangnya insulin efektif (DM Tipe 2) atau insulin absolut (DM Tipe 1) di dalam tubuh.
Pada DM terdapat tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria, dapat disertai dengan atau
tidaknya gejala klinik akut seperti poliuri, polidipsi, penurunan berat badan, ataupun
gejala kronik seperti gangguan primer pada metabolisme karbohidrat dan sekunder
pada metabolisme lemak dan protein (Tjokroprawiro, 2007). Menurut PERKENI (2011)
seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes
melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu
≥200 mg/dl dan gula darah puasa ≥126 mg/dl.
Diet Diabetes melitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes
melitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati, 2009).
Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Menjadi
diabetisi sering segera dikaitkan dengan tidak boleh makan gula. Memang benar gula
menaikkan gula darah namun perlu diketahui bahwa semua makanan juga menaikkan
gula darah.
Pengaturan makan (diet) merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan
Diabetes Melitus, akan tetapi mempunyai kendala yang sangat besar yaitu kepatuhan
seseorang untuk menjalaninya. Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu
makanan yang beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi
berimbang maksudnya adalah sesuai dengan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J. Pengaturan
porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Hal-
hal yang penting harus diperhatikan dalam perencanaan makan adalah kebutuhan
energi/kalori ditentukan berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan, aktifitas fisik,
kehamilan/menyusui. (Rosadi, 2017)
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya
komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).
C. Hipertensi
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang akan
mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah (termasuk
pembuluh koroner). Disfungsi endotel ini mengawali proses pembentukan kerak yang
dapat mempersempit liang koroner. Pengidap hipertensi beresiko dua kali lipat
menderita penyakit jantung koroner. Resiko jantung menjadi berlipat ganda apabila
penderita hipertensi juga menderita DM, hiperkolesterol, atau terbiasa merokok. Selain
itu hipertensi juga dapat menebalkan dinding bilik kiri jantung yang akhirnya
melemahkan fungsi pompa jantung (Yahya, 2010). Resiko PJK secara langsung
berhubungan dengan tekanan darah, untuk setiap penurunan tekanan darah diastolik
sebesar 5mmHg resiko PJK berkurang sekitar 16% (Leatham, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health Organization)
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak
membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol di
seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh
darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal (Wilson, 2005). Ketika
terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah akan melebar.
Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah
dan akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang kelebihan air serta zat
sisa dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian dapat
menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat, sehingga keadaan ini
membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Disease, 2014).
D. CAD
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah
satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini akan menjadi
penyebab kematian pertama di negara berkembang, menggantikan kematian akibat
infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh
pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih
tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang
dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan
pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi
dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang
satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai
faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik,
hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit
penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan perkembangan
iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan.
E. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah
diare. (Riskerdas, 2007). Angka kematian akibat Pneumonia di seluruh dunia pada
anak dengan usia di bawah 5 tahun adalah sebesar 15%. (WHO, September 2016).
Kematian akibat pneumonia pada anak lebih banyak dibandingkan dengan gabungan
penyakit AIDS, Malaria dan Campak.
Dikarenakan penularan Pneumonia melalui udara (air-borne), karena itu penyakit
ini termasuk ke dalam penyakit yang penyebarannya sangat cepat. Pneumonia adalah
infeksi akut yang mengenai jaringan paru - paru (alveoli) yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti Virus, Jamur dan Bakteri. Pneumonia juga dapat
terjadi apabila seseorang menghirup bahan kimia toksik. Pada keadaan normal, saat
bernafas paru – paru kita terisi oleh udara, namun pada keadaan pneumonia, kantung
alveoli terisi oleh pus dan mukus, sehingga paru-paru tidak dapat mengembang
dengan sempurna.
BAB III
NUTRITION CARE PROCESS (NCP)
B. Identitas Pasien
Nama : Ny. AN
MR : 00.27.70.32
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 58 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 08 Januari 2018
Tanggal Observasi : 09 Januari 2018
Diagnosis medis : CKD on HD overload, Hipertensi, DM, CAD, dan Sups
Pneumonia.
C. Skrinning Gizi
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak
di inginkan dalam 3 bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin/tidak tahu 2
c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total Skor = 1
Kesimpulan : Hasil skor skrining gizi menunjukkan tidak beresiko tetapi berdiet
khusus dan akan berlanjut ke pengkajian dengan proses asuhan
gizi terstandar (PAGT) oleh ahli gizi
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI
CATATAN ASUHAN GIZI RESUME PAGT
(Proses Asuhan Gizi Terstandar)
c) Riwayat Sosial
(CH.3.1.)
Pekerjaan (CH.3.1.6.)
Wiraswasta
Agama (CH.3.1.7.)
Kristen Protestan
Tatalaksana gizi
berkaitan dengan obat
(ND.6.1)
Levofloxacin 1x500 mg
Lenal ace 2x1 tab
Folie acid 2x1 tab
Lansoprazole 2x1 caps
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/TN. AN
=====================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
______________________________________________________________________________
Meal analysis: energy 344,5 kcal (23 %), carbohydrate 58,8 g (34 %)
Meal analysis: energy 753,1 kcal (51 %), carbohydrate 57,6 g (34 %)
Meal analysis: energy 392,8 kcal (26 %), carbohydrate 55,1 g (32 %)
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN
=====================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________________
energy 1490,4 kcal 1900,0 kcal 78 %
water 0,0 g 2700,0 g 0%
protein 52,2 g(14%) 48,0 g(12 %) 109 %
fat 65,9 g(39%) 77,0 g(< 30 %) 86 %
carbohydr. 171,5 g(47%) 351,0 g(> 55 %) 49 %
dietary fiber 3,8 g 30,0 g 13 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 5,3 g 10,0 g 53 %
cholesterol 211,4 mg - -
Vit. A 393,6 µg 800,0 µg 49 %
carotene 0,0 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 0,6 mg 1,0 mg 55 %
Vit. B2 0,6 mg 1,2 mg 50 %
Vit. B6 0,8 mg 1,2 mg 64 %
folic acid eq. 0,0 µg - -
Vit. C 12,4 mg 100,0 mg 12 %
sodium 179,3 mg 2000,0 mg 9%
potassium 925,3 mg 3500,0 mg 26 %
calcium 358,6 mg 1000,0 mg 36 %
magnesium 258,0 mg 310,0 mg 83 %
phosphorus 693,1 mg 700,0 mg 99 %
iron 10,2 mg 15,0 mg 68 %
zinc 4,8 mg 7,0 mg 69 %
BAB IV
DOKUMENTASI ASUPAN
A. Asupan Makan
SMRS 09 Jan 10 Jan 11 Jan
Zat Gizi Kebutuhan
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
Energi
2205 Kkal 1490 67,59 1179,2 53,47 1244,8 56.45 1452 65,85
(Kkal)
Protein (g) 63 g 52,2 82,85 58,5 92,85 49,8 79,04 62,2 98,73
Lemak (g) 61,25 g 65,9 107,59 39,2 64 35,8 58,44 39,6 64,65
KH (g) 352.8 g 171,5 48,61 150,6 42,68 175,9 49,85 208,3 59,04
1. Asupan Energi
Asupan Energi
2205 2205 2205
1432
1179.2 1244.8
Asupan pasien dengan diagnosa medis CKD on HD overload, Hipertensi, DM, CAD, dan
Sups Pneumonia dengan kebutuhan asupan energi selama masuk rumah sakit 2205 Kkal,
melalui persentase rata – rata asupan energi selama 3 hari selama masuk rumah sakit
adalah 58,59%. Terlihat bahwa asupan energi dari hari pertama menurun dari asupan
energi sebelum masuk rumah sakit dikarenakan keluhan yang masih mual dan muntah.
Pada H – 1 sampai H – 2 mulai mencapai kebutuhan energi. Intervensi yang diberikan
pada pasien adalah memberikan edukasi gizi dan memotivasi pasien untuk makan agar
mempercepat penyembuhan.
Asupan Protein
63 63
63
58.5 62.2
49.8
Asupan Lemak
61.25 61.25 61.25
39.2 39.6
35.9
4. Asupan KH (g)
Asupan KH
352.8 352.8 352.8
208.3
175.9
150.6