You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi yang terjadi mrmberikan pengaruh besar bagi pola bisnis
dan sikap para pelaku bisnis. Investari yang semakin aktif dilakukan oleh para
investor mengakibatkan terjadiinya trnsaksi-transaksi yang bersifat internasional.
Transaksi pihak – pihak dalam hubungan istimewa mendapat perhatian yang sangat
serius baik dari dalam kalangan dunia bisnis maupun dari pihak otoritas perpajakan.
Pada dasarnya transaksi antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah
suatu kesepakatan atau pengaturan bisnis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
saling tidak bebas satu dengan lainnya untuk tujuan tertentu. Unsur kesepakatan
dalam menentukan harga transaksi adalah hal yang paling menjadi perhatian, karena
kesepakatan dalam penentuan harga dapat membawa dampak keuntungan maupun
kerugian bagi pihak-pihak terkait (stake holder). Stake holder yang perlu mendapat
informasi yang transparan dari transaksi di atas antara lain, investor, kreditor,
pemegang saham (share holder).

Awalnya transfer pricing dikenal dalam akuntansi manajemen sebagai kebijakan


harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar divisi/departemen di
dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur kinerja dari masing-masing
divisi/departemen tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, perusahaan
multinasional yang biasanya menerapkan desentralisasi operasi dengan cara
membagi perusahaannya atas pusat-pusat pertanggungjawaban baik itu pusat biaya
maupun pusat penghasilan, telah memanfaatkan transfer pricing sebagai alat
untuk menghindari atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan
beban pajak yang harus ditanggung perusahaan. Melalui praktik transfer pricing,
upaya meminimalkan beban pajak dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan
serta biaya suatu perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dari suatu negara
kepada perusahaan di negara lain yang tarif pajaknya berbeda. Masalah
pengalokasian penghasilan dan biaya perusahaan multinasional ini harus diatur
dengan baik dan jelas oleh masing-masing negara yang terlibat dalam
transaksi internasional. Pengaturan yang baik dan jelas diharapkan dapat mencegah
dan mendeteksi tindakan-tindakan manipulasi pajak melalui transfer pricing yang
sering dilakukan perusahaan multinasional untuk melakukan
penghindaran/penggelapan pajak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep dan contoh hubungan istimewa berdasarkan PSAK
2. Konsep dan contoh hubungan istimewa menurut perpajakan
3. Konsep transfer pricing pada hubungan istimewa
4. Metode-metode penentuan harga transfer menurut praktik komersial
5. Metode-metode penentuan harga transfer yang diijinkan
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dan contoh tentang hubungan istimewa berdasarkan PSAK
2. Mengetahui konsep dan contoh tentang hubungan istimewa berdasarkan
perpajakan
3. Mengetahui konsep transfer prising pada hubungan istimewa
4. Mengetahui metode penentuan harga transfer menurut praktik komersial
5. Mengetahui metode penentuan harga transfer yang diijinkan
PEMBAHASAN

1. Hubungan Istimewa (Related Parties)


 Konsep hubungan istimewa berdasarkan PSAK
kegiatan transfer pricing ini dilakukan oleh perusahaan multinasional
dengan perusahaan afiliasinya terutama yang terletak di negara yang
termasuk tax heaven countries. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan
bahwa kegiatan transfer pricing ini dilakukan oleh pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
Menurut PSAK 7:
“Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak
yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh
signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan
operasional”.
Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
adalah suatu pengalihan sumberdaya atau kewajiban antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu
harga diperhitungkan.
Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan
dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu
kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk
mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
Pengaruh Signifikan (untuk tujuan Pernyataan ini) adalah penyertaan
dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu
perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan itu. Pengaruh signifikan
dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan
dalam dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan
kebijakan, transaksi antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan
manajerial atau ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan
dapat diperoleh berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar
atauperjanjian. Dengan kepemilikan bersama, pengaruh signifikan
dianggap sesuai dengan definisi yang dimuat dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi.

 Contoh hubungan istimewa berdasarkan PSAK

2. Konsep dan contoh hubungan istimewa menurut perpajakan


 Konsep hubungan istimewa menurut perpajakan
Menurut UU. No. 36 Tahun 2008 pasal 18 ayat (4), wajib pajak dianggap
memiliki hubungan istimewa apabila:
Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain, atau
hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau
Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung; atau
Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.

 Contoh hubungan istimewa menurut perpajakan


PT Abadi Teknik Jaya mempunyai 50% (lima puluh persen) saham
PT Bumi Persada Makmur. Kepemilikan saham oleh PT Abadi
Teknik Jayamerupakan penyertaan langsung.
Selanjutnya, apabila PT Bumi Persada Makmurmempunyai 50%
(lima puluh persen) saham PT Citra Permata Indah, PT Abadi
Teknik Jaya sebagai pemegang saham PT Bumi Persada
Makmur secara tidak langsung mempunyai penyertaan pada PT
Citra Permata Indah sebesar 25% (dua puluh lima persen).
Dalam hal demikian, antara PT Abadi Teknik Jaya, PTBumi
Persada Makmur, dan PT Citra Permata Indahdianggap terdapat
hubungan istimewa. Apabila PTAbadi Teknik Jaya juga memiliki
25% (dua puluh lima persen) saham PT Duta Sarana Makmur,
antara PTBumi Persada Makmur, PT Citra Permata Indah, dan PT
Duta Sarana Makmur dianggap terdapat hubungan istimewa.

3. Konsep transfer pricing pada hubungan istimewa


Secara universal transaksi antar WP yang mempunyai hubungan istimewa dikenal
istilah transfer pricing . Hubungan istimewa dimaksud dapat mengakibatkan
kekurangwajaran harga. Biaya atau imbalan lain yang direalisaikan dalam sautu
transaksi usaha .
Transfer Pricing dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau
dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu WP ke WP lainya, yang dapat
direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang atas wajib pajak-
wajib pajak yang mempunyai hubungan istemewa tersebut..

Kekurangwajaran sebagaimana tersebut diatas dapat terjadi pada :


1) Harga penjualan
2) Harga pembelian
3) Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost)
4) Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan)
5) Pembayaran komisi ,lisensi,franschise,sewa,royalti,imbalan atas jasa
manajemen,imbalan atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya.
6) Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar
7) Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang /tidak
mempunyai substansi usaha ( misalnya dummycompany letter box company atau
reinvoicing center).
4. Metode-metode penentuan harga transfer menurut praktik komersial
5. Metode-metode penentuan harga transfer yang diijinkan
Kewenangan yang dimiliki oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak untuk menentukan
kembali besarnya penghasilan dan biaya dari transaksi antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa membuat Dirjen Pajak berwenang untuk melakukan koreksi atas
harga transaksi dengan harga pasar wajar pada saat terjadinya transaksi. Yang
dimaksud dalam hubungan istimewa di sini yaitu : Hubungan Kepemilikan, Hubungan
Penguasaan, atau Hubungan Darah atau Perkawinan sesuai dengan yang diatur dalam
pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh).
Dengan demikian setiap Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa wajib menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman
Usaha (Arm's Length Principle). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan
Arm's Length Principle yaitu dengan menentukan metode Penentuan Harga Transfer
yang tepat. Adapun metode Penentuan Harga Transfer yang dapat diterapkan oleh Wajib
Pajak yaitu :

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (Comparable


Uncontrolled Price/CUP)

adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan


harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak yang
tidak mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) antara lain
adalah:

a. barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam
kondisi yang sebanding; atau
b. kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa Identik atau
memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang
akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul.

2. Metode harga penjualan kembali (Resale Price Method/RPM)

adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan


harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba
kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk
tersebut kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan
kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price
Method/ RPM) antara lain adalah:
a. tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan
hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda; dan
b. pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas
barang atau jasa yang diperjualbelikan.

3. Metode biaya-plus (Cost Plus Method/CPM)

adalah metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan menambahkan


tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan
pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang
diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai
Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip
Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara lain
adalah:

a. barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan


Istimewa;
b. terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement)
atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara
pihakpihak yang mempunyai Hubungan Istimewa; atau
c. bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.

4. Metode pembagian laba (Profit Split Method/PSM)

adalah metode Penentuan Harga Transfer berbasis laba transaksional (transactional


profit method) yang dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi
afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut
dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan
perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari
kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa. Metode
Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Metode Pembagian Laba Kontribusi (Contribution Profit Split Method)


Metode Pembagian Laba Kontribusi adalah metode pembagian laba
antarpihak afiliasi berdasarkan fungsi yang dilakukan, aset yang
digunakan dan risiko yang ditanggung setiap pihak yang terlibat dalam
transaksi afiliasi.
b. Metode Pembagian Laba Sisa (Residual Profit Split Method)
Metode Pembagian Laba Sisa adalah metode pembagian laba yang
mengidentifikasi terlebih dahulu laba sisa dengan mengurangkan laba
rutin setiap pihak afiliasi dari laba gabungan kemudian laba sisa
dialokasikan berdasarkan kontribusi setiap pihak afiliasi yang terlibat
terhadap laba sisa.

Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat
diterapkan dalam kondisi sebagai berikut:
a. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait
satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah;
atau
b. terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi yang
menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.

5. Metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM)

adalah metode Penentuan Harga Transfer yang c dilakukan dengan membandingkan


persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap
aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi
sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau persentase
laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa lainnya.

Kondisi yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional
Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah:

a. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang
khusus; atau
b. salah satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang
kompleks dan memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://nazrulfestive77.wordpress.com/2011/01/20/transfer-pricing-hubungan-istimewa-dan-
metode-identifikasi-transfer-pricing/ (diakses 19 oktober 2017)

http://www.wibowopajak.com/2015/02/pengertian-hubungan-istimewa-transfer.html (diakses 19
oktober 2017)

http://nuarizapoltic.blogspot.co.id/2013/02/hubungan-istimewa-dan-transfer-pricing.html (diakses
19 oktober 2017)

http://www.ortax.org/ortax/?mod=info&page=show&id=197&list=1 (diakses 19 oktober 2017)

https://documents.tips/documents/makalah-konsep-transfer-pricing.html (diakses 19 oktober 2017)

You might also like