Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tingkat prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja tampak
semakin meningkat sekarang ini. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian
terhadap penyakit ini. Prevalensi hipertensi pada anak diperkirakan sebesar 1-2%.
Hipertensi diketahui merupakan salah satu faktor risiko terhadap terjadinya
penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan adanya hipertensi pada masa
anak mungkin berperan dalam perkembangan dini penyakit jantung koroner
tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis nyata kerusakan organ
target pada kasus hipertensi pada anak. Hipertensi berat juga meningkatkan risiko
berkembangnya ensefalopati hipertensif, kejang, kelainan serebrovaskular, dan
gagal jantung kongestif. Komplikasi hipertensi tersebut dapat dicegah bila
dilakukan pengawasan dan pengobatan dini yang adekuat terhadap hipertensi.
Pengukuran tekanan darah secara rutin berguna untuk mendeteksi hipertensi pada
anak sedini mungkin. Tekanan darah normal anak-anak bervariasi oleh karena
banyak faktor mempengaruhinya antara lain umur, jenis kelamin, tinggi, dan berat
badan.
Hipertensi pada anak dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat
dijelaskan penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder adalah hipertensi
yang terjadi oleh karena adanya penyebab yang jelas. Perbedaan hipertensi pada
anak dengan orang dewasa adalah kejadian hipertensi sekunder yang lebih lazim
terjadi pada masa anak dan hampir 80% penyebabnya berasal dari penyakit ginjal,
sedangkan hipertensi primer atau esensial lebih sering didapatkan pada orang
dewasa dan jarang didapatkan pada anak dibawah 10 tahun. Edukasi, deteksi dini,
diagnosis yang akurat dan terapi yang tepat akan memperbaiki luaran jangka
panjang anak-anak dan remaja yang menderita hipertensi ini. Dalam referat ini
akan diuraikan mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, pendekatan
diagnosis dan terapi hipertensi pada anak.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah
diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia dan tinggi badan.
Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada distribusi normal tekanan darah
pada anak sehat. Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES), tingkatan tekanan darah anak laki-laki dan anak perempuan berdasarkan persentil
usia dan tinggi badan yang sudah direvisi.
Hipertensi didefinisikan sebagai rerata TDS dan/atau TDD ≥ persentil 95 sesuai dengan
jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran berturut-turut. Pre-hipertensi
pada anak didefinisikan sebagai rerata TDS atau TDD ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95,
keadaan ini berisiko tinggi berkembang menjadi hipertensi. Terdapat istilah ”white-coat
hypertension” yang merujuk pada suatu keadaan penderita memiliki tekanan darah > persentil
95 pada pemeriksaan di klinik atau praktek dokter, sedangkan di luar tempat kesehatan
tersebut penderita memiliki tekanan darah yang normal. Hipertensi tingkat 1 (hipertensi
bermakna) yaitu rerata TDS atau TDD yang berada ≥ 95 sampai dengan 5 mmHg di atas
persentil 99. Hipertensi tingkat 2 (hipertensi berat) yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di
atas persentil 99. Krisis Hipertensi yaitu rerata TDS atau TDD > 5 mmHg di atas persentil 99
disertai gejala dan tanda klinis seperti gejala gagal jantung, ensefalopati, gagal ginjal, maupun
retinopati.
Kriteria hipertensi juga dibagi atas derajat ringan, sedang, berat, dan krisis berdasarkan
kenaikan tekanan darah sistolik normal sesuai dengan umur.
Age (years)
Formula untuk menghitung tekanan darah pada anak juga dikembangkan untuk
memfasilitasi deteksi dini hipertensi pada anak yaitu:
Tekanan darah sistolik (persentil 95)
1-17 tahun = 100 + (usia dalam tahun x 2)
Tekanan darah diastolik (persentil 95)
1-10 tahun = 60 + (usia dalam tahun x 2)
11-17 tahun = 70 + (usia dalam tahun)
Batasan hipertensi menurut the fourth report NHBLI tahun 2005 :
Klasifikasi Persentil TDS atau TDD
Normal TD sistolik dan diastolic persentil < 90
menurut umur dan jenis kelamin
Prehipertensi Persentil 90 sampai <95 atau jika TD >
120/80 mmHg meskipun berada di bawah
persentil 90 dan di atas persentil < 95
Hipertensi I persentil 95th sampai persentil 99th
ditambah 5 mmHg
Hipertensi II Lebih dari persentil 99th ditambah 5 mmHg
ETIOLOGI
koarktasio aorta
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun dari
penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang menderita hipertensi tidak
sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala, insomnia, rasa lelah,
nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan. Pada keadaan hipertensi berat yang bersifat
mengancam jiwa atau fungsi organ vital timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis
hipertensi.
Krisis hipertensi ini dibagi menjadi dua kondisi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak
melibatkan sistem saraf pusat, mata, jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa
sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat
pula bermanifestasi sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang
mengancam jiwa atau organ seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema
paru, atau gagal ginjal akut. Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun
umum diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala-gejala yang tampak
pada anak dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang bila pengobatan
segera diberikan dan tekanan darah diturunkan menjadi normal. Gejala dan tanda
kardiomegali, retinopati hipertensif, atau gambaran neurologis yang berat sangat penting
karena menunjukkan hipertensi yang telah berlangsung lama
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Ukuran-ukuran manset yang tersedia di pasaran untuk evaluasi pengukuran tekanan darah
anak:
Nama manset Lebar kantong karet (cm) Panjang kantong karet (cm)
Neonatus 2-4 5-9
Bayi 4-6 11,5-18
Anak 7,5-9 17-19
Dewasa 11,5-13 22-26
Lengan besar 14-15 30,5-33
Paha 18-19 36-38
TATALAKSANA
Penanganan anak dengan hipertensi ditujukan pada penyebab naiknya tekanan darah dan
mengurangi gejala yang timbul. Kerusakan organ target, kondisi-kondisi lain yang terjadi
bersamaan, serta faktor-faktor risiko juga mempengaruhi keputusan terapi. Terapi
nonfarmakologis dan terapi farmakologis direkomendasikan berdasarkan usia anak, tingkatan
hipertensi, dan respon terhadap terapi. Pemantauan ditujukan pada komplikasi yang timbul.
Terapi mencapai keberhasilan jika memenuhi kriteria: tekanan diastolic turun di bawah 90
persentil, efek samping obat minimal, penggunaan obat untuk mengontrol tekanan darah
hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
A. Terapi nonfarmakologis
Pada anak dengan kondisi pre-hipertensi atau hipertensi tingkat 1 terapi berupa perubahan
gaya hidup direkomendasikan. Terapi ini berupa pengontrolan berat badan, olahraga yang
teratur, diet rendah lemak dan garam, pengurangan kebiasaan merokok pada anak remaja
yang merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Korelasi yang kuat terdapat pada anak yang
memiliki berat badan lebih dengan peningkatan tekanan darah. Pengurangan berat badan telah
terbukti efektif pada anak obese disertai hipertensi. Pengontrolan berat badan tidak hanya
menurunkan tekanan darah juga menurunkan sensitivitas tekanan darah terhadap garam,
menurunkan risiko kardiovaskular lain seperti dislipidemia dan tahanan insulin. Pada
penelitian tersebut disebutkan bahwa penurunan indeks massa tubuh 10% menurunkan
tekanan darah dalam jangka waktu pendek sebesar 8 sampai 10 mmHg. Aktivitas fisik yang
teratur membantu menurunkan berat badan dan sekaligus menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Aktivitas fisik tersebut minimal dilakukan selama 30-60 menit per hari.
Intervensi diet pada anak dapat berupa ditingkatnya diet berupa sayuran segar, buah segar,
serat, dan makanan rendah lemak, serta konsumsi garam yang adekuat hanya 1,2 g/hari (anak
4-8 tahun) dan 1,5 g/hari untuk anak yang lebih besar membantu dalam manajemen
hipertensi. Pengurangan garam pada anak dan remaja disebutkan dapat mengurangi tekanan
darah sebesar 1 sampai 3 mmHg. Peningkatan masukan kalium, magnesium, asam folat juga
dikaitkan dengan tekanan darah yang rendah.
B. Terapi farmakologis
Indikasi penggunaan terapi farmakologis hipertensi pada anak dan remaja jika ditemukan
keadaan hipertensi yang bergejala, kerusakan organ target (seperti: hipertrofi ventrikel kiri,
retinopati, proteinuria), hipertensi sekunder, hipertensi tingkat 1 yang tidak berespon dengan
perubahan gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2. Tujuan terapi adalah mengurangi tekanan
darah kurang dari persentil 95. Jika terdapat kerusakan organ target atau penyakit yang
mendasari, tujuan terapi adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Dalam memilih terapi
farmakologi harus dipertimbangkan efikasi ketersediaan obat, frekuensi pemberian, efek
samping dan biaya. Farmakoterapi harus mengikuti tahapan peningkatan dosis obat secara
bertahap.
Menggunakan satu macam obat dengan dosis terendah kemudian meningkatkan dosis
sampai efek terapetik terlihat. Bila terdapat efek samping atau dosis obat maksimal dapat
digunakan obat kedua yang memiliki mekanisme kerja berbeda. Angiotensin-Converting
Enzyme Inhibitors (ACEI) (seperti: kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril) dan Calcium
Channel Blocking Agents (seperti: nifedipin, amlodipin, felodipin, isradipin) adalah obat
antihipertensi yang sering digunakan karena efek sampingnya yang rendah. Diuretika
(diuretik tiazid, loop diuretic, dan diuretik hemat kalium biasanya digunakan sebagai terapi
tambahan. Obat-obatan baru seperti penghambat reseptor angiotensin (seperti: irbesartan) juga
digunakan pada hipertensi yang terjadi pada anak dan remaja. Obat ini mungkin bisa menjadi
pilihan pada anak yang menderita batuk kronik akibat penggunaan penghambat ACE.
Penghambat reseptor adrenergic (seperti: propanolol, atenolol, metoprolol, dan labetolol),
penghambat reseptor adrenergik, agonis reseptor, vasodilator langsung, agonis reseptor
adrenergik perifer jarang digunakan pada pasien anak karena efek samping yang
ditimbulkannya, akan tetapi obat-obatan ini dapat menjadi pilihan bila terjadi kegagalan terapi
dengan obat-obatan Calcium Channel Blocking Agents, Angiotensin-Converting Enzyme
Inhibitors, atau penghambat reseptor angiotensin.
Langkah-langkah pendekatan pengobatan hipertensi:
The Fourth Report On The Diagnosis, Evaluation, And Treatment Of High Blood
Pressure In Children And Adolescents mendefinisikan hipertensi berat bila tekanan darah
melebihi 5 mmHg di atas persentil 99 menurut usia. Krisis hipertensi yaitu rerata TDS atau
TDD > 5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda klinis. Pendapat lain
menyebutkan bahwa hipertensi krisis dapat bersifat emergensi (HE) yaitu peningkatan TDS
atau TDS yang telah atau dalam proses menyebabkan kerusakan organ dalam beberapa menit-
jam atau urgensi (HU) yang perlu diturunkan dalam 12-24 jam karena sewaktu-waktu dapat
progresif menjadi hipertensi emergensi.
Krisis hipertensi yang disertai gejala ensefalopati hipertensif memerlukan pengobatan
dengan antihipertensi intravena untuk mengontrol pengurangan tekanan darah dengan tujuan
terapi menurunkan tekanan darah 25% selama 8 jam pertama setelah krisis dan secara
perlahan-lahan menormalisasikan tekanan darah dalam 26 sampai 48 jam. Krisis hipertensi
dengan gejala lain yang lebih ringan seperti sakit kepala berat atau muntah dapat diobati
dengan obat antihipertensi oral atau intravena. Pengawasan secara berhati-hati dilakukan
terhadap reaksi pupil, penglihatan, kesadaran, dan temuan neurologis.
Pengobatan krisis hipertensi:
Lini pertama : Nifedipin oral diberikan dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali, dinaikkan
0,1 mg/kgBB/kali (dosis maksimal 10 mg/kali) setiap 5 menit pada 15 menit pertama,
kemudian setiap 15 menit pada 1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai
tercapai tekanan darah yang stabil. Furosemid diberikan dengan dosis 1 mg/kgBB/kali, 2
kali sehari; bila tensi tidak turun diberi kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali, 2-3 kali sehari.
Lini kedua : klonidin drip 0,002 mg/kgBB/8 jam + 100 ml dekstrose 5%. Tetesan awal 12
mikrodrip/menit, bila tekanan darah belum turun, tetesan dinaikkan 6 mikrodrip/menit
setiap 30 menit (maksimum 36 mikrodrip/menit), bila tekanan darah masih belum turun
ditambahkan kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali, diberikan 2-3 kali sehari (maksimal 2
mg/kgBB/kali) bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali 2 kali sehari.
berdasarkan algoritma di atas anak dengan peningkatan tekanan darah perlu dilakukan
pemeriksaan tekanan darah ulang dan menyingkirkan adanya peningkatan reaktif dalam
tekanan darah seperti anak gelisah, takut dan lain-lain. Kemudian tekanan darah yang didapat
dari pemeriksaan diklasifikasikan menjadi kategori I dan kategori II. Jika hasilnya masuk ke
dalam kategori I maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dilakukan pengobatan baik
secara oral maupun intravena. Jika masuk ke dalam kategori II, dilakukan follow up, jika
terdapat kerusakan organ target atau selama 3 kali pengukuran tekanan darah tetap > persentil
95 maka diklasifikasikan ke dalam kategori I.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman et.al. 2002. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 2. EGC. Jakarta. Fam
Phys.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta.
Gleadle, Jonathan. 2005. At a glance, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga
Kliegman, Marchdante, Jehnson, Behrman. 2008. Nelson Essential of Pediatric, Fifth edition.
SF: Elsevier
National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Children and Adolescents. 2005. The Fourth Report on the Diagnosis, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescents. US: Departement of
Health and Human Services.
Silbernagl, Stefan. 2007. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC. Jakarta
WHO dan DEPKES RI. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia press.